Anda di halaman 1dari 49

UKURAN PERUSAHAAN SEBAGAI VARIABEL MODERASI

PENGARUH PROFITABILITAS DAN FRAUDULENT


FINANCIAL TERHADAP AUDIT DELAY

(Studi empiris pada Perusahaan BUMN yang Terdaftar di Bursa Efek


Indonesia Periode 2017-2021)

USULAN PENELITIAN

Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Izin Penelitian


Tesis pada Program Studi Magister Akuntansi
Universitas Sultan Ageng Tirtayasa

Disusun Oleh:
MAEMANAH
5552 170099

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS JURUSAN AKUNTANSI


UNIVERSITAS SULTAN AGENG TIRTAYASA
SERANG BANTEN
2022
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Setiap wajib pajak diwajibkan untuk ikut berpartisipasi agar laju

pertumbuhan dan pelaksanaan pembangunan nasional dapat berjalan dengan baik

demi kemajuan dan kesejahteraan Negara. Namun dari sudut pandang perusahaan,

pajak merupakan beban bagi perusahaan yang dapat mengurangi laba bersih suatu

perusahaan, sehingga banyak perusahaan yang berupaya untuk memperkecil pajak

dengan legal maupun ilegal sehingga mereka mampu mencapai target laba yang

telah ditetapkan.

Oleh karena itu, pemerintah menggiatkan perusahaan dan orang pribadi

untuk membayar pajak dengan berbagai sosialisasi. Dalam prakteknya masih

banyak perusahaan dan orang pribadi yang belum melaksanakan kewajiban

mereka membayar pajak. Banyak juga perusahaan dan orang pribadi yang

berusaha meminimalisasikan pembayaran pajak mereka melalui kegiatan

agresivitas pajak. Apabila dilakukan dengan tepat maka agresivitas pajak dapat

memberikan manfaat yang signifikan terutama bagi wajib pajak perusahaan.

Indikasi dari independensi sebuah negara sangat ditentukan dari besarnya

penerimaan pajak, karena pajak memiliki porsi yang paling besar dalam

penerimaan negara yang akan digunakan untuk membiayai Anggaran Pendapatan

dan Belanja Negara (APBN) suatu negara. Realisasi sektor pajak setiap tahunnya

selalu mengalami peningkatkan yang cukup signifikan

1
2

Bagi perusahaan, pajak dianggap sebagai beban yang akan mengurangi

laba perusahaan, sehingga mereka akan melakukan strategi-strategi untuk

mengurangi pajaknya. Usaha atau strategi untuk mengurangi pajak dapat disebut

tindakan agresif terhadap pajak atau agresivitas pajak. Perusahaan dapat

melakukan agresivitas pajak dengan cara memanfaatkan fasilitas pengurang pajak

yang ada pada PPh pasal 6 ayat 1b, misalnya dengan memanfaatkan penyusutan

aset tetap sebagai pengurang laba kena pajak perusahaan, dapat memanfaatkan

peraturan PPh pasal 4 ayat 3 tentang bukan obyek pajak dengan memilih atau

menghasilkan pendapatan yang bukan objek pajak, misalnya, perseroan terbatas

dapat berinvestasi pada perusahaan atau badan usaha di Indonesia, dan deviden

yang diterima oleh PT akan dikategorikan sebagai pendapatan yang tidak

termasuk objek pajak dengan syarat PT memiliki saham paling sedikit 25% dari

jumlah modal di setor pada perusahaan sebagaimana diatur pada UU PPh pasal 4

ayat 3.

Pemerintah memaksimalkan penerimaan dari sektor pajak bertentangan

dengan tujuan dari perusahaan sebagai wajib pajak, dimana perusahaan berusaha

meminimalkan biaya yang dikeluarkan untuk memperoleh laba yang maksimal

sehingga dapat memberikan pertanggungjawaban kepada pemilik atau pemegang

saham dan dalam melanjutkan kelangsungan hidup perusahaan. Pajak merupakan

sebuah beban yang harus ditanggung oleh perusahaan. Besarnya biaya pajak dapat

mengurangi keuntungan atau laba yang diperoleh perusahaan. Pembayaran pajak

yang sesuai dengan ketentuan tentunya akan bertentangan dengan tujuan utama

perusahaan, yaitu memaksimalkan keuntungan atau laba, sehingga perusahaan


3

berusaha untuk meminimalkan biaya pajak yang ditanggungnya. Cara yang

dilakukan oleh perusahaan antara lain dengan tax planning atau dengan

agresivitas pajak.

Menurut Frank, Lynch, dan Rego (2009) dalam (Djeni, Djumena, dan

Yuniarwati, 2017), agresivitas pajak didefinisikan sebagai tindakan manipulasi

terhadap Penghasilan Kena Pajak melalui tindakan perencanaan pajak, baik

dengan cara yang tergolong legal (tax avoidance) ataupun ilegal (tax evasion).

Dalam penelitian ini, agresivitas pajak diukur menggunakan rasio effective tax

rate.

Agresivitas pajak dapat timbul karena adanya perbedaan kepentingan

antara wajib pajak dengan pemerintah. Pemerintah memerlukan dana untuk

membiayai penyelenggaraan kegiatan pemerintah yang sebagian besar

penghasilannya dari pajak. Sementara perusahaan sebagai wajib pajak

menganggap bahwa pajak termasuk digolongkan dalam biaya yang harus

dikeluarkan perusahaan, dengan membayar pajak, hal itu berarti mengurangi

jumlah laba bersih yang akan diterima perusahaan.

Tindakan tax aggressive adalah suatu tindakan yang didesain untuk

mengurangi penghasilan kena pajak (PKP) dengan perencanaan pajak yang

dilakukan sesuai, dimana yang diklasifikasikan ataupun tidak diklasifikasikan

sebagai tax evasion Frank, Lynch, dan Rego (2009) dalam (Djeni et al., 2017).

Walau tidak semua tindakan yang melanggar peraturan, namun semakin banyak

celah yang digunakan ataupun semakin besar penghematan yang dilakukan maka

perusahaan tersebut dianggap semakin agresif terhadap pajak.


4

Tindakan agresivitas pajak dapat dianggap akan memberikan keuntungan

ekonomi yang besar. Keputusan tindakan agresivitas pajak biasa dilakukan oleh

manajemen. Hal ini dikhawatirkan akan membuka peluang bagi manajemen untuk

bersikap oportunis dengan melakukan agresivitas pajak tanpa memperhatikan

jangka panjang perusahaan. Ariyani (2014) dalam (Lubis, Suryani, dan

Anggraeni, 2018).

Fenomena yang terjadi terkait faktor yang mempengaruhi agresivitas pajak

antara lain banyaknya perusahaan yang melakukan penghindaran pajak

menyebabkan kerugian bagi negara. Dalam laporan Tax Justice Network yang

berjudul The State of Tax Justice 2020: Tax Justice in the time of Covid-19

disebutkan dari angka tersebut, sebanyak US$ 4,78 miliar setara Rp 67,6 triliun

diantaranya merupakan buah dari pengindaran pajak korporasi di Indonesia.

Sementara sisanya US$ 78,83 juta atau sekitar Rp 1,1 triliun berasal dari wajib

pajak orang orang pribadi. Temuan Tax Justice Network menyebutkan dalam

praktiknya perusahaan multinasional mengalihkan labanya ke negara yang

dianggap sebagai surga pajak. Tujuannya untuk tidak melaporkan berapa banyak

keuntungan yang sebenarnya dihasilkan di negara tempat berbisnis. Korporasi

akhirnya membayar pajak lebih sedikit dari yang seharusnya. Sementara, untuk

wajib pajak orang pribadi yang tergolong orang kaya menyembunyikan aset dan

pendapatan yang dideklarasikan di luar negeri, di luar jangkauan hukum.

Penyalahgunaan pajak perusahaan, di mana negara-negara berpenghasilan rendah

kehilangan setara dengan 5,5% dari pendapatan pajak yang dikumpulkan dan

negara-negara berpenghasilan tinggi kehilangan 1,3%, sebagaimana dikutip dalam


5

The State of Tax Justice 2020: Tax Justice in the time of Covid-19. Sebagai

gambaran, Kemenkeu mamatok target penerimaan pajak di tahun ini mencapai Rp

1.198,82 triliun. Artinya, estimasi penghindaran pajak itu setara dengan 5,7% dari

target akhir 2020. Perkiraan nilai penghindaran pajak itu juga setara 5,16%

dibandingkan realisasi penerimaan pajak 2019 yang senilai Rp 1.332 triliun.

Selain itu Hasil penelusuran yang dilakukan oleh Direktorat Jendral Pajak

menemukan bahwa adanya pembengkakan biaya yang mengakibatkan

penghasilan kena pajak berkurang yang secara otomatis beban pajak,

penghindaran pajak di Indonesia dapat dilihat dari rasio pajak (tax ratio) negara

Indonesia. Rasio pajak menunjukkan kemampuan pemerintah dalam

mengumpulkan pendapatan pajak. Semakin tinggi rasio pajak suatu negara, maka

semakin baik kinerja pemungutan pajak negara tersebut. Rasio pajak negara

Indonesia pada tahun 2018 hanya mencapai 10,3 persen (Santoso dan Hidayat,

2020).

Melalui alternative minimum tax (AMT) pemerintah berencana

mengenakan tarif pajak minimum sebesar 1% dari penghasilan bruto.

Kementerian Keuangan mencatat, total WP badan yang melaporkan kerugian

sejak 2015 hingga 2019 mencapai 9.496 WP, meningkat 83% dibdaningkan

periode 2012-2016 sebanyak 5.199 WP. Hal ini mengindikasikan adanya praktik

penghindaran pajak (Wildan, 2021)

Berdasarkan fenomena di atas tindakan agresivitas pajak kerap dilakukan

oleh perusahaan-perusahaan besar. Dari fenomena yang telah diuraikan tersebut

perusahaan merasa terbebani dengan jumlah pajak yang harus ditanggungnya.


6

Terdapat beberapa hal yang dapat mempengaruhi perusahaan dalam besar

kecilnya membayar pajak antara lain profitabilitas, kebijakan hutang, dan ukuran

perusahaan.

Profitabilitas merupakan variabel yang juga mampu mempengaruhi

agresivitas pajak. profitabilitas adalah hasil bersih dari berbagai kebijaksanaan

dan keputusan yang diterapkan oleh perusahaan. profitabilitas berperan penting

dalam semua aspek bisnis karena dapat menunjukkan efisiensi dari perusahaan

dan mencerminkan kinerja perusahaan. Selain itu profitabilitas juga menunjukkan

bahwa perusahaan akan membagikan hasil yang semakin besar kepada investor.

