Sanksi Pajak
Terhadap Kepatuhan Wajib Pajak UMKM di Kecamatan
Kabanjahe.
Bab l
1 .Pendahuluan
Indonesia adalah salah satu negara berkembang yang sedang melakukan pembangunan di segala
bidang. Pembangunan yang dilakukan pemerintah ini bertujuan untuk kesejahteraan rakyat yang
biasa disebut dengan pembangunan nasional. Untuk melaksanakan kegiatan pembangunan
tersebut, maka pemerintah membutuhkan dana yang tidak sedikit. Dana yang dimaksud tersebut
berasaldari Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara yang salah satunya disumbangkan dari sektor
pajak ( Prawagis, dkk., 2016).
Menurut Adriani Simanjuntak dan Mukhlis (2012) Pajak adalah iuran kepada negara (yang dapat
dipaksakan) yang terutang oleh yang wajib membayarnya menurut peraturan-peraturan, dengan
tidak mendapatkan prestasi kembali, yang langsung dapat ditunjuk, dan yang gunanya adalah untuk
membiayai pengeluaran-pengeluaran umum berhubungan dengan tugas negara yang
menyelenggarakan pemerintah. Pajak merupakan sumber penerimaan dan pendapatan negara yang
paling besar. Saat ini sekitar 70% APBN Indonesia dibiayai dari penerimaan pajak.Negara
menggunakan penerimaan pajak untuk membantu pembiayaan pembangunan. Penerimaan pajak
diharapkan terus meningkat agar pembangunan negara dapat berjalan dengan baik. Peningkatan
penerimaan pajak tercapai jika peningkatan jumlah wajib pajak terjadi. Usaha memaksimalkan
penerimaan pajak tidak dapat hanya mengandalkan peran dari Dirjen Pajak maupun petugas pajak,
tetapi dibutuhkan juga peran aktif dari para wajib pajak itu sendiri (Huda, 2015).Salah satu upaya
yang dilakukan adalah melalui reformasi peraturan perundang-undangan dibidang perpajakan
dengan diberlakukannya Self Assesment System. Self Assessment System mengharuskan wajib pajak
untuk mendaftar, menghitung, membayar serta melaporkan sendiri jumlah pajak terutang yang
menjadi kewajiban mereka (Utami, 2012).Namun kecepatan pertumbuhan penerimaan pajak belum
mencapai hasil yang seperti diharapkan. Hal tersebut dibuktikan dengan rendahnya tax ratio
Indonesia. Faktor yang menyebabkan rendahnya tax ratio adalah rendahnya pendapatan per kapita,
tingkat kepatuhan wajib pajak yang masih rendah, wajib pajak dalam melaporkan peredaran usaha
dan penghasilannya sebagian besar belum dilakukan secara transparan. Rendahnya kesadaran
masyarakat akan kewajiban perpajakan ini seringkali disebabkan oleh karena ketidaktahuan
masyarakat akan aturan perpajakan (Yadnyana 2011).Salah satu faktor yang mempengaruhi
kepatuhan Wajib Pajak yaitu pemahaman Wajib Pajak atas cara pembayaran pajak. Dalam Kamus
Besar Bahasa Indonesia (2019) pemahaman diartikan sebagai suatu proses atau cara untuk
memahami atau memahamkan. Cara pembayaran pajak yang dimaksud yaitu bagaimana tata cara
Wajib Pajak dalam menghitung, membayar, menyetor dan melaporkan jumlah pajakterutangnya.
Faktor yang diduga dapat meningkatkan kepatuhan yaitu sanksi. Sanksi pajak adalah faktor lain yang
dapat memengaruhi kepatuhan wajib pajak. Mardiasmo (2018) menyebutkan sanksi perpajakanialah
suatu jaminan atas ketentuan perundang-undangan perpajakan dapat dipatuhi atau dijalani. Sanksi
yang dikenakan diharapkan bisa meningkatkan kesadaran wajib pajak dalam memenuhi kewajiban
perpajakannya. Sanksi pajak merupakan hal yang sangat dihindari oleh wajib pajak.
