Anda di halaman 1dari 42

PENGARUH UKURAN PERUSAHAAN, PROFITABILITAS,

LEVERAGE, SALES GROWTH DAN KOMITE AUDIT


TERHADAP TAX AVOIDANCE
(Studi Empiris Pada Perusahaan Farmasi Yang Terdaftar di BEI
Tahun 2017-2021)

PROPOSAL SKRIPSI

Diajukan untuk memenuhi sebagian syarat memperoleh


gelar Sarjana Akuntansi (S. Akun).

Disusun Oleh :
ROBIATUL ADAWIYAH
(4318127)

PROGRAM STUDI AKUNTANSI SYARIAH


FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS ISLAM
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
K.H. ABDURRAHMAN WAHID PEKALONGAN
2023
A. Judul Penelitian
Penelitian ini berjudul “Pengaruh Ukuran Perusahaan, Profitabilitas,
Leverage, Sales Growth, dan Komite Audit terhadap tax Avoidance (Studi
empiris pada Perusahaan Farmasi yang Terdaftar di BEI tahun 2017-2021)”.

B. Latar Belakang
Perekonomian suatu negara dianggap baik jika pendapatan atau
anggaran pemerintah dapat memenuhi kebutuhan dalam negeri dan kegiatan
ekonomi stabil dengan inflasi yang rendah. Anggaran Pendapatan dan Belanja
Negara (APBN) dapat digunakan untuk merencanakan dan mengelola
penerimaan dan pengeluaran sesuai dengan kebutuhan negara. Indonesia
merupakan negara dengan sumber daya alam yang melimpah, namun diyakini
bahwa pendapatan dari sumber daya alam tersebut masih belum cukup untuk
pengeluaran pemerintah. Oleh karena itu, negara tidak hanya bergantung pada
pendapatan dari sumber daya alam, tetapi juga pada pendapatan pajak.
Pajak merupakan kontribusi atau iuran wajib orang pribadi atau badan
kepada kas negara dengan tiada mendapat timbal balik (kontraprestasi) yang
langsung, bersifat memaksa, dan pemungutannya berdasarkan undang-undang.
Pemerintah menggunakan pajak untuk pembangunan nasional demi
tercapainya kesejahteraan di berbagai sektor (Dewi Kusuma Wardani dan Desi
Khoiriyah, 2018). Selain itu, pajak juga digunakan untuk mendanai berbagai
kepentingan publik, diantaranya yaitu untuk peningkatan pendidikan dan
kesehatan, pembangunan infrastruktur, serta untuk pembangunan di daerah
(www.kemenkeu.go.id). Sehingga sumber penerimaan negara yang paling
potensial dan menempati persentase tertinggi dalam Anggaran Pendapatan dan
Belanja Negara (APBN) dibandingkan penerimaan lainnya yaitu dengan
adanya pajak. Tentu dalam hal ini, pajak memberikan banyak kontribusi untuk
mendukung pembangunan nasional. Sehingga dibutuhkan pengelolaan yang
baik untuk memaksimalkannya.
Warga negara Indonesia yang berstatus wajib pajak memiliki
kewajiban membayar pajak ke kas negara. Dalam pelaksanaannya, tidak ada

1
keselarasan tujuan antara wajib pajak dan pemerintah. Bagi wajib pajak, pajak
akan memperkecil laba. Sedangkan bagi pemerintah, pajak adalah sumber
pembiayaan negara untuk pembangunan nasional. Supaya laju pertumbuhan
ekonomi dan pelaksanaan pembangunan nasional bisa berjalan dengan baik
demi kesejahteraan negara, maka masyarakat Indonesia diwajibkan membayar
pajak baik langsung atau tidak langsung. Sebab dengan adanya pajak,
perekonomian di Indonesia bisa menjadi lebih baik.
Pajak menjadi tumpuan terbesar dari beban APBN Indonesia, sehingga
target pajak akan terus meningkat seiring dengan peningkatan belanja
pemerintah. Direktorat Jenderal Pajak (DJP) dalam menerapkan targetnya
berpedoman pada pertumbuhan potensi pajak yang ada. Meskipun demikian,
selalu ada selisih antara penerimaan yang seharusnya dengan penerimaan yang
benar-benar terjadi pada pajak, baik itu dari PPh (Pajak Penghasilan), PPN
(Pajak Pertambahan Nilai) ataupun pajak lainnya. Kesenjangan penerimaan
biasanya terjadi disebabkan oleh rendahnya kepatuhan penyetoran pajak,
masih banyaknya transaksi yang tidak tercatat serta adanya kecenderungan
penghindaran pajak.
Tax Avoidance (penghindaran pajak) adalah strategi dan teknik yang
dilakukan perusahaan dengan memanfaatkan kelemahan peraturan perundang-
undangan perpajakan untuk meminimalkan beban pajak yang harus dibayar.
Penghindaran pajak dianggap legal dan aman bagi wajib pajak karena masih
sesuai dengan peraturan perundang-undangan perpajakan, namun pemerintah
merasa keberatan karena tindakan penghindaran pajak dapat merugikan negara
(Indah & Winanda, 2020). Penghindaran pajak (tax avoidance) hampir sama
dengan perencanaan pajak yaitu transaksi atau perjanjian yang dilakukan oleh
wajib pajak dalam rangka meminimalkan jumlah pajak terutang dengan cara
yang legal sehingga tidak bisa disebut sebagai tindak pidana. Definisi
penghindaran pajak (tax avoidance) dan perencanaan pajak ini berbeda dengan
penyelundupan pajak, dimana penyelundupan pajak adalah pengurangan pajak
dengan cara illegal termasuk melakukan penipuan atau kebohongan yang
disengaja sehingga bisa dijatuhi hukuman dengan sanksi pidana.

2
Pada sebuah perusahaan cenderung berusaha meminimalkan biaya
perusahaan untuk mendapatkan keuntungan dan bisa mengurangi beban pajak.
Pada masa pandemi Covid-19 ini banyak yang mengalami dampaknya, baik
masalah pekerjaan hingga masalah ekonomi yang mengalami penurunan
secara signifikan. Akibatnya, pemerintah menjalankan kebijakan melalui
insentif pajak, khususnya untuk membantu masyarakat terutama dalam dunia
usaha agar dapat bertahan pada pandemi Covid-19 ini.
Melihat kondisi yang sedang terjadi saat ini yaitu adanya pandemi
Covid-19 maka industri farmasi perlu mendapat sorotan. Industri farmasi
menjadi salah satu penyumbang ekonomi (PDB) terbesar di Indonesia.
Menurut sebuah jurnal yang diterbitkan pada dokumen informasi publik di
portal PPID Kementerian Kesehatan tahun 2019, sektor farmasi mengalami
pertumbuhan yang cepat dibandingkan tahun lalu pada kuartal kedua 2018.
Menurut pada jurnal yang sama, hampir semua sub sektor farmasi meningkat
dan dengan peningkatan maksimum bernilai 20,32% diperoleh oleh sub sektor
obat-obatan. Dalam PDB, sektor farmasi berkontribusi 13% dengan
pertumbuhan 8,65% dalam satu tahun.
Di sisi lain, sektor farmasi juga merupakan salah satu industri yang
sering melakukan praktik tax avoidance (penghindaran pajak). KPK, dalam
jurnal yang diterbitkan oleh tim pajak KPK, dan diketuai oleh Prof. Dr. Maria
S. W. Sumardjono, SH., MCL., MPA, menyatakan “bahwa potensi
penerimaan negara melalui pajak dari sektor obat-obatan dapat mencapai
sebesar 32 triliun hingga 40 triliun. Sedangkan, pemerintah hanya dapat
meraup sebesar 40% dari angka tersebut”. Menurut sumber yang sama, alasan
utama mengapa jumlah penyerapan fiskal menurun adalah karena kurangnya
pengawasan dan pengendalian (kontrol), seperti yang terlihat dalam
ketidakmampuan untuk mendeteksi adanya ketidakpatuhan terhadap HGU
(Hak Cipta Guna) dalam surat pemberitahuan yang telah digunakan. Ratna
(2019) menyebutkan bahwa kasus penghindaran pajak (tax avoidance) juga
pernah terjadi di PT Kalbe Farma Tbk. Pada tahun 2017, perusahaan
memperoleh Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar (SKPKB) sebesar Rp

3
527,85 miliar atas pajak penghasilan dan PPN tahun fiskal 2016 (Kalbe
Farma, 2017). Dengan diterbitkannya SKPKB oleh Direktorat Jenderal Pajak
ini mengindikasikan bahwa perusahaan berusaha meminimalkan pajak yang
dibayarkan dengan melakukan tindakan penghindaran pajak.
Sebagaimana yang telah dikutip dari (Tempo.com), Irawan
menyatakan bahwa pada PT. Kimia Farma Tbk, perusahaan ini diperkirakan
melakukan mark up laba bersih dalam laporan keuangan tahun 2012. Dalam
laporan tersebut, PT. Kimia Farma Tbk menyebutkan berhasil memperoleh
laba sebesar Rp 132 miliar. Tetapi laba yang dilaporkan tersebut pada
kenyataannya berbeda. Perusahaan farmasi ini pada tahun 2012 sebenarnya
hanya memperoleh keuntungan sebesar Rp 99 miliar. Kasus praktik
manajemen laba juga pernah terjadi pada PT. Indofarma Tbk dalam bentuk
praktik perataan laba. Pada tahun 2013, Bapepam menemukan bahwa terdapat
nilai barang dalam proses PT. Indofarma Tbk lebih tinggi dari nilai yang
seharusnya (overstated). Akibat dari overstated tersebut, maka harga pokok
penjualan akan understated sebesar 28,8 miliar dan laba bersih juga akan
mengalami overstated dengan nilai yang sama juga.
Pajak penghasilan yang relative dipengaruhi oleh ukuran perusahaan
memiliki beberapa ketentuan. Perusahaan yang lebih besar mungkin memiliki
lebih banyak sumber daya yang tersedia untuk memengaruhi suatu kebijakan
pajak, memperoleh suatu keahlian perencanaan pajak, dan mengatur operasi
mereka dengan cara penghematan pajak yang optimal. Semakin besar ukuran
perusahaan semakin besar kecenderungan untuk menerapkan dengan
kepatuhan atau menghindari pajak (tax avoidance). Penelitian Honggo &
Marlinah (2019) menemukan bahwa ukuran perusahaan (SIZE) memiliki
berpengaruh terhadap penghindaran pajak (CETR). Sementara dalam
penelitian lain menemukan bahwa ukuran perusahaan tidak berpengaruh
terhadap penghindaran pajak (Primasari, 2019).
Faktor lain yang relative dapat mempengaruhi Tax Avoidance yaitu
adanya Profitabilitas. Profitabilitas adalah satu indikator kinerja manajemen
dalam mengelola kekayaan perusahaan yang ditunjuk oleh laba. Profitabilitas

