Oleh:
NIM: 31170245
Konsentrasi Perpajakan
JAKARTA
2021
KATA PENGANTAR
Puji dan Syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas rahmat dan
“Pengaruh jumlah wajib pajak, pemeriksaan pajak, penagihan pajak dan jumlah sosialisasi
terhadap efektivitas penerimaan pajak” Skripsi ini disusun dalam rangka memenuhi salah
satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada jurusan akuntansi konsentrasi
bantuan dan dukunngan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, dalam kesempatan ini penulis
Alenia Pengantar:
Penulis di dalam bab I ini akan membahas tentang latar belakang masalah mengenai
dengan jumlah wajib pajak, pemeriksaan pajak penerimaan pajak dan sosialisasi
perpajakan
Dari berita dan fenomena di atas, penulis menyimpulkan dan meneliti penelitian
sebelum nya dan pada akhirnya peneliti dapat mengidentifikasi masalah, memberikan
Batasan masalah, Batasan penelitian, rumusan masalah, tujuan penelitian, dan juga
manfaat penelitian.
ini cukup untuk menutupi biaya-biaya ini. Pengeluaran digunakan Menangani segala
umum Personil, belanja komoditas, belanja modal, pembayaran bunga utang, subsidi,
dari berbagai sektor, yaitu dari penerimaan dalam negeri dan hibah. Penerimaan
dalam negeri terdiri dari penerimaan dari sektor pajak dan penerimaan dari sektor
bukan pajak. Sedangkan penerimaan dari sektor bukan pajak terdiri dari penerimaan
sumber daya alam, bagian laba Badan Usaha Milik Negara, dan penerimaan bukan
pajak lainnya.
Salah satu pendapatan terpenting negara adalah departemen perpajakan. Ini
Pada saat yang sama, pendapatan dari sektor migas dulu menjadi sumber pendapatan
utama Negara, sekarang tidak bisa diharapkan sebagai sumber pendapatan fiskal
Keadaan kontinu. Karena sumber minyak dan gas alam tidak terbarukan, Tidak bisa
update, suatu saat nanti minyak dan gas akan habis. Pada saat yang sama, departemen
pajak dapat memperbarui sesuai dengan perkembangan ekonomi kapan saja dan dari
pengeluaran negara salah satunya ialah dari penerimaan pajak. Pada di masa
pendapatan negara. Yang pada tahun ini masih mengalami kontraksi, penerimaan
memang melambat dan pemanfaatan insentif fiscal. Ini di sampaikan oleh Menkeu,
Sri Mulyani Indrawati pada konfersi pers: APBN Kinerja dan Fakta secara virtual
2020 Rp. 676,9 triliun atau 56,5% dari target penerimaan pajak tahun ini yang di
dasarkan dari Perpres 72 Th. 2020, dapat di simpulkan penerimaan pajak sampai ke
pajak penghasilan dari Minyak dan Gas atau PPH Migas yang bisa dilihat mengalami
kontraksi yang cukup dalam yaitu 45,2% jika di bandingkan dengan agustus di tahun
bandingkan dengan tahun 2019 lalu. Penerimaan pajak Non-Migas mencapai Rp.
655,3 triliun sampai dengan agustus ini. Angka tersebut di dapat berdasarkan
sebesar Rp.386,2triliun, PPN sebesar Rp. 255,4 triliun, PBB sebesar Rp. 9,7 triliun
Sementara itu, dilihat dari oenerimaan di Kapabean dan cukai hingga akhir
mengalami pertumbuhan positif sebesar 4,9% dengan total penerimaan Rp. 97,7
Dilihat dari sektor usaha pun Menkeu menjelaskan bahwa semua usaha tanpa
aktvitas usaha, yang menjadi penyebab utama nya kontraksi penerimaan. Selain itu
juga, insentif fiscal untuk covid-19 yang mulai di manfaatkan dari April lalu juga
asuransi mengalami pertumbuhan minus sebesar 5,5%, dari industry real estate
mengalami mnus 15,1%, sektor pengembangan -35,7% serta dari sector transportasi
beberapa dari nya adalah jumlah wajib pajak, pemeriksaan pajak, penagihan pajak dan
kesejahteraan negara tapi berimbas besar untuk kesejahteraan rakyat juga. Penerimaan
pajak yang di bayarkan dari masyarakat menjadi sumber utama dalam APBN. Hasil
dari pembayaran pajak masyarakat digunakan untuk pembangunan negara yang dari
kesejahteraan warga negara, pendapatan negara bersifat rutin. Maka dari itu sangat
pentinglah peranan pajak bagi negara. Semakin besar jumlah wajib pajak yang
membayar pajak, maka semakin besar juga APBN negara yang dapat di gunakan lebih
efisien lagi untuk membangun negara yang lebih berfasilitas dan baik.
terdukung, yaitu yaitu penerimaan pajak berpengaruh positif terhadap jumlah wajib
jumlah wajib pajak dengan koefisien regresi menunjukkan arah positif yang berarti
semakin banyak jumlah wajib pajak, maka akan semakin banyak juga penerimaan
pajak. Sedangkan menurut penelitian (Hanif et al., 2015) membuktikan bahwa jumlah
wajib pajak yang terdaftar tidaklah berpengaruh terhadap penerimaan pajak., hal ini
selaras dengan penelitian sebelum nya yang di kutip dari penelitian (Hanif et al.,
2015) milik Herawati dan Rifa yang di dalam penelitian nya tidak terdapat pengaruh
signifikan antara jumlah wajib pajak dengan penerimaan pajak. Tetapi sedangkan
penelitian dari (W & Saputra, 2009) yang terdaftar berpengaruh terhadap penerimaa
pajak penghasilan.