Menurut Yunianti (2019) Pandangan pemberian sanksi perpajakan akan lebih merugikan apabila
wajib pajak melakukan penghindaran pajak, sehingga salah satu cara untuk menghindari pengenaan
sanksi perpajakan adalah dengan melakukan pembayaran tepat waktu atau tidak melewati jangka
waktu yang ditetapkan UMKM berperan serta dalam menggerakkan perekonomian nasional. Hal ini
dikarenakan UMKM memiliki kontribusi pada Produk Domestik Bruto (PDB) dan penyerapan tenaga
kerja.
Berdasarkan data dari Kementerian Koperasi dan Usaha Kecil dan Menengah, sebesar 61.1%
terhadap perekonomian nasional (PDB) dan sisanya 38,9 % diperoleh dari pelaku usaha yang
jumlahnya sebesar 5.550 atau sebesarr 0,01% dari pelaku usaha, (Kemenkeu RI,2020)UMKM
didominasi pelaku usaha mikro yang jumlahnya sebesar 96,68 dengan kemampuan daya serap
tenaga kerja 89%. Sementara sumbanga Usaha Mikro terhadap PDB sebesar 37,8% (Kemenkeu RI,
2020).
Namun di tengah pandemi Corona Virus Disease 2019 (Covid-19) seperti ini terjadi penurunan yang
signifikan pada omzet UMKM. Hal ini dikarenakan kebijakan Pembatasan Sosial Berskala Besar
(PSBB) sehingga terjadi penurunan daya beli masyarakat. Tak sedikit UMKM yang berada di ambang
kritis dan merugi bahkan sebagian harus gulung tikar karena perputaran modal biaya produksi yang
tidak tercukupi. Begitu juga dengan sebagian karyawan yang ikut terkena imbasnya dan terpaksa
dirumahkan(pajak.go.id, 2020)Dalam kurun waktu tiga tahun terakhir, jumlah UMKM di Kabupaten
karo mengalami peningkatan yang cukup signifikan. Tetapi pada kenyataannya, peningkatan jumlah
UMKM tersebut tidak diimbangi dengan kesadaran para pemilik UMKM untuk memenuhi kewajiban
perpajakannya.Faktor kedua yang diduga mempengaruhi kualitas audit adalah due professional care.
Due professional care memiliki arti kemahiran profesional yang cermat dan seksama.
Menurut PSA No. 4 seksi 230.1 SPAP 2011, kecermatan dan keseksamaan dalam penggunaan
kemahiran profesional menuntut auditor untuk melaksanakan skeptisme profesional, atau lebih bisa
dipahami suatu sikap auditor yang berpikir kritis terhadap bukti audit dengan selalu
mempertanyakan dan melakukan evaluasi terhadap bukti audit.Dari tahun 2018 hingga tahun 2020
terjadi kenaikan jumlah UMKM yang signifikan di Kabanjahe . Dikutip dari situs
(djpb.kemenkeu.go.id) Tetapi jika dibandingkan dengan jumlah penerimaan pajak 2020 di kabanjahe
sebesar 55,98% .Hal tersebut menunjukan bahwa di kabanjahe masih terdapat permasalahan
kepatuhan Wajib Pajak khususnya sektor UMKM.Meskipun penerimaan pajak dari sektor UMKM
terus mengalami peningkatan, tetapi jumlatersebut masih terus dapat di optimalkan mengingat
potensi UMKM yang ada cukup besar. Jadi, belum sepenuhnya wajib pajak UMKM memenuhi
kepatuhan perpajakannya.
Menurut soesilo (2013), hal ini ditunjukan dengan sedikitnya para UMKM yang memiliki NPWP,
serta masih sedikit nya penerimaan pajak yang diterima dari sektor UMKM. Hal ini dikarenakan pajak
masih dinilai sebagai hal yang menakutkan dan membahayakan usaha mereka. Kebanyakan para
UMKM juga tidak memiliki pembukuan yang tidak teratur, hal ini yang mnyulitkan dalam
pemeriksaan pajak (Thoriq, 2015).kabanjahe adalah salah satu Kecamatan di Kabupaten Karo
Provinsi Sumatera Utara yang pemerintah daerahnya senantiasa berupaya meningkatkan
perekonomian daerahnya. Adapun upaya peningkatan perekonomian daerah tersebut adalah upaya
untuk meningkatkan penerimaan pendapatan daerah yang pada garis besarnya ditempuh dengan
usaha intensifikasi yang artinya suatu usaha atau tindakan memperbesar penerimaan dengan cara
melakukan punggutan yang lebih ketat. (Wati, 2017).