4
dialokasikan sebagai kesejahteraan pemegang saham dalam bentuk
pembayaran deviden dan pengembalian laba. Menurut (Suryani, 2020) kinerja
return on assets (ROA) perusahaan yang semakin tinggi, maka keuntungan
perusahaan juga semakin tinggi pula sehingga tentunya akan berdampak pada
tingginya beban pajak perusahaan. Oleh sebab itu, semakin tinggi kinerja
return on assets (ROA) maka semakin tinggi pula kemungkinan praktek
penghindaran pajak (tax avoidance). Rasio Profitabilitas adalah rasio untuk
menilai kemampuan perusahaan dalam mencari laba. Pada penelitian (Moses
Dicky Refa Saputra & Nur Fadjrih Asyik, 2017) menemukan bahwa
profitabilitas tidak berpengaruh terhadap tax avoidance (penghindaran pajak).
Leverage adalah jumlah utang perusahaan yang dihasilkan dari
pembiayaan perusahaan berupa bunga yang dapat mengurangi kewajiban
pajak penghasilan wajib pajak badan. Leverage dapat menilai kewajiban
jangka panjang. Rasio leverage dapat digunakan untuk menghitung
pembiayaan perusahaan dari sumber utang. Semakin besar rasio leverage yang
dihasilkan, semakin besar pula beban bunga yang timbul. Sehingga dengan
bertambahnya beban bunga, maka bisa dimanfaatkan untuk mengurangi laba
kena pajak (Wastam Wahyu, 2018). Pada penelitian Kalbuana, dkk (2021)
menemukan bahwa leverage berpengaruh signifikan terhadap tax avoidance.
Sementara penelitian yang lain menemukan bahwa leverage tidak berpengaruh
signifikan terhadap tax avoidance (Eliyani Susanti, 2018).
Dengan melihat penjualan dari tahun sebelumnya, perusahaan dapat
mengoptimalkan dengan baik sumber daya yang ada. Pertumbuhan penjualan
merupakan peningkatan jumlah penjualan setiap tahun. Sebab dalam
manajemen modal kerja, Sales Growth (Pertumbuhan penjualan) memiliki
peranan yang sangat penting sehingga penjualan berdampak strategis terhadap
perusahaan karena penjualan perusahaan harus didukung oleh aset. Sales
Growth (pertumbuhan penjualan) digunakan pada penelitian ini karena dapat
menggambarkan tingkat pertumbuhan penjualan suatu perusahaan pada
keadaan baik ataupun buruk. Tirisani dan Mahanani (2017) menyatakan
bahwa peningkatan pertumbuhan penjualan cenderung akan membuat

5
perusahaan mendapatkan profit yang besar, maka dari itu perusahaan akan
cenderung untuk melakukan praktik tax avoidance. Ketika penjualan
ditingkatkan maka aset juga harus ditambah. Pada penelitian Anjarwati (2021)
menemukan bahwa pertumbuhan penjualan tidak berpengaruh signifikan
terhadap penghindaran pajak.
Salah satu mekanisme dari sistem corporate governance adalah
pembentukan suatu sistem pengawasan yang dilakukan oleh komite audit.
Komite audit menurut Ikatan Komite Audit Indonesia (IKAI) adalah “suatu
komite yang bekerja secara profesional dan independen yang dibantu oleh
dewan komisaris dan dengan demikian tugasnya adalah membantu dan
memperkuat fungsi dewan komisaris atau dewan pengawas dalam
menjalankan fungsi pengawasan (oversight) atas proses pelaporan keuangan,
manajemen risiko, pelaksanaan audit dan implementasi dari corporate
governance di perusahaan–perusahaan”. Dewan komisaris setidaknya harus
membentuk komite audit yang beranggota paling sedikit tiga orang, diangkat
dan diberhentikan serta bertanggung jawab kepada dewan komisaris. Dewan
komisaris dengan anggota yang lebih sedikit dapat bertindak lebih efisien,
tetapi juga ada kelemahan yaitu kurangnya pengalaman dari anggota. Dewan
komisaris mempunyai kewenangan pengawasan dan dapat mempengaruhi
pihak manajemen perusahaan untuk menyusun laporan keuangan yang benar
karena semua perusahaan yang go public di Bursa Efek Indonesia (BEI) untuk
membentuk dan memiliki komite audit yang diketuai oleh komisaris
independen. Komite audit yang bertugas dalam pengawasan laporan keuangan
mempunyai pengaruh dalam menentukan manajemen perpajakan khususnya
penghindaran pajak. Honggo & Marlinah (2019) meneliti bahwa komite audit
tidak berpengaruh terhadap penghindaran pajak.
CETR yaitu kas yang dikeluarkan untuk biaya fiskal (pajak) dibagi
dengan keuntungan sebelum pajak. Pengukuran ini digunakan karena dapat
lebih menjelaskan adanya kegiatan penghindaran pajak (tax avoidance).
Pengukuran penghindaran pajak (tax avoidance) sering digunakan untuk
menjelaskan adanya kegiatan penggelapan pajak atau tax avoidance karena

6
CETR tidak mempengaruhi perkiraan perubahan estimasi seperti adanya
perlindungan fiskal (pajak). Pendekatan tarif pajak perusahaan sebesar 25%
menunjukkan bahwa semakin rendah tingkat penghindaran pajak (tax
avoidance) perusahaan, dan sebaliknya semakin rendah tingkat presentase
CETR maka semakin tinggi pula tingkat penghindaran pajak (tax avoidance).
Dengan adanya beberapa penelitian terkait variabel independen
terhadap variabel dependen (tax avoidance) menghasilkan temuan yang
berbeda-beda, sehingga membuat penulis termotivasi melakukan penelitian
kembali untuk mengetahui hasil dari penelitian terbaru dengan menggunakan
sampel perusahaan farmasi yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia tahun
2017-2021. Maka penelitian ini menggunakan judul : “PENGARUH
UKURAN PERUSAHAAN, PROFITABILITAS, LEVERAGE, SALES
GROWTH DAN KOMITE AUDIT TERHADAP TAX AVOIDANCE
(STUDI EMPIRIS PADA PERUSAHAAN FARMASI YANG
TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA TAHUN 2017-2021)”.

C. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah tersebut, maka perumusan
masalah penelitian yang dapat diambil adalah sebagai berikut:
1. Apakah Ukuran Perusahaan berpengaruh terhadap Tax Avoidance?
2. Apakah Profitabilitas berpengaruh terhadap Tax Avoidance?
3. Apakah Leverage berpengaruh terhadap Tax Avoidance?
4. Apakah Sales Growth (Pertumbuhan Penjualan) berpengaruh terhadap
Tax Avoidance?
5. Apakah Komite Audit berpengaruh terhadap Tax Avoidance?

D. Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah diatas maka tujuan dilakukannya
penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Untuk mengetahui adakah pengaruh Ukuran Perusahaan terhadap Tax
Avoidance.

7
2. Untuk mengetahui adakah pengaruh Profitabilitas terhadap Tax
Avoidance.
3. Untuk mengetahui adakah pengaruh Leverage terhadap Tax
Avoidance.
4. Untuk mengetahui adakah pengaruh Sales Growth (Pertumbuhan
Penjualan) terhadap Tax Avoidance.
5. Untuk mengetahui adakah pengaruh Komite Audit terhadap Tax
Avoidance.

E. Manfaat Penelitian
Beberapa manfaat yang bisa didapatkan dari penelitian yang dilakukan ini
yakni sebagai berikut;
1. Bagi Perusahaan
Penelitian yang dilakukan ini harapannya bisa memberi tambahan
masukan terutama terkait dengan variabel penelitian yang
dipergunakan dalam hal penghindaran pajak
2. Bagi Direktorat Jendral Pajak
Bisa menjadi bahan awal evaluasi untuk membuat suatu kebijakan
peraturan pajak yang akan datang.
3. Bagi Mahasiswa
Beberapa manfaat yang bisa didapatkan dari penelitian yang dilakukan
ini yakni untuk pembaruan dan penambahan informasi terkait dengan
perpajakan, terutama yang berkaitan dengan penghindaran pajak pada
perusahaan industri.

8
F. Kajian Teori
1. Teori Agensi (Agency Theory)
Jensen & Meckling (1976) mengartikan keterkaitan keagenan di
mana satu orang atau lebih (prinsipal) memberi pekerjaan pad orang lain
(agen) dalam melaksanakan berbagai tugas atas nama mereka yang
menyertakan pendelegasian beberapa wewenangnya didalam pengambilan
beberapa suatu keputusan kepada agen. Apabila dua pihak di suatu
hubungan memiliki utilitas yang maksimal, ada alasan bahwasannya agen
tidak selalu melakukan tindakan yang terbaik dalam kebutuhan prinsipal.
Di sini yang bertindak sebagai agen ialah aparat desa dan masyarakat
sebagai prinsipal.
Teori keagenan mempercayai laporan keuangan dan sistem
pertanggungjawabannya bisa meminimalisir konflik antara pihak yang
terikat. Eisenhardt (1989) mengemukakan dalam teori keagenan ada tiga
prasyarat sifat manusia yaitu: (1) orang yang hanya mengutamakan diri
sendiri (self interest), (2) orang dengan kemampuan berpikir yang terbatas
(bounded rationality), serta (3) orang yang cenderung menghindar dari
resiko (risk averse). Berdasarkan tiga prasyarat tersebut dapat disimpulkan
bahwa konflik yang muncul disebabkan karena adanya sifat dasar tersebut.
Teori ini pernah digunakan untuk meneliti kinerja keuangan pada
penelitian Harjito, dkk (2020) dengan hasil PAD dan dana alokasi khusus
memberi pengaruh pada kinerja keuangan pemerintah pada seluruh
kabupaten dan kota di Indonesia artinya, hal tersebut menunjukan
bahwasannya kenaikan PAD akan selalu di ikuti dengan naiknya kinerja
keuangan juga dari kabupaten dan kota yang berkaitan begitu juga dengan
dana alokasi khusus yang mengalami kenaikan, akan diikuti juga dengan
turunnya kinerja disuatu daerah yang berkaitan. (Sarah dan Kartika, 2019).
Teori agensi mempunyai hubungan dengan tax avoidance
(penghindaran pajak). Jika manajemen kurang baik dalam mengelola
perusahaan maka akan menyebabkan masalah keagenan yang dapat
merugikan pada beberapa pihak (Arianandini dan Ramantha, 2018).