Menurut (Haryani et al., 2015) peran dari penerimaan pajak sangatlah penting
untuk kemandirian dari pembangunan negara, dikarenakan itu merupakan salah satu
sumber penerimaan yang di terima negara dari dalam negeri dan yang paling utama
selain dari gas bumi dan minyak yang di gunakan untuk APBN. Dari sisi ekonomi,
penerimaan negara yang paling berpotensial adalah dari penerimaan sector pajak, dari
komunikasi, air, listrik dan sosial. Berbagai fasilitas lain nya juga di tunjukan untuk
pembiayaan negara yang dominan baik untuk belanja rutin maupun pembangunan”
Menurut penelitian yang di buat oleh (Herryanto & Toly, 2013) menyimpulkan
dengan penelitian yang di buat oleh (Ratna Sari & Afriyanti, 2012) yang menghasilkan
kesimpulan wajib pajak dan pemeriksaan pajak yang di lakukan secara simultan
Dari penelitian yang di teliti oleh (Wahdi et al., 2019) penagihan pajak di
Menurut penelitian dari (Wahdi et al., 2019) hasil nya menunjukan bahwa
penagihan pajak di KPP Pratama Semarang Tengah dengan berbagai cara yang layak
dan bisa di lakukan seperti surat teguran dan penyitaan, surat teguran, surat paksa
tidaklah efektif. Sedangkan dilihat dari penelitian (Meiliawati, 2013) penagihan pajak
pajak yang berupa seperti program ekstensifikasi yang terus menerus di lakukan oleh
Direktorat Jendral pajak. Dalam rangka mencapai tujuan agar masyarakat mengerti
dan mematuhi pajak , maka kegiatan sosialisasi penyuluhan tentang pajak dibagi ke
dalam tiga focus yaitu kegiatan sosialisasi bagi wajib pajak baru, kegiatan sosialisasi
untuk calon wajib pajak, dan kegiatan sosialisasi untuk wajib pajak yang sudah
terdaftar. Dilakukan hal tersebut bertujuan agar masyarakat dapat mengerti tentang
pentingnya pajak dan juga menjaring wabij pajak baru. Kegiatan sosialisasi bagi wajib
pajak baru di tujukan agar dapat meningkatkan kepatuhan dan pemahaman dalam
Penelitian yang dilakukan oleh (Herryanto & Toly, 2013) disimpulkan bahwa
Pajak Penghasilan di KPP Pratama Surabaya Sawahan, sedangkan menurut (Y.N, 2013)
& Toly, 2013) menyimpulkan bahwa pemeriksaan pajak secara parsial berpengaruh
signifikan terhadap penerimaan Pajak Penghasilan di KPP Pratama Surabaya
Sawahan.
Berdasarkan fenomena, penelitian pro dan kontra dan juga latar belakang di
atas, maka penulis melakukan memutuskan untuk menulis penelitian dengan judul
B. Identifikasi Masalah
yang diangkat untuk dibahas lebih lanjut. Masalah-masalah tersebut antara lain:
7. Kendala apa saja yang di alami KPP dalam melakukan penagihan pajak?
C. Batasan Masalah
D. Batasan Penelitian
Penulis membatasi
1. Berdasarkan aspek waktu, penelitian dilakukan pada tahun 2018 sampai 2020
2. Berdasarkan aspek objek, pengamatan pada Wajib Pajak pada Kantor Pelayanan
Pajak Cakung II
3. Penelitian ini menggunakan data yang di peroleh langsung dari Kantor Pelayanan
E. Rumusan Masalah
masalahnya menjadi:
“Apakah Jumlah Wajib Pajak, Pemeriksaan Pajak, Penagihan Pajak dan Kegiatan
Pajak”
F. Tujuan Penelitian
G. Manfaat Penelitian
1. Bagi Akademik
Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi penulis untuk menambah
pengetahuan dan wawasan mengenai pengaruh jumlah wajib pajak dan penagihan
informasi bagi kantor pelayanan pajak Pratama Cakung Dua untuk mengatasi
A. Tinjauan Pustaka
1. Perpajakan
a. Definisi Pajak
Menurut Undang-Undang Republik Indonesia nomer 16 tahun 2009, Definisi pajak berbunyi
sebagai berikut:
“kontribusi wajib kepada negara yang terutang oleh orang pribadi atau badan yang bersifat
memaksa berdasarkan Undang Undang, dengan tidak mendapat timbal balik secara langsung
Secara ringkas, Pajak merupakan salah satu sumber penerimaan Negara yang berasal dari
iuran rakyat kepada kas Negara. Pemungutan pajak ini berdasarkan undang-undang yang
dapat dilaksanakan tanpa menerima imbalan jasa yang dapat langsung ditampilkan dan
digunakan untuk membayar biaya umum dan pembangunan fasilitas umum yang disepakati
(berlawanan dengan prestasi). Perpajakan saat ini merupakan salah satu sumber pendapatan
terbesar bagi pembangunan nasional untuk mencapai kesejahteraan rakyat.