Hasil Penelitian dari Machfiroh (2020) Penelitian ini menggunakan teknik analisa regresi linear
berganda yang sebelumnya dilakukan analisa uji asumsi klasik. Berdasarkan hasil analisa yang telah
dilakukan, dinyatakan bahwa mekanisme pembayaran pajak memiliki pengaruh yang signifikan
terhadapkepatuhan wajib pajak bagi UMKM, sedangkan tarif, sanksi, sosialisasi tentang perpajakan
dan kesadaranakan wajib pajak tidak memiliki pengaruh terhadap kepatuhan wajib pajak UMKM.
Berdasarkan uraian yang telah dijelaskan diatas, penulis tertarik untuk melakukan
penelitianmengenai faktor-faktor yang dapat mempengaruhi kepatuhan wajib pajak. Oleh karena
itu, penelititertarik mengambil judul skripsi “analisis pengaruh pemahaman akuntansi, pengetahuan
pajak, dan sanksi pajak terhadap kepatuhan wajib pajak UMKM di kabanjahe. “
1.4Tujuan Penelitian
Adapun tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah :
1. Bagi Penulis
Penelitian ini sebagai sarana bagi penulis untuk berlatih mengembangkan kemampuan dalam bidang
penelitian dan sarana dalam menerapkan ilmu pengetahuan yang didapatkan selama masa
pendidikan.
Penelitian ini dapat memberikan tambahan informasi mengenai pajak dan manfaat yang akan
diterima bagi UMKM yang ada di Kabanjahe, serta dapat meningkatkan kepatuhan wajib pajak
UMKM dalam membayar pajak penghasilan.
3. Bagi Pemerintah
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi sejauh mana kepatuhan wajib pajak UMKM
Kabanjahe serta faktor-faktor yangmempengaruhi kepatuhan wajib pajak UMKM. Sehingga
pemerintah dapat menindaklanjuti solusi atas faktor-faktor tersebut.
4.Bagi pembaca
Penulis berharap dengan adanya penelitian ini dapat dijadikan sebagai masukan bagi para pembaca
yang akan melakukan penelitian sehubungan dengan kepatuhan wajib pajak UMKM.
Bab ll
TINJAUAN PUSTAKA
Akuntansi menurut Sumarsan (2017:1) adalah suatu seni untuk mengumpulkan, mengidentifikasi,
mengklasifikasikan, mencatat transaksi, Serta kejadian yang berhubungan dengan keuangan,
sehingga dapat menghasilkan informasi keuangan atau suatu laporan keuangan yang dapat
digunakan oleh pihak-pihak yang berkepentingan. Berdasarkan pemaparan tersebut dapat
disimpulkan bahwa akuntansi merupakan proses mengumpulkan, mengidentifikasi, mengklasifikasi,
dan mencatat transaksi serta kejadian yang berhubungan dengan keuangan. Proses tersebut
menghasilkan informasi keuangan yang berguna bagi para pemakai laporan (users) untuk
pengambilan keputusan.
*.PEMAHAMAN AKUNTANSI
1.1 Pengertian Pemahaman Akuntansi
Menurut Faiz Zamzami dan Nabella Duta Nusa (2017:2) bahwa akuntansi adalah sebagai suatu
proses pencatatan, penggolongan, peringkasan yang menghasilkan informasi ekonomi untuk
diberikan kepada pihak pengguna.
Sedangkan menurut Ely Suhayati dan Sri Dewi Anggadini (2014:2) akuntansi merupakan sistem
informasi artinya akuntansi dihasilkan dari suatu proses yang terintegrasi, seperti identifikasi,
pencatatan, dan mengkomunikasikan informasi ekonomi.