Perusahaan yang mampu membagikan laba semakin tinggi menunjukkan bahwa

kinerja perusahaan yang semakin baik, sehingga dapat menghasilkan tanggapan

baik dari para investor yang berdampak pada meningkatnya harga saham

perusahaan (Suwardika dan Mustdana, 2017)

Profitabilitas yang diproksikan dengan ROA yang tinggi merupakan salah

satu indikator penting atas suatu kinerja sebuah perusahaan. Dengan ROA yang

tinggi akan membuat investor tertarik menanamkan modalnya dengan harapan

perusahaan mampu memberikan tingkat pengembalian yang tinggi atas modal

tersebut. Semakin tinggi tingkat profitabilitas sebuah perusahaan, maka akan

semakin besar beban pajak yang harus dibayarkannya. Hal tersebut disebabkan

karena besaran beban pajak diperhitungkan berdasarkan besarnya penghasilan

yang didapatkan oleh perusahaan. Dengan beban pajak yang tinggi

mengakibatkan perusahaan akan berusaha untuk melakukan tindakan agresivitas

pajak. Sehingga perusahaan memiliki profitabilitas yang tinggi cenderung


7

melakukan agresivitas pajak yang diukur dengan nilai ETR. Nilai ETR yang

semakin rendah mengindikasikan perusahaan melakukan tindakan agresivitas

pajak.

Faktor lain yang berpengaruh terhadap tindakan agresivitas pajak adalah

kebijakan hutang. Kebijakan utang atau debt policy merupakan bagian dari

kebijakan pendanaan yang memiliki peran signifikan terhadap tingkat

penghindaran pajak perusahaan seperti dalam menentukan pembiayaan

perusahaan dalam bentuk utang (Zahirah, 2017). Selain itu, utang juga dapat

menyamakan kepentingan manajer dan pemegang saham serta dapat menurunkan

biaya pajak yang harus ditanggung perusahaan karena beban bunga berfungsi

menurunkan biaya pajak.

Kebijakan hutang dapat menggambarkan keputusan yang diambil oleh

pihak manajemen agar dapat menentukan sumber-sumber pendanaannya.

Kebijakan hutang ini dilakukan untuk menambah dana perusahaan yang akan

digunakan untuk dapat memenuhi kebutuhan operasional perusahaan. Disamping

itu perusahaan memiliki kewajiban untuk mengembalikan pinjaman dan harus

membayar beban bunganya secara periodik. Adanya kewajiban tersebut membuat

manajer berupaya untuk meningkatkan laba sehingga dapat memenuhi kewajiban

dari penggunaan hutang. Kebijakan hutang berbicara mengenai seberapa jauh

perusahaan menggunakan pendanaan utang dalam rangka untuk membiayai

aktivitas operasional perusahaan (Pratiwi dan Mertha, 2017)


8

Salah satu cara yang dapat dilakukan untuk melakukan penghindaran pajak

adalah dengan thin capitalization (Lietz, 2014). Thin capitalization adalah suatu

kondisi dimana sebuah perusahaan lebih banyak menggunakan utang dibdaning

modal sebagai sumber pendanaannya (OECD, 2012). Utang dapat digunakan

untuk meningkatkan nilai suatu perusahaan karena beban bunga atas utang

tersebut dapat mengurangi penghasilan kena pajak (Modigliani & Miller, 1963).

Jadi, penghindaran pajak ini dilakukan karena adanya celah dalam aturan pajak.

Umumnya ketentuan perpajakan mengatur bahwa pembayaran bunga merupakan

beban yang dapat dikurangkan secara fiskal (deductible expense). Ketentuan ini

kemudian dieksploitasi dengan cara pemberian pinjaman dengan jumlah yang

melebihi kewajaran, yang tujuannya tidak lain supaya beban secara fiskal

membesar, kemudian laba fiskal akan mengecil dan pada akhirnya pajak yang

harus dibayar menjadi kecil atau bahkan tidak perlu membayar pajak sama sekali,

karena secara fiskal wajib pajak mengklaim rugi.

Berdasarkan PMK No. 169/PMK.010/2015 (Kementrian Keuangan

Republik Indonesia, 2015) merupakan peraturan di Indonesia yang mengakui

beban bunga sebagai deductible expense. Peraturan ini mengatur bahwa bunga

hutang yang dapat diakui sebagai biaya adalah sebesar bunga atas hutang yang

perbdaningannya terhadap modal, yaitu setinggi-tingginya empat bdaning satu

(4:1).

Ukuran perusahaan menunjukkan kemampuan perusahaan dengan

tindakan pengembalian keputusan perpajakannya. Ukuran perusahaan

menunjukkan kestabilan dan kemampuan perusahaan untuk melakukan aktivitas


9

ekonominya. Semakin besar ukuran perusahaan maka semakin menjadi pusat

perhatian dari pemerintah dan akan menimbulkan kecenderungan untuk berlaku

patuh (compliances) atau menghindari pajak (tax avoidance), prinsip utama untuk

tata kelola perusahaan yang baik harus didasarkan pada keterbukaan dan

transparansi. Bahkan, kerangka tata kelola perusahaan harus memastikan bahwa

pengungkapan yang tepat waktu dan akurat dibuat pada semua hal yang material

mengenai korporasi, termasuk situasi keuangan, kinerja, kepemilikan, dan tata

kelola perusahaan.

Dapat dikatakan bahwa perusahaan besar memiliki sumber daya yang

besar pula untuk membuat perencanaan pajak dengan baik. Perusahaan yang dapat

membuat perencanaan pajak dengan baik dapat mengurangi jumlah pajak yang

harus dibayarkan perusahaan. Oleh karena itu, manajemen berusaha untuk

mengelola keuangan perusahaannya dengan baik dan efisien. Salah satu langkah

efisiensi yang dilakukan yaitu dengan meminimalkan beban pajak, yang dianggap

dapat mengurangi kemampuan ekonomis perusahaan. Sehingga manajemen

termotivasi untuk melakukan penghindaran pajak agar dapat meminimalkan beban

perusahaan.

Jika banyak perusahaan yang melakukan penghindaran pajak maka

penerimaan negara yang bersumber dari pajak yang seharusnya diperoleh oleh

negara menjadi tidak maksimal. Berikut gambaran antara target dengan realisasi

penerimaan pajak negara 12 tahun terakhir dari tahun 2010 s/d 2021 adalah

sebagai berikut :
10

Sumber : Kementrian Keuangan, 2022

Gambar 1.1
Target dan Realisasi Penerimaan Pajak Negara, 2010-2021

Berdasarkan Tabel 1.1 target dan realisasi penerimaan pajak, dari tahun

2010 hingga 2021. Realisasi pajak hingga Desember 2021 sebesar 1277,50 triliun

atau melebihi target yang ditetapkan yaitu sebesar 103,9 persen dari target

Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) 2021, yang sebesar

Rp1229,59 triliun. Nilai tersebut juga meningkat dibdaningkan realisasi tahun

2020, pada periode 2020 yakni realisasi sebesar Rp758,60 triliun. Salah satu

faktor adanya tekanan dari penerimaan pajak adalah penerapan Pembatasan Sosial

Berskala Besar (PSBB). Selama 12 tahun terakhir, target realisasi penerimaan

pajak hanya terpenuhi satu kali pada 2021 yakni 103,9 persen atau sebanyak

Rp1277,50 triliun (Kementrian Keuangan Republik Indonesia, 2022).

Pemerintah dan wajib pajak mempunyai kepentingan yang berbeda

dalam melaksanakan pemungutan pajak. Pemerintah ingin terus meningkatkan

atau mengoptimalkan penerimaan pajak negara melalui pajak guna membiayai

penyelenggaraan negara, sedangkan wajib pajak akan berusaha memperkecil


11

jumlah pembayaran pajak sehingga target pendapatan atau laba yang telah

ditetapkan dapat tercapai. Hal ini dimungkinkan apabila ada peluang untuk

memanfaatkan celah dari kelemahan peraturan perpajakan. Kementerian

Keuangan mencatat penerimaan pajak sepanjang Januari 2019 tumbuh 8,82% atau

meningkat dari Rp 79 triliun menjadi Rp 86 triliun. Meski penerimaan masih

tumbuh positif, tetapi penerimaan sektor industri pengolahan atau

manufaktur justru tumbuh negatif. Padahal sektor ini berkontribusi sebesar 20,8%

terhadap penerimaan pajak. Penerimaan sektor manufaktur tercatat sebesar Rp

16,77 triliun atau turun 16,2% year on year. Pihak Direktorat Jenderal Pajak

mengatakan, penurunan penerimaan pajak sektor manufaktur terutama

dikarenakan restitusi dipercepat yang melonjak di Januari tahun ini. Bila dilihat,

jumlah restitusi PPN yang dilakukan sebanyak Rp 16,4 triliun atau tumbuh

40,66% year on year (yoy). Padahal, pada Januari 2018, nominal restitusi PPN

sebesar Rp 11,6 triliun. (Yuniartha dan Hidayat, 2019)

Praktik tax avoidance dilakukan dengan berbagai modus misalnya (1)

modus franchisor yaitu dengan membuat laporan keuangan seolah rugi, (2) modus

pembelian bahan baku dari perusahaan satu grup. Pembelian bahan baku dengan

harga mahal dari perusahaan satu grup yang berdiri di negara bertarif pajak

rendah, (3) modus berhutang atau menjual obligasi kepada afiliasi perusahaan

induk dan membayar kembali cicilan bunga sangat tinggi, (4) modus

menggeserkan biaya usaha ke negara bertarif pajak tinggi (cost center) dan

mengalihkan profit ke negara bertarif pajak rendah (profit center). Keuntungan

perusahaan terlihat kecil dan tidak perlu membayar pajak korporasi, (5) modus
12

menarik deviden lebih besar dengan menyamarkan biaya royalti dan jasa

manajemen untuk menghindari pajak korporasi, (6) modus terakhir mengecilkan

omset penjualan (Suryana, 2013) dalam (Hidayat dan Mulda, 2019).

Pada penelitian sebelumnya terdapat hasil yang berbeda-beda, hasil

penelitian yang dilakukan (Rinaldi dan Cheisviyanny, 2015), (Dewinta dan

Setiawan, 2016), (Dewi dan Noviari, 2017) profitabilitas berpengaruh positif

terhadap penghindaran pajak dan penelitian yang menyatakan profitabilitas

berpengaruh negatif terhadap penghindaran pajak yaitu penelitian yang dilakukan

(Ariandanini dan Ramantha, 2018). Penelitian yang dilakukan oleh (Lubis et al.,

2018) mengemukan kebijakan hutang berpengaruh signifikan terhadap agresifitas

pajak. Hasil penelitian ini sejalan dengan (Hartadinata dan Tjaraka, 2013) dan

(Atari, 2016) membuktikan bahwa kebijakan hutang berpengaruh positif dan

signifikan terhadap agresivitas pajak karena nilai rasio tingkat utang yang semakin

tinggi disebabkan oleh hutang kepada pihak ketiga lebih tinggi daripada hutang

kepada pemegang saham, sehingga beban bunga akan lebih besar dan dapat

mengurangi beban pajak perusahaan. Selanjutnya hasil penelitian (Budianti,

Nazar, dan Kurnia, 2018) membuktikan bahwa ukuran perusahaan memiliki

pengaruh signifikan terhadap agresivitas pajak perusahaan, Penelitian lain yang

telah dilakukan oleh (Swingly dan Sukartha, 2015), (Dharma dan Ardiana, 2016),

dan (Dewinta dan Setiawan, 2016) menyatakan bahwa ukuran perusahaan

berpengaruh positif pada penghindaran pajak.