Pengertian pajak menurut (Waluyo, 2019) adalah iuran kepada negara (yang dapat di
paksakan) yang terutang oleh yang wajib membayar menurut peraturan-peraturan dengan
tidak mendapat prestasi-kembali yang langsung dapat ditunjuk dan yang tujuannya adalah
untuk menyediakan dana bagi pengeluaran umum yang berkaitan dengan tugas negara yang
menyelenggarakan pemerintahan.
Tapi dalam definisi di atas lebih memfokuskan pada fungsi buudgeter dari pajak, sedangakn
pajak masih mempunyai fungsi lain nya yaitu fungsi mengatur. Menurut (Waluyo, 2019)
bedakan dari berbagai macamragam nya, yaitu dari segi ekonomi, segi hukum, segi sosilogi
dan sebagainya. Hal ini juga akan mewarnai titik berat yang diletakan nya, sebagai contoh:
segi penghasilan dan segi daya beli, namun kebanyakan lebih bercorak kepada ekonomi
Beberapa kutipan pajak menurut parah ahli lain nya sebagai berikut.
(1) Menurut (Seligman, n.d.) dalam buku Essay In Taxtation yang di terbitkan di
from the person, to the goverment to depray the expenses incurred in the common
interest of all, without reference to special benefit conferred”. Dari definisi di atas
terlihat adanya kontribusi seseorang yang di tunjukan kepada negara tanpa adanya
(2) Menurut pandangan (Taylor, 1950) dalam buku The Economics of Public Finance
(3) Pengertian pajak menurut (Feldmann, 1949) dalam buku De Over Heidsmiddelen
Van Indonesia (Terjemahan): Pajak adalah suatu prestasi yang dipaksakan secara
sepihak oleh dan terutang kepada pengusaha (menurut norma yang berlaku
umum), tanpa ada kontra prestasi, dan semata-mata digunakan untuk menutupi
pengeluaran umum.
(4) Pengertian pajak menurut Dr. Soeparman S dalam disertasinya yang berjudul
“Pajak Berdasarka Asas Gotong Royong” menyatakan: “Pajak adalah iuran wajib
berupa uang atau barang yang dipungut oleh penguasa berdasarkan norma-norma
hukum, guna menutup biaya produksi barang-barang dan jasa-jasa kolektif dalan
“dipaksakan” karena bertitik tolak pada istilah “iuran wajib”. Sisi lainnya yang
(5) Prof Dr. (Soemitro, 1965). dalam buku nya Dasar-dasar Hukum Pajak dan Pajak
undang-undang (yang dapat dipaksakan) tanpa menerima jasa timbal balik (kontra
prestasi). Dapat langsung ditampilkan dan digunakan untuk membayar
pengeluaran umum ”
bisa di paksakan.
(2) Dalam pembayaran pajak tidak dapat ditunjukan adanya kontraprestasi individual
oleh pemerintah.
(3) Pajak dipungut negara baik pemerintah sentral juga pemerintah daerah.
investment.
macam bergantung kepada pendekatan nya. Dalam hal seperti inilah pajak dapat didekati atau
Dari sudut pandang ekonomi, pajak adalah penerimaan negara yg dipakai buat
akan berjalan apabila tidak ada pemerintah. Agar dapat menjalankan pemerintahan
sehingga pajak yang mengalir dari masyarakat akhirnya kembali lagi untuk
masyarakat.
Hal ini berkaitan erat dengan kebijakan ekonomi yang mengarah ke dukungan
negara yang menganut ekonomi bebas seperti negara kita, semua orang pasti ingin
pendidikan yang cukup, dan sebagainya. semua dapat dicapai jika pemerintah dapat
Prasarana yang di sebutkan dapat berupa jalan, jembatan, pelabuhan, air, listrik, dan
dana investasi yang bersumber dari tabungan masyarakat, tabungan pemerintah, serta
sehingga bantuan dari luar negeri semakin berkurang. Perlu diperhatikan dalam
beberapa tahun anggaran. Pemerintah selalu mengalami defisit anggaran, hal ini perlu
disampaikan kepada pembayar pajak bahwa ekonomi nasional tidak selalu baik.