9
Dalam tax avoidance (penghindaran pajak), kepentingan manajemen untuk
memanipulasi laba perusahaan akan mengurangi beban fiskal perusahaan,
namun hal tersebut dapat mengakibatkan penilaian yang kurang antara
investor terhadap perusahaan.
2. Tax Avoidance (Penghindaran Pajak)
Tax Avoidance (penghindaran pajak) adalah strategi dan teknik
yang dilakukan perusahaan dengan memanfaatkan kelemahan peraturan
perundang-undangan (loopholes) perpajakan untuk meminimalkan beban
pajak yang harus dibayar. Dalam menentukan Tax Avoidance
(penghindaran pajak), “komite urusan fiskal OECD (Organization for
Economic Cooperation and Development) menyebutkan beberapa karakter
Tax Avoidance (Penghindaran Pajak), yaitu: Pertama, adanya unsur
artifisial, dimana berbagai pengaturan seolah-olah terdapat di dalamnya
padahal tidak, dan ini dilakukan karena ketiadaan faktor pajak. Kedua,
memanfaatkan kelemahan undang-undang untuk menerapkan ketentuan-
ketentuan legal untuk berbagai tujuan, padahal bukan itu yang sebetulnya
dimaksudkan oleh pembuat undang-undang. Dan Ketiga, pada umumnya
para konsultan menunjukkan alat atau cara kepada wajib pajak untuk
melakukan Tax Avoidance (penghindaran pajak) dengan syarat wajib
pajak menjaga kerahasiaan” (Purwanti dan Sugiyarti, 2017).
Penghindaran pajak (Tax Avoidance) yang dilakukan secara ilegal
adalah tax evasion atau penggelapan pajak, yaitu melakukan penghindaran
pajak yang tidak diperbolehkan dalam peraturan perundang-undangan
perpajakan. Menurut Prebble dan Prebble, perbedaan mendasar antara tax
avoidance dan tax evasion terletak pada legalitasnya. Tax evasion yaitu
penghindaran pajak yang ilegal sebab pelanggaran itu dengan sengaja
dilakukan agar dapat meminimalkan kewajiban pajak. Sementara tax
avoidance yaitu penghindaran pajak yang legal sebab dilaksanakan dengan
mengambil keuntungan dalam mengurangi kewajiban pajak pada regulasi
fiskal (Shinta Dwi Wardhani dan Zainal Alim Adiwijaya, 2019).

10
Secara garis besar terdapat dua jenis sistem saat memungut pajak
yang diberlakukan negara kepada warga negaranya dalam perpajakan,
diantaranya yaitu Official Assessment System dan Self Assessment
System. Official Assessment System adalah sistem yang diberlakukan
negara dalam memungut pajak kepada warga negaranya bahwa penentuan,
perhitungan pajak dilakukan oleh negara, sedangkan Self Assessment
system yaitu sistem yang diberlakukan oleh negara dengan memberikan
kepercayaan penuh kepada wajib pajak untuk melakukan penghitungan,
pelaporan, dan pembayaran pajak terutangnya secara mandiri.
Dalam norma hukum Islam suatu praktik penghindaran pajak juga
meruakan suatu perbuatan yang bertentangan hal ini sesuai dengan Sabda
Rasulullah SAW (Ali, 2018):
"inna allaha ta'ala tajawaza liummatii 'ammaa hadatsat biha
anfusaha ma lam tatakallam bihi au ta'mal bihi”
Artinya “Sesungguhnya Allah SWT mengampuni ummatku dari apa saja
yang terbertik dalam hatinya, selagi belum terucap atau belum terlaksana”.
Untuk mencegah adanya penghindaran pajak pemerintah Indonesia
sudah membuat solusi aturan terkait dengan prinsip kewajaran wajib pajak
dalam melakukan suatu transaksi yang terdapat adanya hubungan istimewa
sesuai aturan yang telah ditetapkan (Purwanti dan Sugiyarti, 2017).
3. Ukuran Perusahaan
Ukuran perusahaan yang dimaksud yaitu besar kecilnya
perusahaan, dimana hal tersebut bisa ditentukan dari total aset, penjualan
dan rata-rata penjualan. Semakin besar ukuran suatu perusahaan maka
semakin menjadi pusat perhatian dari pemerintah serta akan menimbulkan
kecenderungan-kecenderungan bagi para manajer perusahaan untuk
berlaku patuh (compliance) atau agresif (tax avoidance) dalam perpajakan.
Bagi perusahaan pajak selalu dianggap beban karena pajak dapat
mengurangi pendapatan perusahaan, selain itu pajak juga memengaruhi
pemegang saham agar melakukan penghindaran pajak dengan tujuan untuk
efisiensi biaya atau beban pajak. Ukuran perusahaan adalah besar kecilnya

11
perusahaan yang diamati dari besarnya nilai equity, nilai penjualan atau
nilai aset aktiva (Nawang Kalbuana dkk, 2021).
Ukuran perusahaan dapat dihitung menggunakan indikator tertentu,
yaitu: (a) Total Aset, semakin besar total aset perusahaan maka semakin
banyak modal yang ditanam; (b) Jumlah Penjualan, semakin banyaknya
penjualan maka semakin banyak perputaran uang; (c) Kapitalis Pasar,
semakin besar kapitalis pasar maka semakin besar pula dikenal dalam
masyarakat. Untuk mengukur ukuran perusahaan yaitu menggunakan total
asset karena ukuran perusahaan diproksikan dengan Ln total asset.
Penggunaan natural log (Ln) dimaksudkan untuk mengurangi fluktuasi
data yang berlebihan tanpa mengubah proporsi dan nilai asal yang
sebenarnya. Oleh karena itu, laporan keuangan harus dapat diandalkan
(reliabel) dan terbebas dari manajemen laba yang berkaitan dengan
meminimalkan pendapatan kena pajak dan pembayaran pajak kecil
(Vidiyanna Rizal Putri dan Bella Irwasyah Putra, 2017). Indikator sebagai
perhitungan Ukuran Perusahaan yakni :
𝑼𝒌𝒖𝒓𝒂𝒏 𝒑𝒆𝒓𝒖𝒔𝒂𝒉𝒂𝒂𝒏 = 𝑳𝒏 (𝒕𝒐𝒕𝒂𝒍 𝒂𝒔𝒆𝒕)

4. Profitabilitas
Kemampuan perusahaan dalam memperoleh laba disebut dengan
profitabilitas. Profitabilitas merupakan rasio untuk mengukur kemampuan
perusahaan dalam menghasilkan keuntungan yang diperoleh dari
penggunaan modal-modal perusahaan serta menyokong pertumbuhan, baik
untuk jangka pendek maupun jangka panjang. Profitabilitas suatu
perusahaan dapat dilihat dari laporan laba rugi (income statement) yang
menunjukkan laporan hasil kinerja perusahaan.
Dalam mengukur tingkat profitabilitas perusahaan pada penelitian
ini menggunakan Return On Assets (ROA). Return On Assets (ROA)
merupakan salah satu rasio keuangan dari profitabilitas untuk mengukur
kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba serta mengukur
keuntungan perusahaan pada periode sebelumnya untuk diestimasikan di

12
periode selanjutnya. ROA adalah salah satu indikator keuangan yang
menjabarkan sejauh mana perusahaan menghasilkan laba dari aset yang
dimiliki perusahaan (Annisa, 2017).
Return On Assets (ROA) digunakan untuk mengukur efektivitas
perusahaan dalam menggunakan sumber daya yang dimiliki. Semakin
tinggi profitabilitas perusahaan, maka semakin tinggi laba bersih yang
dihasilkan dan perencanaan perusahaan semakin matang sehingga pajak
yang dihasilkan optimal (Deanna Puspita dan Meiriska Febrianti, 2017).
ROA disini bisa di ukur dan dihitung dengan mempergunakan
rumus sebagai berikut;
Return On Asset (ROA) = Laba Bersih

Total Aktiva

5. Leverage
Penggunaan dana dari pihak eksternal yang berupa utang yang
digunakan untuk membeli dan atau membiayai investasi dan aset-aset
perusahaan disebut dengan leverage. Rasio leverage dapat menunjukkan
seberapa besar pembiayaan perusahaan dari utang yang mencerminkan
nilai perusahaan. Leverage merupakan penambahan jumlah utang yang
berakibat munculnya biaya bunga dan mengurangi beban pajak
penghasilan wajib pajak badan (Annisa, 2017).
Leverage menunjukkan seberapa besar utang yang digunakan
untuk investasi dan aset yang dimiliki perusahaan. Leverage juga
menggambarkan kemampuan perusahaan dalam menggunakan aktiva
untuk meningkatkan penghasilan bagi pemilik perusahaan (Shinta Dwi
Wardhani dan Zainal Alim Adiwijaya, 2019). Leverage dapat menilai
kewajiban jangka panjang. Perusahaan yang jumlah aset lebih besar dari
jumlah utang dapat disebut sebagai perusahaan yang sehat.
6. Sales Growth (Pertumbuhan Penjualan)
Sales Growth (pertumbuhan penjualan) merupakan salah satu
indikator dalam mengukur tingkat pertumbuhan perusahaan (Deanna

