Anda di halaman 1dari 39

PROPOSAL SKRIPSI

PENGARUH PENURUNAN TARIF PAJAK UMKM,


PEMAHAMAN PERPAJAKAN DAN KUALITAS
PELAYANAN ONLINE TERHADAP KEPATUHAN
WAJIB PAJAK UMKM

(Studi kasus di KPP Pratama Jakarta Sunter)

Disusun oleh :

MAISAROTUM FARHANAH

2017103072

PROGRAM STUDI AKUNTANSI

FAKULTAS EKONOMI

INSTITUT TEKNOLOGI DAN BISNIS KALBIS

JAKARTA

2020
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Indonesia merupakan Negara berkembang yang senantiasa
melakukan pembangunan disegala bidang. Dimana pembangunan ini
dilakukan pemerintah karena untuk mewujudkan kesejahteraan dan
kemakmuran masyarakat. Salah satu inovasi pemerintah dalam
meningkatkan pembangunan Negara adalah menggenjot penerimaan pajak
disegala sektor.
Tingkat pajak sangat berpengaruh terhadap penerimaan Negara.
Berbagai jenis pajak yang dibebankan Negara kita kepada wajib pajak
diantaranya adalah Pajak Penghasilan (PPh), Pajak Bumi dan Bangunan
(PBB), BM (Bea Materai), PPNBM (Pajak atas Penjualan Barang Mewah)
dan lainnya.
Kewajiban untuk membayar pajak harus dilakukan oleh seluruh
warga Negara, karena tanpa adanya penerimaan pajak, Negara akan
mengalami permasalahan pembangunan dan kesejahteraan pada
masyarakat.
Menurut Pro Dr. P. j. A. Adriani pajak adalah iuran kepada Negara
(yang dapat dipaksakan) yang terhutang oleh yang wajib membayarnya
menurut peraturan-peraturan umum (undang-undang) dengan tidak
mendapat prestasi kembali yang langsung dapat ditunjuk dan yang
gunanya adalah untuk membiayai pengeluaran-pengeluaran umum yang
berhubung atas tugas Negara untuk menyelenggarakan pemerintah.
(Kusnanto, 2019 : 13).
Pajak merupakan sumber utama penerimaan negara menyumbang
sekitar 80 % dari seluruh penerimaan negara. Namun penerimaan pajak
tersebut ternyata juga memiliki hambatan dalam pelaksanaannya yaitu
terkait kesadaran wajib pajak dalam membayar kewajiban pajaknya,
dimana pajak di Indonesia masih tergolong rendah. Pemerintah berusaha
untuk memberikan upaya baik itu objek maupun subjek untuk
meningkatkan penerimaan pajak Negara. Berdasarkan data Departemen
Keuangan Realisasi Penerimaan Negara dari tahun ke tahun mengalami
peningkatan, dibawah ini merupakan data yang dikeluarkan oleh
Departemen Keuangan.