Untuk melindungi sesuatu yang lebih penting, sering kali pemerintah harus
kontraksi moneter atau dapat disebut sebagai kebijakan uang ketat, agar tingkat
bunga perbankan naik. Keadaan seperti yang di sebutkan tidak dapat dijadikan dalih
peraturan yang tingkat nya lebih tinggi. Pajak merupakan masalah keuangan negara.
keuangan negara yaitu Pasal 23A Amandemen UUD 1945 (pajak dan pungutan lain
Meskipun UUD 1945 (sebelum amandemen) sudah berlaku sejak negara merdeka
(diganti antara tahun 1950 sampai 1959, kemudian diberlakukan kembali dengan
zaman kolonial Belanda sampai pembaruan perpajakan selesai tahun 1983. Undang-
undang kolonial pada saat itu adalah Aturan Bea Meterai 1932, Ordonansi Pajak
Perseroan 1925, Ordonansi Pajak Kekayaan 1932, dan Ordonansi Pajak Pendapatan
Undang-Undang Nomor 6 Tahun 1983 tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara
1983 tentang Pajak Pertambahan Nilai dan Pajak Penjualan atas Barang Mewah,
Undang-Undang Nomor 12 Tahun 1985 tentang Pajak Bumi dan Bangunan, Undang-
dilakukan pembaruan kembali pada tahun 1994 dan pada tahun 1997 terdapat pula
undang-undang baru yang diundangkan. Pada tahun 1997 telah diundangkan yaitu
Undang-Undang Nomor 18 Tahun 1997 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah,
UndangUndang Nomor 19 Tahun 1997 tentang Penagihan Pajak dengan Surat Paksa,
dan UndangUndang Nomor 20 Tahun 1997 tentang Bea Perolehan Hak atas Tanah
dan Bangunan.
Dalam era reformasi ini telah pula dilakukan pembaruan terhadap undang-
Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan, Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2000
Nilai dan Pajak Penjualan atas Barang Mewah, Undang-Undang Nomor 19 Tahun
2000 tentang Penagihan Pajak menggunakan Surat Paksa dan UUD No 20 Tahun
2000 tentang Bea Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan, Undang-Undang Nomor
28 Tahun 2009 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah, dan Undang-Undang
Nomor 14 Tahun 2002 tentang Pengadilan Pajak. Demikian pada tahun 2007 telah
Undang KUP).
Tahun 2008 yang diberlakukan sejak tanggal 1 Januari 2009. Disusul dengan
Nilai dan Pajak Penjualan atas Barang Mewah yang berlaku per 1 April 2010 sebagai
perubahan ketiga.
dalam pemungutan pajak. Disertai dengan kelengkapan sarana per UUD diharapkan
tahun 2016, telah juga diterbitkan UUD No. 11 Tahun 2016 mengenai Pengampunan
Pendekatan dari aspek keuangan ini tercakup dalam aspek ekonomi hanya lebih
menitik beratkan pada aspek keuangan. Pajak dilihat sebagai kontribusi yang sangat
penting di dalam penerimaan negara. Jika di lihat dari penerimaan negara, kondisi
keuangan negara ridak lagi semata-mata dari penerimaan negara berupa minyak dan
gas bumi, tetapi lebih berupaya untuk menjadikan pajak sebagai primadona
merupakan selisih antara penerimaan dalam negeri dan pengeluaran rutin merupakan
berupapajak. Kecenderungan umum dengan semakin maju suatu sistem pajak suatu
(PDB) atau ratio pajak di indonesia tahun 2010 baru mencapai 11,1% yang
diharapkan rasio pajak dapat meningkat untuk setiap tahun nya, sehingga dapat
Pada aspek sosiologi ini bahwa pajak ditunjau dari segi masyarakat yaitu
menyangkut akibat atau dampak terhadap masyarakat atas pungutan dan hasil apakah
pembangunan ini di biayai oleh masyarakat. Oleh karena itulah, upaya meningkatkan
penerimaan negara dari sector pajak sangatlah penting, karena dana yang di himpun
berasal dari rakyat (private saving) atau berasal dari pemerintah (public saving).
Demikian dapat terlihat bahwa dari pajak terdapat sasaran yang dikehendaki adalah
c. Fungsi Pajak
Seperti yang sudah diketahui ciri-ciri khas yang melekat pada pengertian pajak
dari berbagai definisi, terlihat adanya dua fungsi pajak yaitu sebagai berikut.
pemerintah. Adalah fungsi dari pajak, Contoh nya: dimasukkan nya pajak dalam
APBN sebagai
Fungsi pajak yang lain nya adalah sebagai alat untuk mengatur atau melaksanakan
keras, pajak di kenakan lebih tingg. Demikian pula terhadap barang mewah.
Berikut jenis pungutan yang di lakukan oleh pemerintah selain pajak beserta
Pajak Daerah dan Retribusi Daerah. Dalam Pasal 1 no UUD dimaksud menyebutkan
bahwa retribusi daerah, yang selanjutnya disebut retribusi, adalah pungutan daerah
sebagai pembayaran atas jasa atau pemberian izin tertentu yang khusus disediakan
atau badan.