13
Puspita dan Meiriska Febrianti, 2017). Sales Growth (pertumbuhan
penjualan) dapat menggambarkan sejauh mana perusahaan mencapai
target dan strategi yang telah disusun. Saat target dan strategi perusahaan
berhasil tercapai, maka perusahaan akan memperoleh profit lebih tinggi.
Semakin tinggi profit perusahaan, maka penghindaran pajak perusahaan
akan cenderung tinggi (Indah Novriyanti dan Winanda Wahana Warga
Dalam, 2020).
7. Komite Audit
Tugas komite audit adalah mengidentifikasi dan memberikan
pendapat profesional kepada dewan komisaris mengenai hal-hal yang
diberikan direksi dan memerlukan perhatian khusus dewan komisaris
(Suryani, 2020). Komite audit menurut Ikatan Komite Audit Indonesia
(IKAI) adalah “suatu komite yang bekerja secara profesional dan
independen yang dibantu oleh dewan komisaris dan dengan demikian
tugasnya adalah membantu dan memperkuat fungsi dewan komisaris atau
dewan pengawas dalam menjalankan fungsi pengawasan (oversight) atas
proses pelaporan keuangan, manajemen risiko, pelaksanaan audit dan
implementasi dari corporate governance di perusahaan–perusahaan”.
Dewan komisaris harus membentuk komite audit yang beranggota
paling sedikit tiga orang, diangkat dan diberhentikan serta bertanggung
jawab kepada dewan komisaris. Dewan komisaris dengan anggota yang
lebih sedikit dapat bertindak lebih efisien, tetapi juga ada kelemahan yaitu
kurangnya pengalaman dari anggota. Dewan komisaris mempunyai
kewenangan pengawasan dan dapat mempengaruhi pihak manajemen
perusahaan untuk menyusun laporan keuangan yang benar karena semua
perusahaan yang go public di Bursa Efek Indonesia (BEI) untuk
membentuk dan memiliki komite audit yang diketuai oleh komisaris
independen. Komite audit yang bertugas dalam pengawasan laporan
keuangan mempunyai pengaruh dalam menentukan manajemen perpajakan
khususnya penghindaran pajak (Puput Pradasari dan Nanik Ermawati,
2018).

14
G. Telaah Pustaka
Tabel 1 Tabel Penelitian Terdahulu
NO PENELITI JUDUL HASIL PERBEDAAN PERSAMAAN
1 Eliyani Pengaruh Profitabilitas, - Profitabilitas memiliki pengaruh - Peneliti menggunakan variabel - Peneliti
Susanti, Leverage, Sales Growth positif signifikan terhadap komite audit pada penelitian ini. menggunakan
2018 Dan Ukuran Perusahaan penghindaran pajak. - Studi empiris yang digunakan variabel
Terhadap Penghindaran - Leverage tidak berpengaruh peneliti adalah perusahaan profitabilitas,
Pajak (Studi Empiris signifikan terhadap penghindaran farmasi yang terdaftar di Bursa leverage, sales
Pada Perusahaan Sektor pajak. Efek Indonesia, sedangkan growth, dan
Pertambangan & Sektor - Sales Growth memiliki pengaruh penelitian Eliyani Susaanti ukuran
Pertanian Yang Listing posistif terhadap penghindaran menggunakan studi empiris di perusahaan
Di Bursa Efek pajak. perusahaan sektor pertambangan dalam penelitian.
Indonesia 2012-2017). - Ukuran Perusahaan memiliki dan sektor pertanian yang listing
pengaruh negatif terhadap di Bursa Efek Indonesia.
penghindaran pajak.
2 Kevin Pengaruh Ukuran - Ukuran Perusahaan (SIZE) - Peneliti tidak menggunakan - Variabel
Honggo & Perusahaan, Umur berpengaruh terhadap penghindaran variabel umur perusahaan dan independen yang
Aan Perusahaan, Dewan pajak (CETR) dewan komisaris perusahaan digunakan antara
Marlinah, Komisaris Independen, - Umur Perusahaan tidak dalam penelitian ini. lain yaitu ukuran

15
2019 Komite Audit, Sales berpengaruh terhadap penghindaran - Penelitian yang dilakukan Kevin perusahaan,
Growth, Dan Leverage pajak. Honggo & Aan Marlinah tidak komite audit,
Terhadap Penghindaran - Dewan Komisaris Independen tidak menggunakan variabel sales growth, dan
Pajak. berpengaruh terhadap penghindaran profitabilitas dalam penelitiannya. leverage.
pajak.
- Komite Audit tidak berpengaruh
terhadap penghindaran pajak.
- Sales Growth berpengaruh terhadap
penghindaran pajak.
- Leverage tidak berpengaruh
terhadap penghindaran pajak.
3 Nora Leverage, Ukuran - Profitabilitas berpengaruh - Peneliti tidak menggunakan - Terdapat
Hilmia Perusahaan, terhadap tax avoidance. variabel proporsi komisaris kesamaan
Primasari, Profitabilitas, - Leverage tidak berpengaruh independen dan kualitas audit, variabel
2019 Pertumbuhan terhadap tax avoidance tetapi menggunakan variabel independen
Penjualan, Proporsi - Ukuran Perusahaan tidak komite audit dalam penelitian ini. yaitu variabel
Komisaris Independen berpengaruh terhadap tax - Studi empiris yang dilakukan oleh profitabilitas,
Dan Kualitas Audit avoidance Nora Hilmia Primasari pada leverage,
Terhadap Tax - Pertumbuhan Penjualan tidak perusahaan manufaktur yang ukuran

16
Avoidance (Studi berpengaruh terhadap tax terdaftar di Bursa Efek Indonesia, perusahaan, dan
Empiris Pada avoidance sedangkan studi empiris yang pertumbuhan
Perusahaan Manufaktur - Proporsi Komisaris Independen dilakukan peneliti di perusahaan penjualan.
Yang Terdaftar Di tidak berpengaruh terhadap tax farmasi yang terdaftar di Bursa
Bursa Efek Indonesia avoidance. Efek Indonesia.
Periode 2014-2016). - Kualitas Audit tidak berpengaruh
terhadap tax avoidance.
4 Nawang Pengaruh Ukuran - Ukuran Perusahaan tidak - Pada penelitian Nawang - Terdapat
Kalbuana, Perusahaan, Leverage berpengaruh signifikan terhadap Kalbuana, dkk tidak kesamaan
Silvia Dan Nilai Perusahaan tax avoidance. menggunakan variabel variabel
Christeva, Terhadap Tax - Leverage berpengaruh signifilan profitabilitas, sales growth, dan independen
Benny Avoidance Kasus terhadap tax avoidance. komite audit pada variabel yaitu ukuran
Kurnianto, Perusahaan Yang - Nilai Perusahaan tidak independennya. perusahaan, dan
Titik Terdaftar Di Jakarta berpengaruh signifikan terhadap - Peneliti tidak menggunakan leverage.
Purwanti, Islamic Index (JII). tax avoidance. variabel nilai perusahaan dalam
Muhammad - Ukuran Perusahaan, Leverage, dan penelitian ini.
Tho’in, Nilai Perusahaan tidak - Studi kasus pada penelitian
2021 berpengaruh secara simultan Nawaang Kalbuana, dkk
terhadap tax avoidance. menggunakan perusahaan yang

17
terdaftar di Jakarta Islamic Index
(JII), sedangkan peneliti
menggunakan perusahaan farmasi
yang terdaftar di Bursa Efek
Indonesia.
5 Sarah Faktor-faktor ayang - Leverage berpengaruh negatif tidak - Peneliti tidak mengggunakan - Peneliti juga sama
Anggraeni Mempengaruhi Tax signifikan terhadap tax avoidance. variabel independen berupa menggunakan
Dibah Ayu Avoidance Pada - Kepemilikan Institusional kepemilikan institusional varoabel
& Andi Perusahaan Manufaktur berpengaruh negatif tidak signifikan dalam penelitian ini. independen berupa
Kartika, (Studi Kasus Pada terhadap tax avoidance. leverage, komite
2019 Perusahaan Manufaktur - Komite Audit berpengaruh negatif audit, sales growth,
Yang Terdaftar Di signifikan terhadap tax avoidance. profitabilitas, dan
Bursa Efek Indonesia - Sales Growth berpengaruh negatif ukuran perusahaan
Periode 2014-2017). tidak signifikan terhadap tax dalam penelitian
avoidance. ini.
- Profitabilitas berpengaruh negatif
signifikan terhadap tax avoidance.
- Ukuran Perusahaan berpengaruh
positif signifikan terhadap tax

18
avoidance.
6 Ida Ayu Pengaruh Ukuran - Ukuran Perusahaan berpengaruh - Peneliti tidak menggunakan - Terdapat kesamaan
Rosa Perusahaan, Umur positif terhadap tax avoidance. variabel umur perusahaan, variabel
Dewinta & Perusahaan, - Umur Perusahaan berpengaruh positif tetapi menambahkan variabel independen yaitu
Putu Ery Profitabilitas, Leverage, terhadap tax avoidance. komite audit dalam penelitian variabel ukuran
Setiawan, Dan Pertumbuhan - Profitabilitas berpengaruh positif ini. perusahaan,
2016 Penjualan Terhadap terhadap tax avoidance. profitabilitas,
Tax Avoidance. - Leverage tidak berpengaruh terhadap leverage, dan
tax avoidance. pertumbuhan
- Pertumbuhan Penjualan berpengaruh penjualan. Serta
positif terhadap tax avoidance. kesamaan pada
variabel dependen
yaitu tax
avoidance.
7 Ratna Variabel-Variabel Yang - Return on assets berpengaruh - Pada penelitian ini peneliti - Adanya
Indah Berpengaruh Terhadap signifikan terhadap penghindaran tidak menggunakan variabel kesamaan pada
Anjarwati, Penghindaran Pajak pajak. intensitas aset tetap, dan variabel
2021 Pada Perusahaan - Leverage tidak berpengaruh terhadap kepemilikan institusional. independen,
Manufaktur Yang penghindaran pajak. yaitu return on

