Anda di halaman 1dari 44

1

1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang

Berkembangnya usaha di indonesia membuat setiap usaha yang ada

bersaing untuk memajukan usahanya. Dalam hal itu pengusaha harus juga

mematuhi peraturan yang sudah ditetapkan oleh pemerintah, untuk pemerintah

mempunyai kekuasaan dalam memaksa rakyatnya agar mematuhi segala

peraturan yang sudah ditetapkan oleh pemerintah. Hal yang perlu diperhatikan

agar negara berkembang juga membutuhkan pembiayaan yaitu dalam bentuk

pajak, maka dari itu untuk membiayai negara tersebut masyarakat harus patuh

dalam membayar pajaknya. Dengan begitu semua keperluan pembangunan dapat

dibiayai dan perkembangannya sangat dikendalikan oleh pemerintah.

Dalam menangani hal pajak maka masyarakat juga harus mengenal

dengan patuh wajib pajak yaitu salah satu faktor yang terpenting untuk

terwujudnya pembayaran pajak untuk negara dalam sistem modern pada

prosedur pelayanan pada kantor pajak juga harus mendapatkan perhatian khusus

agar masyarakat tertarik dengan pelayanannya dan juga menjadi daya tarik

sendiri untuk masyarakat yang akan membayar pajak. (Sudrajat &

Ompusunggu, 2015)

Pajak merupakan pendapatan uang dari sumbangan masyarakat untuk

negara sendiri yang dan akan di kelola oleh pemerintah untuk sebagaimana akan

digunakan membayar hutang negara maupun pengeluaran-pengeluaran lainnya.

pembayaran pajak itu sendiri sudah diatur dalam undang-undang perpajakan

yaitu bersifat dipaksakan atau wajib dalam membayar pajak dan tidak

1
2

mendapatkan imbalan secara langsung kepada masyarakat namun akan terjadi

dalam waktu kedepan.

Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM) juga salah satu penyumbang

pajak yang untuk negara dan juga membantu adanya lapangan pekerjaan untuk

masyarakat yang terdapat di daerah sekitar dan dapat mensejahterakan

masyarakat kecil. Pentingnya Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM)

dapat meningkatkan pertumbuhan ekonomi yang sangat unggul dan dapat

menghindari krisis ekonomi maupun mendorong pertumbuhan ekonomi negara.

Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) akhir-akhir ini banyak diminati

para pemuda dan usia produktif dikarenakan lebih banyak populasi penduduk

dari pada lapangan kerja yang ada.

Diikuti dengan omzet usaha itu sendiri, dalam jumlah pendapatan

pengusaha tersebut seharusnya menyadarkan diri sendiri berapa pendapatan yang

di peroleh dalam kurun waktu tertentu. Semakin banyak pendapatan pengusaha

tersebut mendapatan omzet seharusnya pengusaha tersebut sadar akan pajak

yang dibayarkan untuk negara.

Untuk umur usaha sendiri pada dasarnya semakin lama pengusaha itu berdiri

usahanya dan mempunyai pengetahuan yang sangat luas. seharusnya seorang

pengusaha tersebut sadar dalam menaati peraturan kepatuhan wajib pajak yang

sudah dibuat oleh pemerintah. maka dari itu adanya pengetahuan perpajakan

dalam umur usaha akan sangat berperan dalam mengenai ketaatan membayar

pajak.
3

Pajak sangatlah penting bagi pembangunan suatu negara, khususnya

bidang ekonomi karena sebagian besar perekonomian suatu negara ditopang oleh

penerimaan pajak. Namun penerimaan pajak sampai saat ini masih belum sesuai

target yang diharapkan khususnya pada daerah Kecamatam Wundulako.

Besarnya target dan realisasi penerimaan negara dari sektor pajak tahun

2017-2020 akan disajikan dalam Tabel 1.1 sebagai berikut:

Tabel 1.1 Target dan Realisasi Penerimaan Pajak UMKM di Kecamatan


Wundulako Tahun 2017-2020.
Target Realisasi Pokok
Tahun Pokok ketetapan Ketetapan (Rp) Persentase(%)
2017 (Rp)
21.383.394 17.384.262 81,30%
2018 20.982.480 16.739.383 79,78%
2019 21.145.983 16.880.725 79,83%
2020 21.094.808 16.498.540 78,21%
Sumber: https://kolakakab.bps.go.id/

Grafik 1.1 Target dan Realisasi Penerimaan Pajak UMKM di Kecamatan


wundulako Tahun 2017-2020.

Berdasarkan

Tabel 1.1 tersebut

dapat disimpulkan

bahwa target
4

penerimaan pajak tahun 2017-2020 belum ada yang memenuhi target. Namun

pada tahun 2018-2020 target penerimaan pajak menurun dari tahun sebelumnya.

Dapat diketahui pula bahwa persentase tingkat realisasi penerimaan pajak

tahun 2018-2020 terus menurun. Hanya pada tahun 2017 persentase realisasi

penerimaan pajak mengalami peningkatan dibanding tahun sebelumnya. Maka

sangat dibutuhkan peran baik dari pemerintah maupun dari wajib pajak itu

sendiri untuk membayarkan pajaknya tepat waktu agar target penerimaan pajak

dapat terealisasi setiap tahunnya.

Sosialisasi perpajakan merupakan salah satu program/kegiatan yang di atur

oleh Direktorat Jendral Pajak untuk meningkatkan pemahaman dan pengetahuan

masyarakat mengenai pajak serta untuk menunjang pelaksanaan pelayanan

perpajakan (Kurniawan dan Yuningwati, 2014). Hal tersebut dapat di tindak

lanjuti untuk mematuhi waijb pajak dengan melihat kondisi di mana wajib pajak

harus melaksanakan hak perpajakan yang baik, dan akan di lihat dari

kepatuhannya untuk menyetorkan pajak. Kepatuhan pajak menjadi hal terpenting

bagi negara, karena apabila wajib pajak tidak patuh dalam menaati aturan

perpajakan, maka secara tidak langsung akan menimbulkan keinginan untuk

menghindari pembayaran pajak. Dampak dari tindakan tersebut akan

menyebabkan penerimaan pajak akan mengurang. Maka dari itu, peran penting

yang sangat mempengaruhi jumlah pendapatan dan penerimaan suatu negara

adalah wajib pajak.Wajib Pajak yang memberikan kontribusi dalam bidang

perpajakan berasal dari sektor UMKM.


5

Usaha Mikro Kecil Menengah (UMKM) Merupakan unit usaha yang merujuk

kepada usaha ekonomi produktif yang di miliki perorangan ataupun badan usaha sesuai

dengan kriteria yang di tetapkan oleh undang-undang No. 20 tahun 2008. Jadi, dapat

diketahui UMKM adalah sektor usaha ekonomi yang dimiliki suatu daerah yang

memiliki peran penting dalam perekonomian suatu daerah. Salah satu daerah yang

cukup memiliki banyak sumber UMKM sebagai hasil pendapatan daerahnya adalah

kabupaten kolaka. Berdasarkan observasi awal yang dilakukan selain pendapatan

daerah yang bersumber dari hasil pertambangan, perekebunan dan hasil laut

kabupaten kolaka juga memiliki pendapatan dari hasil perdagangan pelaku

UMKM.