Untuk tata cara pemungutannya, retribusi tidak dapat diborongkan dan retribusi
dipungut dengan menggunakan Surat Ketetapan Retribusi Daerah atau dokumen yang
retribusi tertentu kepada mereka tidak membayar tepat pada waktunya atau kurang
setiap bulan dari retribusi terutang yang tidak atau kurang dibayar dan ditagih dengan
(2) Sumbangan
Pengertian sumbangan ini tidak boleh dicampurkan dengan retribusi. Dalam retribusi
pada sumbangan seseorang mendapatkan prestasi justru tidak dapat di tunjuk, tetapi
Beberapa hal harus diatur dalam undang-undang. Seperti koleksi di Indonesia Pasal
23A Perubahan UUD 1945 mengatur tentang perpajakan dan tax Perpajakan wajib
kekayaan dapat juga karena hibah atau Kemungkinan perampokan atau perampokan.
Oleh karena itu, semua tindakan Sebagai contoh perpajakan, beban rakyat harus
masyarakat melalui kas negara termasuk dalam ruang lingkup pengertian hukum
pajak. Mengingat pengaturan ini menyangkut hubungan hukum antara negara dengan
orang pribadi atau badan yang mempunyai kewajiban membayar pajak, hukum pajak
merupakan bagian hukum publik.
Hukum pajak mengatur pula hubungan hukum antara negara dan orang-orang
atau badanbadan hukum yang mempunyai kewajiban membayar pajak (Wajib Pajak).
Hukum pajak sebenarnya mempunyai ruang lingkup yang luas, tidak hanya menelaah
keadaan masyarakat, hukum pajak memuat unsur hukum pidana dan peradilan seperti
Nomor 14 Tahun 2002 tentang Pengadilan Pajak yang berlaku mulai tanggal
diundangkan yaitu pada tanggal 12 April 2002. Secara global bahwa hukum terbagi
dalam dua kelompok besar yaitu hukum publik dan hukum perdata. Hukum publik
mencakup hukum pidana, hukum tata usaha negara, dan hukum tata negara. Hukum
perdata mencakup hukum perdata dalam arti sempit (burgelijke wetboek-BW) dan
digambarkan bahwa hukum publik ini adalah hukum yang mengatur hubungan hukum
antara pemerintah dengan warganya, sedangkan dalam hukum perdata ini adalah
hukum yang mengatur hubungan hukum antara orang pribadi di dalam masyarakat.
Hukum tata usaha negara atau hukum administrasi negara adalah serangkaian
peraturan hukum yang mengatur semua cara kerja dan pelaksanaan wewenang yang
masing-masing. Kedudukan hukum pajak ini merupakan bagian dari hukum tata
usaha negara. Akan tetapi, ahli hukum pajak seperti Prof. Dr. P.J. A. Adriani
menghendaki hukum pajak ini dapat berdiri sendiri yang merupakan ilmu
pengetahuan terlepas dari hukum tata usaha negara dengan alasan bahwa hukum pajak
ini mempunyai tugas yang bersifat lain dibandingkan dengan hukum administrasi.
Namun pandangan lainnya bahwa kemandirian hukum pajak ini kurang tepat karena
Hukum pajak ini mempunyai kaitan yang erat dengan hukum perdata terutama terlihat
masalah dasar pemungutan pajak yang di kenali yaitu adanya peristiwa keadaan dan
bukanlah hal demikian yang menjadikan timbulanya hubungan tetapi lebih dekat
dengan masalah ajaran di bidang hukum yaitu lex specialis lex derogat lex generale
Dari segi hukum perdata, hukum perpajakan selalu mencari kemungkinan dasar
pemungutan pajak berdasarkan perbuatan hukum perdata. Dari segi hukum pidana,
undang-undang perpajakan juga memuat ancaman pidana terhadap wajib pajak yang
melanggar ketentuan perpajakan dan dalam penegakannya harus mengacu pada
Hukum perpajakan merupakan bagian dari hukum publik yang mengatur tentang
hubungan antara pemerintah (Fiskus) sebagai pemungut pajak dengan rakyatnya yaitu
wajib pajak. Hukum perpajakan menganut asas perpajakan jika terpenuhi dua syarat,
yaitu syarat objektif dan syarat subyektif. Baik syarat obyektif maupun syarat
subyektif berkaitan erat dengan ketentuan hukum perdata. Berikut ini akan dibahas
hubungan antara hukum perpajakan dan hukum perdata ditinjau dari persyaratan
Hubungan erat sangatlah mungkin antara hukum pajak dan hukum perdata karena
banyak istilah yang dapat dipergunakan didalam hukum pajak dengan prinsip yang di
pegang adalah pengertian dalam hukum perdata tidaklah selalu di atur dalam hukum
pajak..