19
Terdaftar Di Bursa Efek - Ukuran perusahaan berpengaruh assets atau
Indonesia Tahun 2015- signifikan terhadap penghindaran profitabilitas,
2019. pajak. leverage,
- Intensitas aset tetap berpengaruh ukuran
signifikan terhadap penghindaran perusahaan,
pajak. pertumbuhan
- Kepemilikan institusional tidak pennualan, dan
berpengaruh signifikan terhadap komite audit.
penghindaran pajak.
- Pertumbuhan penjualan tidak
berpengaruh signifikan terhadap
penghindaran pajak.
- Komite audit tidak berpengaruh
terhadap penghindaran pajak.
8 Wastam Pengaruh Profitabilitas, - Proftabilitas secara parsial - Peneliti menambahkan - Adanya
Wahyu Leverage Dan berpengaruh negatif secara signifikan variabel ukuran perusahaan persamaan
Hidayat, Pertumbuhan Penjualan terhadap Penghindaran pajak. dan komite audit sebagai variabel
2018 Terhadap Penghindaran - Pertumbuhan penjualan secara parsial variabel independen. independen,
Pajak: Studi Kasus berpengaruh negatif secara signifikan yaitu variabel

20
Perusahaan Manufaktur terhadap Penghindaran pajak. profitabilitas,
di Indonesia. - Leverage secara parsial tidak leverage, dan
berpengaruh terhadap penghindaran pertumbuhan
pajak. penjualan pada
penelitian ini.
9 Putu Pengaruh Profitabilitas, - Profitabilitas berpengaruh negatif - Peneliti tidak menggunakan - Terdapat
Winning Leverage dan terhadap penghindaran pajak. variabel kepemilikan persamaan
Arianandini Kepemilikan - Leverage tidak berpengaruh terhadap institusional, tetapi variabel
& I Wayan Institusional Pada Tax penghindaran pajak. menambahkan variabel ukuran independen,
Ramantha, Avoidance. - Kepemilikan Institusional tidak perusahaan, sales growth, dan yaitu variabel
2018 berpengaruh terhadap penghindaran komite audit dalam penelitian profitabilitas,
pajak. ini dan leverage
dalam
penelitian ini
10 Moses Pengaruh Profitabilitas, - Profitabilitas tidak berpengaruh - Peneliti tidak menggunakan - Adanya persamaan
Dicky Refa Leverage, Corporate terhadap tax avoidance. variabel komisaris independen, variabel
Saputra & Governance Terhadap - Leverage berpengaruh positif dan namun menambahkan variabel independen, yaitu
Nur Fadjrih Tax Avoidance signifikan terhadap tax avoidance. ukuran perusahaan dalam variabel
Asyik, - Komisaris independen berpengaruh penelitian ini. profitabilitas,

21
2017 negatif dan signifikan terhadap tax leverage, dan
avoidance komite audit dalam
- Komite audit tidak berpengaruh penelitian ini.
terhadap tax avoidance.
Sumber: disarikan dari berbagai jurnal

Kebaruan pada penelitian ini diantaranya yaitu:


a. Penelitian ini menambahkan dan atau mengubah variabel dari riset rujukan. Penelitian ini memfokuskan pada lima variabel
independen, yaitu variabel ukuran perusahaan, profitabilitas, leverage, sales growth, dan komite audit; serta satu variabel
dependen yaitu tax avoidance (penghindaran pajak).
b. Penelitian ini menggunakan populasi pada Perusahaan Farmasi yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) tahun 2017-2021,
dengan menggunakan kriteria tertentu dalam menentukan sampelnya

22
H. Kerangka Berpikir
Keraangka berpikir menggambarkan hubungan antar variabel yang
akan diteliti secara teoritis. Terdapat dua jenis variabel dalam penelitian ini,
yaitu variabel dependen (terikat) dan variabel independen (bebas). Variabel
dependen (terikat) pada penelitian ini yaitu Tax Avoidance yang disimbolkan
menggunakan huruf (Y). Sedangkan pada penelitian ini, peneliti menggunakan
lima variabel independen (bebas) yang diasumsikan memiliki pengaruh
terhadap tax avoidance, diantaranya yaitu ukuran perusahaan, profitabilitas,
leverage, sales growth, dan komite audit yang disimbolkan menggunakan
huruf (X). Sehingga peneliti dapat mengemukakan pada kerangka berpikir
yang dirumuskan seperti yang digambarkan sebagai berikut:

Ukuran Perusahaan
(X1) H1

Profitabilitas (X2) H2

Leverage (X3) H3
Tax Avoidance (Y)
H4
Sales Growth (X4)
H5
Komte Audit (X5)

Gambar 1: Kerangka Berpikir

I. Perumusan Hipotesis
1. Hubungan antara Ukuran Perusahaan terhadap Tax Avoidance
Ukuran perusahaan merupakan suatu pembanding antara
perusahaan besar dengan perusahaan kecil. Semakin besar ukuran
perusahaan maka nilai CETR yang dimilikinya akan semakin rendah, hal
ini disebabkan perusahaan besar lebih mampu untuk membuat suatu
perencanaan yang baik dengan menggunakan sumber daya yang

23
dimilikinya (Ardiani, Ferry & Apri, 2020). Berdasarkan teori agensi,
sumber daya perusahaan akan dimanfaatkan agen untuk meningkatkan
keuntungan, tetapi berpengaruh pada biaya pajak yang membesar. Hal ini
mempengaruhi perusahaan untuk melakukan penghindaran pajak (Indah
Novriyanti dan Winanda Wahana Warga Dalam, 2020).
Ukuran perusahaan akan berbanding lurus dengan transaksi
perusahaan. Artinya, transaksi kompleks yang dimiliki perusahaan besar
memberikan kesempatan perusahaan untuk melakukan penghindaran pajak
(Espi Noviyani dan Dul Muid, 2019). Berdasarkan uraian diatas, dapat
disimpulkan bahwa ukuran perusahaan akan mempengaruhi keinginan
perusahaan untuk melakukan penghindaran pajak. Maka, hipotesis
penelitian yang diajukan adalah:
H1 : Ukuran Perusahaan berpengaruh terhadap Tax Avoidance
2. Hubungan antara Profitabilitas terhadap Tax Avoidance
Return on Assets (ROA) merupakan salah satu rasio profitabilitas.
Rasio ini paling sering disoroti dalam analisis laporan keuangan karena
mampu menunjukkan keberhasilan perusahaan dalam menghasilkan
keuntungan. Return on Assets (ROA) digunakan untuk mengukur
kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba berdasarkan aset yang
dimiliki. Semakin tinggi nilai ROA, maka semakin besar juga laba yang
diperoleh perusahaan. Ketika laba yang diperoleh membesar, maka jumlah
pajak penghasilan akan meningkat sesuai dengan peningkatan laba
perusahaan sehingga perusahaan kemungkinan melakukan tax avoidance
untuk menghindari peningkatan jumlah beban pajak. Perusahaan akan
mampu mengelola asetnya dengan baik sehingga memperoleh keuntungan
dari insentif pajak dan kelonggaran pajak lainnya sehingga perusahaan
tersebut terlihat melakukan tax avoidance (Annisa, 2017).
Return On Assets (ROA) adalah adalah salah satu indikator
keuangan yang menjabarkan sejauh mana perusahaan menghasilkan laba
dari aset yang dimiliki perusahaan. Profitabilitas dapat menilai berapa laba
yang diperoleh perusahaan dalam satu periode. Rasio ini menunjukkan

24
sejauh mana efektivitas manajemen perusahaan dalam menghasilkan laba
perusahaan (Indah Novriyanti dan Winanda Wahana Warga Dalam, 2020).
Oleh sebab itu, hal ini berkaitan dengan agen yang mementingkan
kepentingan dengan memanfaatkan biaya depresiasi untuk meminimalkan
biaya pajak supaya kompensasi kinerja agen tidak berkurang (Indah
Novriyanti dan Winanda Wahana Warga Dalam, 2020). Berdasarkan
uraian diatas, dapat disimpulkan bahwa profitabilitas yang tinggi akan
mempengaruhi keinginan perusahaan untuk melakukan penghindaran
pajak. Maka, hipotesis penelitian yang diajukan adalah:
H2 : Profitabilitas berpengaruh terhadap Tax Avoidance
3. Hubungan antara Leverage terhadap Tax Avoidance
Leverage merupakan salah satu rasio yang menggambarkan utang
untuk membiayai aktivitas operasi perusahaan. Beban bunga yang harus
dibayar perusahaan dipengaruhi oleh penambahan utang. Semakin tinggi
beban bunga akan mengurangi beban pajak perusahaan. Utang jangka
panjang dapat dimanfaatkan perusahaan untuk meminimalkan beban pajak,
karena pendanaan dengan utang memiliki tarif pajak efektif yang lebih
kecil jika dibandingkan pendanaan dengan ekuitas. Hal ini karena, biaya
bunga pinjaman dapat digunakan sebagai pengurang pajak dalam
penghasilan kena pajak (Espi Noviyani dan Dul Muid, 2019).
Leverage digunakan perusahaan untuk memperoleh keuntungan
lebih banyak yang berpengaruh ke pemegang saham. Semakin tinggi
tingkat leverage perusahaan, maka biaya pajak akan berkurang (Nawang
Kalbuana dkk, 2021), leverage yang tinggi akan mempengaruhi keinginan
perusahaan untuk melakukan penghindaran pajak. Maka, hipotesis
penelitian yang diajukan adalah:
H3 : Leverage berpengaruh terhadap Tax Avoidance
4. Hubungan antara Sales Growth (Pertumbuhan Penjualan) terhadap
Tax Avoidance
Pertumbuhan penjualan merupakan kenaikan penjualan dari
periode sebelumnya ke periode selanjutnya. Pertumbuhan penjualan