Sumber 2015 2016 2017 2018 2019


Penerimaan

Penerimaan 1,496,047.33 1,546,946.60 1,654,746.10 1,928,110.00 2,029,417.80

Penerimaan 1,240,418.86 1,284,970.10 1,343,529.80 1,518,789.80 1,643,083.90


Perpajakan

Penerimaan 255,628.48 261,976.30 311,216.30 409,30.20 366,995.10


Bukan Pajak

Realisasi Pendapatan Negara (Miliar Rupiah),2015-2019

Sumber : bps.go.id

Menurut data diatas sumber penerimaan yang kita ketahui paling


banyak adalah dari penerimaan pajak, dimana tahun 2019 memiliki
kenaikan penerimaan sebesar Rp.1,643,083.09 Miliar dibandingkan
dengan tahun 2018 sebesar 1,518,789.80, penerimaan pajak diharapkan
dapat terus meningkat agar pembangunan negara dapat berjalan dengan
baik. Penerimaan pajak meningkat apabila jumlah wajib pajak juga
meningkat. Dalam memaksimalkan penerimaan pajak tidak dapat hanya
mengandalkan peran dari Dirjen Pajak maupun petugas pajak, tetapi juga
dibutuhkan peran aktif dari wajib pajak dalam membayar pajak.
Terlepas dari perolehan penerimaan pajak, terdapat salah satu
sektor yang cukup besar meningkatkan pendapatan pajak yaitu Usaha
Mikro Kecil Menengah (UMKM). Menurut Undang-Undang RI Nomor 20
Tahun 2008 Usaha Kecil adalah usaha ekonomi produktif yang berdiri
sendiri, yang dilakukan oleh orang perorangan atau badan usaha yang
bukan merupakan anak perusahaan atau bukan cabang perusahaan yang
dimiliki, dikuasai, atau menjadi bagian baik langsung maupun tidak
langsung dari Usaha Menengah atau Usaha Besar yang memenuhi kriteria
Usaha Kecil sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang ini.
UMKM telah memberikan kontribusi terbesar dalam pertumbuhan
ekonomi. Dengan banyaknya UMKM di Indonesia saat ini, pemerintah
terus memperhatikan para pelaku usaha mikro kecil menengah (UMKM).
Menurut Badan Pusat Statistic (BPS) jumlah UMKM tahun 2018
mencapai 64.194.057 juta. Angka tersebut mencapai 99.9 % dari
keseluruhan usaha yang beroperasi di Indonesia, angka ini menunjukkan
adanya peningkatan antara tingkat penerimaan pajak dengan jumlah
UMKM di Indonesia. Dengan tumbuh kembangnya UMKM di Indonesia
membuat kinerja usaha lebih baik dan juga meningkatkan kesejahteraan
masyarakat.
Menurut Kementerian Koperasi dan UKM, sumbangan UMKM
terhadap PDB Indonesia mencapai angka 8.573.9 Triliun tahun 2018. PDB
Indonesia pada 2018 sebesar Rp.14.838,3 Triliun artinya sekitar 57.8 %
nilai barang dan jasa yang diproduksi di Indonesia pada tahun 2018
berasal dari sektor UMKM.
Untuk mencapai target penerimaan pajak yang meningkat,
pemerintah melakukan berbagai upaya salah satunya penurunan tarif pajak
UMKM. Pemerintah mengeluarkan peraturan pemerintah nomor 46 tahun
2013 yang ditetapkan 1 Juli 2013 yaitu pengenaan penghasilan pajak yang
diterima atau diperoleh wajib pajak dengan peredaran bruto tertentu.
Setelah pemerintah mengeluarkan peraturan diatas, pemerintah melakukan
upaya terakhir dengan mengubah kembali peraturan tersebut pada 1 juli
2018 dengan menerbitkan peraturan terbaru dari pengenaan pajak UMKM
yaitu penurunan tarif PPh Final yang sebelumnya 1 % menjadi 0.5 % bagi
pelaku usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM) yang dituangkan
dalam Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 23 Tahun 2018 tentang pajak
penghasilan atas penghasilan dari usaha yang diterima atau diperoleh
wajib pajak yang memiliki peredaran bruto (omset) dibawah Rp. 4.8 M.
Pemberlakuan aturan ini dimaksudkan untuk mendorong UMKM
agar berperan serta dalam mendorong pertumbuhan ekonomi dengan
memberikan kemudahan agar para UMKM bisa membayar kewajiban
pajaknya dengan mudah. Dengan penurunan tarif tersebut pendapatan
pemerintah menjadi menurun tetapi pemerintah tetap optimis dalam
menetapkan peraturan tersebut yang diupayakan untuk meningkatkan
kesadaran membayar pajak.
Kepatuhan pajak merupakan persoalan yang sering sekali
diketahui, kepatuhan pajak dari tahun ke tahun masih menunjukkan
persentase yang tidak mengalami peningkatan yang signifikan jika
dibandingkan dengan jumlah wajib pajak yang terdaftar.
Data Kementerian Keuangan menjelaskan bahwa pada tahun 2018
sektor UMKM memiliki porsi 65 % dari segi jumlah pelaku usaha dalam
perekonomian Indonesia. Namun jumlah pembayar pajak yang aktif di
sektor ini baru 1.8 juta pengusaha.
Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati Menegaskan kontribusi
penerimaan pajak dari sektor UMKM ditahun 2018 sekitar 5.7 Triliun.
Angka itu masih sangat kecil dibandingkan total penerimaan perpajakan
nasional yang sebesar Rp.1.500 triliun.
Kepatuhan wajib pajak mencangkup kepatuhan mencatat atau
membukukan transaksi usaha, kepatuhan melaporkan kegiatan usaha
sesuai peraturan yang berlaku, serta kepatuhan terhadap aturan perpajakan
lainnya. Beberapa faktor yang menyebabkan rendahnya kepatuhan wajib
pajak salah satunya adalah ketidakpuasan masyarakat terhadap pelayanan
publik.
Faktor lainnya yang mempengaruhi kepatuhan wajib pajak adalah
pemahaman peraturan perpajakan, dimana salah satu kelemahan UMKM
saat ini adalah memahami peraturan yang telah dikeluarkan pemerintah.
Kelemahan inilah yang menyebabkan UMKM menjadi tidak taat sehingga
tidak melakukan kewajibannya dalam membayar pajak. Dari penurunan
tarif PPh Final yang telah diberlakukan pemerintah terhadap UMKM,
wajib pajak harus memiliki pemahaman terkait tarif tersebut bagaimana
mereka harus menyetorkan pajak usahanya sampai melaporkan pajaknya
kepada Negara. Seringkali wajib pajak tidak taat membayar pajak
dikarenakan terdapat kesulitan baik dari proses pelaporan dan pembayaran.
Sejauh ini pengusaha UMKM masih perlu diberikan
pendampingan dalam menjalankan kewajiban seperti membayar pajak
karena pada umumnya mereka kerap tidak melakukan pembukuan dan
hanya fokus pada kegiatan bisnis.
Indoneisa menganut self assessment dalam hal membayar pajak.
Self assessment system yaitu suatu sistem perpajakan yang memberi
kepercayaan kepada wajib pajak untuk mematuhi dan melaksanakan
sendiri kewajiban dan hak perpajakannya sehingga kesadaran wajib pajak
sangat diperlukan dalam pemenuhan kewajibannya. Jika kesadaran wajib
pajak masih rendah maka berdampak langsung pada tingkat penerimaan
yang akan semakin rendah
Mengingat begitu pentingnya peranan pajak, Direktorat Jenderal
pajak melakukan beberapa inovasi system administrative demi
meningkatkan pendapatan Negara dari sektor pajak. Perubahan tersebut
dilakukan untuk menumbuhkan kepercayaan masyarakat kepada penjabat
pajak. Inovasi yang dilakukan Direktorat Jenderal Pajak Adalah
melakukan reformasi terkait perpajakan salah satunya pada administrasi
perpajakan dengan teknologi berbasis elektronik. Diantaranya E-filling, E-
billing dan E-faktur. Sistem ini dirancang oleh Direktorat Jenderal Pajak
(DJP) untuk memudahkan para wajib pajak, karena wajib pajak dapat
memenuhi kewajiban pajaknya tanpa harus menghampiri kantor pajak.
E-Filling adalah sistem online perpajakan yang digunakan oleh
wajib pajak dalam melaporkan SPT secara real dan online. E-billing
adalah sistem online perpajakan yang digunakan oleh wajib pajak untuk
membayar dengan menggunakan kode billing yang kemudian pajaknya
bisa dibayar di Bank yang diinginkan, sedangkan E-faktur berguna bagi
wajib pajak untuk memperoleh faktur pajak berbentuk elektronik yang
disediakan direktorat jenderal pajak dan digunakan sebagai bukti setelah
pembayaran pajak secara online. Penggunaan pada E-faktur tersebut
bertujuan untuk memberikan kemudahan, kenyamanan dan keamanan bagi
pengusaha kena pajak dalam melaksanakan kewajiban perpajakannya.
Dengan adanya pelayanan online yang telah ditetapkan pemerintah,
diharapkan para pelaku UMKM lebih meningkatkan kesadaran dalam hal
mendaftarkan dirinya terkait usaha yang dilakukan dan juga patuh kepada
pajak dalam melakukan kewajiban pajaknya.
Berdasarkan latar belakang yang sudah dipaparkan diatas, maka
peneliti akan melakukan penelitian mengenai “Pengaruh Penurunan
Tarif Pajak UMKM, Pemahaman Perpajakan, dan Kualitas
Pelayanan Online Terhadap Kepatuhan Wajib Pajak UMKM (Studi
Kasus di KPP Pratama Jakarta Sunter)”

1.2 Identifikasi Masalah


1. Adanya ketidakpatuhan pembayaran pajak atas UMKM
2. UMKM sering sekali mengeluh terhadap tarif pajak yang ditetapkan
3. Ketidakpahaman pelaku UMKM dalam menyetorkan pajak usahanya
4. Sistem online yang banyak tidak diketahui masyarakat UMKM
Banyak UMKM yang tidak mengerti bagaimana cara menggunakan
system online.

1.3 Masalah Penelitian


1. Apakah penurunan tarif pajak UMKM berpengaruh terhadap kepatuhan
wajib pajak UMKM ?
2. Apakah pemahaman perpajakan berpengaruh terhadap kepatuhan Wajib
pajak UMKM ?
3. Bagaimanakah kualitas pelayanan online mempengaruhi kepatuhan Wajib
pajak UMKM?

1.4 Tujuan Penelitian


1. Untuk mengetahui pengaruh penurunan tarif pajak UMKM terhadap
kepatuhan wajib pajak UMKM
2. Untuk mengetahui pengaruh pemahaman perpajakan terhadap kepatuhan
wajib pajak UMKM
3. Untuk mengetahui pengaruh kualitas pelayanan online perpajakan
terhadap kepatuhan wajib pajak UMKM

1.5 Manfaat Penelitian


1. Bagi peneliti
Bermanfaat bagi peneliti untuk menambah pemahaman mengenai
perpajakan yang ada di Indonesia, peraturan perpajakan dan faktor-
faktor yang menyebabkan timbulnya tidak taat pajak pada wajib pajak.
2. Bagi Wajib Pajak
Memberikan pemahaman terkait peraturan perpajakan dan sistem
administrasi pajak yang diharapkan dapat memenuhi kewajibannya
dalam patuh membayar pajak.
3. Bagi Instansi Pajak
Penelitian ini diharapkan mampu memberikan peningkatan terhadap
kepatuhan membayar pajak dan memberikan masukan kepada instansi
dalam upaya menyadarkan masarakat untuk taat pajak.
4. Bagi pembaca
Manfaat dari penelitian ini bisa digunakan sebagai referensi dalam
melakukan penelitian selanjutnya mengenai kepatuhan Usaha Mikro
Kecil Menengah (UMKM).

1.6 Batasan Masalah


Agar pembahasan tidak menyimpang dari yang diharapkan dan dapat
dibahas dengan tuntas dan terfokus , penelitian ini hanya menitikberatkan
pada tingkat kepatuhan wajib pajak atas penurunan tarif pajak UMKM
beserta seberapa besar pengaruh pemahaman peraturan perpajakan dan
kualitas pelayanan online. Penelitian ini meneliti objek penelitian dalam
waktu satu tahun yaitu tahun 2019. Penelitian ini dilakukan pada Kantor
Pelayanan Pajak Pratama Jakarta – Sunter.
1.7 Sistematika Pembahasan
Sistematika pembahasan disusun sebagai berikut:
BAB I PENDAHULUAN
Penulis akan membahas mengenai pendahuluan terdiri dari
latar belakang, masalah penelitian, tujuan penelitian,
manfaat penelitian, batasan masalah, serta sistematika
pembahasan.