Beberapa contoh konkret yang terlihat yaitu istilah “tempat tinggal” atau disebut
(1) Pasal 2 ayat (6) UU Pajak Penghasilan: tempat tinggal orang pribadi atau
tempat kedudukan badan di tetapkan oleh DJP dilihat dari keadaan yang
sebenarnya
Bentuk ancaman pidananya tertuang dalam KUHP dan juga tertuang dalam undang-
undang lain yang memberikan sanksi pidana kepada pihak yang melanggar ketentuan
undang lain dalam tindak pidana ekonomi, tindak pidana subversi, tindak pidana
Ketentuan tindak pidana di bidang perpajakan terdapat dalam Pasal 38 sampai dengan
Pasal 43 Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2007 tentang Ketentuan Umum dan Tata
Cara Perpajakan, Pasal 24 sampai dengan Pasal 27 UU Pajak Bumi dan Bangunan dan
Pasal 39 ayat (1) huruf f Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2007 tentang KUP
pembukuan, pencatatan, atau dokumen lain yang palsu atau dipalsukan seolah-olah
benar; atau............"
atau sanksi pidana penjara paling lama 6 (enam) tahun dan denda paling lama 6
(enam) tahun. 4 (empat) kali jumlah pajak terutang yang tidak atau kurang dibayar.
ada untuk memecahkan masalah yang dihadapi. Beberapa tafsir yang diakui dalam
ketentuan hukum dan berpedoman pada makna kata yang terkait. Dalam kalimat
yang digunakan oleh hukum. Arti dari kata ini adalah Menurut tata bahasa atau
Jenis penafsiran yang sahih ini adalah penafsiran yang pasti atas arti kata-kata
tahun kalender kecuali Wajib Pajak menggunakan tahun buku yang berbeda
berupa denda”.
sehingga suatu peristiwa dapat disebut dalam ketentuan itu. Sebagai contoh:
peristiwa yang sebenarnya tidak dapat dimasukkan, maka dianggap sesuai dengan
aturan mengatakan.
bertentangan dengan ketentuan itu. Dalam Pasal 4 ayat (1) huruf g Undang-
Undang Pajak Penghasilan disebutkan bahwa: yang menjadi objek pajak adalah
termasuk:
"g. dividen dengan nama dan dalam bentuk apa pun termasuk dividen dari
perusahaan asuransi kepada pemegang polis, dan pembagian sisa hasil usaha
koperasi."
Dari pernyataan di atas disebutkan bahwa yang menerima dividen tidak dibatasi
sehingga pihak yang menerima dividen dapat berupa wajib pajak badan atau wajib
pajak orang pribadi. Perlu juga diingat dalam Pasal 4 ayat (3) huruf f yang
menyatakan:
"dividen dan bagian laba yang diterima atau diperoleh Perseroan Terbatas sebagai
berarti sesuai dengan Pasal 4 ayat (3) huruf f UU PPh Tax bahwa dividen yang
diterima Wajib Pajak badan tidak termasuk objek pajak apabila memenuhi
persyaratan bahwa dividen berasal dari cadangan laba ditahan dan kepemilikan
sahamnya paling sedikit 25% dari jumlah modal disetor. Bagaimana jika penerima
dividen adalah Wajib Pajak Orang Pribadi? Tidak diatur dalam paragraph Namun
perlu memperhatikan Pasal 4 ayat (1) huruf g UU PPh. Pengenaan Pajak Penghasilan
terhadap Wajib Pajak orang pribadi ini diatur dalam Peraturan Pemerintah Nomor 19
Tahun 2009 tentang Pajak Penghasilan Atas Dividen yang Diterima atau diperoleh
Wajib Pajak orang pribadi dalam negeri dikenakan Pajak Penghasilan sebesar: 10%
Cara penafsiran di atas berlaku secara umum dalam hukum perpajakan. Namun
pemungut pajak dengan wajib pajak. Jika dilihat dari materinya, hukum perpajakan
perbuatan, peristiwa hukum kena pajak (benda), pihak kena pajak (subyek),
berapa banyak pajak yang dikenakan, segala sesuatu tentang timbul dan lenyapnya
hutang pajak, dan hubungan hukum antara pemerintah dan pembayar pajak.
(2) hukum perpajakan formil, berisi tentang bentuk/tata cara mewujudkan hukum
(b) hak fiskus untuk melakukan pengawasan terhadap Wajib Pajak mengenai
dan banding.
Th. 2007 mengenai perubahan ketiga atas UU no 6 Th. 1983 mengenai ketentuan
umum dan tata cara perpajakan. dengan peraturan pergantian UU telah di ubah
Sifat dan Pemungutan nya Pajak di kelompokan sebagai 3 golongan seperti berikut
(1) Menurut pembebanan atau golongan, dibagi seperti berikut
pihak lain, tetapi harus menjadi beban langsung Wajib Pajak yang
adalah pajak yang bebannya dapat dilimpahkan kepada pihak lain. Contoh:
Perhatikan situasi wajib pajak. Contoh: Pajak Pertambahan Nilai dan Pajak
Adalah pajak yang dipungut dan digunakan oleh pemerintah pusat untuk
pajak reklame, pajak hiburan, biaya perolehan hak atas tanah dan
Mengingat betapa pentingnya peran masyarakat untuk membayar pajak dalam peran
negara, pada sebagian besar masyarakat tidak memenuhi kewajiban membayar pajak.
Perlawanan aktif secara nyata terlihat pada semua usaha dan perbuatan yang
menghindari pajak.
pajak dengan tujuan dan prinsip yang masih diperlukan yaitu pemahaman tentang
Adam Smith dalam Buku An Inquiri into the Nature and Cause of the Wealth of
berikut.