25
menjadi salah satu pertumbuhan yang umum dilihat. Profit perusahaan
dapat diprediksi dari pertumbuhan penjualan periode sebelumnya.
Pertumbuhan penjualan menggambarkan besaran peningkatan laba yang
dihasilkan dari penjualan (Sarah Anggraeni Dibah Ayu dan Andi Kartika,
2019).
Kesimpulannya, semakin besar pertumbuhan penjualan maka
semakin besar pula profit yang didapat sehingga praktik penghindaran
pajak cenderung akan dilakukan perusahaan akibat dari timbulnya beban
pajak yang besar (Eliyani Susanti, 2018). Maka, hipotesis penelitian yang
diajukan adalah:
H4 : Sales Growth berpengaruh terhadap Tax Avoidance
5. Hubungan antara Komite Audit terhadap Tax Avoidance
Komite audit wajib dibentuk oleh dewan komisaris sekurang-
kurangnya tiga anggota. Sehubungan dengan teori keagenan, fungsi komite
audit adalah membantu dewan komisaris untuk membentuk asimetri
informasi antara prinsipal dan agen dengan mengawasi proses pelaporan
keuangan, sehingga manajer dapat bekerja lebih transparan dalam
menyampaikan laporan keuangan, sehingga dapat meminimalisir praktek
tax avoidance (penghindaran pajak) pada perusahaan (Puput Pradasari dan
Nanik Ermawati, 2018).
Fungsi komite audit adalah sebagai pengawas internal perusahaan
dan mengawasi proses pembuatan laporan keuangan. Karena semua
perusahaan diharuskan Bursa Efek Indonesia (BEI) untuk membentuk
komite audit dan diketuai Komisaris Independen. Komite audit dengan
jumlah yang banyak akan memperkecil perusahaan untuk melakukan
penghindaran pajak, dan sebaliknya (Sarah Anggraeni Dibah Ayu dan Ani
Kartika, 2019).
Hasil penelitian Ratna Indah Anjarwati (2021) serta Kevin Honggo
dan Aan Marlinah (2019) menunjukkan bahwa terdapat hubungan negatif
antara komite audit dengan penghindaran pajak, yaitu semakin tinggi

26
jumlah komite audit maka semakin rendah praktik penghindaran pajak.
Maka, hipotesis penelitian yang diajukan adalah:
H5 : Komite Audit berpengaruh terhadap Tax Avoidance

J. Jenis dan Sumber Data


1. Jenis dan Pendekatan
Jenis didalam penelitian yang dilakukan ini yakni dengan
mempergunakan jenis penelitian asosiatif. kausal, yakni penelitian yang
memiliki tujuan guna dapat mengetahui hubungan pengaruh antara dua
variabel ataupun lebih (Sugiono, 2016). Pendekatan dalam penelitian ini
masuk ke dalam pendekatan kuantitatif yang dilakukan untuk lebih cenderung
melakukan suatu analisis pada data yang berbentuk angka yang kemudian
diolah dengan mempergunakan metode statistika (Sugiyono, 2017).
2. Sumber Data
Sumber data yang dilakukan didalam penelitian yang dilakukan ini
mempergunakan data sekunder. Data sekunder yaitu data peneitian yang
didapatkan dengan tidak langsung menggunakan media perantara (didapat dan
dicatat oleh pihak lain), dan sumber data utama yang dipakai didalam
penelitian yang dilakukan ini yakni laporan keuangan dan data pajak
Perusahaan Farmasi yang terdaftar di BEI periode tahun 2017-2021.
3. Populasi dan Sampel
a. Populasi dan Sampel
Populasi didefinsikan sebagai sekumpulan dari seluruh dari obyek
penelitian yang ditetapkan oleh peneliti (Sugiyono,2017). Populasi pada
penelitian yang dilakukan ini yakni seluruh Perusahaan Farmasi yang
terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode Tahun 2017-2021. Sampel ialah
sebagian kecil dari jumlah dan karakteristik populasi yang akan
dipergunakan sebagai objek penelitian. Dan pada penelitian yang
dilakukan ini metode yang dipakai yakni Purposive Sampling adalah yakni
pengambilan dengan mempergunakan karakteristik dan kriteria Berikut
kriteria penentuan sampel pada penelitian ini:

27
a. Perusahaan Farmasi yang terdaftar selama 5 tahun berturut-turut di
BEI dan tidak delisting pada periode tahun 2017-2021.
b. Perusahaan Farmasi yang mempublikasi laporan keuangannya yang
berakhir 31 Desember tahun 2017-2021.
c. Perusahaan Farmasi yang didalam laporan keuanganya disajikan
dalam satuan mata uang rupiah tahun 2017-2021.
d. Perusahaan Farmasi yang memiliki laba selama tahun 2017-2021.
e. Perusahaan Farmasi yang mengalami kenaikan penjualan positif
selama tahun 2017-2021.

K. Variabel Penelitian
Variabel adalah segala sesuatu yang dapat diukur dan diberi berbagai
macam nilai. Construct adalah abstraksi dari fenomena kehidupan nyata yang
diamati. Variabel merupakan representasi dari construct yang diamati dan
diukur dengan berbagai macam nilai. Nilai variabel dapat berupa angka atau
atribut yang menggunakan skala dalam kisaran angka.
Variabel penelitian dapat diklasifikasikan berdasarkan beberapa
pendekatan, diantaranya berdasarkan: (1) Fungsi Variabel, (2) Skala Nilai
Variabel, dan (3) Perlakuan Terhadap Variabel. Tipe variabel berdasarkan
fungsi variabel antara lain (Sugiyono, 2017):
1. Variabel Bebas (Independent Variable)
Variabel bebas (Independent Variable) atau variabel yang
diduga sebagai sebab merupakan variabel yang menjelaskan dan
mempengaruhi variabel lain. Variabel independen juga disebut
sebagai variabel yang mendahului. Variabel independen dalam
penelitian ini adalah Ukuran Perusahaan, Profitabilitas, Leverage,
Sales Growth (Pertumbuhan Penjualan), dan Komite Audit.
2. Variabel Terikat (Dependent Variable)
Variabel terikat (Dependent Variable) atau variabel yang
diduga sebagai akibat merupakan variabel yang dijelaskan atau
dipengaruhi oleh variabel independen. Variabel dependen juga disebut

28
sebagai variabel konsekuensi. Variabel dependen dalam penelitian ini
adalah Tax Avoidance (Penghindaran Pajak).

L. Definisi Operasional
Definisi operasional merupakan penentuan construct sehingga menjadi
variabel yang dapat diukur. Definisi operasional memberikan penjelasan
bagaimana peneliti mengoperasionalkan construct, sehingga memungkinkan
adanya replikasi pengukuran yang sama atau mengembangkan pengukuran
construct yang lebih baik oleh peneliti lain. Definisi operasional dalam
penelitian ini adalah:
1. Penghindaran Pajak, yang dinyatakan dalam Y
Dalam penelitian ini, Penghindaran Pajak menjadi variabel
dependen. Penghindaran pajak adalah upaya perusahaan untuk
meminimalisir atau menghilangkan beban pajak dengan tidak melanggar
peraturan perundang-undang atau legal. Model pengukuran untuk
menghitung penghindaran pajak adalah tarif pajak efektif atau Effective
Tax Rates (ETR) (Espi Noviyani dan Dul Muid, 2019). Rumus tarif pajak
efektif adalah:

𝐁𝐞𝐛𝐚𝐧 𝐏𝐚𝐣𝐚𝐤
ETR = 𝐋𝐚𝐛𝐚 𝐒𝐞𝐛𝐞𝐥𝐮𝐦 𝐏𝐚𝐣𝐚𝐤

2. Ukuran Perusahaan, yang dinyatakan dalam X1


Ukuran dalam perusahaan merupakan sketsa besar kecil
perusahaan yang ditentukan dengan ukuran nominal (Shinta Dwi
Wardhani dan Zainal Alim Adiwijaya, 2019). Ukuran perusahaan bisa
diukur dari total aset, total penjualan, nilai pasar saham, dan sebagainya.
Total aset perusahaan menjadi skala penentu ukuran perusahaan (Espi
Noviyani dan Dul Muid, 2019). Ukuran perusahaan dapat diukur dengan
mentransformasi total aset perusahaan ke dalam logaritma natural (Indah

29
Novriyanti dan Winanda Wahana Warga Dalam, 2020). Berdasarkan
satuan ukur tersebut ukuran perusahaan diklasifikasikan menjadi small
firm, medium firm, dan large firm. Ukuran perusahaan dapat dihitung
dengan rumus sebagai berikut:

Size = Ln (Total Asset)

3. Profitabilitas, yang dinyatakan dalam X2


Profitabilitas merupakan rasio untuk mengukur kemampuan
perusahaan dalam menghasilkan keuntungan yang diperoleh dari
penggunaan modal-modal perusahaan serta menyokong pertumbuhan,
baik untuk jangka pendek maupun jangka panjang. Return on assets
merupakan proksi yang dapat dipakai untuk menghitung profitabilitas
perusahaan, cara yang digunakan untuk menghitung adalah dengan total
laba bersih dibagi total aset pada akhir periode, dimana hasilnya
menunjukkan estimasi kemampuan perusahaan dalam mendapat
keuntungan (Annisa, 2017). Rumus ROA:

𝐋𝐚𝐛𝐚 𝐁𝐞𝐫𝐬𝐢𝐡
ROA = 𝐓𝐨𝐭𝐚𝐥 𝐀𝐬𝐬𝐞𝐭

4. Leverage, yang dinyatakan dalam X3


Leverage adalah salah satu rasio yang memberi gambaran
hubungan antara utang dengan modal dan aset perusahaan (Putra dan
Putri, 2017). Rasio leverage menggambarkan sumber dana operasi dan
risiko yang dihadapi perusahaan (Sarah Anggraeni Dibah Ayu dan Andi
Kartika, 2019). Rasio leverage dapat diukur dengan rumus berikut ini:

𝐓𝐨𝐭𝐚𝐥 𝐔𝐭𝐚𝐧𝐠
Debt to Equity Ratio (DER) =
𝐓𝐨𝐭𝐚𝐥 𝐌𝐨𝐝𝐚𝐥

30
5. Sales Growth, yang dinyatakan dalam X4
Sales Growth (Pertumbuhan Penjualan) digunakan perusahaan
untuk memprediksi besar profit yang diinginkan. Sales Growth
menunjukkan peningkatan laba dari penjualan yang dihasilkan. Semakin
tinggi pertumbuhan penjualan, maka semakin tinggi pula profit yang
akan diperoleh (Titisari dan Mahanani, 2017). Sales Growth
(pertumbuhan penjualan) merupakan rasio yang menunjukkan seberapa
besar peningkatan jumlah penjualan perusahaan tahun berjalan
dibandingkan dengan tahun sebelumnya, yang mengindikasikan tingkat
penerimaan produk yang ditawarkan. Sales Growth (Pertumbuhan
Penjualan) dapat dihitung dengan rumus sebagai berikut:

(𝐒𝐚𝐥𝐞𝐬 𝚶−𝐒𝐚𝐥𝐞𝐬ˉ𝟏 )
Sales Growth = 𝐒𝐚𝐥𝐞𝐬ˉ¹

6. Komite Audit, yang dinyatakan dalam X5


Dalam Keputusan Menteri BUMN, komite audit adalah suatu
badan yang berada di bawah komisaris dengan jumlah anggota minimal
tiga orang. Peran komite audit untuk mendukung dewan komisaris dalam
mengawasi manajemen menyusun laporan keuangan serta pertimbangan
kepada manajemen pada pengendalian intern yang sedang berlangsung di
dalam perusahaan.

