Anda di halaman 1dari 7

Kajian Pustaka

1. Teori Agensi
Menurut (Dewinta and Setiawan, 2016) teori agensi akan memacu para agen untuk meningkatkan
laba perusahaan. Ketika laba yang diperoleh membesar, maka jumlah pajak penghasilan akan
meningkat sesuai dengan peningkatan laba perusahaan sehingga perusahaan kemungkinan
melakukan tax avoidance untuk menghindari peningkatan jumlah beban pajak. Hal ini terjadi
karena adanya keleluasaan manajemen perusahaan untuk memaksimalkan laba yang dapat
mengarah pada proses kepentingan sendiri dengan beban dan biaya yang harus ditanggung oleh
pemilik perusahaan, salah satunya kebijakan perusahaan terkait pajak. Manajer sebagai agen
mempunyai kepentingan untuk memperoleh kompensasi atau intensif sebesar-besarnya melalui
laba yang tinggi atas kinerjanya dan pemegang saham ingin menekan pajak yang dibayarkan melalui
laba yang rendah.
2. Teori Kepatuhan
Organization for Economic Cooperation and Development (OECD) mendefinisikan kepatuhan pajak
sebagai suatu keadaan dimana wajib pajak memenuhi semua kewajiban perpajakan dan
melaksanakan hak perpajakannya baik dalam bentuk formal maupun material. Kepatuhan formal
adalah kepatuhan berdasarkan administrasi dan ketepatan dalam membayar pajak, atau bisa juga
didefinisikan sebagai kepatuhan dalam pelaporan, kepatuhan prosedural, dan kepatuhan terhadap
peraturan perpajakan. Kepatuhan material adalah kepatuhan dalam melaksanakan kewajiban
perpajakan, seperti menghitung pajak terutang sesuai dengan ketentuan dari hukum perpajakan.
3. Tax Avoidance

Pajak merupakan kontribusi wajib pajak kepada negara yang terutang oleh orang pribadi atau
badan yang bersifat memaksa berdasarkan undang-undang, dengan tidak mendapat timbal balik
secara langsung. Kontribusi yang memaksa ini terkadang menimbulkan perlawanan oleh wajib
pajak. Perlawanan terhadap pajak adalah hambatan-hambatan yang terjadi pada upaya
pemungutan pajak.

Dalam penelitian ini, tax avoidance diproksikan dengan menggunakan ETR (Effective Tax Rate).
Alasan peneliti menggunakan ETR adalah karena ETR menunjukkan seluruh beban pajak yang harus
ditanggung oleh perusahaan, termasuk pajak final dan pajak tangguhan karena dalam
penghindaran pajak tidak hanya bersumber dari pajak penghasilan saja. Adapun penelitian
sebelumnya yang menggunakan proksi ini antara lain Sri Hardiyati Pangestu dan Dudi Pratomo
(2020) dan Irwan Prasetyo (2016). Semakin besar ETR mengindikasi semakin rendah tingkat tax
avoidance.

4. Konservatisme Akuntansi
konservatisme dalam akuntansi dapat diterjemahkan melalui pernyataan “tidak mengantisipasi
keuntungan, tapi mengantisipasi semua kerugian”.
konservatisme akuntan muncul dari insentif yang berkaitan dengan biaya kontrak, litigasi,
pajak, dan politik yang bermanfaat bagi perusahaan untuk mengurangi biaya keagenan dan
mengurangi pebayaran yang berlebihan kepada pihak-pihak seperti manajer, pemegang saham,
pengadilan dan pemerintah. konservatisme akuntansi merupakan prinsip kehati-hatian yang
tidak mengakui keuntungan sampai dengan diperoleh bukti yang kredibel, sedangkan kerugian
harus segera diakui pada saat terdapat kemungkinan akan terjadi, tidak perlu menunggu
sampai terdapat bukti riil.
Konservatisme akuntansi menyebabkan angka-angka tersaji dalam neraca ditetapkan lebih
rendah, aset bersih ditetapkan lebih rendah dan laba kumulatif juga ditetapkan lebih rendah,
sebaliknya utang dan biaya ditetapkan pada nilai yang tertinggi. Sebagai konsekuensi penting
dari perlakuan asimetrik konservatime atas keuntungan dan kerugian adalah understatement
persisten dari nilai aset bersih dan laba dalam periode kini yang dapat mengarahkan pada
overstatement terhadap laba periode berikutnya (Sundari, Novi)
Konservatisme akuntansi adalah tindakan atau prinsip kehati-hatian yang dilakukan oleh seorang
akuntan untuk menghadapi dua atau lebih alternatif dalam penyusunan laporan keuangan dimana
keuntungan tidak akan diakui sebelum ditemukannya bukti yang kredibel sementara kerugian
harus diakui.
Konservatisme akuntansi pada laporan keuangan suatu perusahaan dapat diukur menggunakan
akrual, yaitu perbandingan antara net income dengan cash flow operations. Apabila terjadi
akrual negative, dimana net income lebih kecil dari cash flow operations dari tahun ke tahun
maka terindikasi adanya tingkat konservatisme akuntansi. Perusahaan yang terindikasi
konservatisme dikatakan baik karena sudah mengikuti prinsip konservatisme, dimana
perusahaan tersebut mengakui asset rendah, beban diakui tinggi, laba diakui lambat,. Semakin
kecil ukuran akrual suatu perusahaan, menunjukkan bahwa perusahaan tersebut semakin
menerapkan prinsip akuntansi yang konservatif.