(1) Equality
Pemungutan pajak harus adil dan merata, yaitu pajak dikenakan kepada masyarakat
yang harus sebanding dengan kemampuan membayar pajak (ability to pay) dan
sesuai dengan manfaat yang diterima. Adil artinya setiap Wajib Pajak
manfaatnya diminta.
(2) Certainity
Penetapan pajak itu tidak ditentukan oleh sewenang-wenang pihak otoritas pajak.
Oleh karena itu, Wajib Pajak harus mengetahui secara jelas dan pasti besarnya pajak
(3) Convenience
Kapan wajib pajak harus membayar pajak harus sesuai dengan perkembangan zaman
tidak menyulitkan wajib pajak. Misalnya: pada saat Wajib Pajak memperoleh obtain
(4) Economy
untuk Wajib Pajak diharapkan seminimal mungkin, serta beban yang ditanggung
Pembayar pajak
Menurut Richard A. Musgrave dan Peggy B. Musgrave dalam buku Public Finance
Secara Teori dan Praktek ada dua macam prinsip keadilan pemungutan pajak, yaitu
sebagai berikut.
Dalam sistem perpajakan yang adil, setiap wajib pajak harus membayar pajak sesuai
dengan manfaat yang dinikmati dari pemerintah. Pendekatan ini disebut pendapatan
dan pendekatan pengeluaran.
Dalam pendekatan ini, disarankan agar pajak dibebankan kepada wajib pajak atas
Pemungutan pajak dikatakan adil secara horizontal jika beban pajaknya sama
untuk semua wajib pajak Pajak yang memperoleh penghasilan yang sama dengan
jumlah tanggungan yang sama, terlepas dari jenis pendapatan atau sumber
pendapatan.
adalah adil, jika orang-orang dalam kondisi ekonomi yang sama dikenakan pajak
deskripsi ini) harus dikumpulkan sesuai dengan prinsip keadilan, maka diperlukan
(b) Globality
mempertahankan pendapatan.
pendapatan dikenakan pajak dengan tarif yang sama terlepas dari jenis atau
sumbernya pendapatan.
Besarnya tarif dibedakan oleh jumlah seluruh penghasilan atau jumlah seluruh
(b) Progresion
Wajib Pajak yang penghasilannya besar, harus membayar pajak yang besar
Prinsip Pemungutan ini bertujuan untuk menjaga koleksi pajak tidak mengganggu
Prinsip pemungutan pajak juga dapat dibagi menjadi beberapa prinsip, yaitu sebagai
berikut:
sebagai prinsip pengumpulan pajak. Untuk menyatakan keadilan atas hak negara
dipungut dari Publik. Beban ini harus didasarkan pada kepentingan semua
orang tugas pemerintah, termasuk perlindungan jiwa dan harta benda. Karena
perlindungan jiwa dan harta. Oleh karena itu, demi perlindungan, maka
Teori kesalehan ini juga dikenal sebagai teori kewajiban pajak mutlak. Teori ini
didasarkan pada Negara memiliki hak mutlak untuk memungut pajak. Di sisi
Teori ini didasarkan pada pelaksanaan kepentingan umum individu atau negara,
UU. Dasar hukum perpajakan di Indonesia adalah yang pertama kepada negara atau
warganya. Oleh karena itu, pemungutan pajak harus didasarkan pada 23A
Dilihat pada uraian sebelumnya, pajak memiliki fungsi regular dan fungsi anggaran.
Prinsip ekonomi ini menekankan pada gagasan yang diinginkan negara kehidupan
ekonomi masyarakat agar terus meningkat. Untuk itu, pemungutan pajak harus
Ada tiga prinsip yang digunakan untuk memungut pajak dalam Pajak Penghasilan,
Negara memiliki hak untuk memungut semua pendapatan wajib pajak. Hal ini
Pengenaan pajak dikaitkan dengan suatu negara. Prinsip ini berlaku untuk
Retribusi hanya dapat diselesaikan pada akhir tahun pajak, yaitu pada
Pendapatan sebenarnya adalah Pajak yang lebih realistis. Kerugiannya adalah pajak
sebenarnya).
sebagai contoh; pendapatan satu tahun dianggap sama dengan tahun sebelumnya
sehingga pada awal tahun pajak dapat ditentukan besarnya pajak yang terutang
untuk tahun pajak berjalan. Keuntungan dari sistem ini adalah pajak yang
dibayarkan selama tahun berjalan, tanpa harus menunggu akhir tahun. Kerugiannya
Stelsel ini merupakan gabungan antara stelsel asli dan stelsel dugaan. Di
pada akhir tahun besarnya pajak disesuaikan dengan keadaan yang sebenarnya.
Jika jumlah pajak menurut kenyataan lebih besar dari pajak menurut anggapan,
wajib pajak harus menambah kekurangannya. Dan sebaliknya, jika lebih kecil,
fiskus.
iii. Hutang pajak timbul setelah surat ketetapan pajak diterbitkan oleh fiskus.
pajak yang memberi wewenang kepada pihak ketiga untuk memotong atau
3. Tarif Pajak
Pemungutan pajak tidak terlepas dari keadilan. Dengan keadilan dapat menciptakan
digunakan tarif tariff pajak. Tarif pajak adalah tarif untuk menghitung jumlah pajak
yang terutang (pajak yang harus dibayar) dibayar). Besarnya tarif pajak dapat
sebagai berikut.