Komite Audit = Ʃ Komite Audit

31
Tabel III
Variabel dan Indikator
Variabel Definisi Operasional Indikator Skala
Pengukuran
Penghindaran Upaya yang dilakukan 𝐵𝑒𝑏𝑎𝑛 𝑃𝑎𝑗𝑎𝑘 Rasio
𝐿𝑎𝑏𝑎 𝑆𝑒𝑏𝑒𝑙𝑢𝑚 𝑃𝑎𝑗𝑎𝑘
Pajak (Y) oleh suatu perusahaan
dalam meminimalisir
atau menghilangkan
tanggungan pajak
melalui peraturan
perundang-undang
yang tidak dilanggar
atau legal dengan
menghitung tarif
pajak efektif. (Espi &
Dul Muid, 2019)
Ukuran Besar kecil nya 𝑠𝑖𝑧𝑒 = 𝐿𝑛 (𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 𝐴𝑘𝑡𝑖𝑣𝑎) Nominal
Perusahaan perusahaan yang (Dummy)
(X1) diukur menurut total
asset perusahaan.
(Indah & Winanda,
2020)
Profitabilitas rasio sebagai penilai 𝐿𝑎𝑏𝑎 𝐵𝑒𝑟𝑠𝑖ℎ Rasio
(X2) seberapa mampunya 𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 𝐴𝑠𝑠𝑒𝑡

perusahaan saat
pencarian laba
ataupun profit. Disini
pun akan diberikan
ukuran tingkatan
efektivitas manajemen
sebuah perusahaan
Leverage (X3) Leverage 𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 𝑈𝑡𝑎𝑛𝑔 Rasio
menunjukkan 𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 𝑀𝑜𝑑𝑎𝑙

seberapa besar utang

32
yang dipergunakan
untuk
menginvestasikan aset
perusahaan. (Putra
dan Putri, 2017)
Sales Growth Rasio yang (𝑆𝑎𝑙𝑒𝑠 𝑂 − 𝑆𝑎𝑙𝑒𝑠ˉ1 ) Rasio
(X4) memperlihatkan 𝑆𝑎𝑙𝑒𝑠ˉ¹
sebesar apa kenaikan
jumlah penjualan dari
tahun tahun
sebelumnya berjalan
Komite Audit mengidentifikasi dan Komite Audit = Ʃ Komite Audit Rasio
(X5) memberikan pendapat
profesional kepada
dewan komisaris
mengenai hal-hal
yang diberikan direksi
dan memerlukan
perhatian khusus
dewan komisaris
(Suryani, 2020)..

M. Metode Pengumpulan Data


Metode pengumpulan data dalam penelitian ini adalah metode
dokumentasi. Metode dokumentasi merupakan teknik pengambilan data
dengan mengumpulkan, mencatat dan mengkaji data sekunder berupa
laporan keuangan dan data pajak Perusahaan Farmasi yang di publikasi
Bursa Efek Indonesia (BEI) periode 2017-2021.
Data yang diperlukan adalah data sekunder yang berkaitan dengan
informasi Tax Avoidance (Penghindaran Pajak). Dokumen perusahaan
dalam penelitian ini adalah Laporan Keuangan dan Data Pajak Perusahaan
yang diperoleh dari Bursa Efek Indonesia (BEI).

33
N. Metode Analisis
1. Statistik Deskriptif
Menurut Ghozali (2018) Analisis DeskriptifMetode analisis
deskriptif didefinisikan sebagai sebuah metode yang mendeskripsikan
suatu data yang dapat diketahui melalui Standar Deviasi, Varians, Rata-
rata, Minimum (Min), Maksimum (Max), Range, Sum
2. Uji Asumsi Klasik
a. Uji Normalitas
Dilakukannya pengujian ini guna melihat data yang di uji
sudah dikatakan normal ataukah tidak yakni dengan
memperbandingkan kurva dan tabel Kolmogorov Smirnof dengan
batasan > 0,05, jika nilai signifikansinya > 0,05 maka bisa dikatakan
datanya normal. Pengujian yang dilakukan untuk melihat
kenormalan yakni dengan mempergunakan uji Kolmogrov Sminorv
(Shinta Dwi Wardhani dan Zainal Alim Adiwijaya, 2019).
b. Uji Multikolonieritas
Dilakukannya pengujian ini guna melihat korelasi linear antar
variabel independen yang ada pada model regresi apakah mempunyai
korelasi linear yang sempurna ataupun mendekati (koefisien
korelasinya tinggi atau bahkan 1). Apabila VIF bernilai < 10 dan nilai
Tolerance bernilai > 0,1 maka dengan demikian bisa dikatakan tidak
adanya gejala multikolinearitas begitu juga sebaliknya (Imam Ghozali,
2018).
c. Uji Autokorelasi
Tujuan dari pengujian ini yakni guna menguji apakah pada model
regresi tersebut terdapat korelasi yang kuat antara kesalahan variabel
pengganggu di periode t dengan kesalaha variabel pengganggu di
periode sebelumnya (t-1). Dapat dikatakan mengalami masalah
autokorelasi apabila diketahui telah terjadi korelasi pada model
regresi. Model regresi yang baik ialah model regresi yang bebas dari

34
autokorelasi (Santoso, 2019). Kemudian dilakukan perbandingan
antara tabel durbin watson dengan signifikansi 5% (0,05), total sampel
(n), dan total variabel ynag dipakai. Dasar pengambilan keputusan uji
autokorelasi yakni : (Basuki, 2015)
➢ H0 ditolak, apabila d < dari dL atau > (4-dL) maka dapat
disimpulkan terdapat autokorelasi.
➢ H0 diterima, apabila d terletak diantara dU dan (4-dU) maka
dapat disimpulkan tidak ada autokorelasi.
➢ Apabila d terletak diantara dL dan dU atau diantara (4-dU) dan
(4-dL) berarti tidak memperoleh kesimpulan yang pasti. (Imam
Ghozali, 2018).
d. Uji Heteroskedastisitas
Pengujian Heteroskedastisitas ini dipergunakan untuk melihat
varian residual yang berbeda pada keseluruhan pengamatan pada
model regresi yang dilakukan. Model regresi yang dipergunakan
dikatakan baik apabila pada pengujiannya tidak heterokedastisitas
(Purnomo, 2016). Penelitian yang dilakukan ini mempergunakan uji
"Glejser-Test". Dipakainya uji ini untuk melihat perhitungan statistik
dikolom signifikan setiap variabel bebas dalam memberi pengaruh
pada variabel terikatnya. Dikatakan terdapat gejala heteroskedastisitas
apabila Sig bernilai < 0,05. Jika sig bernilai > 0,05 maka bisa
dikatakan tidak adanya gejala heterokedastisitas (Ghozali, 2018)..
3. Analisis Regresi Berganda
Analisis regresi adalah studi tentang ketergantungan suatu
variabel dependen pada satu atau lebih variabel independen.
Tujuannya adalah untuk mengestimasi dan/atau memprediksi rata-rata
populasi atau nilai rata-rata variabel dependen berdasarkan nilai
variabel independen yang diketahui (Imam Ghozali, 2018). Hasil
analisis regresi berupa koefisien untuk masing-masing variabel
independen. Model analisis regresi dirumuskan dengan persamaan
regresi berikut ini:

35
𝐘 = 𝛂 + 𝛃𝟏𝐗𝟏 + 𝛃𝟐𝐗𝟐 + 𝛃𝟑𝐗𝟑 + 𝛃𝟒𝐗𝟒 + 𝛃𝟓𝐗𝟓 + 𝒆

Keterangan :
Y : Tax Avoidance (Penghindaran Pajak)
α : Konstanta
β : Koefisien Regresi
X1 : Ukuran Perusahaan
X2 : Profitabilitas
X3 : Leverage
X4 : Sales Growth (Pertumbuhan Penjualan)
X5 : Komite Audit
𝑒 : Standar Error

O. Uji Hipotesis
1. Uji Koefisien Determinasi (R2)
Pengujian ini dilakukan sebagai cara untuk melakukan pengukuran
kapabilitas variabel bebas dalam memberikan penjelasan variabel terikat
menggunakan skor 0 ≤ R² ≤ 1. Jika nilainya lebih mendekati 0,
menunjukkan bahwa variabel independen memiliki kemampuan terbatas
dalam menerangkan variabel dependennya dan sebaliknya. Terdapat nilai
Adjusted R² yang mampu memberikan hasil yang lebih signifikan dalam
mengukur regresi linear beranda. Adjusted R² bisa berubah jika
menambahkan variabel bebas kedalam model (Shinta Dwi Wardhani dan
Zainal Alim Adiwijaya, 2019).
2. Uji Simultan (Uji F)
Pengujian ini bertujuan guna menguji suatu hipotesis secara simultan
atau bersamaanvariabel bebas terhadap variabel terikatnya. Pada pengujian
ini mempergunakan kriteria pengujian apabila hasil uji F < 0,05 untuk taraf
signifikansinya, memperlihatkan variabel terikat diberikan pengaruh yang
signifikan dan simultan pada variabel bebasnya. Cara lainnya yaitu apabila

36
Fhitung ≥ Ftabel maka variabel bebas tanpa memberikan dampak yang
simultan pada variabel terikat dan apabila F hitung < F tabel terdapat
pengaruh secara simultan (Ghozali, 2018).
3. Uji Parsial (Uji t)
Uji t menunjukkan sejauh mana pengaruh variabel independen
secara individual dalam menerangkan variasi variabel dependen (Imam
Ghozali, 2018). Jika nilai signifikan di bawah 5% maka terdapat pengaruh
yang kuat terhadap kedua variabel (Dewi Kusuma Wardani dan Desi
Khoiriyah, 2018). Berikut ini merupakan kriteria uji t:
a. Variabel independen tidak berpengaruh signifikan terhadap variabel
dependen apabila t hitung < t tabel.
b. Variabel independen berpengaruh signifikan terhadap variabel
dependen apabila t hitung < t tabel.