Menurut Mahmudi (2010:124) Pemahaman akuntansi adalah sejauh mana kemampuan untuk
memahami atau mengerti benar akuntansi baik sebagai seperangkat pengatahuan (body of
knowledge) maupun sebagai proses, mulai dari pencatatan transaksi sampai menjadi laporan
keuangan. Dari definisi diatas maka dapat dikatakan bahwa pemahaman akuntansi merupakan
sejauh mana seseorang mengerti dan paham betul akan akuntansi sebagaiproses dimulai dari proses
transaksi dan melakukan pencatatan sampai dengan proses membuat laporan keuangan yang
berguna bagi pihak-pihak yang membutuhkan laporan keuangan tersebut.
Pajak adalah kontribusi wajib kepada negara yang terutang oleh orang pribadi atau badan yang
bersifat memaksa berdasarkan Undang-Undang, dengan tidak mendapatkan imbalan secara
langsung dan digunakan untuk keperluan negara bagi sebesarbesarnya kemakmuran rakyat.
Pembayaran pajak merupakan perwujudan dari kewajiban kenegaraan dan peran serta Wajib
Pajak untuk secara langsung dan bersama-sama melaksanakan kewajiban perpajakan untuk
pembiayaan negara dan pembangunan nasional. Sesuai falsafah undang-undang perpajakan,
membayar pajak bukan hanya merupakan kewajiban, tetapi merupakan hak dari setiap warga
Negara untuk ikut berpartisipasi dalam bentuk peran serta terhadap pembiayaan negara dan
pembangunan nasional.
Pengertian pajak menurut P.J.A. Adriani dalam buku Ayza (2017:22) pajak adalah iuran kepada
Negara (yang dapat dipaksakan) yang terutang oleh yang wajib membayarnya menurut peraturan
perundang-undangan, dengan tidak mendapat prestasi kembali,yang langsung dapat ditunjuk, dan
yang gunanya adalah untuk membiayai pengeluaran-pengeluaran umum berhubungan dengan tugas
Negara untuk menyelenggarakan pemerintahan.
Menurut Soeparman Soemahamidjaja dalam buku angger&fuady (2015:9) pajak adalah iuran berupa
uang atau barang yang dipungut oleh penguasa berdasarkan norma-norma hukum, guna menutupi
biaya produksi barang-barang dan jasa-jasa kolektif dalam mencapai kesejahteraan umum. Menurut
N.J. Feldmann dalam buku Siti Resmi (2016:1) pajak adalah prestasi yang dipaksakan sepihak oleh
dan terutang kepada penguasa (menurut norma-norma yang ditetapkan secara umum), tanpa
adanyakontraprestasi, dan semata-mata digunakan untuk menutup pengeluaran–pengeluaran
umum.
Pengertian pajak menurut Faudy dan Angger (2015:1) pajak merupakan salah satu sumber
penerimaan Negara yang digunakan untuk melaksanakan pembangunan bagi seluruh rakyat
Indonesia. Pajak adalah penerimaan penting yang digunakan untuk membiayai pengeluaran rutin
maupun pembangunan. Pengeluaran dan pembangunan tersebut untuk pelaksanaan dan
peningkatan pembangunan nasional untuk mencapai kemakmuran dan kesejahteraan rakyat Dari
pengertian menurut undang-undang dan pengertian para ahli maka penulis menyimpulkan bahwa
pajak adalah iuran kepada Negara yang dapat dipaksakan berdasarkan peraturan perundang-
undangan yang tidak mendapatkan kontraprestasi secara langsung dan digunakan untuk
kemakmuran dan kesejahteraan rakyat.