Hasil observasi awal yang diperoleh melalui situs resmi kabupaten kolaka

(https://kolakakab.bps.go.id/) data berdasarkan 4 tahun terakhir, jumlah UMKM

terdaftar di kecamatan wundulako adalah sebagai berikut:

Tabel 1.2 Jumlah UMKM Di Kecamatan Wundulako


Tahun Jumlah UMKM

2017 521

2018 507

2019 516

2020 510

Sumber: https://kolakakab.bps.go.id/
Menurut hasil riset sebelumnya mengenai pengaruh pajak terhadap sektor

UMKM didapatkan yaitu inkonsistensi hasil Pasca Kumanji dan husain (2015),

sosialisasi, tarif dan pemahaman pajak berpengaruh signifikan terhadap kepatuhan


6

wajib pajak hal ini mendukung hasil penelitian dari dewi (2018), sosialisasi

berpengaruh terhadap pengetahuan wajib pajak terhadap kepatuhan wajib pajak.

Sedangkan menurut guntur (2018), sosialisasi berpengaruh tidak signifikan

terhadap kepatuhan wajib pajak hal ini di dukung dengan penelitian dari mifta dan

suriadi (2016), menyatakan bahwa sosialisasi berpengaruh tidak signifikan

terhadap wajib pajak. Sedangkan

Inkonsistensi hasil penelitian sebelumnya juga ditemukan dari hasil

penelitian Hana Pratiwi (2015), pengetahuan atau pemahaman wajib pajak tentang

kesadaran wajib pajak tidak berpengaruh signifikan terhadap kepatuhan wajib

pajak, hal ini di dukung penelitian dari Juliana Kesaulya (2019), menyatakan

terdapat pengaruh tidak signifikan berpengaruh terhadap kesadaran wajib pajak

terhadap kepatuhan wajib pajak.

Berdasarkan latar belakang diatas ditemukannya inkonsistensi dari hasil

riset sebelumnya, peneliti tertarik untuk melakukan penelitian dengan objek yang

berbeda dalam judul “Pengaruh Sosialisasi Pemahaman dan Pengetahuan

Pajak, Omzet Penghasilan, Umur Usaha Terhadap Kepatuhan Wajib Pajak

UMKM diKecamatan Wundulako.

1.2 Identifikasi masalah

Berdasarkan latar belakang masalah, maka dapat di identifikasi sejumlah

masalah sebagai berikut:


7

1. Kesadaran membayar pajak yang masih rendah

2. Kurangnya pemahaman wajib pajak tentang peraturan perundang-undangan

perpajakan

3. Persepsi tentang kewajiban membayar pajak yang belum baik

4. Kurangnya sosialisasi tentang kepatuhan wajib pajak.

1.3 Rumusan Masalah

Berdasarkan dari penjelasan dilatar belakang, maka terdapat permasalahan

yang akan di bahas dan diselesaikan dari penelitian yaitu:

1. Apakah sosialisasi pemahaman dan pengetahuan pajak, omzet

penghasilan, umur usaha berpengaruh simultan terhadap kepatuhan wajib

pajak UMKM?

2. Apakah sosialisasi pemahaman pajak berpengaruh positif terhadap

kepatuhan wajib pajak UMKM?

3. Apakah pengetahuan pajak berpengaruh positif terhadap kepatuhan wajib

pajak UMKM?

4. Apakah omzet penghasilan berpengaruh positif terhadap kepatuhan wajib

pajak UMKM?

5. Apakah umur usaha berpengaruh positif terhadap kepatuhan wajib pajak

UMKM?

1.4 Tujuan Penelitian


8

1. Untuk mengetahui apakah sosialisasi pemahaman dan pengetahuan pajak,

omzet penghasilan, umur usaha berpengaruh simultan terhadap kepatuhan

wajib pajak UMKM?

2. Untuk mengetahui apakah sosialisasi pajak berpengaruh positif terhadap

kepatuhan wajib pajak UMKM?

3. Untuk mengetahui apakah pengetahuan pajak berpengaruh positif terhadap

kepatuhan wajib pajak UMKM?

4. Untuk mengetahui apakah omzet penghasilan berpengaruh positif terhadap

kepatuhan wajib pajak UMKM?

5. Untuk mengetahui apakah umur usaha berpengaruh positif terhadap

kepatuhan wajib pajak UMKM?

1.5. Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan mampu memberikan manfaat bagi setiap

pembacanya, yang diuraikan sebagai berikut:

1. Manfaat teoritis

Penelitian ini dapat digunakan sebagai sumber informasi dan

pengayaan bagi pengembangan ilmu pengetahuan, khususnya kepatuhan

wajib pajak Usaha Mikro Kecil dan Menengah.

2. Manfaat praktis
9

a) Hasil bagi penelitian ini adalah sebagai sarana pembelajaran

penelitian dibidang ilmiah serta menambah pengetahuan terhadap

bidang Akuntansi khususnya Kepatuhan Wajib pajak pada pelaku

Usaha Mikro Kecil dan Menengah.

b) Dengan penelitian ini diharapkan dapat menambahkan pengetahuan

serta wawasan dan informasi kepada peneliti-peneliti selanjutnya

terkait pengetahuan perpajakan, sosialisasi pajak, omzet penghasilan,

umur usaha terhadap kepatuhan wajib pajak Usaha Mikro Kecil

dan Menengah.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Kajian Teori

2.1.1 Kepatuahan wajib pajak dan UMKM

Kepatuhan Wajib Pajak merupakan pemenuhan kewajiban perpajakan

yang dilakukan oleh Wajib Pajak dalam pembentukan kontribusi bagi

pembangunan negara yang diharapkan supaya masyarakat sadar bahwa arti pajak

itu apa.

Pada prinsipnya kepatuhan perpajakan merupakan tindakan wajib pajak

dalam pemenuhan kewajiban perpajakannya sesuai dengan ketentuan

peraturan perundang-undangan dan peraturan pelaksanaan perpajakan yang

berlaku dalam suatu negara. Wajib pajak patuh dalam arti disiplin dan taat, wajib

pajak yang membayar pajak dalam jumlah besar belum tentu dikatakan sebagai

wajib pajak patuh. Tidak ada hubungannya antara wajib pajak yang membayar

pajak dalam jumlah besar dengan kepatuhan. Karena pembayar pajak besar

belum tentu memenuhi syarat kriteria sebagai wajib pajak patuh, jika masih

memiliki tunggakan maupun keterlambatan penyetoran pajak.