P. Sistematika Pembahasan
Sistematika penulisan pada skripsi ini dibagi mejadi lima bab, dengan
format penulisannya sebagai berikut :
BAB I PENDAHULUAN
Bagian pertama dari penelitian ini akan menjelaskan latar belakang
dari masalah penelitian, kemudian disusul rumusan masalahnya,
tujuan dan manfaatnya penelitian yang dilaksanakan ini, serta
sistematika penulisannya.
BAB II LANDASAN TEORI
Bab kedua memiliki dua sub bab yakni tinjauan Pustaka dan
landasan teori yang dipakai, kemudian kerangka berpikirnya dan
hipotesis yang dipakai dalam penelitian.
BAB III METODE PENELITIAN
Bab ketiga memiliki pemaparan tentang jenis dan pendekatan
penelitian yang dipergunakan, variable dalam penelitian, definisi
operasional dari variable, jenisnya dan sumber datanya, populasi dan

37
teknik pengumpulan sampelnya, lalu bagaimana tekhnik dan analisis
data yang dipakai.
BAB IV ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN
Bab keempat akan menjadi bab yang memberikan uraian mengenai
profil dari objek penelitian, pengujian terhadap analisis data,
membuktikan hipotesis penulis, memaparkan jawaban peneliti atas
hipotesis, pembahasan data, dan jawaban pertanyaan dari rumusan
masalah.
BAB V PENUTUP
Bab kelima memaparkan hasil kesimpulan setelah dilakukannya
penelitian dan juga saran yang diberikan, keterbatasan dan juga
implikasi dari penelitian yang dilakukan

38
DAFTAR PUSTAKA

Anjarwati, Ratna Indah. (2021). “Variabel-Variabel Yang Berpengaruh


Terhadap Penghindaran Pajak Pada Perusahaan Manufaktur Yang
Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia Tahun 2015-2019”. Skripsi
Fakultas Ekonomi Universitas Semarang.

Annisa. 2017. Pengaruh Return On Asset, Leverage, Ukuran Perusahaan dan


Koneksi Politik terhadap Penghindaran Pajak (Studi Empiris pada
Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di BEI Periode Tahun 2012-
2015.) JOM Fekon. Vol. 4., No.1.

Arianandini, Putu Winning & Ramantha, I Wayan. (2018). “Pengaruh


Profitabilitas, Leverage, dan Kepemilikan Institusional Pada Tax
Avoidance”. E-Jurnal Akuntansi Universitas Udayana. Vol. 22., No.
3.

Ayu, Sarah Anggraeni Dibah & Kartika, Andi. (2019). “Faktor-Faktor Yang
Mempengaruhi Tax Avoidance Pada Perusahaan Manufaktur (Studi
Kasus Pada Perusahaan Manufaktur Yang Terdaftar Di Bursa Efek
Indonesia Periode 2014-2017)”. Dinamika Akuntansi, Keuangan dan
Perbankan. Vol. 8, No. 1, Hlm. 64-78.

Bursa Efek Indonesia (Online). www.idx.co.id.

Darmawan, I Gede Hendi & Sukartha I Made. (2014). “Pengaruh Penerapan


Corporate Governance, Leverage, Return On Assets, Dan Ukuran
Perusahaan Pada Penghindaran Pajak”. E-Jurnal Akuntansi
Universitas Udayana. Vol. 9, No. 1. Hlm. 143-161.

Dewinta, Ida Ayu Rosa & Setiawan, Putu Ery. (2016). “Pengaruh Ukuran
Perusahaan, Umur Perusahaan, Profitabilitas, Leverage, dan
Pertumbuhan Penjualan Terhadap Tax Avoidance”. E-Jurnal
Akuntansi Universitas Udayana. Vol. 14, No. 3, Hlm. 1584-1613.

Emzaeda, Ali Murtado, dkk. (2018). “Tax Avoidance (Penghindaran Pajak)


Oleh Wajib Pajak Dalam Perspektif Islam”. El-Maslahah Journal.
Vol. 8., No. 1., Hlm. 1-15.

Ghozali, Imam. (2018). Aplikasi Analisis Multivariate dengan Program IBM


SPSS 25. Semarang: Badan Penerbit Universitas Diponegoro.

Hidayat, Wastam Wahyu. 2018. ”Pengaruh Profitabilitas, Leverage Dan


Pertumbuhan Penjualan terhadap Penghindaran Pajak: Studi Kasus
Perusahaan Manufaktur di Indonesia”. Jurnal Riset Manajemen dan

39
Bisnis (JRMB) Fakultas Ekonomi UNIAT. Vol. 3, No. 1., Hlm. 19 –
26.

Honggo, Kevin & Marlinah, Aan. (2019). “Pengaruh Ukuran Perusahaan,


Umur Perusahaan, Dewan Konisaris Independen, Komite Audit, Sales
Growth, Dan Leverage Terhadap Penghindaran Pajak”. Jurnal Bisnis
& Akuntansi. Vol. 21, No. 1a-1. Hlm. 9-26.

Kalbuana dkk. (2019). “Pengaruh Ukuran Perusahaan, Leverage, Dan Nilai


Perusahaan Terhadap Tax Avoidance Kasus Perusahaan Yang
Terdaftar Di Jakarta Islamic Index (JII)”. Jurnal Ilmu Manajemen &
Akuntansi Terapan. Vol. 12, No. 2. Hlm. 190-202.

Mahanani, Almaidah, Kartika Hendra Titisari, Siti Nurlaela. (2017).


“Pengaruh Karakteristik Perusahaan, Sales Growth Dan CSR Terhadap
Tax Avoidance.” Seminar Nasional IENACO. ISSN: 2337-4349.

Novriyanti, Indah & Dalam, Winanda Wahana Warga. (2020). “Faktor-faktor


Yang Mempengaruhi Pengjindaran Pajak.” Journal Of Applied
Accounting And Taxation. Vol. 5., No. 1., Hlm. 24-35.

Pradasari, Puput & Ermawati, Nanik. (2018). “Pengarih Proporsi Komisaris


Independen Dan Keberadaan Komite Audit Terhadap Tax Avoidance”.
Jurnal Ilmu Manajemen dan Akuntansi Terapan (JIMAT). Vol. 9.,
No. 2., Hlm. 82-90.

Primasari, Nora Hilmia. (2019). “Leverage, Ukuran Perusahaan, Profitabilitas,


Pertumbuhan Penjualan, Proporsi Komisaris Independen Dan Kualitas
Audit Terhadap Tax Avoidance (Studi Empiris Pada Perusahaan
Manufaktur Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia Periode 2014-
2016)”. Jurnal Akuntansi & Keuangan. Vol. 8, No. 1. Hlm. 21-40.

Purwanti, Shinta Meilina & Sugiyarti, Listya. (2017). “Pengaruh Intensitas


Aset Tetap, Pertumbuhan Penjualan dan Koneksi Politik Terhadap Tax
Avoidance”. Jurnal Riset Akuntansi dan Keuangan. Vol. 5., No. 3.

Puspita, Deana & Febrianti, Meiriska. (2017). “Faktor-faktor Yang


Mempengaruhi Penghindaran Pajak Pada Perusahaan Manufaktur Di
Bursa Efek Indonesia.” Jurnal Bisnis Dan Akuntansi. Vol. 19., No.
1., Hlm. 38-46.

Saputra, Moses Dicky Refa & Asyik, Nur Fadjrih. (2017). “Pengaruh
Profitabilitas, Leverage, Corporate Governance Terhadap Tax
Avoidance”. Jurnal Ilmu dan Riset Akuntansi. Vol. 6., No. 8., Hlm.
1-19.

40
Sugiyono. (2017). Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif. Bandung:
Alfabeta, CV.

Sulistyawati, Ardiani Ika dkk. 2020. “Determinan Penghindaran Pajak”.


BanKu: Jurnal Perbankan dan Keuangan. Vol. 1., No. 2., Hlm. 46-
59.

Suryani. (2020). “Pengaruh Ukuran Perusahaan, Return On Asset, Debt To


Asset Ratio Dan Komite Audit Terhadap Penghindaran Pajak.” Jurnal
Online Insan Akuntansi. Vol. 5., No. 1., Hlm. 83-98.

Susanti, Eliyani. (2018). “Pengaruh Profitabilitas, Leverage, Sales Growth,


Dan Ukuran Perusahaan Terhadap Penghindaran Pajak (Studi Empiris
Pada Perusahaan Sektor Pertambangan dan Sektor Pertanian yang
Listing di Bursa Efek Indonesia 2012-2017)”. Skripsi Fakultas
Ekonomi Universitas Islam Indonesia.

Vidiyanna Rizal Putri, Bella Irwasyah Putra. (2017). “Pengaruh Leverage,


Profitability, Ukuran Perusahaan Dan Proporsi Kepemilikan
Institusional Terhadap Tax Avoidance. Jurnal Ekonomi Manajemen
Sumber Daya. Vol. 19, No. 2, Hlm. 1-11.

Wardani, Dewi Kusuma & Khoiriyah, Desi. (2018). “Pengaruh Strategi Bisnis
Dan Karakteristik Perusahaan Terhadap Penghindaran Pajak”. Jurnal
Akuntansi Dewantara. Vol. 2, No. 1, Hlm. 25-36.

Wardhani, Shinta Dwi & Adiwijaya, Zainal Alim. (2019). “Analisis Pengaruh
Ukuran Perusahaan, Return On Asset, Leverage, Dan Kepemilikan
Institusional Terhadap Penghindaran Pajak Pada Perusahaan
Manufaktur Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia (BEI) Periode
2014-2017”. Konferensi Ilmiah Mahasiswa Unissula (KIMU) 2.
ISSN. 2720-9687, Hlm. 76-97.

41

Anda mungkin juga menyukai