Usaha Mikro Kecil Menengah (UMKM) adalah usaha perdagangan yang dikelola oleh
badan usaha atau perorangan sesuai dengan kriteria yang
PPh Pasal 4 Ayat 2 atau PPh Final (jika ada sewa gedung/kantor, omzet penjualan, dll)
PPh Pasal 21 (jika memiliki pegawai)
PPh Pasal 23 (jika ada transaksi pembelian jasa)
A. Pajak Bulanan
1. Pajak Penghasilan (PPh) Pasal 21 UKM wajib memotong PPh 21 dari gaji, upah, honorarium, tunjangan dan
pembayaran dengan nama serta dalam bentuk apapun yang masih terkait dengan pekerjaan, jasa, juga kegiatan
yang dilakukan WP Dalam Negeri, pekerjanya tersebut. Dalam ketentuan ini, jika UKM memiliki karyawan
dengan jumlah pegawai termasuk dalam yang dikenakan pajak penghasilan. Kemudian menyetorkan hasil
pemotongan PPh 21 tersebut ke kas negara. Berikutnya perusahaan harus memberikan lembar bukti potong atau
bukti pemotongan PPh 21 ke karyawan atau yang bersangkutan tersebut.
2. PPh Pasal 23 Untuk PPh Pasal 23 lebih ditujukan kepada kategori usaha menengah dengan ketentuan jika
perusahaan melakukan transaksi berupa pembayaran dividen/pembagian keuntungan kepada pemegang saham
yang berbentuk perusahaan dengan jumlah kepemilikan saham paling besar 25%. Ketentuan lainnya selain yang
dipotong PPh Pasal 21, PPh 23 berlaku ketika perusahaan melakukan pembayaran royalti, pembayaran bunga
pinjaman selain pad bank, pembayaran hadiah juga penghargaan dan bonus Kemudian jika perusahaan
melakukan pembayaran sewa atas penggunaan harta, pembayaran imbalan sehubungan dengan jasa teknik, jasa
manajemen, jasa konstruksi, jasa konsultan dan jasa lain yang diatur dalam Peraturan Menteri Keuangan Nomor
141/PMK.03/2015. Jadi, perusahaan yang melakukan transaksi PPh 23 ini wajib memotong pajaknya dari WP
Orang Pribadi maupun WP Badan Dalam Negeri.
3. PPh Pasal 26 Kewajiban pajak bagi UKM berikutnya adalah PPh Pasal 26 apabila melakukan transaksi
dengan WP Luar Negeri. Transaksi tersebut berupa pembayaran gaji, jasa, dividen, bunga, royalti, sewa, dan
lainnya yang terdapat pada PPh Pasal 21 dan PPh Pasal 23. Sehingga perusahaan memotong PPh 26 atas
transaksi tersebut dari WP Luar Negeri, baik itu WP Orang Pribadi Asing maupun WP Badan Asing.
4. PPh Pasal 4 ayat (2) Kewajiban PPh Pasal 4 ayat (2) adalah pajak penghasilan yang dikenakan atas transaksi
persewaan atas tanah dan/atau bangunan, pengalihan hak atas tanah dan/atau bangunan, penghasilan atas usaha
dari jasa konstruksi, dan dari dividen perusahaan yang dibayarkan pada orang pribadi. Kewajiban ini final, jadi
penghasilan yang telah dipotong itu tidak diperhitungkan lagi dalam SPT Tahunan PPh Badan.
5. PPh Final PP 23/2018 PPh Final PP 23/2018 sifatnya lebih kepada intensif bagi pelaku UKM, jhusunya WP
Badan yang boleh memilih jenis tarif PPh Final PP 23/2018 karena lebih kecil dibanding tarif PPh Badan
normal yang mencapai dobel digit. Pengusaha UKM juga dikenakan PPh Final sesuai Peraturan Pemerintah
(PP) Nomor 23 Tahun 2018 tentang PPh atas penghasilan dari usaha yang diterima atau diperoleh WP yang
memiliki peredaran bruto tertentu.
6. PPN Bagi pengusaha UKM juga diwajibkan atas Pajak Pertambahan Nilai (PPN) ketika sudah dikukuhkan
menjadi Pengusaha Kena Pajak (PKP). Sehingga UKM yang telah menjadi PKP ini wajib menerbitkan Faktur
Pajak dan dapat mengkreditkan Pajak Masukan yang lebih bayar sebagai pengurang pajak pada penyampaian
SPT Tahunan. Atau, dapat mengkreditkan PPN terutang lebih bayar untuk masa pajak berikutnya maupun
melakukan restitusi atau pengembalian pajak lebih bayar.