Kepatuhan wajib pajak juga memenuhi semua kewajiban perpajakan dan

melaksanakan perpajakannya. Seperti yang di ketahui, indonesia menerapkan

sistem self assessment yang dimana kepatuhan memenuhi kewajiban perpajakan

menjadi aspek pentingnya. Wajib pajak bertanggung jawab dalam memenuhi

segala kewajiban perpajakannya secaa akurat dan tepat waktu. Kepatuhan pajak

menjadi hal terpenting bagi negara, karena apabila wajib pajak tidak patuh dalam

menaati aturan perpajakan, maka secara tidak langsung akan menimbulkan

keinginan untuk menghindari pembayaran pajak. Dampak dari tindakan tersebut

10
akan menyebabkan penerimaan pajak akan mengurang. Namun meskipun undang-

undang telah mengatur sanksi administrasi bahkan ancaman hukum pidana bagi

mereka yang tidak memenuhi kewajiban perpajakan.

Terdapat dua macam kepatuhan menurut Rahayu (2010), yaitu:

1. kepatuhan formal adalah suatu keadaan dimana wajib pajak memenuhi

kewajiban secara formal sesuai dengan ketentuan dalam undang-undang

perpajakan.

2. Kepatuhan material adalah suatu keadaan dimana wajib pajak secara

subtantive atau memenuhi semua ketentuanmaterial perpajakan, yaitu

semua isi dan undang-undang perpajakan.

Menurut Rahayu (2010) kepatuhan wajib pajak dipengaruhi oleh beberapa

faktor yaitu kondisi sistem administrasi perpajakan suatu negara pelayanan pada

wajib pajak, penegakan hukum perpajakan, pemeriksaan pajak dan tarif pajak.

Berikut ini beberapa indikator kepatuhan wajib pajak yaitu:

1. kepatuhan wajib pajak dalam mendaftarkan diri.

2. Kepatuhan wajib pajak untuk menyetorkan kembali surat pemberitahuan

(SPT) secara tepat waktu.

3. Kepatuhan wajib dalam menghitungkan dan membayar pajak terutang atas

penghasilan yang di peroleh.

4. Kepatuhan wajib pajak dalam peembayar tunggakan pajak (SPT atau SKP)

sebelum jatuh tempo.

Menurut UU RI No. 20 Tahun 2008 tentang Usaha Mikro, Kecil, dan

Menengah (UMKM) pada bab 1 pasal 1, definisi Usaha Mikro adalah usaha

produktif milik orang perorangan atau badan usaha perorangan yang


memenuhi kriteria Usaha Mikro sebagaimana diatur dalam Undang- Undang ini.

Usaha Kecil adalah usaha ekonomi produktif yang berdiri sendiri, yang

dilakukan oleh orang perorangan atau badan usaha yang bukan merupakan anak

perusahaan atau bukan cabang perusahaan yang dimiliki, dikuasai, atau menjadi

bagian baik langsung maupun tidak langsung dari Usaha Menengah atau Usaha

Besar yang memenuhi kriteria Usaha Kecil sebagaimana dimaksud dalam

Undang-Undang ini. Dan Usaha Menengah adalah usaha ekonomi produktif

yang berdiri sendiri, yang dilakukan oleh orang perorangan atau badan usaha

yang bukan merupakan anak perusahaan atau cabang perusahaan yang dimiliki.

dengan Usaha Kecil atau Usaha Besar dengan jumlah kekayaan bersih atau

hasil penjualan tahunan.

UMKM memiliki beberapa kriteria untuk masing-masing usaha yang

diatur dalam Undang-Undang Republik Indonesia No. 20 Tahun 2008

tentang Usaha Mikro, Kecil dan Menengah pada bab IV pasal 6, yaitu:

Tabel 2.1
Kriteria UMKM

Deskripsi Kekayaan bersih Hasil penjualan tahunan


Usaha mikro Palling Paling banyak Paling banyak
Rp. 50.000.000 Rp.300.000.000,-
(Lima puluh juta)
Usaha kecil Lebih dari Rp. Lebih dari 300.000.000
50.000.000 (Lima puluh sampai dengan paling
juta) sampai dengan banyak Rp.2.500.000.000,-
paling banyak
Rp.500.000.000,-
Usaha menengah Lebih dari Rp. Lebih dari Rp.
500.000.000 2.500.000.000 (Dua miliar
(Lima ratus juta) lima ratus juta) sampai
sampai dengan paling dengan paling banyak
banyak Rp.50.000.000.000 (Lima
Rp.10.000.000.000 puluh miliar)
(Sepuluh miliar)
Sumber: Data diolah penulis

Menurut pasal 1 Undang-undang Nomor 16 tahun 2009 tentang KUP bahwa

pajak adalah kontribusi wajib kepada negara yang terutang oleh orang pribadi atau

badan yang bersifat memaksa berdasarkan undang-undang, dengan tidak

mendapat imbalan secara langsung dan di gunakan untuk keperluan negara bagi

sebesar-besarnya kemakmuran rakyat.

Pajak merupakan sumber penerimaan negara terbesar sehingga berbagai

cara untuk mesukseskan pendapatan dari sektor pajak di lakukan oleh pemerintah.

Membayar pajak bukan hanya sebuah kewajiban, tetapi juga hak bagi setiap

warga negara untuk ikut berpartisipasi melalui pembiayaan negara sehingga dapat

meningkatkan kemakmuran negara. Pajak merupakan sumber penerimaan Negara

yang mempunyai dua fungsi yaitu:

1. Fungsi anggaran (budgetair) sebagai sumber dana bagi pemerintah,

untuk membiayai pengeluaran-pengeluarannya.

2. Fungsi mengatur (regulerend) sebagai alat pengatur atau melaksanakan

pemerintah dalam bidang sosial ekonomi.

Sistem pemungutan pajak merupakan sebuah mekanisme yang di gunakan

untuk menghitung besarnya pajak yang harus di bayar wajib pajak kepada negara.

Sistem pemungutan pajak di bagi menjadi tiga sistem yaitu:


1. Official assessment system merupakan suatu sistem yang memberi wewenang

kepada pemerintah (fiskus) untuk menentukan besarnya pajak yang terutang

oleh wajib pajak.

2. Self Assessment System merupakan suatu sistem yang memberi wewenang

sepenuhnya kepada wajib pajak untuk menghitung, membayar, dan

melaporkan sendiri besarnya pajak yang terutang.

3. With Holding System merupakan suatu sistem pemungutan yang memberi

wewenang kepada pihak ketiga (bukan fiskus dan bukan wajib pajak yang

bersangkutan) untuk menentukan besarnya pajak yang terutang.

Di Indonesia, pajak diatur dalam UUD 1945 pasal 23A yang menyatakan

bahwa pajak dan pungutan lain yang bersifat memaksa untuk keperluan negara

diatur dengan undang-undang. Hal ini memberikan jaminan hukum untuk

menyatakan keadilan, baik bagi negara maupun warganya

Agar pemungutan pajak tidak menimbulkan hambatan atau perlawanan,

maka pemungutan pajak harus memenuhi syarat sebagai berikut:

1. Pemungutan pajak harus adil (Syarat Keadilan)

Sesuai dengan tujuan hukum, yakni mencapai keadilan, Undang Undang dan

pelaksanaan pemungutan harus adil\Adil dalam perundang-undangan di

antaranya mengenakan pajak secara umum dan merata, serta disesusikan

dengan kemampuan masing-masing, sedang adil dalam pelaksanaan yakni

dengan memberikan hak bagi wajib pajak untuk mengajukan keberatan,

penundaan dalam pembayaran, dan mengajukan banding kepada Majelis

Pertimbangan Pajak.