Penelitian ini menggunakan dua variabel independen yaitu profitabilitas

dan kebijakan hutang dengan satu variabel moderasi yaitu ukuran perusahaan.
13

Dengan populasi penelitian yaitu perusahaan manufaktur sub sektor makanan dan

minuman sebagai objek penelitian dikarenakan industri barang dan konsumsi

terutama makanan dan minuman menjadi salah satu sektor manufaktur andalan

yang berkontribusi besar terhadap pertumbuhan ekonomi nasional dan

berkontribusi besar terhadap penerimaan pajak. Hal tersebut, dapat dilihat dari

hasil pencapaian kinerjanya dan pergerakan harga sahamnya selama ini tercatat

konsisten dan positif, baik dalam peningkatan produktivitas, investasi, ekspor dan

penyerapan tenaga kerja.

Berdasarkan uraian dari latar belakang yang telah disebutkan, peneliti

tertarik untuk mengadakan penelitian lebih lanjut mengenai masalah agresivitas

pajak pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia selama

kurun waktu 2017-2020. Oleh karena itu, peneliti mengambil judul Pengaruh

profitabilitas dan kebijakan hutang terhadap agresivitas pajak dengan

ukuran perusahaan sebagai variabel moderasi (Studi empiris pada

Perusahaan Manufaktur Sub Sektor Makanan dan Minuman yang Terdaftar

di Bursa Efek Indonesia Periode 2017-2020)


14

1.2 Rumusan Masalah

Masalah perpajakan merupakan keadaan yang selalu berkembang dalam

kehidupan masyarakat, definisi pajak sendiri diartikan berbeda antara pihak

pemerintah dan pihak perusahaan. Berdasarkan latar belakang penelitian diatas,

maka penelitian ini bermaksud untuk mengetahui pengaruh profitabilitas dan

kebijakan hutang terhadap agresivitas pajak dengan ukuran perusahaan sebagai

variabel moderasi pada perusahaan manufaktur sub sektor makanan dan minuman

yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia, maka masalah penelitian ini dirumuskan

sebagai berikut :

1. Apakah profitabilitas berpengaruh terhadap agresivitas pajak pada perusahaan

manufaktur sub sektor makanan dan minuman yang terdaftar di Bursa Efek

Indonesia Periode 2017-2020?

2. Apakah kebijakan hutang berpengaruh terhadap agresivitas pajak pada

perusahaan manufaktur sub sektor makanan dan minuman yang terdaftar di

Bursa Efek Indonesia Periode 2017-2020?

3. Apakah ukuran perusahaan memoderasi pengaruh profitabilitas terhadap

agresivitas pajak pada perusahaan manufaktur sub sektor makanan dan

minuman yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia Periode 2017-2020?

4. Apakah ukuran perusahaan memoderasi pengaruh kebijakan hutang terhadap

agresivitas pajak pada perusahaan manufaktur sub sektor makanan dan

minuman yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia Periode 2017-2020?


15

1.3 Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah diatas, tujuan yang ingin dicapai dari

penelitian ini adalah :

1. Untuk mengetahui dan menganalisis besarnya pengaruh profitabilitas terhadap

agresivitas pajak pada perusahaan manufaktur sub sektor makanan dan

minuman yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia Periode 2017-2020

2. Untuk mengetahui dan menganalisis besarnya pengaruh kebijakan hutang

terhadap agresivitas pajak pada perusahaan manufaktur sub sektor makanan

dan minuman yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia Periode 2017-2020

3. Untuk mengetahui dan menganalisis besarnya ukuran perusahaan memoderasi

pengaruh profitabilitas terhadap agresivitas pajak pada perusahaan manufaktur

sub sektor makanan dan minuman yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia

Periode 2017-2020

4. Untuk mengetahui dan menganalisis besarnya ukuran perusahaan memoderasi

pengaruh kebijakan hutang terhadap agresivitas pajak pada perusahaan

manufaktur sub sektor makanan dan minuman yang terdaftar di Bursa Efek

Indonesia Periode 2017-2020

1.4 Kegunaan Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan mampu memberikan kontribusi ilmiah bagi

berbagai pihak. Dan secara global akan memberikan kontribusi kepada :

1. Bagi Penulis

Penelitian ini merupakan bentuk aplikasi keilmuan peneliti yang diperoleh

selama perkuliahan. Hal ini diharapkan dapat memperluas wawasan,


16

pengetahuan dan pengalaman peneliti untuk berfikir kritis dan jeli dalam

menghadapi dan mengidentifikasi permasalahan yang terjadi.

2. Bagi Pembaca

Bagi pihak-pihak lain yang turut membaca penelitian ini agar dapat

menambah wawasan dan pengetahuan sesuai dengan topik penulisan tentang

pengetahuan dibidang manajemen keuangan khususnya yang membahas

tentang agresivitas pajak perusahaan.

3. Bagi Akademik

Sebagai masukan untuk mengadakan penelitian lebih lanjut dimasa mendatang

serta sebagai bahan rujukan (tambahan referensi) khususnya dalam bidang

keuangan.

4. Bagi Perusahaan

Bagi perusahaan penelitian ini bisa dijadikan informasi untuk seorang manajer

dalam pengambilan keputusan agar meningkatkan kinerja perusahaan di masa

mendatang, untuk mengevaluasi, dan untuk mengambil tindakan-tindakan

dalam melakukan kegiatan dalam perusahaan.


BAB II

LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS

2.1 Landasan Teori

2.1.1. Trade-off Theory

Trade off theory berasumsi bahwa perusahaan akan menggunakan hutang

sampai tingkat tertentu untuk memaksimalkan nilai perusahaan dengan

memanfaatkan pajak akibat penggunaan hutang, Mahardika dan Aisjah (2014)

dalam (Setiawati dan Putra, 2015).

Trade off theory menjelaskan bahwa penggunaa utang tidak hanya

memberi manfaat tetapi juga ada pengorbanannya. Manfaat penggunaan utang

berasal dari penghematan pajak karena sifat tax deductibility of interest payment

(pembayaran bunga bisa dipakai untuk mengurangi beban pajak). Tetapi juga

dapat memunculkan biaya kebangkrutan yang terdiri dari legal fee dan distress

price. Kemungkinan terjadinya kebangkrutan akan semakin besar apabila

perusahaan menggunakan utang yang semakin besar. Semakin besar kemungkinan

terjadi kebangkrutan, dan semakin besar biaya kebangkrutan, maka semakin

enggan perusahaan menggunakan utang yang banyak (Suad dan Pudjiastuti 2015).

Menurut Dincergok dan Yalciner (2011) dalam (Natalia, 2015)

menujukkan bahwa dalam trade-off theory, perusahaan memiliki target debt ratio

yang berbeda. Perusahaan dengan tangible assets yang tinggi dan berisiko rendah

cenderung memiliki high target debt ratio, sedangkan perusahaan dengan tangible

17
18

assets yang rendah dan berisiko tinggi akan memilih sumber pendanaan selain

hutang (low target debt ratio).

Dari penjelasan diatas dapat disimpulkan bahwa trade off theory

merupakan teori yang mengemukakan bahwa suatu perusahaan akan berhutang

sampai pada titik tertentu, untuk penghematan pajak (tax shield) dari tambahan

hutang sama dengan biaya kesulitan keuangan (financial distress). Trade off

theory menjelaskan hubungan antara kebijakan hutang dengan nilai perusahaan.

2.1.2. Agresivitas Pajak

Menurut (Sudany dan Masykur, 2017) upaya dalam melakukan

penghematan pajak secara legal dapat dilakukan melalui manajemen pajak.

Perencanaan pajak (tax planning) adalah langkah awal dalam manajemen pajak.

Pada tahap ini dilakukan pengumpulan dan penelitian terhadap peraturan

perpajakan agar dapat diseleksi jenis tindakan penghematan pajak yang akan

dilakukan. Pada umumnya penekanan perencanaan pajak adalah untuk

meminimumkan kewajiban pajak.

Tax planning adalah upaya subyek pajak untuk meminimalkan pajak yang

terutang melalui skema yang memang telah jelas diatur dalam peraturan

perundang-undangan perpajakan dan sifatnya tidak menimbulkan dispute antara

subyek pajak dan otoritas pajak (Kurniawati dan Arifin, 2017) Jika tujuan pajak

adalah merekayasa agar beban pajak dapat ditekan serendah mungkin dengan

memanfaatkan peraturan yang ada tetapi berbeda dengan tujuan pembuat undang-

undang, maka tax planning di sini sama dengan tax avoidance.


19

Tax avoidance merupakan bagian dari tax planning yang sama sekali

bukan dalam pengertian yang dilakukan dengan cara-cara yang melanggar

ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan yang berlaku atau mencuri

pajak, walaupun tidak bisa dihindari tentang adanya strategi tax planning yang

berusaha mengeksplorasi kelonggaran peraturan yang tidak diniatkan oleh

pembuat undang-undang. Menurut Lyons dalam (Sudany dan Masykur, 2017) tax

avoidance adalah istilah yang digunakan untuk menggambarkan pengaturan

secara legal kondisi perpajakan Wajib Pajak dengan tujuan mengurangi kewajiban

perpajakannya.

Perusahaan menganggap pajak sebagai biaya yang signifikan karena

dengan membayar pajak berarti mengurangi jumlah laba bersih yang akan

diterima. Oleh karena itu perusahaan diprediksi akan melakukan tindakan pajak

secara agresif yang dapat mengurangi biaya pajak tersebut. Perusahaan-

perusahaan yang berdiri saat ini umumnya tidak bertujuan untuk mensejahterakan

pemegang sahamnya saja dengan memperoleh laba, perusahaan juga tidak puas

dengan menghemat pajak yang sedikit. Dalam prakteknya, perusahaan-perusahaan

tersebut akan berusaha dengan berbagai cara untuk menghemat pajak semaksimal

mungkin meski resiko yang akan ditanggung semakin besar juga. Perusahaan

melaksanakan perencanaan pajak (tax planning) dengan baik agar terhindar dari

sanksi administrasi maupun pidana karena adanya perbedaan penafsiran antara

aparat fiskus dengan wajib pajak akibat dari begitu luasnya peraturan perpajakan

yang berlaku dan system informasi yang belum efektif. Perusahaan memerlukan

perencanaan pajak yang agresif untuk dapat menghemat pajaknya. Penghematan


20

pajak seperti ini dikenal dengan istilah agresivitas pajak (tax aggressive)

(Prameswari, 2017)

Menurut (Luke dan Zulaikha, 2016) agresivitas pajak adalah tindakan-

tindakan yang dilakukan oleh perusahaan untuk mengurangi kewajiban pajaknya.

Hal ini sejalan dengan yang dinyatakan Hlaing (2012) dalam (Hidayat,

Ompusunggu, dan Suratno, 2016) yang mendefenisikan agresivitas pajak sebagai

kegiatan perencanaan pajak semua perusahaan yang terlibat dalam usaha

mengurangi tingkat pajak yang efektif. Dengan demikian manfaat agresivitas

pajak adalah penghematan pajak yang dilakukan untuk meminimalkan beban

pajak sehingga keuntungan yang diperoleh perusahaan semakin besar serta untuk

memaksimalkan nilai perusahaan.