B. Pajak Tahunan
Kewajiban pajak yang dilaporkan atau dibayarkan setiap tahunnya adalah PPh Badan dengan ketentuan UKM
dengan kategori pengusaha dengan skala usaha menengah. Untuk mengetahui besar hitungan PPh yang harus
dibayarkan ke kas negara, UKM harus terlebih dahulu menghitung berapa PPh Terutangnya. Guna mengetahui
jumlah PPh Terutang, UKM harus mengetahui Dasar Pengenaan Pajak (DPP) pajak penghasilannya, dapat
dilakukan dengan cara menghitung jumlah Penghasilan Kena Pajak, kemudian mengalikannya dengan tarif
pajak progresif PPh Pasal 17 ayat (1) tersebut. Namun, sebelum itu harus mengurangkan penghasilan bruto
dengan Penghasilan Tidak Kena Pajak (PTKP) untuk penghitungan PPh WP Orang Pribadi (WP OP). Besar
PTKP tergantung dari statusnya apakah WP termasuk memiliki tanggungan atau tidak sesuai UU PPh No.
36/2008. Besar PTKP ini bisa berubah-ubah disesuaikan dengan kondisi yang ada dan ditetapkan dalam
Peraturan Menteri Keuangan (PMK) sebagai aturan pelaksanaannya.
Pengetahuan Pajak
Pengetahuan sering kali diartikan sebagai bagian dari bentuk pemahaman atas keilmuan tertentu.
Pemahaman atas suatu hal tersebut yang dapat menimbulkan persepsi. Darmajanti (2015)
menjelaskan bahwa pengetahuan dapat dibagi menjadi empat bagian yaitu implisit, eksplisit,
empiris, dan rasionalisme. Sedangkan pengetahuan pajak merupakan suatu bentuk informasi yang
berkaitan dengan pajak dan pengetahuan tersebut dapat digunakan oleh Wajib pajak untuk
melakukan, mengambil keputusan, dan membuat strategi tentang hak dan kewajiban dilingkup
perpajakan (Sari, 2017). Sedangkan Rahayu (2017) menjelaskan bahwa pengetahuan pajak
merupakan kemampuan seseorang untuk memahami peraturan perpajakan sesuai dengan
ketentuan yang berlaku serta mengenali manfaat pajak secara umum. Selain itu Ermawati & Afifi
(2018) menjelaskan bahwa pengetahuan pajak adalah besaran pemahaman yang dimiliki oleh
seseorang mengenai sesuatu yang boleh dilakukan maupun yang tidak boleh dilakukan berkaitan
dengan ketentuan perpajakan. Berdasarkan berbagai pengertian yang sudah dijelaskan diatas maka
dapat ditarik kesimpulan bahwa pengetahuan pajak adalah kemampuan seseorang atau Wajib Pajak
dalam memahami perpajakan sesuai dengan ketentuan perpajakan yang berlaku. Pengetahuan
pajakdapat diperoleh melalui pendidikan formal, pelatihan, atau lewat sosialisasi (Damajanti, 2015).
Pengetahuan pajak adalah salah satu faktor atau elemen terpenting dalam menjalankan sistem
kepatuhan pajak secara sukarela dan juga menentukan perilaku Wajib Pajak dalam kepatuhan pajak
secara self assessment system (Saad, 2014). Hal ini dikarenakan untuk bisa menjalankan self
assessment system secara utuh maka Wajib Pajak dituntut untuk bisa menghitung, membayar, dan
melaporkan sehingga pengetahuan pajak mempunyai peranan yang sangat penting. Tanpa
mempunyai pengetahuan tentang pajak maka prinsip self assessment system ini tidak bisa berjalan
secara penuh sehingga kepatuhan pajak juga akan rendah atau tidak maksimal. Pengetahuan
tentang perpajakan bisa diidentifikasi menjadi beberapa bagian diantaranya pengetahuan mengenai
peraturan perpajakan, pengetahuan tentang sistem perpajakan, serta pengetahuan tentang fungsi
perpajakan (Sari, 2017). Berdasarkan penjelasan tersebut maka dapat disimpulkan bahwa seorang
Wajib Pajak akan cenderung mematuhi peratuan perpajakan jika mempunyai pengetahuan tentang
pajak. Begitupula sebaliknya seorang Wajib pajak cenderung tidak mematuhi peraturan pajak jika
meraka tidak cukup mempunyai pengetahuan tentang perpajakan. Terbatasnya pengetahuan
tentang pajak dapat menjadi kendala bagi Wajib Pajak untuk menjalankan kewajiban perpajakannya.