2. Pemungutan pajak harus berdasarkan Undang Undang (Syarat Yuridis)


3. Tidak mengganggu perekonomian (Syarat Ekonomis) Pemungutan tidak boleh

mengganggu kelancaran kegiatan produksi maupun perdagangan sehingga

tidak menimbulkan kelesuan perekonomian masyarakat

4. Pemungutan pajak harus efisien (Syarat Finansial)

Sesuai fungsi budged tair, biaya pemungutan pajak harus dapat ditekan

sehingga lebih rendah dari hasil pemungutannya.

5. Sistem pemungutan pajak harus sederhana.

Sistem pemungutan yang sederhana akan memudahkan dan mendorong

masyarakat dalam memenuhi kewajiban perpajakannya. Syarat ini telah

dipenuhi oleh undang undang perpajakan yang baru. Dalam hal ini wajib pajak

menurut Undang-undang Nomor 28 tahun 2007 Pasal 1 ayat 2 mendefinisikan

bahwa wajib pajak meruapakan orang pribadi atau badan, melipitu pembyaran

pajak, pemotongan pajak, dan pemungutan pajak yang mempunyai hak dan

kewajiban perpajakan sesuai dengan ketentuan peraturan Perundang-undangan

perpajakan.

2.1.2 Sosialisasi pajak

Winerungan dan Lidya (2013) mengatakan bahwa sosialisasi adalah

program yang di lakukan oleh dikrektorat jendral pajak untuk meningkatkan

pemahaman dan pengetahuan masyarakat, jadi apabila dilakukan sosialisasi

tentang pajakdi harapkan dapat membantu wajib pajak mengetahui, memahami,

dan menyadari pentingnya pajak bagi pembangunan. Kurangnya sosialisasi

mungkin berdampak pada rendahnya pengetahuan masyarakat tentang pajak yang

menyebabkan rendahnya tingkat kepatuhan wajib pajak. Sosialisasi perpajakan

berfungsi meningkatkan pengetahuan perpajakan Wajib Pajak, terutama Wajib


Pajak Orang Pribadi. Dengan demikian sudah menjadi tanggung jawab petugas

pajak untuk melakukan sosialisasi perpajakan.

Dalam melakukan sosialisasi perlu adanya strategi yang dapat di aplikasikan

dengan baik adapun indikator sosialisasi yaitu dengan cara penyuluhan metode

yang di gunakan dan menyampaikan informasi secara langsung ataupun lewat

media cetak atau media elektronik.

Melalui sosialisasi pajak yang intensif dapat meningkatkan pengetahuan

calon wajib pajak mengenai semua hal yang berkaitan dengan perpajakan. Tanpa

adanya sosialisasi yang efektif kepada wajib pajak maka wajib pajak akan

mengalami kesulitan dalam memenuhi kewajiban perpajakannya. Untuk dapat

memenuhi kewajiban perpajakan, Wajib Pajak dituntut untuk mengerti atau

paham terhadap pengetahuan perpajakan yang telah disosialisasikan yang

diharapkan dapat meningkatkan kepatuhan Wajib Pajak. Kurangnya pengetahuan

dan wawasan karena rendahnya sosialisasi perpajakan akan menyebabkan mereka

tidak memahami bagaimana caranya melaksanakan kewajiban perpajakan dan

pada akhirnya tidak melaksanakan kewajiban perpajakannya, dan hal tersebut

berdampak pada penerimaan pajak negara. Jika pemerintah berhasil dalam

menjalankan sosialisasi perpajakan, maka masyarakat akan lebih memahami

pengetahuan perpajakan dan kepatuhan wajib pajak juga meningkat.

Beberapa penyuluhan sosialisasi yang dibentuk oleh ditjen pajak dengan

menggunapan media massa atau media elektronik menyangkut penyuluhan

peraturan perpajakan kepada wajib pajak yaitu:

1. Berdiskusi langsung dengan wajib pajak dan tokoh masyarakat. Ditjen pajak

memberikan komunikasi dua arah antara wajib pajak dengan petugas pajak
(fiskus) maupun masyarakat yang dianggap memberikan pengaruh atau di

pandang oleh masyarakat sekitarnya

2. Informasi langsung dari petugas (fiskus) ke wajib pajak. Petugas pajak

memberikan informasi secara langsung kepada wajib pajak tentang peraturan

perpajakan

3. Pemasangan billboard pemasangan spanduk atau billboard pada tempat yang

strategis, sehingga mudah dilihat oleh masyarakat. Berisi pesan singkat berupa

kutipan perkataan,pernyataan dengan bahasa penyampaian yang mudah

dipahami.

4. Website Ditjen pajak media sosialisasi penyampaian informasi dalam website

yang dapat di akses internet setiap saat, cepat, mudah, serta informasi yang

lengkap dan up to date.

Dalam meningkatkan kesadaran dan kepatuhan wajib pajak dilakukan

dengan Sosialisasi Perpajakan dalam berbagai bentuk atau cara sosialisasi.

Namun, kegiatan sosialisasi harus dilakukan secara efektif dan dilakukan dengan

media-media yang lain yang lebih diketahui masyarakat. Peran aktif pemerintah

disini sangat dibutuhkan untuk menyadarkan masyarakat akan keberadaan pajak

melalui penyuluhan atau sosialisasi rutin ataupun berupa pelatihan secara intensif.

2.1.3 Pemahaman perpajakan

Pemahaman perpajakan merupakan kemampuan wajib pajak yang

mengerti dan memahami suatu yang diketahui dan diingat, dengan kata lain

memahami tentang peraturan perpajakan dan melaksanakan kewajibannya. Jadi

dalam hal ini wajib pajak dapat mengetahui tentang sistem dan prosedur dari

perpajakan serta ketentuan umum, cara-cara dan sanksi-sanksi apabila wajib pajak
melanggar atau tidak memenuhi kewajibannya dalam membayar pajak pada

pemerintah. Dengan adanya pemahaman prosedur perpajakan yang baik dapat

diharapkan mampu meningkatkan kepatuhan dalam menjalankan kewajiban

perpajakan.

Adapun indikator pemahaman wajib pajak dalam penelitian ini yaitu:

1. Peraturan pajak melalui sosialisasi

2. Besarnya tarif pajak.

2.1.4 Pengetahuan perpajakan

Pengetahuan pajak adalah keadaan wajib pajak dalam memiliki

pengetahuan mengenai ketentuan umum dan tata cara perpajakan, sistem

perpajakan, dan fungsi pajak. Pengetahuan tentang peraturan pajak sangat

penting untuk menumbuhkan perilaku patuh.

Pengetahuan Wajib Pajak tentang perpajakan adalah segala sesuatu yang

dipahami oleh Wajib Pajak mengenai perpajakan, dalam segi sistem

perpajakan maupun tata cara pembayaran pajak. Pengetahuan perpajakan juga

memiliki peranan penting dalam kesadaran Wajib Pajak untuk membayar pajak.