BAB II LANDASAN TEORI DAN PENGEMBANGAN


HIPOTESIS

Bab ini berisi empat bagian yaitu pertama konsep dasar


terkait dengan topik penelitian. Kedua, kajian teori yang
berisi uraian telaah literatur berkaitan topik penelitian.
Ketiga, kerangka pemikiran yang berisi kesimpulan dari
telaah literatur yang digunakan penulis untuk menyusun
asumsi. Keempat, berisi pengembangan hipotesis untuk
masalah yang diteliti.

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN

Bab ini menjelaskan terkait populasi dan sampel , mode


empiris penelitian, definisi variable operasional, dan
metode analisis data.

BAB 4 HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN


Bab ini berisi analis dari hasil pengolahan data dan
pembahasan mengenai pengaruh setiap variable terhadap
kepatuhan wajib pajak UMKM di Kantor Pelayanan Pajak
Pratama Jakarta Sunter tahun 2019

BAB 5 PENUTUP

Bab ini berisi kesimpulan, saran untuk penelitian


selanjutnya berdasarkan hasil pembahasan pada bab
selanjutnya.
BAB II

LANDASAN TEORI DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS

2.1 Definisi Konsep Dasar

2.1.1 Pengertian Pajak

Pajak adalah iuran rakyat kepada kas Negara berdasarkan undang undang
dengan tiada mendapat balas jasa secara langsung. Pajak dipungut oleh penguasa
berdasarkan norma-norma hukum untuk menutup biaya produksi barang-barang
dan jasa kolektif untuk mencapai kesejahteraan umum (Kusnanto, 2019: 13)

Menurut Undang-Undang Nomor 28 tahun 2007, pajak adalah kontribusi


wajib kepada Negara yang terutang oleh orang pribadi atau badan yang bersifat
memaksa berdasarkan Undang-Undang, dengan tidak mendapat timbal balik
secara langsung dan digunakan untuk keperluan negara bagi sebesar-besarnya
kemakmuran rakyat. Pajak mempunyai peranan penting dalam pelaksanaan
pembangunan karena merupakan salah satu sumber terbesar dalam membiayai
semua pengeluaran pembangunan. Adapun fungsi pajak itu sendiri adalah

1. Fungsi Anggaran/ sumber keuangan Negara (Budgetair)


Sebagai sumber pendapatan Negara, pajak berfungsi sebagai pembiayaan
pengeluaran-pengeluaran Negara. Fungsi anggaran biasanya pajak
digunakan sebagai pembiayaan rutin seperti belanja pegawai, belanja
barang, pemeliharaan dan lain sebagainya. Sumber penerimaan tersebut
seperti dari Pajak Penghasilan (PPh), Pajak Pertambahan Nilai (PPN),
Pajak Penjualan atas Barang Mewah, Pajak Bumi dan Bangunan (PBB),
dan sebagainya.
2. Fungsi Regulerend ( Pengatur)
Pajak mempunyai fungsi pengatur. Dimana pemerintah bisa mengatur
pertumbuhan ekonomi melalui kebijaksanaan pajak, yang artinya pajak
sebagai alat untuk mengatur atau melaksanakan kebijakan pemerintah
dalam bidang sosial dan ekonomi serta mencapai tujuan –tujuan tertentu
diluar bidang keuangan. Berikut adalah contoh dari pajak sebagai fungsi
pengatur, yaitu :
1. Pajak penjualan atas barang mewah (PPnBM) dikenakan pada
saat terjadi transaksi jual beli barang tergolong mewah.
Semakin mewah suatu barang, tarif pajaknya semakin tinggi
hingga barang tersebut harganya semakin mahal. Pengenaan
pajak ini dimaksudkan agar rakyat tidak berlomba-lomba untuk
mengonsumsi barang mewah
2. Tarif pajak progresif dikenakan atas penghasilan, dimaksudkan
agar pihak yang memperoleh penghasilan tinggi memberikan
kontribusi (membayar pajak) yang tinggi sehingga terjadi
pemerataan pendapatan.
3. Tarif ekspor sebesar 0% dimaksudkan agar para pengusaha
terdorong mengekspor hasil produksinya di pasar dunia
sehingga memperbesar devisa Negara.
4. Pajak penghasilan dikenakan atas penyerahan barang hasil
industri tertentu, seperti industri semen, industri kertas,industri
baja, dan lainnya, dimaksudkan agar terdapat penekanan
produksi terhadap industri tersebut karena mengganggu
lingkungan atau polusi (membahayakan kesehatan).
5. Pengenaan pajak 1% bersifat final untuk kegiatan usaha dan
batasan peredaran usaha tertentu, dimaksudkan untuk
penyederhanaan penghitungan pajak
6. Pemberlakuan tax holiday, dimaksud untuk menarik investor
asing agar menanamkan modalnya d Indonesia
2.1.2 Unsur - Unsur Pajak

Terdapat 3 (tiga) unsur-unsur pajak

1. Wajib Pajak
Orang yang wajib membayar pajak kepada Negara, misalnya perorangan,
yaitu seorang warga Negara, karyawan, PNS, ABRI, WNA, yang tinggal
lebih dari 183 hari tinggal di Indonesia dan kelompok atau badan usaha.
2. Objek Pajak
Hal yang dikenakan pajak berupa peristiwa, keadaan, dan perbuatan
tertentu. Contohnya adalah sebagai berikut
1. Penghasilan tertentu, misalnya penghasilan seseorang yang melebihi
ketentuan, laba perusahaan setelah dikurangi semua biaya, transaksi
jual beli, dan sebagainya.
2. Pemilikan kekayaan tertentu, misalnya rumah, mobil,modal,
perusahaan, dan sebagainya.
3. Tarif pajak yaitu ketentuan beberapa objek pajak yang harus dibayar
berdasarkan dasar atau objek tersebut. Tarif pajak dihitung dapat berupa
persentase(%) atau jumlah tertentu. ( Kusnanto, 2019: 16)

2.1.3 Tata Cara Pemungutan Pajak


Tata cara pemungutan pajak terdiri dari stelsel pajak, asas pemungutan
pajak dan sistem pemungutan pajak.
1. Stelsel Pajak
a. Stelsel Nyata (real stelsel)
Dimana pengenaan pajak didasarkan pada objek atau penghasilan
yang sesungguhnya diperoleh, sehingga pemungutan nya baru bisa
dilakukan diakhir tahun pajak, yaitu setelah penghasilan tersebut
diketahui. Stelsel ini mempunyai kelebihan yaitu pajak yang
dikenakan lebih realistis, sedangkan kekurangannya adalah pajak
baru dapat digunakan pada akhir periode setelah penghasilan
diketahui, namun pada kenyataannya pemerintah lebih
membutuhkan penerimaan pajak disepanjang tahun untuk
membiayai pengeluaran - pengeluaran Negara.
b. Stelsel Anggapan ( fictive stelsel )
Menurut stelsel anggapan, pengenaan pajak didasarkan pada suatu
anggapan yang diatur oleh undang-undang. Misalnya, penghasilan
suatu tahun dianggap sama dengan tahun sebelumnya, sehingga
pada awal tahun pajak sudah dapat ditetapkan besarnya pajak yang
terutang untuk tahun berjalan. Kelebihan stelsel ini adalah pajak
dapat dibayar selama tahun berjalan tanpa harus menunggu diakhir
tahun, sehingga penerimaan pajak oleh pemerintah dapat diperoleh
sepanjang tahun, sedangkan kekurangannya adalah pajak yang
dibayar tidak berdasarkan keadaan yang sesungguhnya.
c. Stelsel Campuran
Stelsel ini merupakan kombinasi antara stelsel nyata dan stelsel
anggapan. Pada awal tahun besarnya pajak dihitung berdasarkan
suatu anggapan, kemudian pada akhir tahun besarnya pajak
disesuaikan dengan keadaan yang sebenarnya. Bila besarnya pajak
menurut kenyataan lebih besar dari pada pajak menurut anggapan,
maka wajib pajak harus menambah pembayarannya. Sebaliknya
jika kecil kelebihannya dapat diminta kembali.