Tingkat persentase ini berlaku untuk kenaikan basis pajak. Sebagai contoh,
Pajak Penghasilan Wajib Pajak Orang Pribadi (lihat contoh tarif progresif) tarif
marginal untuk setiap tambahan penghasilakn di kenakan pajak yang dari 0 sampai
sampai dengan Rp.250.000.000 sesuai dengan tarif marginal 15% dan seterusnya
(2) Tarif efektif
Tarif efektif pajak yang harus atau berlaku diterapkan atas dasar pengenaan pajak
tertentu.
Ada 4 tarif pajak yang berhubungan dengan pola presetase tarif pajak, adalah sebagai
berikut.
Tarif pajak proporsional adalah tarif pajak dalam bentuk persentase tetap dari jumlah
berapa yang menjadi dasar pengenaan pajak. Contoh: dikenakan Pajak Pertambahan Nilai
Tarif pajak progresif adalah tarif pajak yang persentasenya menjadi lebih besar jika:
jumlah yang menjadi dasarnya semakin besar. Misalnya, Tarif tarif pajak Pajak
Penghasilan tahun 2009 yang berlaku di Indonesia bagi Wajib Pajak Orang Pribadi
itu adalah:
(a) 0 – Rp.50.000.000 = 5%
Tarif progresif di bagi menjadi beberrapa bagian dilihat dari kenaikan tarifnya
Tarif pajak degresif adalah persentase tarif pajak yang menurun ketika jumlahnya
Dalam tarif pajak tetap ini adalah tarif dalam bentuk jumlah yang tetap (jumlah yang
sama) berapapun jumlah yang menjadi dasar pengenaan pajak. Karena itu, jumlah
Jika Anda melihat munculnya utang pajak, bahwa utang pajak itu muncul karena surat
resmi. Beda dengan bahan ajar bahwa utang pajak timbul karena undang-undang. Ajaran
ini diterapkan untuk sistem penilaian diri. Penghapusan utang pajak disebabkan oleh hal-
(1) Pembayaran
Hutang pajak yang melekat pada wajib pajak akan dihapuskan karena pembayaran
pajak dijadikan kas negara.
(2) Kompensasi
seseorang di bukan pajak tidak diperbolehkan. Oleh karena itu, ganti rugi terjadi
ketika Wajib Pajak memiliki tagihan berupa kelebihan pembayaran pajak. Jumlah
lebih bayar Pajak yang diterima sebelumnya oleh wajib pajak harus dikompensasikan
dengan pajak lain yang terutang, kompensasi ini dikenal sebagai kompensasi
(3) Daluwarsa
penagihan pajak, telah lewat waktu lima tahun sejak terutangnya pajak atau akhir
masa pajak, bagian dari tahun pajak atau tahun pajak yang bersangkutan. Hal ini
untuk memberikan kepastian hukum ketika utang pajak sudah tidak dapat ditagih lagi.
Namun, berakhirnya pemungutan pajak tangguhan antara lain dapat terjadi apabila:
(4) Pembebasan
Utang pajak tidak berakhir dalam arti yang tepat, tetapi karena dihapuskan.
administrasi.
(5) Penghapusan
Dalam prakteknya benar bahwa piutang pajak adalah untuk fiskus atau utang pajak
jika dilihat dari segi Wajib Pajak yang tata caranya diatur dengan atau berdasarkan
Jumlah piutang pajak dari fiskus yang tidak dapat ditagih lagi, antara lain karena
Wajib Pajak telah meninggal dunia dan tidak mempunyai harta warisan atau
kekayaan, Wajib Pajak badan yang telah selesai proses kepailitannya atau Wajib
Pajak yang telah tidak lagi memenuhi syarat sebagai subjek pajak dan hak untuk
memungut pajak telah berakhir. Melalui penghapusan piutang pajak ini dapat
diperkirakan jumlah efektif saldo piutang pajak yang dapat ditagih atau dicairkan.
Pengaturan penghapusan piutang pajak untuk daerah tertentu terjadi sebagai akibat
dari peristiwa tertentu seperti contoh peristiwa di daerah Maluku dan sebagainya,
B. Penelitian Sebelumnya
C. Kerangka Pemikiran
Penerimaan pajak di kantor pelayanan pajak dapat di pengaruhi oleh banyak factor,
beberapa di antara nya adalah jumlah wajib pajak, pemeriksaan pajak, penagihan pajak
dan jumlah sosialisasi pajak yang di lakukan di kantor pelayanan pajak tersebut
D. Hipotesis
sebelum nya yang berhasilkan positif dan juga di lihat dari fakta bahwa semakin banyak
masyarakat yang terdaftar menjadi wajib pajak meningkatkan penerimaan pajak di kantor
pelayanan pajak