Dalam mengetahui pengetahuan perpajakan berkaitan dengan proses

pembelajaran dan merupakan hasil dari mencari tahu.

Tujuan pengetahuan adalah memberikan arah terhadap pertumbuhan dan

perkembangan manusia dan lingkungannya. Pertumbuhan, perkembangan dan

perubahan tersebut harus terorganisasi dan diarahkan sedemikian rupa menuju

kepada tujuan akhir pengetahuan sebagaimana yang telah di tetapkan.

Pengetahuan juga bertujuan untuk sarana perkembangan bagi individu sehingga

bermanfaat untuk kepentingan hidupnya, baik sebagai seorang individu maupun


sebagai warga negara. Untuk mencapai tujuan tersebut, pengetahuan perlu

melakukan usaha yang disengaja dan terencana.

Adapun indikator dalam mengukur pengetahuan pajak menurut

(Suhendri,2015) yaitu:

1. Pengetahuan peraturan perpajakan yang dimiliki oleh wajib pajak

merupakan hal yang paling mendasar yang harus dimiliki oleh wajib

pajak.

2. Pengetahuan menghitung, membayar, dan melaporkan besarnya pajak

terutang.

3. Pengetahuan wajib pajak bagaimana cara mengisi surat pemberitahuanan

(SPT).

Rizki akbar anwar dkk (2016) mengatakan bahwa pengetahuan tentang

peraturan perpajakan akan mempengaruhi sikap Wajib Pajak terhadap kewajiban

pajak. Pengetahuan perpajakan mempunyai peran penting dalam

meningkatkan kepatuhan perpajakan. Ketika Wajib Pajak mengetahui dari fungsi

pajak, maka Wajib Pajak akan mengetahui pentingnya membayar pajak, sehingga

dapat meningkatkan kepatuhan Wajib Pajak. Apabila tingkat kepatuhan Wajib

Pajak tinggi, tentunya penerimaan Negara dari sektor pajak akan terus

meningkat dan pemerintah dapat menjalankan perannya. Indikator dari

pengetahuan perpajakan terdiri dari pengetahuan mengenai ketentuan umum

dan tata cara perpajakan, pengetahuan mengenai fungsi pembayaran, dan

pengetahuan mengenai sistem perpajakan di Indonesia. Dengan adanya

pengetahuan yang benar mengenai pajak, diharapkan dapat meningkatkan


kepatuhan Wajib Pajak untuk melaksanakan kewajiban sebagai warga negara

dengan membayar pajak tepat waktu.

2.1.5 Omzet Penghasilan

Omzet penghasilan adalah jumlah uang hasil penjualan barang

(dagangan) tertentu selama suatu masa jual maupun nilai transaksi yang terjadi

dalam waktu tertentu, misalnya harian, mingguan, bulanan, tahunan. Para

pengusaha seharusnya memperhatikan produk yang di buatnya baik dalam

kemasan maupun harganya yang terjangkau di pasar modern. Dengan demikian

masyarakat akan tertarik dalam memilih produknya yang dituju, selain itu

pengusaha juga harus memperhatikan promosinya atau strategi pemasaran.

Jumlah karyawan yang dipekerjakan dapat menggambarkan seberapa besar

perusahaan tersebut semakin banyak karyawan yang dipekerjakan maka skala

perusahaan tersebut juga semakin besar. Jumlah pendapatan yang dihasilkan

perusahaan dapat menunjukkan perputaran aset atau modal yang dimiliki oleh

pengusaha.

Faktor faktor yang mempengaruhi kegiatan omzet penghasilan yaitu:

1. Kondisi dan kemampuan menjual

Penjual harus menarik pembelinya atau konsumen agar dapat mencapai

sasaran yang diharapkan, untuk itu prnjual harus memahami apa saja yang

dibutuhkan oleh pembeli.

2. Kondisi pasar

Pasar sebagai perkumpulan para pembeli atau konsumen sebagai sasaran

pengusaha dalam penjualannya dapat mempengaruhi penjualan.

Faktor- Faktor yang mempengaruhi dalam tujuan penjualan:


1. Modal yang di perlukan

2. Merencanakan dalam membuat produk

3. Harga yang tepat

4. Penyalur yang tepat

5. Menggunakan cara yang tepat

2.1.6. Umur Usaha

Umur usaha merupakan usia atau lamanya suatu perusahaan itu dibentuk

dan beroperasi. Umur perusahaan mengakibatkan perubahan pola pikir dan

tingkat kemampuan pemilik perusahaan dalam pengambilan keputusan atas

setiap tindakan- tindakannya. Pemilik perusahaan yang telah lama

mengoperasikan usahanya telah banyak belajar dari pengalaman mereka,

sehingga pemilik atau manajer Umur pembukaan usaha dapat mempengaruhi

tingkat pendapatan, lamanya seseorang atau pengusa akan mempengaruhi

kemampuan maupun pengalaman yang didapat dalam membangun

usahanya, sehingga dapat menambah efisiensi dan menekan biaya produksi lebih

kecil dari pada penjualannya. Semakin lama usahanya semakin paham kebutuhan

konsumen yang diinginkan. (Julia, 2016)

Selain itu, perusahaan yang telah lama berdiri tentunya mempunyai

strategi dan kiat-kiat yang lebih solid untuk tetap bisa survive dimasa

depan. Semakin lama sebuah perusahaan berdiri, tentunya telah banyak pula

mengalami lika-liku dalam berbisnis, mulai dari kemajuan hingga masalah dan

kendala yang dihadapi. Kemampuan sebuah perusahaan untuk menyelesaikan

berbagai masalah yang muncul dalam masa pengelolaan perusahaan, akan

semakin menguatkan keberadaan perusahaan itu sendiri. Banyak cara-cara


yang dapat dilakukan oleh perusahaan untuk bertahan dalam setiap kendala

yang dihadapi. Sehingga, jika terjadi lagi kesulitan maupun kendala yang sama

maupun berbeda, maka perusahaan tersebut sudah siap dan mampu untuk

mengatasi masalah tersebut dengan baik dan menyelesaikannya dengan sukses


2.2 Penelitian Terdahulu

Pada bagian ini peneliti mencantumkan berbagai hasil penelitian terdahulu

yang terkait dengan penelitian yang akan di lakukan oleh peneliti, kemudian

membuat ringkasan yang terpublikasiakan. Dengan melakukan ringkasan ini,

maka akan dapat di lihat sejauh mana orisinalitas dan posisi penelitian yang akan

di lakukan.