Aset tetap yang dimiliki perusahaan memungkinkan perusahaan memotong pajak akibat dari
penyusutan aset tetap perusahaan setiap tahunnya. Lebih lanjut, penyusutan atau depresisasi pada
asset tetap merupakan bawaan dari aset tetap itu sendiri walaupun tidak semuanya aset tetap
mengalami penyusutan setiap tahun. Adanya penyusutan pada aset tetap menyebabkan biaya
penyusutan dalam laporan keuangan perusahaan. Biaya penyusutan yang semakin besar akan
berdampak pada rendahnya pajak yang akan dibayarkan perusahaan. Sehingga perusahaan dengan
tingkat rasio intensitas modal yang besar akan memengaruhi tingkat pajak efektif yang rendah.
(Marlinda et al., 2020).

5. Capital Intensity
Capital intensity adalah perbandingan aset tetap terhadap total aset sebuah perusahaan. Maka
perusahaan yang memiliki aset tetap yang tinggi memiliki beban pajak yang relatif rendah
dibandingkan dengan perusahaan yang memiliki aset tetap yang rendah.
Semakin tinggi rasio capital intensity maka arus kas masa depan perusahaan akan lebih baik
karena tingginya rasio capital intensity menunjukkan bahwa perusahaan mempunyai
ketersediaan kas yang cukup dari hasil penjualan yang dapat digunakan sebagai pendanaan
operasional dan penempatan dana pada aktiva tetap.
Kepemilikan aset tetap berhubungan dengan tax avoidance yaitu dapat mengurangi
pembayaran pajak yang dibayarkan perusahaan karena adanya biaya depresiasi yang bersifat
deductible expense yaitu biaya yang dapat mengurangi penghasilan kena pajak bagi wajib pajak.
deductible expense dalam perpajakan diatur dalam pasal 6 Undang-undang pajak Penghasilan.
Biaya depresiasi yang melekat dalam aset tetap dapat dimanfaatkan oleh manajer (agent) untuk
meminimumkan pajak yang dibayarkan perusahaan. Manajemen akan melakukan investasi
dalam asset tetap dengan menggunakan dana mengganggur perusahaan untuk mendapatkan
keuntungan berupa biaya depresiasi yang berguna sebagai pengurang pajak penghasilan
perusahaan (Darmadi, 2013).
Capital Intensity mengukur seberapa besar perusahaan menginvestasikan asetnya dalam bentuk
aset tetap dan persediaan. Dalam penelitian ini capital intensity akan diproksikan dengan
intensitas aset tetap. Intensitas aset tetap adalah jumlah aset tetap yang dimiliki perusahaan
dibandingkan dengan total aset perusahaan. Adapun rumus Capital Intensity sebagai berikut:

Komisaris Independen terhadap Konservatisme Akuntansi

Menurut (Pramudya & Rahayu, 2021) dewan komisaris independen merupakan anggota komisaris yang
tidak memiliki hubungan afiliasi dengan perusahaan termasuk hubungan keluarga dengan direksi,
pemegang saham, anggota dewan komisaris lain atau hubungan lain yang dapat mempengaruhi
independensi dewan komisaris tersebut.