Sanksi Perpajakan
Menurut Mardiasmo (2018:62) sanksi perpajakan merupakan jaminan bahwa ketentuan perundang-
undangan perpajakan (norma perpajakan) akan dituruti/ditaati/dipatuhi. Dengan kata lain sanksi
perpajakan merupakan alat pencegah (preventif) agar wajib pajak tidak melanggar norma
perpajakan.
Menurut Sudiarto (2020) bahwa sanksi perpajakan merupakan jaminan bahwa ketentuan peraturan
perundang-undangan perpajakan (norma perpajakan) akan dituruti/ditaati/dipatuhi dengan kata lain
sanksi perpajakan merupakan alat pencegah bahwa wajib pajak tidak melanggar norma perpajakan.
Adapun pandangan tentang sanksi perpajakan terdapat beberapa indikator yang dapat digunakan
sebagai indikator antara lain: (1) Sanksi pidana yang digunakan yang dikenakan bagi pelanggar
aturan pajak cukup berat (2) Sanksi adminitratif yang dikenakan bagi pelanggar aturan pajak sangat
ringan (3) Pengenaan sanksi yang cukup berat merupakan salah satu sarana untuk mendidik wajib
pajak (4) Sanksi pajak dikenakan pada pelanggannya tanpa toleransi (5) Pengenaan sanksi atas
pelanggaran dapat dinegosiasikan. Diharapkan dengan adanya sanksi ini wajib pajak dapat
mematuhi dan mentaatinya sehingga mereka mempunyai kesadaran yang tinggi dalam membayar
pajak.
Kerangka Pemikiran
Memahami peraturan perpajakan yang berlaku di Indonesia merupakan hal yang penting bagi wajib
pajak (Hardiningsih, 2011; Adiasa, 2013). Saat ini fenomena yang terjadi masih terdapat banyaknya
wajib pajak yang masih belum memahami peraturan perpajakan. Hal ini terlihat bahwa masih
berlakunya peraturan periode lama pada wajib pajak yang menunggu ditagih dahulu baru kemudian
membayar pajak. Kejadian seperti ini dapat berdampak pada menurunnya jumlah penerimaan pajak
dan tingkat kepatuhan wajib pajak dalam melaporkan pajaknya ke kas negara (Adiasa, 2013).
Aspek pengetahuan perpajakan penting bagi wajib pajak karena sangat mempengaruhi sikap wajib
pajak terhadap sistem perpajakan yang adil. Kualitas pengetahuan wajib pajak yang semakin baik
akan memberikan sikap pemenuhan kewajiban perpajakan dengan benar melalui adanya sistem
perpajakan suatu Negara yang dianggap adil. Persepsi positif terhadap pajak akan meningkatkan
kesadaran wajib pajak dan meningkatnya pengetahuan perpajakan baik bersifat formal maupun non
formal akan berdampak positif terhadap pemahaman dan kesadaran wajib pajak dalam membayar
pajak. Melakukan penyuluhan pajak secara intensif dan terus menerus dapat meningkatkan
pemahaman wajib pajak tentang kewajiban dalam membayar pajak sebagai wujud gotong royong
nasional dalam menghimpun dana untuk kepentingan pembiayaan pemerintah dan pembangunan
nasional (Hidayatulloh, 2015).