Tabel 2.2 Penelitiaan Terdahulu


No Judul Nama Metode Alat Hasil
. Penulis Peneliti Analisa penelitian
1. Pengaruh Pasca Rizki Non probalitas Sosialisasi
Sosialisasi Dwi Ananda, atau pengambilan perpajakan,
Perpajakan, Srikandi sampel secara tidak tarif pajak dan
Tarif Pajak, Kumadji Dan acak dengan teknik pemahaman
Dan Achmad pengambilan perpajakan
Pemahaman Husaini sampel yang memiliki
Perpajakan (2015) bertujuan hanya pengaruh yang
Terhadap pada wajib pajak signifikan
Kepatuhan sektor UMKM Sosialisasi
Wajib Pajak perpajakan,
tarif pajak dan
pemahaman
perpajakan
memiliki
pengaruh yang
signifikan
secara parsial
terhadap
kepatuhan
wajib pajak
serta menjadi
24

variabel yang
dominan
karena
memiliki nilai
koefisien beta
dan terhitung
paling besar
2. Pengaruh Rizky Akbar Metode yang di Pengetahuan
Sosialisasi Anwar gunakan analisis perpajakan di
Perpajakan Muhammad kualitatif data yang pengaruhi
Terhadap Syafiqurrahm di gunakan dari sangat
Kepatuhan an hasil kuesioner dan signifikan
Perpajakan (2016) wawancara. Di uji oleh
Wajib Pajak dengan sosialisasi
Usaha Mikro menggunakan uji perpajakan
Kecil Dan reliabilitas dan uji sekaligis
Menengah(Um validitas mempengaruh
km) Di i kepatuhan
Surakarta perpajakan.
Dengan Kedua
Pengetahuan variabel
Perpajakan bebas
Sebagai berpengaruh
Variabel positif baik
Pemediasi terhadap
kesadaran
wajib pajak
maupun
kepatuhan
wajib pajak.
3. Pengaruh Dewi kusuma Penelitian ini Sosialisasi
Sosialisasi wardani, Ema menggunakan perpajakan
25

Perpajakan wati (2018) convenience tidak


Terhadap sampling dan berpengaruh
Kepatuhan teknik analisis data terhadap
Wajib Pajak menggunakan pengetahuan
Dengan analisis jalur perpajakan
Pengetahuan dengan bantuan
Perpajakan softwre SPSS
Sebagai
Variabel
Intervening
4 Pengaruh Wielda Metode yang di Hasil
Kesadaran permata sari gunakan analisis pengujian
Wajib Pajak, (2015) kuantitatif membuktikan
Kegiatan bahwa variabel
Sosialisasi kesadaran
Perpajakan, wajib pajak
Pemeriksaan penghasilan
Pajak Dan pribadi
Jumalah Wajib
Pajak Yang
Terdaftar
Terhadap
Penerimaan
Pajak
Penghasilan
Orang Pribadi
5 Pengaruh Guntur Jati Metode yang di Hasil
Sosialisasi Wijayanto gunakan yaitu penelitian ini
Perpajakan (2016) explanatory yabg mendukung
Dan memantau hipotesis
Pemahaman hubungan antara pertama (H1)
Prosedur variabel penelitian bahwa variabel
26

Perpajakan dan menguji sosialisasi


Terhadap hipotesis perpajakan
Kepatuhan berpengaruh
Wajib Pajak positif dan
Bumi Dan signifikan
Bangunan terhadap
kepatuhan
wajib pajak
PBB.
Sumber: Data diolah penulis

2.3 Kerangka Pemikiran

Penelitian ini menggunakan 5 variabel, yaitu 4 variabel independen dan 1

variabel dependen. Variabel independen meliputi sosialisasi pemahaman dan

pengetahuan pajak, omzet penghasilan, umur usaha dan variabel dependen yaitu

kepatuhan wajib pajak.

Tujuan sosialisasi pemahaman pajak untuk memberikan pengetahuan kepada

wajib pajak dengan hal tersebut diharapkan wajib pajak dapat mengetahui dan

memahami pentingnya pajak untuk negara.

Pada omzet penghasilan berpengaruh terhadap wajib pajak, akan tetapi wajib

pajak dianggap patuh jika melaporkan jumlah omzet atau penghasilan bruto

sesuai penghasilan yang diterima. Sesuai dengan peraturan perpajakan yang

menyatakan semakin tinggi omzet yang didapat semakin patuh wajib pajak

dengan tarif pajak yang ditentukan.


27

Suatu umur usaha mengakibatkan perubahan pola pikir seorang pengusaha

dalam menjalankan usahanya, dan sangat tepat untuk mengambil suatu

keputusan dalam hal yang dituju.

Berdasarkan uraian diatas maka peneliti merumuskan kerangka pemikiran

pada gambar di bawah ini:

Gambar 2.1 : Kerangka Pemikiran

Sosialisasi
pemahaman Pajak
(X1)

Pengetahuan Pajak
(X2) Kepatuhan Wajib
Pajak (Y)

Omzet Penghasilan
(X3)

Umur Usaha (X4)

Keterangan:
: Pengaruh secara Parsial
: Pengaruh secara simultan

Sumber: Data diolah penulis


28

2.4 Pengembangan Hipotesis

1. Diduga sosialisasi pemahaman dan pengetahuan pajak, omzet penghasilan,

umur usaha berpengaruh simultan terhadap kepatuhan wajib pajak

UMKM.

2. Diduga sosialisasi pemahaman pajak berpengaruh positif terhadap

kepatuhan wajib pajak UMKM.

3. Diduga pengetahuan pajak berpengaruh positif terhadap kepatuhan wajib

pajak UMKM.

4. Diduga omzet penghasilan berpengaruh positif terhadap kepatuhan wajib

pajak UMKM.

5. Diduga umur usaha berpengaruh positif terhadap kepatuhan wajib pajak

UMKM.
29
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN

3.1. Pendekatan penelitian

Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif, yaitu penelitian yang

menekankan analisisnya pada data-data numerical (angka) yang diolah dengan

metode statistika, yang di lakukan pada penelitian inferensial (dalam rangka

pengujian hipotesis). Hal ini di karenakan tujunan penelitian untuk mengetahuai

seberapa besar pengaruh sosialisasi pemahaman dan pengetahuan pajak, omzet

penghasilan, umur usaha dengan melakukan sosialisasi kepatuhan wajib pajak.

3.2. Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan di daerah kecamatan wundulako, kabupaten kolaka

dengan waktu penelitian pada bulan juni 2022 sampai selesai.

3.3. Defenisi Operasional

Penelitian ini menggunakan 5 variabel, yaitu 4 variabel independen

dan 1 variabel dependen. Variabel independen meliputi sosialisasi pemahaman

dan pengetahuan pajak, omzet penghasilan, umur usaha dan variabel dependen

yaitu kepatuhan wajib pajak umkm.

1. Definisi Konseptual

a. Variabel Terikat (Dependen)

Kepatuhan wajib pajak UMKM merupakan suatu keadaan dimana wajib

pajak memenuhi semua kewajiban perpajakan dan melakukan

kewajiban untuk membayar pajaknya sesuai dengan undang-undang

perpajakan.

30
b. Variabel Tidak Terikat (Independen)

Variabel tidak terikat didalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

1) Pengetahuan perpajakan

Pendidikan perpajakn diukur secara kontinyu yaitu berdasarkan

pendidikan yang diukur secara pendidikan formal.

2) Sosialisasi pemahaman pajak

Sosialisasi pajak adalah upaya pemberitahuan yang dilakukan oleh

Dirjen Pajak untuk memberikan sebuah pengetahuan, pemahaman,

informasi serta bimbingan baik secara langsung maupun tidak

langsung.