Dewan komisaris adalah mekanisme pengendalian risiko yang paling penting. Adanya dewan komisaris
pada suatu perusahaan memberikan pengendalian intern agar perusahaan berjalan sesuai dengan
peraturan/prosedur yang seharusnya serta dengan adanya dewan komisaris independen di suatu
perusahaan, perusahaan akan terhindar dari pelanggaran pajak akibat penghindaran pajak dengan
memanfaatkan penerapan konservatisme akuntansi dalam laporan keuangannya.

Komisaris Independen terhadap Capital Intensity


Tugas Komisaris Independen yaitu melakukan pengawasan dengan baik dan mengarahkan perusahaan
berdasarkan pada aturan yang telah ditetapkan. Komisaris Independen melakukan pengarahan dan
mengawasi agar tidak terjadi asimetri informasi yang sering terjadi antara pemilik perusahaan (principal)
dan manajemen perusahaan (agen). Komisaris Independen menjadi penengah antara manajemen
perusahaan dan pemilik perusahaan dalam mengambil kebijakan agar tidak melanggar hukum termasuk
penentuan strategi yang terkait dengan pembayaran pajak. Adanya pengawasan komisaris independen
kepada pihak manajemen perusahaan yang memiliki sifat self interest mengefesiensikan laba untuk
kepentingan diri sendiri. Lebih lanjut upaya pihak perusahaan untuk meningkatkan beban penyusutan
pada aset tetapnya untuk mengurangi laba yang disajikan dalam laporan keuangan diminimalisir dengan
adanya dewan komisaris independen guna untuk menghindari pajak yang besar.
Dengan adanya dewan komisaris independen diharapkan dapat terjadi keseimbangan antara
manajemen perusahaan dan para stakeholder dalam perusahaan.
Alasan memilih judul

Karena Realisasi penerimaan pajak dari tahun ke tahun mengalami peningkatan, namun capaian
tersebut belum memenuhi target yang direncanakan dalam RAPBN setiap tahunnya. Tidak tercapainya
target penerimaan pajak, berarti terdapat hal-hal yang mempengaruhi penerimaan pajak tersebut dalam
waktu 4 tahun terakhir yaitu 2017 sampai 2020.

Menurut laporan Tax Justice Network yang berjudul The State of Tax Justice 2020, Indonesia
diperkirakan merugi hingga 4,86 miliar dollar AS per tahun. Angka tersebut setara dengan Rp. 68,7
triliun rupiah. Dari angka tersebut, sebanyak 4,78 miliar dollar AS setara Rp. 67,6 triliun diantaranya
merupakan buah dari penghindaran pajak korporasi di Indonesia. Adapun, dalam laporan The State of
Tax Justice 2020 Indonesia berada di peringkat keempat se-Asia (www.kompas .com, 2020). Berdasarkan
beberapa fenomena penghindaran pajak (tax avoidance) diatas, persoalan tax avoidance merupakan
persoalan yang rumit dan unik karena disatu sisi tax avoidance tidak melanggar hukum (legal), tapi disisi
lain tax avoidance tidak diinginkan oleh pemerintah karena mengurangi pendapatan bagi negara. Hal
tersebut merupakan alasan penulis tertarik untuk meneliti tentang penghindaran pajak (tax avoidance).

 Dalam penelitian (Adi & Mildawati, 2018) menyatakan bahwa konservatisme akuntansi
berpengaruh positif terhadap tax avoidance. Hasil yang berbeda justru didapat (Pangestu &
Pratomo, 2020) yang menyatakan bahwa konservatisme akuntansi tidak berpengaruh terhadap
tax avoidance.
 Berdasarkan penelitian (Pangestu & Pratomo, 2020) menemukan bahwa capital intensity
berpengaruh secara negative terhadap tax avoidance. Sedangkan menurut (Marlinda et al.,
2020) menyatakan bahwa capital intensity tidak berpengaruh terhadap tax avoidance.
 Dalam penelitian (Wati & Astuti, 2020) menyatakan bahwa dewan komisaris independen
berpengaruh negative terhadap tax avoidance. Berbeda dengan (Marlinda et al., 2020) yang
menemukan bahwa dewan komisaris independen tidak berpengaruh terhadap tax avoidance.
Alasan memilih perusahaan sector energi

Perusahaan sector energi adalah perusahaan yang operasionalnya memperdagangkan produk yang
terkait dengan ekstrak energi. Seperti pertambangan minyak bumi, batu bara, gas alam, serta
perusahaan-perusahaan yang menyediakan jasa untuk mendukung industri tersebut.

Maka dapat disimpulkan bahwa peran sektor energi yang sangat besar dalam perekonomian dan juga
kebutuhan energi semakin meningkat setiap tahunnya.