2. Asas pemungutan pajak


Terdapat tiga asas pemungutan pajak, diantaranya:
1. Asas Domisili
Yaitu asas yang menganut cara pemungutan pajak tergantung pada
tempat tinggal (domisili) wajib pajak dia suatu Negara. Negara dimana
wajib pajak itu bertempat tinggal, maka Negara itulah yang berhak
mengenakan pajak atas segala penghasilan yang diperoleh dari Negara
manapun.
Contoh : Tuan Budiman bertempat tinggal di Indonesia, dia bekerja di
Indonesia dan Jepang, maka penghasilan yang ia peroleh dari
Indonesia dan Jepang digabung, kemudian pajaknya ditarik di
Indonesia.
2. Asas Sumber
Asas sumber yaitu asas yang menganut cara pemungutan pajak yang
tergantung pada adanya sumber penghasilan disuatu Negara. Jika
disuatu Negara terdapat suatu sumber penghasilan maka Negara
tersebut berhak memungut pajak tanpa melihat wajib pajak bertempat
tinggal.
Contoh : Siapapun yang memperoleh penghasilan dari Indonesia, di
manapun dia bertempat tinggal, pajaknya ditarik di Indonesia
3. Asas Kebangsaan (Nationality)
Azas kebangsaan yaitu azas yang menganut cara pemungutan pajak
yang dihubungkan dengan kebangsaan dari suatu Negara.
Contoh : Pajak Bangsa Asing di Indonesia dikenakan pada setiap orang
yang bukan berkebangsaan Indonesia yang bertempat tinggal di
Indonesia. Asas ini berlaku untuk Wajib Pajak Luar Negeri. (Rahma
Zuanty, 2017 : 13-14).

3. Sistem Pemungutan Pajak


Pada dasarnya ada 3 sistem pemungutan pajak, yaitu:
1. Official Assessment System
Adalah suatu pemungutan pajak yang memberikan wewenang
kepada pemerintah (fiskus) untuk menentukan besarnya pajak yang
terhutang oleh wajib pajak.
Ciri-cirinya :
a. Wewenang untuk menentukan besarnya pajak terhutang ada
pada fiskus
b. Wajib pajak bersifat pasif
c. Utang pajak setelah dikeluarkan surat ketetapan pajak oleh
fiskus
2. Self Assessment System
Adalah suatu system pemungutan pajak yang memberi wewenang
kepada wajib pajak untuk menentukan sendiri besarnya pajak yang
terhutang.
Ciri-cirinya
a. Wewenang untuk menentukan besarnya pajak terhutang ada
pada wajib pajak sendiri
b. Wajib pajak aktif mulai dari menghitung, menyetor, dan
melaporkan sendiri pajak yang terhutang
c. Fiskus tidak ikut campur dan hanya mengawasi
3. With Holding System
Adalah suatu system pemungutan pajak yang memberikan
wewenang kepada pihak ketiga (bukan fiskus dan juga bukan wajib
pajak yang bersangkutan) untuk menentukan besarnya pajak yang
terhutang oleh wajib pajak.
Ciri-cirinya
a. Wewenang menentukan besarnya pajak yang terhutang ada
pada pihak ketiga, selain fiskus dan wajib pajak

2.1.4 Jenis Pajak


Menurut Mardiasmo (2016), pajak dapat diklasifikasikan menurut
golongan yang terdiri dari pajak langsung dan tidak langsung,
berdasarkan sifatnya terdiri dari pajak subyektif dan pajak objektif,
sedangkan menurut lembaga pemungutannya pajak terdiri pajak pusat
dan pajak daerah, yaitu:
a. Menurut Golongannya :
1. Pajak Langsung, yaitu pajak yang harus dipikul sendiri oleh wajib
pajak dan tidak dapat dibebankan atau dilimpahkan kepada orang
lain. Contoh: Pajak Penghasilan(PPh)
2. Pajak Tidak Langsung, yaitu pajak yang pada akhirnya dapat
dibebankan atau dilimpahkan kepada orang lain. Contoh: Pajak
Pertambahan Nilai (PPN).
b. Menurut Sifatnya :
1. Pajak Subjektif, pajak yang berpangkal atau berdasarkan pada
subyeknya, dalam arti memperhatikan keadaan diri wajib pajak.
Contoh: Pajak Penghasilan (PPh)
2. Pajak Objektif, pajak yang berpangkal pada obyeknya, tanpa
memperhatikan keadaan diri wajib pajak
Contoh: Pajak Pertambahan Nilai (PPN) dan Penjualan Atas
Barang Mewah (PPnBM).
c. Menurut Lembaga Pemungutannya
1. Pajak Pusat, yaitu pajak yang dipungut oleh pemerintah pusat dan
digunakan untuk membiayai rumah tangga negara. Contoh: Pajak
Penghasilan (PPh), Pajak Pertambahan Nilai (PPN) dan Pajak Atas
barang Mewah (PPnBM), Pajak Bumi dan Bangunan (PBB), dan
Bea Materai
2. Pajak Daerah, yaitu pajak yang dipungut oleh pemerintah daerah
dan digunakan untuk membiayai rumah tangga daerah. Pajak
daerah terdiri atas:
a. Pajak Provinsi, contoh: pajak kendaraan bermotor dan pajak
bahan bakar kendaraan bermotor;
b. Pajak kabupaten, contoh: pajak hotel, pajak restoran, dan pajak
hiburan.

2.1.5 Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM)


Menurut Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2008 tentang UMKM,
UMKM didefinisikan sebagai berikut :
1. Usaha Mikro adalah usaha produktif milik orang perorangan dan /
atau badan usaha perorangan yang memiliki hasil penjualan
tahunan Rp300 juta dan memiliki kekayaan bersih (tidak termasuk
tanah/bangunan) paling banyak Rp50 juta;
2. Usaha kecil adalah usaha ekonomi produktif yang berdiri sendiri,
yang dilakukan oleh orang perorangan atau badan usaha yang
bukan merupakan anak perusahaan atau bukan cabang perusahaan
yang dimiliki, dikuasai atau menjadi bagian baik langsung maupun
tidak langsung dari usaha menengah atau usaha besar yang
memiliki hasil penjualan antara Rp300 juta sampai dengan Rp2.5
miliar dan memiliki kekayaan bersih antara Rp50 juta sampai
dengan Rp500 juta;
3. Usaha menengah adalah usaha ekonomi produktif yang berdiri
sendiri, yang dilakukan oleh orang perorangan atau badan usaha
yang bukan merupakan anak perusahaan atau bukan cabang
perusahaan yang dimiliki, dikuasai atau menjadi bagian baik
langsung maupun tidak langsung dari usaha menengah atau usaha
besar dengan penjualan tahunan mencapai Rp.2.5 miliar sampai
dengan Rp50 miliar dan memiliki kekayaan bersih lebih besar dari
Rp500 juta.

Selain definisi menurut UU UMKM tersebut, Bank Indonesia juga


mendefinisikan UMKM berdasarkan kriteria plafond besarnya kredit,
yaitu:

1. Usaha Mikro dengan plafond kredit maksimal Rp50 juta


2. Usaha Kecil dengan plafond kredit Rp50 juta sampai dengan
Rp500 Juta dan
3. Usaha menengah dengan plafon kredit lebih dari Rp500 juta.