3) Omzet penghasilan

Seluruh penjualan suatu produk barang atau jasa yang diperoleh dalam

kurun waktu tertentu. Dihitung secara terus menerus dalam satu

proses.

4) Umur usaha

umur usaha akan mengakibatkan perubahan pola pikir seorang

pengusaha dalam menjalankan usahanya, dan sangat tepat untuk

mengambil suatu keputusan.


3.4. Populasi dan Sampel Penelitian

3.4.1. Populasi Penelitian

Populasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah seluruh UMKM

dikecamatan wundulako yang berjumlah 510 UMKM. Populasi adalah wilayah

generalisasi yang terdiri atas obyek/subyek yang mempunyai kualitas dan

karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan

kemudian ditarik kesimpulannya.

3.4.2. Sampel Penelitian

Dalam penelitian ini sampel diambil dengan menggunakan metode simple

random sampling dengan rumus dari Slovin.

Keterangan: n = Ukuran Sampel


N = Ukuran Populasi
E = Error Tolerance
n= 510
1 + 510 (0,1)2
n= 510
1 + 5,1
n= 510
6,1
n = 83,6 Pelaku usaha UMKM yang jadi responden
3.5. Jenis dan Sumber Data

Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer dan data

sekunder.

3.5.1 Data primer

Data primer merupakan data yang didapat dari sumber pertama, baik dari

individu maupun perseorangan seperti hasil wawancara atau hasil pengisian

angket/kuisioner dengan tujuan tertentu sesuai dengan kebutuhan Sumber data

primer angket/kuesioner yang digunakan berasal dari para wajib pajak UMKM

dikecamatan wundulako.

3.5.2 Data sekunder

Data sekunder merupakan diperlukan dalam penelitian ini sebagai

pendukung penulisan. Sumber data sekunder yang digunakan berasal dari

berbagai sumber informasi yang telah dipublikasikan maupun data yang didapat

dari lembaga seperti Kantor Pelayanan Pajak.

3.6. Teknik Pengumpulan Data

Untuk mendapatkan data yang relevan dalam penelitian ini maka dilakukan

dengan membagikan instrumen penelitian yaitu kuisioner yang diberikan kepada

responden. Teknik pengumpulan data melalui kuesioner dilakukan dengan

mengajukan pertanyaan kepada pihak yang berhubungan dengan masalah yang

diteliti yaitu dengan menghitung bobot tiap pertanyaan. Bobot jawaban responden

diberi nilai rinci sebagai berikut:


1) Sangat setuju diberi bobot 5

2) Setuju diberi bobot 4

3) Netral diberi bobot 3

4) Tidak setuju diberi bobot 2

5) Sangat tidak setuju diberi bobot 1

3.7. Pengujian Instrumen Penelitian

3.7.1 Uji Validitas

Uji validitas adalah uji yang digunakan untuk menunjukan sejauh mana

kuesioner yang di ukur dapat di perca ya atau valid, kuesioner di katakan valid

jika pertanyaan tersebut dapat memberikan hasil ukur yang tepat dan akurat.

Dalam pengujian validitas terhadap kuesioner di bedakan menjadi dua bagian

yaitu: validitas faktor di ukur bila item yang di susun menggunakan lebih dari satu

faktor dengan faktor lainnya. Pengukuran validitas faktor ini dengan cara

mengkorelasikan antara skor faktor(penjumlahan item dalam satu faktor) dengan

skor total faktor (total keseluruhan faktor). Untuk melakukan uji validitas ini

dengan menggunakan program SPSS

3.7.2 Uji reabilitas

Uji reabilitas adalah uji pengukuran dari suatu tes tetap konsisten setelah di

lakukan berulang-ulang terhadap subjek dan dalam kondisi yang sama, tinggi

rendahnya reabilitas di tunjukan oleh suatu angka yang di sebut nilai koefisien

reabilitas.
3.8. Teknik Analsis Data

3.8.1 Analisis Statistik Deskriptif

Statistik deskriptif adalah statistik yang digunakan untuk menganalisis data

dengan cara mendeskripsikan atau menggambarkan data yang telah terkumpul

sebagaimana adanya tanpa bermaksud membuat kesimpulan yang berlaku umum

atau generalisasi. Hal yang termasuk dalam statistik deskriptif antara lain adalah

penyajian data melalui tabel, grafik, diagram lingkaran, pictogram, perhitungan

modus, median, mean (Sugiyono, 2009).

3.8.2 Uji Asumsi Klasik

Pengujian gejala asumsi klasik dilakukan agar hasil analisis memenuhi

kriteria BLUE (Best, Linier, Unbiased Estimator). Uji asumsi klasik terdiri dari

uji normalitas, heteroskedastisitas dan multikolinieritas.

1. Uji Normalitas

Uji normalitas digunakan untuk menguji apakah dalam model regresi, variabel

pengganggu atau residual memiliki kontribusi normal. Hal ini dapat diketahui

dengan menggunakan uji statistik non-parametrik Kolmogorov-Smirnov (K-S)

(Ghozali,2016). Dasar pengambilan keputusannya adalah:

1) Jika nilai Asymp.Sig. (2-tailed) < 0,05 artinya data residual tidak

berdistribusi normal.

2) Jika nilai Asymp.Sig. (2-tailed) > 0,05 artinya data residual

berdistribusi normal.
2. Uji Multikolinearitas
(Ghozali, 2016) menyebutkan bahwa uji multikolinearitas bertujuan

untuk menguji apakah model regresi ditemukan adanya korelasi antara variabel

bebas (independen). Model regresi yang baik seharusnya tidak terjadi korelasi

diantara variabel independen. Jika variabel independen saling berkorelasi, maka

variabel-variabel ini tidak ortogonal. Variabel ortogonal adalah variabel

independen yang nilai korelasi antar sesama variabel independen sama dengan

nol.

3. Uji Heterokedastisitas

Uji heterokedastisitas bertujuan untuk menguji apakah dalam

model regresi terjadi ketidaksamaan variance dari residual satu pengamatan

ke pengamatan lain. Jika variance dari residual satu pengamatan ke

pengamatan lain tetap, maka disebut homoskedastisitas, dan jika berbeda

disebut heterokedastisitas. Model regresi yang baik adalah tidak terjadi

heterokedastisitas. Untuk mendeteksi ada atau tidaknya heterokedastisitas

dapat dilakukan dengan baik melihat ada tidaknya pola tertentu.


3.8.3. Analisis regresi berganda

Analsis regresi berganda adalah analisis hubungan antara dua atau lebih

variabel independen dengan variabel dependen. Analisis ini digunakan untuk

mengetahui arah hubungan antara variabel independen dengan variabel dependen,

apakah masing-masing variabel independen berhubungan positif atau negatif dan

untuk memprediksi nilai dari variabel dependen apabila nilai variabel independen

mengalami kenaikan atau penurunan. Dan dapat di nyatakan dalam persamaan

sebagai berikut:

Y = a + b1X1 + b2X2 + b3X3 + b4X4 + e

Keterangan:

Y = Kepatuhan Wajib Pajak UMKM

a = Konstanta

b1, b2, b3, b4 = Koefisien Regresi

X1 = Sosialisasi Pemahaman Pajak

X2 = Pengetahuan Pajak

X3 = Omzet Penghasilan

X4 = Umur Usaha

3.9. Uji Hipotesis

3.9.1. Uji statistik F (Uji Simultan)


Menurut (Ghozali, 2016) uji statistik f digunakan untuk mengetahui apakah

seluruh variabel independen (bebas) secara bersama-sama mempunyai pengaruh

terhadap variabel dependen (terikat). Kriteria pengujian dihitung dengan

menggunakan significance pada level 0,05 (a=5%).