Jadi disini saya ingin mengetahui apakah didalam perusahaan sector energi ini terdapat Tindakan
penghindaran pajak.

Dan selain itu adanya fenomena tax avoidance di perusahaan sector energi yaitu pada perusahaan
Adaro Energy. Diman berdasarkan laporan yang dikeluarkan oleh Global Witness yang menyebutkan
bahwa salah satu perusahaan tambang terbesar di Indonesia, PT. Adaro Energy Tbk melakukan akal-
akalan pajak mulai dari 2009 sampai dengan 2017. Perusahaan ini disebut telah memindahkan
keuntungannya dalam jumlah besar ke jaringan perusahaan luar negeri yang terus bertumbuh dan telah
membantu PT. Adaro Energy Tbk dalam menghindari atau mengurangkan pajak yang seharusnya
dibayarkan di Indonesia.

Yang membedakan dengan penelitian sebelumnya adalah

Adanya variable moderating yaitu komisaris independent, dimana salah satu tujuan dalam penelitian ini
adalah ingin mengetahui apakah komisaris independent dapat memperkuat atau memperlemah
hubungan antara konservatisme akuntansi dan tax avoidance, serta capital intensity dan tax avoidance.

Batasan Penelitian

Penelitian ini memiliki keterbatasan yaitu sampel yang digunakan hanya terbatas pada perusahaan
sektor energi yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) dan periode pengamatan dalam penelitian
masih terlalu singkat. Pada penelitian selanjutnya diharapkan untuk menambah sektor penelitian,
misalnya perusahaan sektor industri barang konsumsi dan menambah periode pengamatan, misalnya
periode pengamatan selama 7 tahun agar mendapat hasil yang berbeda dan dapat mempengaruhi
Tindakan tax avoidance. selain itu variabel penelitian ini sangat terbatas yaitu konservatisme akuntansi,
capital intensity, dan komisaris independen saja. Pada penelitian selanjutnya diharapkan dapat
menambah variabel independen lain yang mungkin memiliki pengaruh terhadap tax avoidance, seperti
family ownership, corporate governance, leverange, dan lain-lain.

Jenis Penelitian dan metode penelitian

Penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian kuantitatif dengan pendekatan kausal.
Dalam penelitian ini bertujuan untuk mengetahui ada atau tidaknya pengaruh yang bersifat sebab-
akibat antar dua variabel atau lebih. Sehingga metode kausal inilah yang tepat saya ambil. Dimana
penelitian ini terdiri dari variabel independen yaitu konservatisme akuntansi, Capital Intensity (Intensitas
Modal) dan Komisaris Independen sebagai variabel moderating terhadap variabel dependen yaitu Tax
Avoidance pada perusahaan sektor energi yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode 2017 – 2021.

Populasi Penelitian & Sampel Penelitian


Populasi dalam penelitian ini adalah perusahaan sektor energi yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia
(BEI) periode 2017 sampai dengan tahun 2021. Untuk pengambilan sampel dalam penelitian ini
menggunakan metode purposive sampling dimana pemilihan sampel tidak secara acak, namun
berdasarkan kriteria atau pertimbangan tertentu yang dibuat sendiri oleh peneliti.

Kriteria:

- Perusahaan sector energi yang terdaftar di BEI tahun 2017-2021


- Perusahaan sector energi yang mengalami rugi laporan keuangan
- Perusahaan sector energi yang tidak memiliki kelengkapan data yang dibutuhkan

Sampel 21 perusahaan, data 105 sampel

Mengapa memilih data sekunder

Sesuai dengan variable dan objek penelitian saya, data yang diperlukan berupa angka-angka valid yang
berasal dari laporan keuangan perusahaan yang diakses melalui BEI atau website resmi perusahaan.

Teknik Pengumpulan data

Metode pengumpulan data yang digunakan oleh peneliti dalam memperoleh data serta informasi
lainnya adalah dokumentasi.

Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder berupa annual report/ laporan
keuangan perusahaan sector energi yang terdaftar di BEI periode 2017-2021 yang didapatkan melalui
website www.idx.co.id serta situs resmi dari masing-masing perusahaan.

Metode Analisis Data

Metode analisis yang digunakan yaitu analisis statistic deskriptif, uji asumsi klasik, uji hipotesis, dan
analisis regresi linear berganda dengan Moderated Regression Analysis (MRA)

Anda mungkin juga menyukai