Sedangkan definisi UMKM menurut Badan Pusat Statistik (BPS) lebih


ditekankan pada kriteria jumlah tenaga kerja, sebagai berikut:

1. Jenis usaha rumah tangga (mikro) adalah usaha yang mempunyai


1-4 orang tenaga kerja;
2. Jenis usaha kecil adalah usaha yang mempunyai 5-19 tenaga kerja
dan
3. Jenis usaha menengah adalah usaha yang mempunyai 20-99 tenaga
kerja

2.1.6 Peraturan Pajak Nomor 23 Tahun 2018


Penurunan tarif pajak UMKM diatur dalam PP No. 23 tahun 2018 pasal 2
ayat 1 yang berbunyi:
1. Atas penghasilan dari usaha yang diterima atau diperoleh wajib
pajak dalam negeri yang memiliki peredaran bruto tertentu, dikenai
pajak penghasilan yang bersifat final dalam jangka waktu tertentu
2. Tarif pajak penghasilan yang bersifat final sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) sebesar 0.5 %.

Dan tertuang juga dalam pasal 3 ayat 1 yang berbunyi :

1. Wajib pajak yang memiliki peredaran bruto tertentu yang dikenai


pajak penghasilan final sebagaimana dimaksud dalam pasal 2 ayat 1
merupakan :
a. Wajib pajak orang pribadi;
b. Wajib pajak badan yang berbentuk koperasi, persekutuan
komanditer, firma atau perseroan terbatas.

Yang menerima atau memperoleh penghasilan dengan peredaran


bruto tidak melebihi RP. 4.800.000.000 dalam satu tahun pajak.

2.1.7 Pemahaman Wajib Pajak


Pemahaman peraturan perpajakan adalah suatu proses dimana wajib pajak
memahami dan mengetahui tentang peraturan dan undang-undang serta
tata cara perpajakan dan menerapkannya untuk melakukan kegiatan
perpajakan seperti membayar pajak, melaporkan SPT dan sebagainya.
Menurut Rahadi (2014) menyatakan bahwa pengetahuan dan pemahaman
pajak berpengaruh positif terhadap kepatuhan wajib pajak. Pemahaman
Wajib pajak tentang peraturan perpajakan merupakan penyebab internal
karena berada dibawah kendali wajib pajak sendiri. Tingkat pengetahuan
dan pemahaman Wajib Pajak yang berbeda-beda akan mempengaruhi
penilaian masing-masing Wajib Pajak untuk berperilaku patuh dalam
melaksanakan kewajiban perpajakan. Tingkat pemahaman Wajib Pajak
tinggi akan membuat Wajib Pajak memilih berperilaku patuh dalam
melaksanakan kewajiban perpajakan.

2.1.8 Kualitas Pelayanan Online


Dengan adanya perkembangan teknologi yang sangat pesat maka
pemerintah memanfaatkan hal itu guna mempermudah pengaksesan, salah
satu pemanfaatan dengan adanya perkembangan teknologi adalah
pengurusan pajak secara online yang diciptakan pemerintah guna
mempermudah wajib pajak dalam melaksanakan perpajakannya. Yang
bertujuan untuk meningkatkan kesadaran wajib pajak dan dapat
meningkatkan pendapatan pemerintah dalam sektor perpajakan.
Berikut adalah pelayanan online yang dikeluarkan pemerintah yaitu
1. E-faktur adalah sebuah aplikasi yang disediakan irjen pajak yang
digunakan untuk pembuatan faktur pajak
2. E-filling adalah sebuah aplikasi yang berfungsi sebagai suatu proses
penyampaian atau pemberitahuan SPT
3. E-billing, sebuah sistem yang berfungsi sebagai sebuah prosesyang
meliputi pendaftaran peserta billing, pembuatan kode pembayaran, dan
rekonsiliasi billing dalam sistem penerimaan Negara.

2.1.9 Kepatuhan Wajib Pajak


Definisi Kepatuhan Wajib Pajak menurut Safri Nurmantu dalam Siti
Kunia Rahayu (2010:138) adalah kepatuhan wajib pajak dapat
didefinisikan sebagai suatu keadaaan dimana wajib pajak memenuhi
semua kewajiban perpajakan dan melaksanakan hak perpajakannya.
Adapun jenis-jenis kepatuhan Wajib Pajak adalah
1. Kepatuhan formal adalah suatu keadaan dimana wajib pajak memenuhi
kewajiban secara formal sesuai dengan ketentuan dalam undang-
undang perpajakan.
2. Kepatuhan material adalah suatu keadaan dimana Wajib Pajak secara
substantif/hakikatnya memenuhi semua ketentuan material perpajakan
yaitu sesuai isi dan undang-undang pajak kepatuhan material juga
meliputi kepatuhan formal. (Rahayu, 2010:138)

2.2 Telaah Literatur


2.2.1 Penelitian Terdahulu

Nama Judul Variable Hasil Penelitian


Peneliti Penelitian Penelitian
Agus Pengaruh Tarif Pajak Penurunan tarif pajak
(X1), Sanksi
Widodo, Penurunan berpengaruh secara simultan
Pajak (X2),
2019 Tarif Pajak Kepatuhan terhadap kepatuhan wajib
Pajak (Y)
PPH Final dan pajak umkm di kabupaten
Sanksi Pajak rembang, sanksi pajak
Terhadap secara parsial
Kepatuhan mempengaruhi kepatuhan
Wajib Pajak pajak. Dengan adanya
UMKM Di sanksi pajak dapat
kabupaten meningkatkan kepatuhan
Rembang wajib pajak pada UMKM di
kabupaten Rembang
Luh Putu Pengaruh Tarif Tarif Pajak 1. Tarif pajak
(X1),
Gita Pajak, berpengaruh positif
Pemahaman
Cahyani, Pemahaman Perpajakan terhadap kepatuhan
(X2), Sanksi
Naniek Perpajakan, UMKM
Perpajakan
Noviari dan Sanksi (X3), 2. Pemahaman
Kepatuhan
Perpajakan perpajakan
Wajib Pajak
terhadap UMKM (Y) berpengaruh positif
Kepatuhan terhadap kepatuhan
Wajib Pajak WP UMKM
UMKM 3. Sanksi perpajakan
berpengaruh positif
terhadap kepatuhan
WP UMKM
Rini Ratna Pengaruh e- Implementasi Pengaruh implementasi E-
Nafita Sari, Filling, E- e-filling, filling terhadap kepatuhan
2019 Billing, dan E- Implementasi pajak mengahasilkan
faktur terhadap e-billing, pengaruh positif dan
kepatuhan Implementasi signifikan terhadap
Wajib Pajak e-faktur kepatuhan wajib pajak ,
pada KPP ,Kepatuhan pengaruh implementasi E-
Pratama Kediri Wajib Pajak billing Terhadap Kepatuhan
Wajib Pajak memiliki
pengaruh signifikan
terhadap kepatuhan wajib
pajak, pengaruh
implementasi E-faktur
terhadap kepatuhan wajib
pajak menghasilkan
pengaruh positif terhadap
kepatuhan wajib pajak