Agresivitas pajak adalah perencanaan pajak yang ditujukan untuk

menurunkan laba kena pajak (Martinez, 2017) dan dilakukan sebagai pemenuhan

kewajiban perpajakan yang masih sesuai dengan peraturan perpajakan (lawful).

Hal tersebut berbeda dengan tax evasion (penggelapan atau penyelundupan

pajak). Tax evasion adalah upaya wajib pajak menghindari pajak terutang secara

ilegal dengan cara menyembunyikan keadaan yang sebenarnya.

Cara untuk mengukur perusahaan yang melakukan agresivitas pajak yaitu

dengan menggunakan proksi Effective Tax Rates (ETR). Menurut (Gunawan dan

Sulistiawan, 2018) Effective Tax Rate adalah tarif pajak efektif,yang diukur

sebagai laporan antara beban pajak penghasilan dan pendapatan sebelum pajak.

Dimana semakin rendah ETR mengindikasikan adanya agresivitas pajak dalam

perusahaan. ETR yang rendah menunjukkan beban pajak penghasilan yang lebih
21

kecil dari pendapatan sebelum pajak. Rumus perhitungan ETR adalah (Luke dan

Zulaikha, 2016)

Beban pajak total


ETR =
Pendapatan sebelum pajak

2.1.3. Profitabilitas

Profitabilitas adalah kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba

dari aktivitas normal bisninsnya (Hery, 2016). Menurut Husnan dalam (Sudiani

dan Darmayanti, 2016), profitabilitas merupakan tingkat keuntungan bersih yang

diraih dari hasil operasional suatu perusahaan.

Dari penjelasan di atas dapat di simpulkan bahwa profitabilitas adalah

kemampuan suatu perusahaan dalam mengahasilkan keuntungan dalam

menjalankan suatu perusahaan.

Menurut (Fahmi, 2015) rasio ini mengukur efektifitas menejemen secara

keseluruhan yang di tunjukan oleh besar kecilnya tingkat keuntungan yang di

peroleh dalam hubungannnya dengan penjualan maupun investasi. Semakin baik

rasio profitabilitas maka semakin baik menggambarkan kemampuan tingginya

perolehan keuntungan perusahaan. Rasio profitabilitas yang digunakan dalam

penelitian ini menggunakan Return On Asset (ROA). Rasio ini melihat sejauh

mana investasi yang telah ditanamkan mampu memberikan pengembalian

keuntungan sesuai dengan yang diharapkan. Investasi tersebut sebenarnya sama

dengan asset perusahaan yang ditanamkan atau di tempatkan. Adapun rumus yang

dapat digunakan adalah:


22

Earning After Tax ( EAT)


ROA =
Total Asset

2.1.4. Kebijakan Hutang

Menurut Brigham dan Houston dalam (Septariani, 2017), kebijakan hutang

merupakan kebijakan yang diambil perusahaan untuk mendanai operasional

perusahaan denggan menggunakan hutang keuangan atau yang biasa disebut

financial leverage. Sedangkan menurut Mardiyanti dalam (Pratiwi, 2016),

kebijakan hutang merupakan kebijakan perusahaan tentang seberapa jauh sebuah

perusahan dalam menggunakan pendanaan hutang. Menurut Rahmawati dan

Haryanto dalam (Septariani, 2017), menyatakan bahwa kebijakan hutang

merupakan kebijakan pendanaan perusahaan yang bersumber dari eksternal

perusahaan. Dari penjelasan diatas dapat disimpulkan bahwa kebijakan hutang

merupakan kebijakan atau keputusan yang diambil manajemen perusahaan dalam

menentukan sumber pendanaannya untuk mendanai operasional perusahaan.

Menurut (Fahmi, 2015) kebijakan hutang diukur menggunakan rasio

leverage, adalah mengukur seberapa besar perusahaan dibiayai dengan hutang.

Penggunaan hutang yang terlalu tinggi akan membahayakan perusahaan karena

perusahaan akan masuk dalam kategori extream laverage yaitu perusahaan

terjebak dalam tingkat hutang yang tinggi dan sulit untuk melepaskan beban

hutang tersebut. Karena itu sebaiknya perusahaan harus menyeimbangkan berapa

hutang yang layak dibayar dan dari mana sumber-sumber yang dapat dipakai

untuk membayar hutang, dalam penelitian ini Debt to equity ratio (DER) atau

rasio hutang terhadap equitas, rasio ini merupakan rasio yang digunakan unutk

mengukur perbdaningan antara total hutang dengan total equitas. Menunjukkan


23

hubungan antara jumlah hutang yang diberikan oleh para kreditur dengan jumlah

modal sendiri yang diberikan oleh pemilik perusahaan (Hery, 2016). Adapun

rumus yang digunakan untuk mengukur debt to equity ratio (DER) (Fahmi, 2015)

Total Hutang
DER =
Modal Sendiri
2.1.5. Ukuran Perusahaan

Ukuran perusahaan merupakan besar kecilnya perusahaan yang dapat diukur

dari total aktiva/besar harta perusahaan dengan menggunakan perhitungan nilai

log total aktiva (Hartono, 2013). Oleh karena itu, kualitas laporan keuangan harus

transparan, terpercaya, dan terbebas dari manajemen laba karena dapat

mengaburkan informasi yang tersedia. Terutama untuk informasi yang berkaitan

dengan minimalisasi laba untuk meminimalkan pendapatan kena pajak sehingga

pembayaran pajak menjadi minim.

Klasifikasi ukuran perushaan menurut UU No. 20 Tahun 2008 tentang

tentang Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah dibagi ke dalam 4 (empat) kategori

yaitu usaha mikro, usaha kecil, usaha menengah, dan usaha besar. Kriteria ukuran

perushaan yang diatur dalam UU No. 20 Tahun 2008 adalah sebagai berikut :

Tabel 2.1
Kriteria Ukuran Perusahaan
Kriteria
Ukuran Perusahaan Assets ( Tidak termasuk tanah
Penjualan Tahunan
dan bangunan tempat usaha)
Usaha Mikro Maksimal 50 juta Maksimal 300 Juta
Usaha Kecil >50 Juta-500 Juta >300 juta-2.5 M
Usaha Menengah >10 juta-10 M 2.5 M-50 M
Usaha Besar >10 M >50 M
Sumber : UU No. 20 Tahun 2008

Menurut (Rudangga dan Sudiarta, 2016) ukuran perusahaan dapat

dinyatakan dengan total asset yang di miliki oleh perusahaan. Dalam ukuran
24

perusahaan terdapat tiga variabel yang dapat menentukan ukuran perusahaan yaitu

total asset, penjualan, dan kapitalisasi pasar. Karena variabel itu dapat

menentukan besarnya suatu perusahaan.

Size= Log Total Aktiva

Berdasarkan uraian di atas menunjukan bahwa untuk menentukan ukuran

perusahaan digunakan dengan ukuran aktiva yang diukur sebagai logaritma dari

total aktiva

2.2. Penelitian Terdahulu

Hasil-hasil penelitian terdahulu tentu sangat relevan sebagai referensi

ataupun pembdaning, karena terdapat beberapa kesamaan prinsip, walaupun

menggunakan variabel dan metode penelitian yang berbeda-beda. Beberapa

penelitian terdahulu yang menjadi acuan dalam penelitian ini antara lain :

Tabel 2.2
Penelitian Terdahulu
Metode dan
Nama Peneliti / Judul Persamaan dan
Teknik Analisis Hasil Penelitian
Penelitian Perbedaan
Data
(Putra dan Jati 2018) Metode yang Hasil penelitian yang dilakukan Persamaan:
digunakan menunjukkan bahwa menggunakan variabel
Ukuran perusahaan kuantiatif dengan profitabilitas berpengaruh yang sama yaitu ukuran
sebagai variabel teknik analisis positif pada penghindaran pajak. perusahaan,
pemoderasi pengaruh moderated Penelitian ini juga menemukan profitabilitas,
profitabilitas pada regression bahwa ukuran perusahaan penghindaran pajak,
penghindaran pajak analysis memperlemah pengaruh menggunakan metode
profitabilitas pada penghindaran kuantiatif dengan
pajak. teknik analisis
moderated regression
analysis

Perbedaan:
Perusahaan manufaktur
sektor industri, dan
perusahaan manufaktur
sektor industri barang
konsumsi
(Rahmadani, Muda, Metode yang Hasil pengujian hipotesis Persamaan:
25

dan Abubakar 2020) digunakan membuktikan bahwa ukuran menggunakan variabel


kuantiatif dengan perusahaan, profitabilitas, yang sama yaitu ukuran
Pengaruh ukuran teknik analisis leverage dan manajemen laba, perusahaan,
perusahaan, moderated secara simultan berpengaruh profitabilitas,
profitabilitas, regression signifikan terhadap penghindaran pajak,
leverage,dan analysis penghindaran pajak. Secara menggunakan metode
manajemen laba parsial, ukuran perusahaan kuantiatif dengan
terhadap penghindaran berpengaruh positif tidak teknik analisis
pajak dimoderasi oleh signifikan terhadap moderated regression
political connection penghindaran pajak, analysis
profitabilitas dan leverage
berpengaruh positif signifikan Perbedaan:
terhadap penghindaran pajak, Tidak menggunakan
manajemen laba berpengaruh variabel laverage,
negatif tidak signifikan terhadap manajemen laba, dan
penghindaran pajak. Political political connection,
connection signifikan dalam
memoderasi profitabilitas
terhadap penghindaran pajak
dan political connection tidak
signifikan dalam memoderasi
ukuran perusahaan, leverage,
dan manajemen laba terhadap
penghindaran pajak
(Utomo dan Fitria Metode yang Variabel ukuran perusahaan Persamaan:
2020) digunakan dapat memoderasi pengaruh menggunakan variabel
kuantiatif dengan intensitas modal terhadap yang sama yaitu ukuran
Ukuran perusahaan teknik analisis agresivitas pajak. Ukuran perusahaan,
memoderasi pengaruh moderated perusahaan tidak dapat profitabilitas,
capital intensity dan regression memoderasi pengaruh agresivitas pajak,
profitabilitas terhadap analysis profitabilitas terhadap menggunakan metode
agresivitas pajak agresivitas pajak. kuantiatif dengan
teknik analisis
moderated regression
analysis

Perbedaan:
Tidak menggunakan
variabel capital
intensity
(Vanesali and The hypotheses The results indicate that Persamaan:
Kristanto 2020) were tested using institutional ownership and menggunakan variabel
multiple audit committee had a positive yang sama yaitu
Corporate governance regression and significant effect on tax agresivitas pajak,
and leverage on tax analysis aggressiveness, the proportion menggunakan metode
aggressiveness: of independent commissioners kuantiatif
Empirical Study on and audit quality had a negative
Mining Companies in and significant effect on tax Perbedaan:
Indonesia avoidance, while leverage was Tidak menggunakan
not considered as a determinant variabel corporate
of tax avoidance in Indonesian governance dan
manufacturing firms. leverage, menggunakan
multiple regression
analysis
(Irianto, Sudibyo, and The hypotheses The results showed that the size Persamaan:
26