Perpajakan saat ini menjadikan wajib pajak ikut serta aktif untuk menyelenggarakan kewajiban
perpajakannya sesuai dengan keadaan yang sebenarnya yang disebut self asessment system dimana
tingkat kepatuhan ada pada wajib pajak dan menjadikan penerimaan pajak yang optimal. Self
asessment system merupakan pemenuhan pajak secara sukarela yang secara sendiri menetapkan
dan bertanggung jawab atas pelaporan dan pembayaran kewajiban perpajakannya dengan akurat
dan tepat waktu (Rahayu, 2010).
Peneliti terdahulu
Rizki Indrawan1
, Bani Binekas2
Fitriani Saragih
Pengetahuan wajib pajak pelaku UMKM tentang sistem perpajakan self assesment
system juga masih rendah karena wajib pajak tidak mengetahui bagaimana cara menghitung,
menyetor, dan melapor jumlah pajak yang ditanggung termasuk pengenaan sanksi pajak.
Dalam menyelesaikan kewajiban perpajakan mereka rata-rata dibantu oleh petugas pajak
ataupun konsultan pajak. Perlu dilakukan sosialisasi, edukasi dan penjelasan dengan detail
dan konsisten kepada masyarakat khususnya pelaku UMKM sehingga masyarakat dapat
memahami dengan baik dan benar peraturan perpajakan, dan sebaiknya sebelum
mengeluarkan peraturan terbaru ada baiknya pemerintah melakukan observasi terlebih dahulu
kepada Wajib Pajak UMKM mengenai keadilan pajak yang dikenakan atas usaha mereka.
Srikandi Kumadji
Achmad Husaini
bersama-sama
10. Pengaruh Pengetahuan Wajib Pajak, Administrasi Pajak, Tarif Pajak dan
Penelitian ini memberikan bukti empiris mengenai faktor-faktor yang dapat meningkatkan
kepatuhan pajak di
Indonesia seperti pengetahuan pajak, administrasi pajak, tarif pajak, serta sanksi pajak yang berlaku
di Indonesia.
Semakin tinggi tingkat pengetahuan wajib pajak terhadap ketentuan perpajakan yang berlaku maka
semakin tinggi
tingkat kepatuhan pajak. Kemudian, pentingnya administrasi perpajakan yang transparan, akuntabel,
dan memberikan
kemudahan layanan dalam membayar serta melaporkan jumlah pajak yang terutang dapat
menimbulkan motivasi
wajib pajak untuk taat membayar pajak. Dengan banyaknya aplikasi pajak berbasis digital seperti e-
SPT, e-Filling, eBilling, e-Faktur tentunya memberikan banyak manfaat baik bagi wajib pajak maupun
fiskus dalam mempermudah
proses pemenuhan kewajiban perpajakan. Sanksi pajak yang dirancang oleh regulator harus mampu
memberikan
edukasi, kepastian hukum, serta keadilan kepada wajib pajak sehingga terciptanya lingkungan pajak
yang berkepastian dan berkeadilan yang meningkatkan keyakinan wajib pajak untuk taat membayar
pajak.
Kerangka Berpikir
Gambar 2.1
pengertian variabel sebagai berikut : Segala sesuatu yang berbentuk apa saja yang
teoritis menurut Sugiono (2014) adalah: Variabel adalah sebagai atribut seseorang
atau obyek yang mempunyai “variasi” antara satu orang dengan yang lain atau
suatu obyek dengan obyek lain. Dalam penelitian ini penulis melakukan
pengukuran terhadap keberadaan suatu variabel dengan menggunakan instrumen
penelitian. Setelah itu penulis akan melanjutkan analisis untuk mencari pengaruh
hubungan antara satu variabel dengan variabel lain. Variabel penelitian terdiri atas
dua macam, yaitu: variabel terikat (dependent variable) atau variabel yang
bergantung pada variabel lainnya, dan variabel bebas (independent variable) atauvariabel yang tidak
tergantung pada variabel lainnya.
waktu dan tidak pernah melakukan penunggakan dalam membayar pajak pajak
penelitian ini adalah kepatuhan wajib pajak. Kepatuhan wajib pajak dapat diukur
tepat waktu.
Kesadaran wajib pajak dapat diukur dengan indikator sebagai berikut : iuran
pelanggaran, dan sanksi harus sesuai dengan ketentuan dan peraturan yang
berlaku.