Rio Johan Pengaruh Implementasi Seluruh variable


Putra, Implementasi berpengaruh positif terhadap
penurunan tarif
Supartini , Penurunan kepatuhan perpajakan bagi
2019 Tarif Pajak pajak UMKM pengushaa yang masuk
UMKM dalam kelas UMKM.
(x1) ,
terhadap
Kepatuhan Kepatuhan
Wajib Pajak
UMKM wajib pajak
Dengan
UMKM (Y),
Patriotisme
sebagai Patriotisme
Variable
( Variable
Moderasi
moderasi)
Fanni Yulia Pengaruh Pemahaman Berpengaruh Positif
Putri ,2020 Pemahaman terhadap kepatuhan Wajib
Wajib Pajak
Perpajakan, Pajak
Kemudahan UMKM (X1),
Membayar
Kemudahan
Pajak dan
Pelayanan Membayar
Fiskus
Pajak (X2),
Terhadap
Kepatuhan Kepatuhan
Wajib Pajak
Wajib Pajak
UMKM
UMKM (Y)
Sihar Pengaruh Variable Ketiga Variable tersebut
Tambun, Penurunan berpengaruh positif terhadap
Terikat :
Siti Tarif Pajak kepatuhan wajib pajak
Barokah UMKM dan Kepatuhan UMKM
Riris, 2019 Kesadaran
Wajib Pajak,
Wajib Pajak
Terhadap
Kepatuhan Variable
Wajib Pajak Bebas:
Yang
Dimoderasi Penurunan
Oleh Tarif UMKM
Efektifitas
Pemungutan menjadi 0.5%
Pajak dan Kesadran
Wajib Pajak ,

Variable
Moderasi :
Efektifitas
Pemungutan
Pajak
2.3 Kerangka Pemikiran/konseptual
2.3.1 Penurunan Tarif Pajak PPH Final Terhadap Kepatuhan Wajib Pajak
UMKM
Pemerintah telah menerbitkan peraturan dimana sebelum penurunan tarif
pph final, pemerintah menetapkan tarif yang dikenakan kepada UMKM
adalah 1 %, dikarenakan penerimaan pajak UMKM berkurang, pemerintah
menerbitkan peraturan baru dimana menurunkan tarif pph final menjadi
0.5 % yang diberlakukan 1 Juli 2018, pemerintah mengharapkan dengan
penurunan tarif tersebut bisa meningkatkan kepatuhan wajib pajak dalam
membayar pajak dan juga dapat mengembangkan usahanya lebih besar
lagi. Dengan kepatuhan wajib pajak tersebut memberikan dampak positif
terhadap kenaikan Penerimaan Pajak.
2.3.2 Pemahaman Perpajakan Terhadap Kepatuhan Wajib Pajak UMKM
Tahun ke tahun jumlah UMKM sangat meningkat, namun kepatuhan
dalam membayar pajak sangat minim sekali. Salah satu penyebab tidak
taatnya wajib pajak adalah kurang memahami berapa yang harus
dikenakan pajak atas usahanya, bagaimana mekanisme pembayaran dan
pelaporannya yang terkadang Wajib pajak tersebut menjadi tidak taat
membayar pajak
2.3.3 Kualitas Pelayanan Online Terhadap Kepatuhan Wajib Pajak
UMKM
Kemudahan dalam melakukan perpajakan adalah salah satu cara
meningkatkan kepatuhan wajib pajak. Direktorat Jenderal Pajak
melakukan modernisasi pelayanan pajak dalam sistem online guna untuk
memudahkan wajib pajak dalam menyetorkan dan melaporkan pajak
terkait usahanya. Dengan adanya sistem online tersebut yaitu E-filling, E-
billing, dan E-faktur diharapkan wajib pajak bisa lebih menaati peraturan
perpajakan dimana dari ketiga system online tersebut memiliki kegunaan
yang berbeda yaitu e-filling untuk melaporkan SPT pajaknya secara
online, E-billing adalah kode pembayaran pajak, sedangkan E-faktur
adalah bukti pembayaran pajak. Dengan sistem online tersebut
memudahkan wajib pajak untuk membayar dan melaporkan pajaknya
tanpa harus pergi ke Kantor Pelayanan Pajak terkait tempat usaha yang
dilaporkan pajaknya.
Dari penjelasan mengenai teori diatas, peneliti mencoba menggambarkan
bagaimana kerangka penelitian, dibawah ini merupakan gambaran
kerangka pemikiran dalam penelitian

Penurunan Tarif Pajak


(X₁) H₁

Pemahaman Perpajakan Kepatuhan Wajib Pajak


(X₂) H₂ UMKM (Y)

H₃
Kualitas Pelayanan
Online (X₃)

Keterangan :

X₁ Y : Variabel X₁ terhadap Y

X₂ Y : Variabel X₂ terhadap Y

X₃ Y : Variabel X₃ terhadap Y

2.4 Pengembangan Hipotesis


Hipotesis merupakan jawaban sementara terhadap permasalahan penelitian yang
kebenarannya masih harus diuji secara empiris. Berdasarkan uraian diatas maka
hipotesis penelitian dirumuskan sebagai berikut

H₁ : Penurunan tarif pajak UMKM berpengaruh terhadap kepatuhan wajib pajak


UMKM

H₂ : Pemahaman peraturan perpajakan berpengaruh terhadap kepatuhan Wajib


pajak UMKM

H₃ : Kualitas pelayanan online berpengaruh terhadap kepatuhan Wajib pajak


UMKM

BAB III
METODE PENELITIAN

3.1 Populasi dan Sampel Penelitian


Populasi adalah serumpun atau sekelompok objek yang menjadi
sasaran penelitian. Populasi dalam penelitian ini adalah semua UMKM
yang terdaftar di KPP Jakarta-Sunter pada tahun 2019 dengan asusmsi
total 3.000 Wajib Pajak UMKM. KPP Jakarta-Sunter merupakan salah
satu KPP dibawah koordinasi kantor wilayah DJP Jakarta Utara.
Sampel adalah bagian atau wakil populasi yang memiliki
karakteristik dengan populasinya . Pemilihan sampel dalam penelitian ini
menggunakan Metode accidental dengan rumus slovin. Kriteria yang
dipilih sebagai responden pada penelitian ini adalah WP UMKM yang
terdaftar di KPP Jakarta Sunter dan memiliki omset tidak melebihi 4.8
Miliar, dengan batas kesalahan sebesar 10%, yaitu sebagai berikut :

N
n= 2
1+ N (e)
3000
n=
1+ 3000(0.10)2
3000
n=
31
n = 96.77 dibulatkan menjadi 97

Berdasarkan perhitungan diatas sampel yang menjadi responden


dalam penelitian ini adalah 96.77 dimana disesuaikan menjadi 97
responden wajib pajak UMKM yang terdaftar di KPP Jakarta-Sunter.
Metode yang digunakan dalam penentuan sampel penelitian ini adalah
Metode accidental dengan cara membagikan kuisioner kepada pelaku
UMKM yang terdaftar di KPP Jakarta-Sunter..
3.2 Metode Empiris Penelitian
Metode yang digunakan peneliti adalah menggunakan data primer dan data
sekunder
1. Data Primer
Data primer adalah data yang diperoleh secara langsung dilapangan
yaitu dilakukan dengan cara menyebarkan kuisioner kepada responden
uuntuk menjawab pertanyaan kepada wajib pajak UMKM yang
terdaftar terkait Penurunan Tarif UMKM, Pemahaman Perpajakan
beserta Kualitas Pelayanan Online dan mengenai Kepatuhan Wajib
Pajak itu sendiri di KPP Jakarta Sunter.
2. Data Sekunder
Data sekunder adalah data yang menunjang kelengkapan pada
penelitian yang berkaitan dengan permasalahan yang dibahas. Data -
data tersebut diperoleh dari buku, jurnal,website dan sumber lainnya
yang berkaitan dengan topik pembahasan