Wafirli 2017) were tested using positive influence on the menggunakan variabel
multiple effective tax rate. While yang sama yaitu
The Influence of regression leverage, profitability and profitability,
profitability, leverage, analysis capital intensity ratio does not penghindaran pajak,
firm size and capital significantly influence the tax menggunakan metode
intensity towards Tax avoidance. In this study, there kuantiatif
Avoidance are still many limitations and
shortcomings namely the effect Perbedaan:
of independent variables on the Tidak menggunakan
dependent variable. Hence more variabel leverage, firm
independent variables are size and capital
needed. intensity menggunakan
multiple regression
analysis
(Arham et al. 2020) This study uses a The majority of studies use tax Persamaan:
qualitative method aggressiveness as the dependent menggunakan variabel
Tax Aggressiveness with a variable and use three yang sama yaitu
Research in Indonesia: bibliographic independent variables. The most agresivitas pajak,
A Bibliographic Study approach. used independent variables are menggunakan metode
corporate social responsibility kuantiatif
disclosure, leverage, capital
intensity, firm size, independent Perbedaan:
commissioner, and return on menggunakan with a
assets.The majority of testing bibliographic
results on the effect of corporate approach.
social responsibility disclosure,
capital intensity, and return on
the asset on tax aggressiveness
show a positive effect. In
contrast,the majority of test
results on the effect of leverage,
firm size, and independent
commissioner show no effect.
(Pangesti, W, dan Metode yang Hasil dari penelitian ini Persamaan:
Wijayanti 2020) digunakan menunjukkan (1) Kebijakan menggunakan variabel
kuantiatif dengan Utang berpengaruh dan yang sama yaitu
Pengaruh kebijakan teknik analisis signifikan terhadap agresivitas kebijakan hutang,
utang, likuditas, regresi bergdana pajak, (2) Likuiditas tidak agresivitas pajak,
intensitas persediaan berpengaruh terhadap menggunakan metode
terhadap agresivitas agresivitas pajak, 2) Intensitas kuantiatif
pajak Persediaan tidak berpengaruh
terhadap agresivitas pajak. Perbedaan:
Manfaat penelitian, (1) Bagi Tidak menggunakan
Praktisi, masukan untuk variabel likuiditas,
investor dalam berinvestasi di intensitas persediaan,
pasar modal juga acuan untuk tidak menggunakan
menjadikan perusahan yang moderated regression
sehat dengan adanya penelitian analysis
ini. (2) Bagi Teoritis,
Menambah wawasan tentang
Kebijakan Utang, Likuiditas,
Intensitas Persediaan serta
Agresivitas Pajak
Sumber : Penelitian, 2022
27

2.3. Pengembangan Hipotesis

Menurut pendapat yang dikemukakan oleh Sax (1979) dalam (Yusuf,

2016) sebagai berikut hipotesis adalah pernyataan mengenai hubungan yang

diharapkan antara dua variabel atau lebih. Dengan demikian, jelaslah bahwa

hipotesis merupakan suatu kesimpulan sementara yang belum final; suatu jawaban

sementara; suatu dugaan sementara; yang merupakan konstruk peneliti terhadap

masalah penelitian, yang menyatakan hubungan antara dua atau lebih variabel.

Kebenaran dugaan tersebut perlu dibuktikan melalui penyelidikan ilmiah.

Berdasarkan kerangka pemikiran diatas, disusun hipotesis sebagai berikut :

1. Pengaruh Profitabilitas terhadap Agresivitas Pajak

ROA adalah salah satu rasio profitabilitas. Semakin tinggi ROA, maka

dapat dikatakan semakin tinggi profitabilitas perusahaan yang memiliki

profitabilitas tinggi secara otomatis akan memiliki beban pajak yang tinggi

pula. Hal ini mendorong perusahaan untuk melakukan aktvitas agresivitas

pajak, agar pajak tersebut tidak mengurangi terlalu banyak laba yang

diperoleh perusahaan. Perusahaan dapat mengurangi jumlah beban pajaknya

dengan cara memanfaatkan peraturan PPh pasal 4 ayat 3 tentang bukan obyek

pajak dengan memilih atau menghasilkan pendapatan yang bukan objek pajak.

Misalnya, perseroan terbatas (PT) dapat berinvestasi pada perusahaan atau

badan usaha di Indonesia, dan deviden yang diterima oleh PT akan

dikategorikan sebagai pendapatan yang tidak termasuk objek pajak dengan

syarat PT memiliki saham paling sedikit 25% dari jumlah modal di setor pada

perusahaan sebagaimana diatur pada UU PPh pasal 4 ayat 3. Pernyataan


28

tersebut didukung oleh penelitian yang dilakukan oleh (Danhari dan Sukartha,

2017), dan (Susanto, Yanti, dan Viriany, 2018) yang menyatakan bahwa

profitabilitas berpengaruh terhadap agresivitas pajak. Perusahaan yang lebih

profitable dan efisien pada sumber dayanya bisa mendapatkan tarif pajak

efektif yang lebih rendah, sebab perusahaan dapat menggunakan sumber

dayanya untuk memanfaatkan insentif pajak dan melakukan pengelolaan

perencanaan pajaknya dengan baik sehingga dapat menurunkan kewajiban

pajak efektifnya.

H1 : Profitabilitas berpengaruh positif terhadap agresivitas pajak

2. Pengaruh Kebijakan Hutang terhadap Agresivitas Pajak

Kebijakan utang atau debt policy merupakan bagian dari kebijakan

pendanaan yang memiliki peran signifikan terhadap tingkat penghindaran

pajak perusahaan seperti dalam menentukan pembiayaan perusahaan dalam

bentuk utang (Zahirah, 2017).

Berdasarkan hasil penelitian (Pangesti et al., 2020) dan (Lubis et al.,

2018) yang menyatakan bahwa kebijakan utang menunjukkan pengaruh yang

signifikan positif terhadap agresivitas pajak. Membuktikan bahwa kebijakan

utang berpengaruh positif dan signifikan terhadap agresivitas pajak karena

nilai rasio tingkat utang yang semakin tinggi disebabkan oleh utang kepada

pihak ketiga lebih tinggi daripada utang kepada pemegang saham, sehingga

beban bunga akan lebih besar dan dapat mengurangi beban pajak perusahaan.

Namun berbdaning terbalik dengan penelitian yang dilakukan oleh (Danhari


29

dan Sukartha 2017), (Stamatopoulos, Hadjidema, dan Eleftheriou, 2019) dan

(Vintilă dan Gherghina, 2019)

H2 : Kebijakan hutang berpengaruh positif terhadap agresivitas pajak

3. Ukuran perusahaan memoderasi pengaruh profitabilitas terhadap


agresivitas pajak

Return on Asset (ROA) merupakan indikator yang mencerminkan

performa keuangan perusahaan, semakin tinggi nilai Return On Asset (ROA)

maka semakin bagus performa perusahaan tersebut (Kasmir, 2014). Return On

Asset (ROA) adalah rasio yang menunjukkan hasil (return) atas jumlah aktiva

yang digunakan dalam perusahaan

Semakin besar perolehan nilai ROA perusahaan maka akan semakin

tinggi keuntungan yang dihasilkan perusahaan. hubungan positif dimiliki laba

dengan beban pajak sehingga jika laba perusahaan yang diperoleh tinggi maka

beban pajak juga akan ikut tinggi seiring dengan peningkatan laba perusahaan,

sehingga sangat mungkin perusahaan berupaya menghindari peningkatan

beban pajak yang dikenakan.

Selanjutnya ukuran perusahaan adalah suatu skala yang dapat

mengklasifikasikan perusahaan menjadi perusahaan besar dan kecil menurut

berbagai cara seperti total aktiva dan tingkat penjualan. Perusahaan yang

masuk dalam kelompok perusahaan besar akan lebih bisa dalam menghasilkan

laba dan stabil dibdaningkan dengan perusahaan yang berukuran kecil.

Keuntungan tinggi yang diperoleh akan menyebabkan kewajiban pajak yang

ditanggung perusahaan membesar sehingga ada kecendrungan perusahaan


30

melakukan praktik penghindaran pajak. Selain itu, perusahaan yang masuk

kedalam kelompok besar juga cenderung memiliki sumber daya yang baik

untuk mengelola beban pajaknya. Perusahaan yang berskala kecil cenderung

memiliki sumber daya manusia yang tidak memadai untuk memanfaat

kelemahan pajak guna menghindari kewajiban pajak penghasilan tinggi yang

akan ditanggung perusahaan, pernyataan tersebut didukung oleh penelitian

yang dilakukan oleh (Yuliana dan Wahyudi, 2018), (Yanti dan Hartono, 2019)

dan (Tiaras dan Wijaya, 2015) yang menyatakan bahwa ukuran perusahaan

berpengaruh terhadap agresivitas pajak.

H3 : Ukuran perusahaan memoderasi pengaruh profitabilitas terhadap


agresivitas pajak

4. Ukuran perusahaan memoderasi pengaruh kebijakan hutang terhadap


agresivitas pajak

Kebijakan hutang atau debt policy merupakan bagian dari kebijakan

pendanaan yang memiliki peran signifikan terhadap tingkat penghindaran

pajak perusahaan seperti dalam menentukan pembiayaan perusahaan dalam

bentuk utang (Zahirah, 2017). Kebijakan hutang berbicara mengenai seberapa

jauh perusahaan menggunakan pendanaan hutang dalam rangka untuk

membiayai aktivitas operasional perusahaan (Pratiwi dan Mertha, 2017)

Perusahaan yang besar dengan sumber daya yang baik dapat

menurunkan effective tax rate (ETR). Tindakan agresivitas pajak dapat diukur

menggunakan ETR, sehingga ETR yang kecil menunjukakan tindakan

agresivitas pajak dalam perusahaan. Perusahaan besar memiliki perencanaan

pajak yang matang dan mengadopsi praktek akuntansi yang efektif untuk
31

menurunkan ETR perusahaan (Delgado, Fernández-Rodríguez, dan Martínez-

Arias, 2012). Asset yang dimiliki perusahaan berhubungan dengan besar

kecilnya perusahaan, semakin besar perusahaan maka semakin besar total

asset yang dimiliki.

Penelitian ini sejalan dengan dengan (Hartadinata dan Tjaraka, 2013)

dan (Atari, 2016) membuktikan bahwa kebijakan utang berpengaruh positif

dan signifikan terhadap agresivitas pajak karena nilai rasio tingkat utang yang

semakin tinggi disebabkan oleh utang kepada pihak ketiga lebih tinggi

daripada hutang kepada pemegang saham, sehingga beban bunga akan lebih

besar dan dapat mengurangi beban pajak perusahaan.