Uji statistik f adalah uji untuk menunjukan apakah seluruh variabel

independen yang terdapat dalam penelitian ini mempunyai pengaruh secara

bersama-sama terhadap variabel dependen. Cara melakukan pengujian ini

adalah dengan membandingkan nilai f hasil perhitungan dengan nilai f

menurut tabel. Dari hasil yang diperoleh, apabila perhitungan f lebih besar

maka dapat dinyatakan bahwa semua variabel independen secara bersama-sama

dan signifikan mempengaruhi variabel dependen. (Mudrajad, 2009).

Ada beberapa kriteria yang digunakan dalam menentukan uji

signifikansi simultan, yaitu:

1. Jika nilai signifikansi F < 0,05 maka hipotesis diterima. Hal ini

mengindikasikan bahwa seluruh variabel independen secara bersama-

sama mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap variabel dependen.

2. Jika nilai signifikansi F > 0,05 maka hipotesis ditolak. Hal ini

mengindikasikan bahwa seluruh variabel independen secara bersama-

sama tidak mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap variabel

dependen.

3.9.2. Uji statistik T (Uji Parsial)


Uji statistik t adalah uji untuk menggambarkan sejauh mana pengaruh

satu variabel penjelas atau variabel independen secara individu secara variasi

dari variabel dependen. Cara melakukan uji t adalah dengan membandingkan

nilai statistik t dengan titik kritis menurut tabel. Bilamana nilai statistik t hasil

perhitungan lebih tinggi maka kita menerima pernyataan yang menyatakan

bahwa variabel independen secara individual mempengaruhi variabel dependen.

Untuk mengetahui nilai t statistik tabel ditentukan tingkat signifikansi 5%.

Pengambilan keputusan uji hipotesis secara parsial juga didasarkan pada

nilai probabilitas yang didapatkan dari hasil pengolahan data melalui program

SPSS. Jika signifikansi > 0,05 maka hipotesis ditolak ,Jika signifikansi <

0,05 maka hipotesis diterima.

3.9.3 Koefisien Determinasi


Koefisien determinasi pada intinya mengukur seberapa jauh kemampuan

model dalam menerangkan variasi variabel dependen. Nilai R2 terletak antara 0

sampai dengan 1 (0 ≤ R2 ≤ 1). Tujuan menghitung koefisien determinasi

adalah untuk mengetahui pengaruh variabel bebas terhadap variabel terikat. Jika

dalam proses mendapatkan nilai R2 yang tinggi adalah baik, tetapi jika nilai

R2 rendah.
DAFTAR PUSTAKA

Ananda Dwi Rizki Pasca, Kumadji Srikandi, Husaini Achmad. (2015).


Pengaruh Sosialisasi Perpajakan, Tarif Pajak, dan Pemahaman
Perpajakan Terhadap Kepatuhan Wajib Pajak. Jurna Perpajakan
(JEJAK) VOL.6 No 3

Anwar Akbar Rizky, Syafiqurrahman Muhammad. (2016). Pengaruh


Sosialisasi Perpajakan Terhadap Kepatuhan Perpajakan Wajib Pajak
UMKM Di Surakarta Dengan Pengetahuan Perpajakan Sebagai
Variabel Pemediasi. Jurnal Infestasi VOL.12 No 1, Juni 2016. Hal
66-74
Indrawan Rizki, Binekas Bani. (2018). Pemahaman Pajak dan
Pengetahuan Pajak Terhadap Kepatuhan Wajib Pajak UKM. Jurnal
Riset Akuntansi Dan Keuangan VOL. 6 No.3
Isroah, (2013). Buku perpajakan
Jhonatan Sarwono. (2006). Metode Penelitian Kuantitatif dan Kualitatif.
Yogyakarta: Graha Ilmu
Sari Permata Wielda. (2015). Pengaruh Kesadaran Wajib Pajak, Kegiatan
Sosialisasi Perpajakan, Pemeriksaan Pajak Dan Jumalah Wajib Pajak
Yang Terdaftar Terhadap Penerimaan Pajak Penghasilan Orang
Pribadi. Jurnal Fekon VOL. 2 No. 2
Sari Permata Wielda. (2015). Pengaruh Kesadaran Wajib Pajak, Kegiatan
Sosialisasi Perpajakan, Pemeriksaan Pajak Dan Jumlah Wajib Pajak
Yang terdaftar Terhadap Penerimaan Pajak Pengahasilan Orang
Pribadi. Jurnal fekon VOL. 2 No.2 Oktober 2015
Setiawan Ery Putu, Megawangi Meggy Agung Cokorda. (2017).
Sosialisasi Perpajakan Memoderasi Pengaruh Kesadaran Wajib
Pajak Dan Kualitas Pelayanan Pada Kepatuhan Wajib Pajak Badan.
Jurnal Akuntansi VOL. 19 No. 3 Juni
Sugiyono (2009:27). Metodologi Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan
R&D:alfabeta
Syafiqurrahman Muhammad. (2016). Perpajakan Terhadap Kepatuhan
Perpajakan Wajib Pajak Usaha Mikro Kecil Dan Menengah(Umkm)
Undang-undang No. 28 tahun 2007 Pasal 1 ayat 2 tentang “wajib pajak
orang pribadi atau badan”

41
badan”
Undang-undang 1945 pasal 23A yang menyatakan “bahwa pajak dan
pungutan lain yang bersifat memaksa untuk keperluan negara diatur
dengan undang-undang”
Wardani Kusuma Dewi, Wati Erma. (2018). Pengaruh Sosialisasi
Perpajakan Terhadap Kepatuhan Wajib Pajak Dengan Pengetahuan
Perpajakan Sebagai Variabel Intervening. Jurnal Nominal VOL. VII
No.1
Wijayanto Jati Guntur (2016). Pengaruh Sosialisasi Perpajakan Dan
Pemahaman Prosedur Perpajakan Terhadap Kepatuhan Wajib Pajak
Bumi Dan Bangunan.
Winerungan, Lidya Oktaviane. (2013). Sosialisasi perpajakan, Pelayanan
Fiskus dan Sanksi Perpajakan terhadap kepatuhan WPOP di KPP
Manado dan KPP Blitung. Jurnal EMBA VOL.1 No 3

Wulandari dkk, (2014:94). Pengaruh penerapan e-filing tingkat


pemahaman perpajakandan kesadaran wajib pajak. Jurnal Nominal.
Vol. V No. 2

Anda mungkin juga menyukai