3.3 Definisi Variable Operasional


3.3.1 Variable Terikat (Dependent Variabel)
Variable terikat adalah variable yang dipengaruhi akibat karena adanya
variable bebas. Variable dependent dalam penelitian ini adalah
kepatuhan wajib pajak. Kepatuhan adalah suatu keadaan dimana wajib
pajak mematuhi semua undang-undang pajak yang berlaku.
3.3.2 Variable Bebas (Independen variabel)
Variable bebas adalah variabel yang mempengaruhi atau yang menjadi
sebab perubahannya atau timbulnya variable dependen(terikat)
(Sugiyono 2016 : 39). Variable bebas dalam penelitian ini adalah
penurunan tarif pajak UMKM, Pemahaman Perpajakan, dan Kualitas
Sistem Pelayanan Online yang meliputi e-faktur,e-filling,e-billing
a. Penurunan Tarif Pajak UMKM (X₁)
b. Pemahaman Perpajakan (X₂)
c. Kualitas Pelayanan Online (X₃)
Untuk mengklarifikasi variable agar tidak terjadi kesalahan dalam
melakukan analisis data dan menuju langkah selanjutnya, maka
peneliti menggunakan jenis pengukuran skala likert untuk mengukur
sikap dan pendapat seseorang atau kelompok

Dalam mengukur jawaban responden dalam kuisioner Pengaruh


Penurunan Tarif Pajak UMKM, Pemahaman Perpajakan, dan Kualitas
Pelayanan Online Terhadap Kepatuhan Wajib Pajak UMKM yang
menggunakan skala likert, maka jawaban terdapat pemberian tingkatan
skor sebagai berikut

Sangat Setuju (SS) 5

Setuju (S) 4

Ragu-Ragu (RG) 3

Tidak Setuju (TS) 2

Sangat Tidak Setuju 1

Dalam pengukuran instrument penelitian (kuisioner) yang baik maka


harus memenuhi persyaratan yaitu data harus valid dan reliable. Maka
dari itu pengujian yang dilakukan adalah dengan menggunakan uji
validitas dan uji reliabilitas.

1. Uji Validitas adalah uji unuk mengukur seberapa valid dan sah
tidaknya sebuah kuisioner
2. Uji Reliabilitas digunakan untuk mengukur kuisioner yang
merupakan indikator variable
3.4 Metode Analisis Data
3.4.1 Uji Kelayakan Data
a. Uji Validitas
Menurut Gozali (2016) , mengukur validitas dapat dilakukan dengan
cara melakukan korelasi antar skor butir pertanyaan dengan total skor
konstruk variable.
Uji signifikansi dilakukan dengan membandingkan nilai r hitung
dengan r table dengan degree of freedom (df) = n-2. Untuk mengetahui
suatu instrument penelitian valid atau tidak maka dilakukan dengan
melihat nilai signifikan, jika signifikan < 0,05 (5%) maka dinyatakan
valid, tetapi bila jumlahnya lebih besar 0,05 maka dapat dinyatakan
tidak valid. Dalam penelitian digunakan rumus korelasi product
moment sebagai berikut :
N ∑ XY −( ∑ X ) ( ∑Y )
rᵪᵧ =
√ { N ∑ X −( ∑ X ) }{ N ∑ Y −( ∑Y ) }
2 2 2 2

Keterangan :
rᵪᵧ = Koefisien korelasi antar variable X dan Y
N = Jumlah Sampel
X = Skor Variable X
Y = Skor Variable Y

Uji hipotesis untuk validitas tiap pertanyaan kuisioner adalah


Hₒ = skor butir berkorelasi dengan skor faktornya
H₁ = Skor butir tidak berkorelasi dengan skor faktornya
Dengan nilai probabilitas (sig) pada nilai ɑ sebesar 0.05 (5%)

b. Uji Reliabilitas

Menurut Ghozali, Imam (2016:47) mengatakan uji reliabilitas


digunakan untuk mengukur suatu kuisioner yang merupakan indicator
dari variable atau konstruk. Kuisioner dikatakan reliable jika jawaban
seseorang terhadap pertanyaan konsisten dari waktu ke waktu.

Reliabilitas dalam penelitian ini adalah uji reliabilitas alpha, yaitu:

k ∑ σb ²
Rn= 1−
k−1 σ²

Dimana

Rn = Relatif instrumen

K = Banyaknya pertanyaan

∑ σb ² = Jumlah Varians

σ² = Varians total

Dalam penelitian ini, peneliti mengukur reliablenya suatu variable


dengan melihat uji statistik cronbach alpha , dengan signifikansi yang
digunakan lebih besar dari 0,70. Menurut Ghozali, Imam (2016:48)
mengungkapkan suatu variable dikatakan reliable jika memiliki nilai
cronbach alpha > 0.70.

3.4.2 Analisis Deskriptif


Menurut Ghozali, Imam (2016:19) data statistic deskriptif memberikan
gambaran atau deskriptif mengenai data yang dilihat dari nilai
minimum, maksimum, rata-rata(mean), dan standar deviasi. Statistik
deskriptif berguna untuk menggambarkan karakteristik umum dari
sampel dalam penelitian dengan lebih rinci.
LAMPIRAN 1

KUISIONER PENELITIAN

Pengantar Penelitian

Perihal : Permohonan Pengisian Kuisioner

Kepada Bapak/Ibu/Saudara/I Responden UMKM

Ditempat

Dengan hormat,

Sehubungan dengan skripsi yang berjudul “Pengaruh Penurunan Tarif


Pajak UMKM, Pemahaman Perpajakan, dan Kualitas Pelayanan Online Terhadap
Kepatuhan Wajib Pajak UMKM”, saya mengharapkan kesediaan
Bapak/Ibu/Saudara/I untuk menjadi responden dengan mengisi kuisione ini secara
lengkap dan sesuai dengan keadaan yang sebenarnya. Semua data yang masuk
dijamin kerahasiaannya dan hanya akan digunakan untuk kepentingan penelitian
ini saja.

Atas ketersediaan Bapak/Ibu/Saudara/I dalam menjawab kuisioner ini,


saya sampaikan terimakasih.

Hormat Saya,

Maisarotum Farhanah
Kuisioner Penelitian

Bagian I : Data Responden

Istilah dengan lengkap data dibawah ini dengan jawaban yang sebenarnya.

Identitas Responden

Nama :

Jenis Kelamin : Laki-laki Perempuan

Jenis Usaha : Perdagangan

Jasa

Industri

Omset : > Rp. 4.8 Miliar

< Rp. 4.8 Miliar

= Rp. 4.8 Miliar

Bagian II

Mohon baca dengan teliti dan cermat untuk setiap pernyataan berikut ini
dan berilah tanda check list (√) pada kolom yang telah disediakan sesuai dengan
kondisi anda saat ini.

Keterangan :

SS : Sangat Setuju

S : Setuju

RG : Ragu-ragu

TS : Tidak Setuju

STS : Sangat Tidak Setuju


1. Penurunan Pajak UMKM menjadi 0.5 % (PP No. 23 Tahun 2018)

Pilihan Jawaban
No
Pernyataan R ST
. SS S TS
G S
Penurunan tarif pajak membuat saya taat
1          
melakukan pembayaran pajak
Tarif pajak umkm terbaru tidak memberatkan
2          
saya untuk taat membayar pajak
Tarif pajak umkm terbaru membuat saya
3          
mampu untuk membayar pajak
Penurunan tarif pajak, pajak yang saya
4          
bayarkan semakin sedikit
Dengan adanya penurunan tarif pajak,
5          
UMKM saya mendapat keuntungan
Tarif pajak UMKM terbaru sangat efisien bagi
6          
saya

2. Pemahaman Peraturan Perpajakan

No Pilihan Jawaban
Pernyataan
. SS S RG TS STS
1 Seorang wajib pajak harus memiliki NPWP          
Wajib pajak dalam pengurusan NPWP tidak
2          
dipungut biaya apapun
Wajib pajak wajib melaporkan SPT tepat
3          
waktu
Wajib Pajak berhak mendapatkan perlindungan
4          
kerahasiaan
Wajib pajak harus melaksanakan kewajiban
5          
perpajakan
Wajib pajak yang mengalami keterlambatan
6          
bayar akan dikenakan penagihan pajak
Wajib pajak harus memahami tentang
7
Penghasilan Tidak Kena Pajak (PTKP)          
Wajib pajak harus mengetahui tentang
8
pengusaha Kena Pajak (PKP)          
Wajib pajak harus mengetahui tentang tarif
9
pajak          
3. Pelayanan Online