H4 : Ukuran perusahaan memoderasi pengaruh kebijakan hutang


terhadap agresivitas pajak

2.4. Model Penelitian

Untuk memudahkan peneliti dalam melakukan penelitian, maka akan

diberikan kerangka pemikiran yang menggambarkan variabel penelitian yang

menunjukkan variabel independen terhadap variabel dependen dengan

variabel moderasi. Variabel independen dalam penelitian ini adalah

profitabilitas dan kebijakan hutang, sedangkan variabel dependennya adalah

agresivitas pajak dan variabel moderasi dalam penelitian ini adalah ukuran

perusahaan. Adapun model penelitian dalam penelitian ini dapat dilihat pada

Gambar 2.1.
32

Gambar 2.1
Model Penelitian X,Y,Z

Profitabilitas (X1) H1

Agresivitas Pajak (Y)


H2

Kebijakan Hutang (X2)

H3 H4

Ukuran Perusahaan (Z)


BAB III

METODE PENELITIAN

3.1. Jenis Penelitian

Dalam penelitian ini peneliti menggunakan metodologi penelitian

kuantitatif yaitu metodologi yang berdasarkan data dari hasil pengukuran variabel

penelitian yang ada. Ada dua jenis penelitian dalam metodologi penelitian

kuantitatif yaitu format deskriptif dan format eksplanasi. Analisis deskriptif

digunakan untuk mendapat gambaran tentang, agresivitas pajak (ETR), return on

asset (ROA), kebijakan hutang (DER) dan ukuran perusahaan (SIZE) pada

perusahaan manufaktur sub sektor makanan dan minuman yang listing di BEI dari

tahun 2017 hingga tahun 2020. Analisis verifikatif digunakan untuk mengetahui

dan menganalisis pengaruh profitabilitas (ROA) dan kebijakan hutang (DER)

terhadap agresivitas pajak (ETR) dengan ukuran perusahaan (SIZE) sebagai

variabel moderasi.

3.2. Definisi Operasional Variabel

Variabel penelitian yaitu segala sesuatu dalam berbentuk apa saja yang

telah ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari sehingga diperoleh informasi

tentang hal tersebut untuk kemudian ditarik kesimpulan (Sugiyono, 2016).

Adapun variabel yang akan dijadikan penelitian dan berkaitan dengan agresivitas

pajak adalah sebagai berikut :

33
34

3.2.1. Agresivitas Pajak

Variabel dependen dalam penelitian ini adalah agresivitas pajak.

Agresivitas pajak adalah tindakan-tindakan yang dilakukan oleh perusahaan untuk

mengurangi kewajiban pajaknya. Agresivitas pajak diproksikan ke dalam Effective

Tax Rates (ETR). “ETR merupakan efektifitas pembayaran pajak perusahaan yang

merefleksikan besarnya penghindaran pajak atas perhitungan tarif pajak terhadap

laba perusahaan”. ETR merepresentasikan berapa persentase perusahaan

membayar pajak sebenarnya terhadap laba komersial. Semakin rendah nilai ETR

maka semakin tinggi kecenderungan perusahaan melakukan agresivitas pajak

(Hidayat et al., 2016). Rumus perhitungan ETR adalah (Luke dan Zulaikha, 2016)

Beban pajak total


ETR =
Pendapatan sebelum pajak
3.2.2. Profitabilitas

Return On Asset (ROA) merupakan rasio laba bersih terhadap total aset

yang mengukur kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba (Findria

Prameswari, 2017). Rumus ROA sebagai berikut (Luke dan Zulaikha, 2016):

Pendapatan sebelum pajak


ROA =
Total Aset
3.2.3 Kebijakan Hutang

Rasio kebijakan hutang didefinikan sebagai kebijakan yang diambil

perusahaan untuk mendanai operasional perusahaan denggan menggunakan

hutang keuangan. Brigham dan Houston (2007) dalam (Septariani, 2017).


35

Total Hutang
DER =
Modal Sendiri
3.2.4. Ukuran Perusahaan

Ukuran perusahaan merupakan suatu ukuran yang dikelompokkan

berdasarkan besar kecilnya perusahaan. Ukuran perusahaan diproksi dengan Ln

total asset. Pemakaian natural log (Ln) dimaksudkan untuk mengurangi fluktuasi

data yang berlebihan tanpa mengubah proporsi dari nilai asal yang sebenarnya

(Nurfadilah et al. 2016). Dari penjelasan di atas, maka rumus ukuran perusahaan

adalah sebagai berikut (Prapitasari dan Safrida, 2019)

SIZE = Ln (Total Asset )

Tabel 3.1
Operasionalisasi Variabel
Skala
No Variabel Definisi Variabel Proxy Pengukuran
Data
1 Agresivitas Agresivitas pajak ETR Beban pajak total Rasio
Pajak adalah tindakan- ETR =
(Variabel tindakan yang Pendapatan sebelum pajak
Dependent) dilakukan oleh (Luke dan Zulaikha, 2016)
perusahaan untuk
mengurangi
kewajiban pajaknya

2 Profitabilitas Return On Asset ROA Pendapatan sebelum pajak Rasio


(Variabel (ROA) merupakan ROA =
Independent) rasio laba bersih Total Aset
terhadap total aset (Luke dan Zulaikha, 2016)
yang mengukur
kemampuan
perusahaan dalam
menghasilkan laba
3 Kebijakan Rasio kebijakan DER Total Hutang Rasio
Hutang hutang didefinikan DER =
(Variabel sebagai kebijakan Modal Sendiri
Independent) yang diambil Brigham dan Houston (2007) dalam
perusahaan untuk (Septariani, 2017)
mendanai
operasional
perusahaan
denggan
menggunakan
hutang keuangan
36

4 Ukuran Ukuran perusahaan SIZE SIZE = Ln (Total Asset ) Rasio


perusahaan merupakan suatu
(Variabel ukuran yang (Prapitasari dan Safrida, 2019)
Moderating) dikelompokkan
berdasarkan besar
kecilnya
perusahaan
Sumber : Penelitian 2022

3.3. Populasi dan Sampel

Populasi dalam penelitian ini menggunakan perusahaan manufaktur sub

sektor makanan dan minuman yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia yang

diperoleh dari Indonesian Capital Market Directory (ICMD) pada tahun

pengamatan 2017 hingga 2020 sebanyak 33 perusahaan sektor manufaktur sub

sektor makanan dan minuman yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia tahun

pengamatan 2017-2020. Sampel perusahaan dalam penelitian ini diambil dengan

menggunakan kriteria-kriteria yang ditentukan sebagai berikut :

Tabel 3.2
Kriteria Pemilihan Sampel
Jumlah
No Kriteria
Perusahaan
1 Perusahaan sektor manufaktur sub sektor makanan dan 33
minuman periode 2017-2020
2 Perusahaan yang menyampaikan laporan keuangan dalam 17
mata uang Rupiah
3 Perusahaan yang menyajikan laporan keuangan per 31 17
Desember selama periode pengamatan
4 Perusahaan yang memiliki data lengkap terkait dengan 17
variabel yang digunakan
Jumlah Sampel Perusahaan yang dipilih 17
Tahun Observasi 4
Jumlah Observasi 2017-2020 68
Sumber : data sekunder diolah, 2022

Dari uraian diatas maka penulis mengambil sampel berjumlah 17

perusahaan sektor manufaktur sub sektor makanan dan minuman yang terdaftar di
37

Bursa Efek Indonesia tahun pengamatan 2017-2020. Sampel perusahaan dalam

penelitian ini adalah sebagai berikut :

Tabel 3.3
Daftar Sampel Penelitian
No Perusahaan Kode
1 Akasha Wira International Tbk ADES
2 Tiga Pilar Sejahtera Food Tbk AISA
3 Tri Banyan Tirta Tbk ALTO
4 Budi Starch Sweetener Tbk BUDI
5 PT Wilmar Cahaya Indonesia Tbk. CEKA
6 Delta Djakarta Tbk DLTA
7 Buyung Poetra Sembada Tbk HOKI
8 Indofood CBP Sukses Makmur Tbk ICBP
9 Inti Agri Resources Tbk IIKP
10 Indofood Sukses Makmur Tbk INDF
11 Magna Investama Mdaniri Tbk MGNA
12 Multi Bintang Indonesia Tbk MLBI
13 Mayora Indah Tbk MYOR
14 Nippon Indosari Corpindo Tbk ROTI
15 Sekar Bumi Tbk SKBM
16 Siantar Top Tbk STTP
Ultra Jaya Milk Industry dan Trading ULTJ
17
Company Tbk
Sumber : data sekunder BEI, 2022

3.4. Data Penelitian

Dalam penelitian ini peneliti menggunakan data sekunder berupa laporan

tahunan perusahaan yang didokumentasikan dari perusahaan sektor manufaktur

sub sektor makanan dan minuman yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia tahun

pengamatan 2017-2020.

3.5 Metode Pengumpulan Data

Metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah

metode studi pustaka dan dokumentasi. Metode studi pustaka merupakan


38

pengumpulan data tambahan untuk mendukung penelitian yang berasal dari

literatur-literatur lain seperti jurnal riset dan buku literatur. Sedangkan metode

dokumentasi merupakan pengumpulan, pencatatan dan pengkajian terhadap data

mengenai laporan keuangan perusahaan di perusahaan sektor manufaktur sub

sektor makanan dan minuman periode 2017-2020 yang diperoleh dari Indonesian

Capital Market Dictionary (ICMD) dan Bursa Efek Indonesia.

3.6 Metode Analisis Data

3.6.1 Statistik Deskriptif

Menurut (Cooper dan Schindler, 2014) mengatakan statistik deskriptif

memberikan gambar atau deskripsi data sehingga menjadi informasi yang lebih

jelas dan mudah dipahami, yang dilihat dari mean, median, mode, stdanar deviasi,

nilai maksimum dan minimum. Menurut (Sekaran dan Bougie, 2016) terdapat tiga

karakteristik utama dalam statistik deskriptif yang meliputi distribusi data,

tendensi sentral, dan ukuran dispersi.

3.6.2 Partial Least Squares-Structural Equation Modelling

Selain menggunakan statistik parametrik, penelitian ini juga menggunakan

alat analisis Structural Equation Modelling (SEM) dengan model alternatifnya

yaitu Partial Least Squares PLS). Menurut (Sarstedt, Ringle, dan Hair, 2017)

menerangkan bahwa penggunaan Structural Equation Modelling bertujuan untuk

menganalisa path model yang menunjukkan hubungan variabel dan hipotesis. Ia

juga menjelaskan bahwa konstruk juga disebut sebagai variabel laten merupakan

elemen dalam model statistik yang mewakili variabel konseptual yang


39

didefinisikan peneliti dalam model teoritis mereka. Selain itu, menurut (Sarstedt et

al., 2017) meletakkan variabel laten dari sisi kiri ke kanan merupakan urutan yang

biasa digunakan oleh peneliti ketika mengembangkan model jalur. Dimana

variabel laten di sisi kiri model jalur adalah variabel bebas, dan variabel laten di

sisi kanan adalah variabel terikat

3.6.2.1 Model Struktural (Inner Model)

Menurut (Ghozali dan Hengky, 2015) Inner model seringkali digunakan

untuk memprediksi hubungan antar variabel laten yang dilihat dari arah panah

masing-masing variabel laten dimana arah hubungan ini diambil berdasarkan

kajian teori, pengalaman serta pengetahuan. Menurut (Hair et al., 2014), inner

model dianalisis dengan melihat besaran varian yang ada pada matrix sebagai

berikut:

1. R-Square

Menurut (Hair et al., 2014) mengatakan bahwa R-square atau yang

biasa disebut koefisien determinasi merupakan model untuk menghitung

pengaruh subtantif dari variabel laten eksogen terhadap variabel laten

endogen. Selanjutnya menurut (Hair, Ringle, dan Sarstedt, 2011) dan

(Henseler, Ringle, dan Sinkovics, 2009) mengatakan, nilai R-square yang

memiliki nilai 0.75 dikategorikan signifikan, 0.50 dikategorikan sedang, dan

0.25 dikategorikan kurang signifikan.


40

Berdasarkan Tabel 3.4 terdapat variasi nilai koefisien korelasi sebagai

berikut

Tabel 3.4
Variasi Nilai Koefisien Korelasi
Nilai Hubungan antar Variabel
0,81 – 0,99 Hubungan Sangat Kuat
0,61 – 0,80 Hubungan Kuat
0,41 – 0,60 Hubungan Sedang
0,21 – 0,40 Hubungan Lemah
0,01 – 0,20 Hubungan Sangat Lemah
Sumber : (Suherman 2003)

2. Path coefficient

Menurut (Hair et al. 2014) dalam penilaian hubungan antar kontsruk,

path coefficient mendefinisikan arah hubungan antar variabel laten positif atau

negatif

3. T-statistic

Menurut (Hair et al. 2014) T-statistic (boostrapping) digunakan untuk

mengetahui tingkat signifikansi reliabilitas dalam hubungan antar variabel

lebih tinggi dari batas minimum yang disarankan. Penelitian ini menggunakan

two-tailed, dimana tingkat kepercayaan yang digunakan adalah 95% yang

berarti t-value adalah 1.96.

4. Predictive relevance

Menurut (Hair, Joseph F. et al., 2018) predictive relevance digunakan

dalam penelitian untuk menguji relevansi dari pengukuran model struktural

yang dihasilkan. Nilai predictive relevance yang lebih tinggi memperlihatkan

akurasi prediksi yang lebih tinggi. Dalam nilai predictive relevance jika lebih
41

besar dari 0 dikategorikan minimal, 0.25 dikategorikan sedang, dan 0.50

dikategorikan tinggi

3.6.2.2 Model Pengukuran (Outer Model)

Menurut (Sekaran dan Bougie, 2016) mengatakan bahwa Outer model

digunakan untuk mengetahui hubungan antara indikator dengan variabel latennya.

Fokus utama outer model adalah validitas (pengujian mengenai seberapa baik

instrumen dalam mengukur konsep) dan reliabilitas (pengujian mengenai seberapa

konsisten untuk mengukur suatu konsep) dari indikator yang akan diukur. Untuk

memastikan goodness of measure maka dari itu perlu dijalankan uji pendahuluan

validitas dan reliabilitas.

3.6.2.3 Pengujian Hipotesis

Menurut (Sekaran dan Bougie, 2016) Hipotesis sebagai suatu pernyataan

tentatif yang nilainya dapat diuji. Hipotesis memprediksi mengenai harapan

peneliti mengenai penelitian. Hipotesis beradal dari teori yang menjadi dasar

konseptual di penelitian dan seringkali bersifat rasional. Hipotesis nol (H 0)

merupakan hipotesis yang dibuat untuk ditolak guna mendukung hipotesis

alternatif selain itu H0 juga seringkali dikatakan benar sampai bukti statistik yang

dalam bentuk uji hipotesis mengatakan sebaliknya. Pernyataan nol seringkali

diakui tidak memiliki hubungan antara dua variabel dan kebalikan nol memiliki

hubungan antara dua variabel.


42

Uji statistik digunakan dalam menguji hipotesis pengaruh langsung dengan

menggunakan uji statistik t dengan nilaai tabel uji one-tailed, yaitu 1.645 dengan

tingkat signifikan 0.5 karena hipotesa awal langsung menyebutkan pengaruh yang

positif ataupun negatif yang berhubungan antar variabel. Apabila nilai signifikansi