No Pilihan Jawaban
Pernyataan
. SS S RG TS STS
Saya menggunakan pelayanan online untuk
1          
mengurus perpajakan
Pelayanan online membuat saya taat dalam
2          
mengurus pajak
Pelayanan online menguntungkan saya dalam
3          
segi waktu
E-faktur mempermudah saya dalam
4          
pengurusan faktur pajak
E-filling mempermudah saya dalam melakukan
5 pengisian SPT maupun melaporkan SPT (surat          
pemberitahuan)
E-billing mempermudah saya dalam membayar
6          
pajak
E-filling, E-faktur, E-billing mempermudah
7
saya dalam pengurusan perpajakan          

4. Kepatuhan Wajib pajak

No Pilihan Jawaban
Pernyataan
. SS S RG TS STS
Saya mendaftarkan diri untuk memperoleh
1          
NPWP berdasarkan kemauan sendiri
Saya selalu mengisi SPT sesuai dengan
2          
ketentuan perundang-undangan
Saya menyampaikan SPT (surat
3 pemberitahuan) ke kantor pelayanan pajak tepat          
waktu sebelum batas akhir
Saya menghitung pajak yang harus bayar sesuai
4          
perundang-undangan yang berlaku
Saya melakukan pembayaran pajak berdasarkan
5 catatan perhitungan pendapatan yang saya          
miliki
Saya selalu memenuhi kewajiban membayar
6          
pajak
Saya selalu membayar kekurangan pajak yang
7          
ada sebelum dilakukan pemeriksaan
BIODATA PENELITI

DATA PRIBADI

Nama : Maisarotum Farhanah

NIM : 2017103072

Jenis Kelamin : Perempuan

Tempat Tanggal Lahir : Bangkalan, 06 Maret 1999

Alamat : Jalan Spoor IV Dalam No. 51 F Rt. 008 Rw. 002

Kel. Gunung Sahari Selatan, Kec. Kemayoran,


Jakarta Pusat 10610

No. Tlp : 083806411709

Email : maisarotumfarhanah@gmail.com

PENDIDIKAN

Tahun 2005 - 2011 : SDS Almarhamah

Tahun 2011 - 2014 : SMP Negeri 4 Jakarta Pusat

Tahun 2014 - 2017 : SMK Negeri 3 Jakarta Pusat

Tahun 2017 – Sekarang : Kalbis Institute

RIWAYAT PEKERJAAN

Tahun 2018 – Sekarang : PT Gardatama Transindo


DAFTAR PUSTAKA

Arikunto, Suharsimi. (2013). Prosedur Penelitian: Suatu Pendekatan Praktik.


Jakarta: Rineka Cipta.

Bps.go.id. 10 Januari 2020. Realisasi Pendapatan Negara (Milyar Rupiah),2007-


2020. Diakses 3 November 2020, dari
https://www.bps.go.id/statictable/2009/02/24/1286/realisasi-pendapatan-
negara-milyar-rupiah-2007-2020.html

Budi, Chandra. (2013). Jutaan UMKM Pahlawan Pajak Urus Pajak Itu Mudah.
Jakarta: PT Elex Media Komputindo.

Databoks.katadata.co.id. 20 Mei 2020. Berapa Sumbangan UMKM Terhadap


Perekonomian Indonesia?.Diakses 06 November 2020, dari
https://databoks.katadata.co.id/datapublish/2020/05/20/berapa-sumbangan-
umkm-terhadap-perekonomian-indonesia

Ghozali, Imam. 2016. Aplikasi Analisis Multivariete Dengan Program IBM SPSS
23. (Edisi 8). Semarang: Badan Penerbit Universitas Diponegoro

Hestanto.web.id. 2018. Kepatuhan Wajib Pajak. Diakses pada 18 November


2020, dari https://www.hestanto.web.id/kepatuhan-wajib-pajak/amp/

Hestanto.web.id. 2018. Pengaruh Pengetahuan dan Pemahaman Pajak Terhadap


Kepatuhan Wajib Pajak. Diakses pada 18 November 2020, dari
https://www.hestanto.web.id/pengaruh-pengetahuan-dan-pemahaman-pajak-
terhadap-kepatuhan-wajib-pajak/

Kusnanto. (2019). Belajar Pajak. Semarang: Mutiara Aksara.

Leliya dan Afiya, Fifi. (2016). Efektivitas Sistem Pembiayaan pajak daerah
Online dalam Peningkatan Pendapatan Darah Kota Cirebon. Journal Al-
Mustashfa. 04 (02)

M.bisnis.com. 2 May 2019. Masih Minim, Penerimaan Pajak dari Sektor UMKM.
Diakses pada 06 November 2020, dari
https://www.google.com/amp/s/m.bisnis.com/amp/read/20190502/259/9176
30/masih-minim-penerimaan-pajak-dari-sektor-umkm
M.liputan6.com. 04 September 2020. Berapa Jumlah UMKM di Indonesia? Ini
Hitungannya. Diakses pada 03 November 2020, dari
https://m.liputan6.com/bisnis/read/4346352/berapa-jumlah-umkm-di-
indonesia-ini-hitungannya

M.republika.co.id. 27 April 2017. 80 Persen APBN bersumber dari Pajak. Diakses


11 November 2020, dari https://republika.co.id/berita/op1s77383/80-persen-
apbn-bersumber-dari-pajak

Majalahpajak.net. 26 Juli 2019. Menggali Kontribusi Sektor UMKM. Diakses


pada 06 November 2020, dari
https://www.google.com/amp/s/majalahpajak.net/menggali-kontribusi-
sektor-umkm/amp/

Mardiasmo. (2016). Perpajakan. Andi: Yogyakarta.

Pajak.go.id. Fungsi Pajak. Diakses pada 09 November 2020, dari


https://www.pajak.go.id/id/fungsi-pajak

Pajak.go.id. Menakar Kadar Kepatuhan Wajib Pajak. Diakses pada 06 November


2020, dari https://www.pajak.go.id/id/artikel/menakar-kadar-kepatuhan-
wajib-pajak

Pajak.go.id. Peraturan Pemerintah Nomor 23 Tahun 2018. Diakses pada 09


November 2020, dari https://www.pajak.go.id/id/peratuaran-pemerintah-
nomor-23-tahun-2018

Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 23 Tahun 2018

Resmi, Siti. 2017. Perpajakan : Teori & Kasus. Edisi 10. Jakarta: Salemba Empat.

Rizky Akbar dan Muhammad Syafiqurahman. (2016). Pengaruh sosialisasi


perpajakan terhadap kepatuhan perpajakan wajib pajak usaha mikro kecil
dan menengah (umkm) di Surakarta dengan pengetahuan perpajakan
sebagai variabel pemediasi, Jurnal Infestasi. 12 (1): 66-74.

Sugiyono. (2013). Metode penelitian Pendidikan – Pendekatan Kuantitatif,


kualitatif, dan R&D Bandung : Alfabeta.

Sugiyono. (2016). Cara Mudah Menyususn Skripsi, Tesis, dan Disertasi.


Bandung: Alfabeta.
Sukrisno & Estralita. (2012). Akuntansi Perpajakan. Edisi 2. Jakarta : Salemba
Empat

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2008 Tentang Usaha


Mikro, Kecil, Menengah

Zuanty, Rahma. 2017. Belajar Perpajakan Mudah. Pasuruan: Cipta Pustaka


Utama.

Anda mungkin juga menyukai