t <0.05 maka H0 ditolak yang berarti adanya pengaruh yang signifikan antara satu

variabel tidak terikat terhadap variabel terikat, dengan H0 ditolak maka H1

diterima begitupun sebaliknya, apabila nilai signifikansi thitung > 0.05 maka H0

diterima yang mengindikasikan bahwa tidak terdapat pengaruh antara satu

variabel tidak terikat terhadap variabel terikat, dengan diterimanya H0 maka H1

ditolak.
DAFTAR PUSTAKA

Arham, Amardianto, Amrie Firmansyah, Aji M. Elvin Nor, dan Bernadi Vito.
2020. “Tax Aggressiveness Research in Indonesia: A Bibliographic Study.”
Excellence, Journal of Talent Development And 12(2s).
Ariandanini, Putu Winning, dan I. Wayan Ramantha. 2018. “Pengaruh
Profitabilitas, Leverage, Dan Kepemilikan Institusional Pada Tax
Avoidance.” E-Jurnal Akuntansi, [S.L.] 22(3). doi:
10.24843/EJA.2018.v22.i03.p17.
Atari, Jeane. 2016. “Pengaruh Kepemilikan Manajerial, Kepemilikan
Institusional, Dan Kebijakan Hutang Terhadap Tax Aggressive (Studi
Empiris Pada Perusahaan Transportasi Yang Terdaftar Di Bursa Efek
Indonesia Periode 2011-2013).” JOM Fekon, 3(1).
Budianti, Indah, Mohammad Rafki Nazar, dan Kurnia. 2018. “No Title.”
EProceedings of Management 5(2).
Cooper, D. R., dan P. S. Schindler. 2014. Business Research Methods (12th Ed).
McGraw: Hill Companies, Inc.
Danhari, Putu Ayu Seri, dan I. Made Sukartha. 2017. “Pengaruh Pengungkapan
Corporate Social Responsibility, Profitabilitas, Inventory Intensity, Capital
Intensity And Leverage Pada Agresivitas Pajak.” E-Jurnal Akuntansi 18(3).
Delgado, F. J., Elena Fernández-Rodríguez, dan Antonio Martínez-Arias. 2012.
“Size and Other Determinants of Corporate Effective Tax Rates in US Listed
Companies.” International Research Journal of Finance and Economics.
Dewi, Ni Luh Putu Puspita, dan Naniek Noviari. 2017. “Pengaruh Ukuran
Perusahaan, Leverage, Profitabilitas Dan Corporate Social Responsibility
Terhadap Penghindaran Pajak (Tax Avoidance).” E-Jurnal Akuntansi, [S.L.]
21(2). doi: 10.24843/EJA.2017.v21.i02.p01.
Dewinta, Ida Ayu Rosa, dan Putu Ery Setiawan. 2016. “Pengaruh Ukuran
Perusahaan, Umur Perusahaan, Profitabilitas, Leverage, Dan Pertumbuhan
Penjualan Terhadap Tax Avoidance.” E-Jurnal Akuntansi, [S.L.] 14(3).
Dharma, I. Made Surya, dan Putu Agus Ardiana. 2016. “Pengaruh Leverage,
Intensitas Aset Tetap, Ukuran Perusahaan, Dan Koneksi Politik Terhadap
Tax Avoidance.” E-Jurnal Akuntansi, [S.L.] 15(1).
Djeni, Indrajati W., Sdany Djumena, dan Yuniarwati. 2017. “Faktor-Faktor Yang
Mempengaruhi Agresivitas Pajak Pada Perusahaan Manufaktur Yang
Terdaftar Di BEI 2013–2015.” Jurnal Muara Ilmu Ekonomi Dan Bisnis 1(1).
doi: 10.24912/jmieb.v1i1.415.
Fahmi, Irham. 2015. Pengantar Manajemen Keuangan Teori Dan Soal Jawab.
Bdanung: CV. Alfabeta.
Ghozali, Imam, dan Latan Hengky. 2015. Konsep, Teknik, Aplikasi Menggunakan
Smart PLS 3.0 Untuk Penelitian Empiris. Semarang: BP Undip.
Gunawan, Elissa Virginia, dan Dedhy Sulistiawan. 2018. “Pengaruh Karakteristik
Dewan Komisaris Terhadap Aggressive Tax Planning Pada Perusahaan Yang
Terdaftar Di BEI Periode 2013-2015.” Calyptra: Jurnal Ilmiah Mahasiswa
Universitas Surabaya 7(1).
Hair, Joseph F., Jr, Jeff Risher, Marko Sarstedt, dan Christian M. Ringle. 2018.
“When to Use and How to Report the Results of PLS-SEM.” European
Business Review 31(1). doi: 10.1108/EBR-11-2018-0203.
Hair, J. .., C. .. Ringle, dan M. Sarstedt. 2011. “PLS-SEM: Indeed a Silver Bullet.
Journal of Marketing Theory and Practice.” Scientific Research 19(2). doi:
10.2753/MTP1069-6679190202.
Hair, Joe, Marko Sarstedt, Lucas Hopkins, dan Volker Kuppelwieser. 2014.
“Partial Least Squares Structural Equation Modeling (PLS-SEM): An
Emerging Tool for Business Research.” European Business Review 26(2).
doi: 10.1108/EBR-10-2013-0128.
Hartadinata, Okta S., dan Heru Tjaraka. 2013. “Analisis Pengaruh Kepemilikan
Manajerial Kebijakan Utang Dan Ukuran Perusahaan Terhadap
Aggressiveness Pada Perusahaan Manufaktur Di Bursa Efek Indonesia
Periode Tahun 2008-2010.” Jurnal Ekonomi Dan Bisnis XXIII(3).
Hartono, Jogiyanto. 2013. Teori Portofolio Dan Analisis Investasi. Edisi Kelima.
Yogyakarta: BPFE.
Henseler, J., C. M. Ringle, dan R. Sinkovics. 2009. “The Use of Partial Least
Squares Path Modeling In International Marketing.” New Challenges to
International Marketing Advances in International Marketing 20.
Hery. 2016. Analisis Laporan Keuangan Integrated dan Comprehensive Edition.
Jakarta: Grasindo.
Hidayat, Kholid, Arles P. Ompusunggu, dan H. Suratno. 2016. “Pengaruh
Corporate Social Responsibility Terhadap Agresivitas Pajak Dengan Insentif
Pajak Sebagai Pemoderasi (Studi Pada Perusahaan Pertambangan Yang
Terdaftar Di BEI).” JIAFE (Jurnal Ilmiah Akuntansi Fakultas Ekonomi)
2(2). doi: 10.34204/jiafe.v2i2.543.
Hidayat, Muhammad, dan Rahmaydani Mulda. 2019. “Pengaruh Book Tax Gap
Dan Kepemilikan Asing Terhadap Penghindaran Pajak Dan Analisis
Kebijakan Pemerintah Terkait Penghindaran Pajak.” Dimensi 8(3).
Irianto, Bambang Setyobudi, Yudha Aryo Sudibyo, dan Abim Wafirli. 2017. “The
Influence of Profitability, Leverage, Firm Size and Capital Intensity Towards
Tax Avoidance.” International Journal of Accounting and Taxation 5(2).
doi: 0.15640/ijat.v5n2a3.
Kasmir. 2014. Analisis Laporan Keuangan. (Cetakan 7). Jakarta: PT.
RajaGrafindo Persada.
Kurniawati, Lestari, dan Hanif Arifin. 2017. “Agresivitas Pajak Dan Maturitas
Utang.” Jurnal Pajak Indonesia 1(1).
Lubis, Irsan, Suryani, dan Firli Anggraeni. 2018. “Pengaruh Kepemilikan
Manajerial Dan Kebijakan Utang Terhadap Agresivitas Pajak Pada
Perusahaan Manufaktur.” Jurnal Akuntansi Dan Keuangan 7(2).
Luke, dan Zulaikha. 2016. “Analisis Faktor Yang Mempengaruhi Agresivitas
Pajak (Studi Empiris Pada Perusahaan Manufaktur Yang Terdaftar Di Bursa
Efek Indonesia Pada Tahun 2012-2014).” Jurnal Akuntansi Dan Auditing
13(1). doi: 10.14710/jaa.13.1.80-96.
Martinez, Antônio Lopo. 2017. “Agressividade Tributária: Um Survey Da
Literatura.” Revista De Educação E Pesquisa Em Contabilidade (Repec) 11.
doi: 10.17524/repec.v11i0.1724.
Natalia, Pauline. 2015. “Pengaruh Profitabilitas, Pertumbuhan, Penjualan,
Struktur Aktiva, Dan Resiko Bisnis Terhadap Struktur Modal Pada Emiten
Kompas 100 ( Non Perbankan ).” Jurnal Manajemen 14(2).
Nurfadilah, Mulyati, Henny, Purnamasari, Merry, Niar, dan Hastri. 2016.
“Pengaruh Leverage, Ukuran Perusahaan Dan Kualitas Audit, Terhadap
Penghindaran Pajak (Studi Empiris Pada Perusahaan Manufaktur Yang
Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia Tahun 2011-2015).” Seminar Nasional
Dan The 3rd Call For Syariah Paper (SANCALL).
Pangesti, Laras, Endang Masitoh W, dan Anita Wijayanti. 2020. “Pengaruh
Kebijakan Utang, Likuditas, Intensitas Persediaan Terhadap Agresivitas
Pajak.” E-Mabis: Jurnal Ekonomi Manajemen Dan Bisnis 21(2).
Prameswari, Findria. 2017. “Pengaruh Ukuran Perusahaan Terhadap Agresivitas
Pajak Dengan Corporate Social Responsibility (CSR) Sebagai Variabel
Moderasi.” Jurnal Ekonomi Akuntansi 3(4).
Prapitasari, Ayu, dan Lili Safrida. 2019. “The Effect of Profitability, Leverage,
Firm Size, Political Connection and Fixed Asset Intensity on Tax Avoidance
(Empirical Study on Mining Companies Listed in Indonesia Stock Exchange
2015-2017).” ACCRUALS (Accounting Research Journal of Sutaatmadja)
3(2). doi: 10.35310/accruals.v3i2.56.
Pratiwi, Ni Putu Diah, dan Made Mertha. 2017. “Pengaruh Kebijakan Hutang Dan
Profitabilitas Pada Nilai Perusahaan Dengan Kebijakan Dividen Sebagai
Variabel Pemoderasi.” E-Jurnal Akuntansi 20(2). doi:
10.24843/EJA.2017.v20.i02.p21.
Pratiwi, Niken Indah. 2017. “Pengaruh Ukuran Perusahaan, Kebijakan Hutang,
Dan Kebijakan Dividen Terhadap Nilai Perusahaan Pada Perusahaan
Manufaktur Yang Listing Di Bursa Efek Indonesia.” JOM FISIP 4(11):1–11.
Putra, Nyoman Trismana, dan I. Ketut Jati. 2018. “Ukuran Perusahaan Sebagai
Variabel Pemoderasi Pengaruh Profitabilitas Pada Penghindaran Pajak.” E-
Jurnal Akuntansi, 25(2). doi: 10.24843/EJA.2018.v25.i02.p16.
Rahmadani, FNU, Iskdanar Muda, dan Erwin Abubakar. 2020. “Pengaruh Ukuran
Perusahaan, Profitabilitas, Leverage, Dan Manajemen Laba Terhadap
Penghindaran Pajak Dimoderasi Oleh Political Connection.” Jurnal Riset
Akuntansi Dan Keuangan 8(2).
Rinaldi, dan Charoline Cheisviyanny. 2015. “Pengaruh Profitabilitas, Ukuran
Perusahaan Dan Kompensasi Rugi Fiskal Terhadap Tax Avoidance (Studi
Empiris Pada Perusahaan Manufaktur Yang Terdaftar Di BEI Tahun 2010-
2013).” Seminar Nasional Ekonomi Manajemen Dan Akuntansi (SNEMA)
Fakultas Ekonomi Universitas Negeri Padang.
Rudangga, I. Gusti Ngurah Gede, dan Gede Merta Sudiarta. 2016. “Pengaruh
Ukuran Perusahaan, Leverage, Dan Profitabilitas Terhadap Nilai
Perusahaan.” E-Jurnal Manajemen 5(7).
Santoso, Yusuf Imam, dan Khomarul Hidayat. 2020. “Akibat Penghindaran Pajak,
Indonesia Diperkirakan Rugi Rp 68,7 Triliun.” Nasional.Kontan.Co.Id.
Sarstedt, Marko, Christian M. Ringle, dan Joe Hair. 2017. “Partial Least Squares
Structural Equation Modeling.” Practical Assessment, Research dan
Evaluation 15(1). doi: 10.1007/978-3-319-05542-8_15-1.
Sekaran, Uma, dan Roger Bougie. 2016. Research Methods For Business: A Skill
Building Approach, 7 Th Edition. New Jersey: Wiley.
Septariani, Desy. 2017. “Pengaruh Kebijakan Dividen Dan Kebijakan Hutang
Terhadap Nilai Perusahaan (Studi Empiris Pada Perusahaan LQ45 Di BEI
Periode 2012-2015).” Journal of Applied Business dan Economics 3(3):183–
95.
Setiawati, Mira Dewi, dan I. Wayan Putra. 2015. “Pengujian Trade Off Theory
Pada Struktur Modal Perusahaan Dalam Indeks Saham Kompas 100.” E-
Jurnal Akuntansi Universitas Udayana 13(3):705–22.
Stamatopoulos, Ioannis, Stamatina Hadjidema, dan Konstantinos Eleftheriou.
2019. “Explaining Corporate Effective Tax Rates: Evidence from Greece.”
Economic Analysis and Policy 62(C). doi: 10.1016/j.eap.2019.03.004.
Suad, Husnan, dan Enny Pudjiastuti. 2015. Dasar-Dasar Manajemen Keuangan.
(Edisi Ketujuh, Cetakan Pertama. Yogyakarta: UPP STIM YKPN.
Sudany, Erly, dan M. Masykur. 2017. Perencanaan Pajak Ed.6. Jakarta: Salemba
Empat.
Sudiani, Ni Kadek A., dan Ni Putu A. Darmayanti. 2016. “Pengaruh Profitabilitas,
Likuiditas, Pertumbuhan Dan Investment Opportunity Set Terhadap Nilai
Perusahaan.” E-Jurnal Manajemen Unud 5(7):4545–47.
Sugiyono. 2016. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif Dan R&D. Bdanung:
CV. Alfabeta.
Suherman, Erman. 2003. Strategi Pembelajaran Matematikan Kotemporer.
Surakarta: FKIP UMS.
Susanto, Liana, Yanti, dan Viriany. 2018. “Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi
Agresivitas Pajak.” Jurnal Ekonomi XXIII(01). doi: 10.24912/je.v23i1.330.
Suwardika, I. Nyoman Agus, dan I. Ketut Mustdana. 2017. “Pengaruh Leverage,
Ukuran Perusahaan, Pertumbuhan Perusahaan, Dan Profitabilitas Terhadap
Nilai Perusahaan Pada Perusahaan Properti.” E-Jurnal Manajemen, [S.L.]
6(3).
Swingly, Calvin, dan I. Made Sukartha. 2015. “Pengaruh Karakter Eksekutif,
Komite Audit, Ukuran Perusahaan, Leverage Dan Sales Growth Pada Tax
Avoidance.” E-Jurnal Akuntansi, [S.L.] 10(1).
Tiaras, Irvan, dan Henryanto Wijaya. 2015. “Pengaruh Likuiditas, Leverage,
Manajemen Laba, Komisaris Independen Dan Ukuran Perusahaan Terhadap
Agresivitas Pajak.” Jurnal Akuntansi 19(3). doi: 10.24912/ja.v19i3.87.
Utomo, Agung Budi, dan Giawan Nur Fitria. 2020. “Ukuran Perusahaan
Memoderasi Pengaruh Capital Intensity Dan Profitabilitas Terhadap
Agresivitas Pajak.” Jurnal Bisnis Dan Manajemen 10(2). doi:
10.15408/ess.v10i2.18800.
Vanesali, Laurensia, dan Ari Budi Kristanto. 2020. “Corporate Governance dan
Leverage on Tax Aggressiveness: Empirical Study on Mining Companies in
Indonesia.” International Journal of Social Science and Business 4(1).
Vintilă, dan Ştefan Cristian Gherghina. 2019. “Exploring the Determinants of
Financial Structure in the Technology Industry: Panel Data Evidence from
the New York Stock Exchange Listed Companies.” Journal of Risk and
Financial Management 12(4). doi: 10.3390/jrfm12040163.
Wildan, Muhamad. 2021. “Antisipasi Fenomena WP Rugi Bertahun-Tahun, AMT
Dibutuhkan.” News.Ddtc.Co.Id.
Yanti, Lia Dama, dan Lisyani Hartono. 2019. “Effect of Leverage, Profitability
and Company Size on Tax Aggressiveness. (Empirical Study: Subsector
Manufacturing Companies Food, Beverage, Cosmetics and Household
Purposes Manufacturing Listed on the Indonesia Stock Exchange for 2014-
2017).” ECo-Fin 1(1). doi: 10.32877/ef.v1i1.52.
Yuliana, Inna Fachrina, dan Djoko Wahyudi. 2018. “Likuiditas, Profitabilitas,
Leverage, Ukuran Perusahaan, Capital Intensity Dan Inventory Intensity
Terhadap Agresivitas Pajak (Studi Empiris Pada Perusahaan Manufaktur
Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia Tahun 2013 – 2017).” Dinamika
Akuntansi Keuangan Dan Perbankan 7(2).
Yuniartha, Lidya, dan Khomarul Hidayat. 2019. “Januari 2019, Penerimaan Pajak
Industri Manufaktur Turun 16,2%.” Nasional.Kontan.Co.Id.
Yusuf, A. Muri. 2016. Metode Penelitian: Kuantitatif, Kualitatif, Dan Penelitian
Gabungan. Jakarta: Prenadamedia Group.
Zahirah, Azizah. 2017. “Pengaruh Leverage, Kepemilikan Institusional,
Kepemilikan Manajerial Dan Ukuran Perusahaan Terhadap Penghindaran
Pajak (Studi Pada Perusahaan Manufaktur Yang Terdaftar Di BEI Periode
2013-2015).” JOM Fekon 4(1).

Anda mungkin juga menyukai