Anda di halaman 1dari 52

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar belakang

Pajak adalah sumber utama penerimaan negara. Anggaran Pendapatan dan

Belanja Negara (APBN) mengatur bahwa penerimaan pemerintah berasal dari

sektor dalam negeri, khususnya pajak. Penerimaan pajak digunakan untuk

membiayai belanja negara, mengatur pertumbuhan ekonomi, menjaga stabilitas

harga dan tingkat inflasi, serta mewujudkan melaksanakan pembangunan

diberbagai sektor (Ilyas dkk., 2013:1). Oleh karena itu, penerimaan pajak secara

tidak langsung ditujukan untuk meningkatkan kemakmuran dan kesejahteraan

masyarakat.

Pajak sangat penting bagi pembangunan suatu negara, terutama di bidang

ekonomi karena sebagian besar perekonomian suatu negara disangga oleh

penerimaan pajak. Penerimaan Negara akan digunakan oleh negara untuk

membiayai segala bentuk keperluan negara seperti pembiayaan pembangunan

nasional dan pengeluaran negara, agar negara dapat menggerakkan roda

pemerintahan yang sebagian besar dana bersumber dari penerimaan pajak.

Realisasi Penerimaan Pajak selama semester I tahun 2022 penerimaan pajak

menunjukkan kinerja yang sangat baik. Sampai dengan akhir semester I tahun

2022, penerimaan pajak mencapai Rp. 868,3 triliun atau 58,5% dari target

penerimaan. Pajak Penghasilan (PPh) menjadi kontributor terbesar penerimaan

pajak dengan pertumbuhan kinerja yang sangat baik pada semester I tahun 2022.

Realisasi PPh tercatat sebesar Rp. 562,6 triliun atau 72,9% dibandingkan realisasi

1
periode yang sama pada tahun 2021 sebesar 69,1% dari target penerimaan. PPN

dan PPnBM sebagai kontirbutor penerimaan pajak terbesar kedua setelah pajak

penghasilan dengan capaian realisasi sebesar Rp. 300,9 triliun atau 47,1% dari

target penerimaan pajak tahun 2022. Kinerja realisasi semester ini merupakan

capaian realisasi semester I tertinggi dalam periode lima tahun terakhir. Realisasi

penerimaan PPB hingga akhir semester I tahun 2022 mencapai Rp. 1,4 triliun atau

6,8% dari target penerimaan pajak tahun 2022. Pajak lainnya sampai dengan akhir

semester I tahun 2022 menyumbang realisasi penerimaan pajak sebesar Rp. 3,4

triliun atau 29,5% dari target penerimaan pajak tahun 2022. Realisasi penerimaan

ini berasal dari bea materai dan dipengaruhi oleh faktor pengembalian bunga

penagihan (KPP Pratama Gresik Selatan, 2022).

Kepatuhan wajib pajak diketahui dari tingkat pemahaman terhadap ketentuan

peraturan perpajakan, misalnya melengkapi surat pemberitahuan yang lengkap

dan jelas, perhitungan pajak yang akurat, dan pembayaran pajak tepat waktu.

Pemerintah terus berupaya meningkatkan penerimaan perpajakan, khususnya

ditjen pajak. Jika Ditjen Pajak ingin memaksimalkan penerimaan pajak, maka

perlu adanya kesadaran dan peran aktif Wajib Pajak agar dapat memperoleh

kemampuan pemungutan pajak secara efektif dan efisien. Pemerintah, khususnya

Ditjen pajak terus menggunakan berbagai cara untuk memaksimalkan penerimaan

pajak, seperti perpanjangan pajak, kenaikan pajak, dan inflasi pajak, untuk

meningkatkan penerimaan pajak. Dalam kehidupan bermasyarakat peranan pajak

sangat dominan dan masyarakat dapat merasakannya secara langsung maupun

secara tidak langsung. Maka tidak salah jika pajak menjadi sumber penerimaan

yang terbesar bagi negara Indonesia.

2
Sosialisasi pajak adalah bentuk informasi berupa nasihat dan arahan kepada

masyarakat bahwa dengan membayar pajak itu penting. Oleh karena itu,

Sosialisasi perpajakan sangat penting untuk disampaikan kepada Wajib Pajak

untuk memenuhi kewajiban perpajakannya. Dengan Ditjen Pajak yang

melaksanakan sosialisasi perpajakan, peningkatan kesadaran wajib pajak akan

lebih efektif. Wajib Pajak akan mendapatkan informasi, ide dan saran jika

sosialisasi perpajakan diselenggarakan dapat meningkatkan kesadaran wajib pajak

(Suriambawa & Setiawan, 2018). Dalam pelaksanaan sosialisasi pajak sangat

bermanfaat untuk menyampaikan informasi yang baik dan valid agar wajib pajak

mengetahui pentingnya pemberitahuan pajak dan pada akhirnya meningkatkan

kepatuhan wajib pajak.

Pengetahuan pajak ialah dimana wajib pajak dapat belajar tentang peraturan

perundang-undangan, prosedur perpajakan dan menerapkannya untuk melakukan

kegiatan perpajakan seperti membayar pajak, mengajukan SPT, dan lain-lain.

Sedangkan menurut Kristoforus (2020) menunjukkan bahwa pengetahuan pajak

berpengaruh positif terhadap kepatuhan wajib pajak orang pribadi. Mutia (2014:

4) menunjukkan bahwa wajib pajak akan menghormati pembayaran pajak jika

mereka memahami peraturan perpajakan yang berlaku. Tanpa pengetahuan

tentang pajak dan manfaatnya, masyarakat tidak dapat dengan sukarela membayar

pajak (Fahluzy dan Agustina, 2014: 402).

Sanksi Pajak adalah ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan yang

akan dihormati/diikuti/ditaati agar wajib pajak tidak melanggar peraturan

perpajakan. Menurut penelitian Sholecha (2017) sanksi pajak berpengaruh positif

terhadap kepatuhan wajib pajak. Sedangkan menurut Winerungan (2013) sanksi

3
pajak berpengaruh negatif terhadap kepatuhan wajib pajak. Wajib pajak akan

mematuhi peraturan perpajakan jika ada sanksi pajak yang tegas terhadap para

pelanggannya. Ketidakpatuhan wajib dalam penerapan self assessment system

dapat berkembang tanpa ketegasan otoritas pajak (Maria dan Afriyanti, 2012).

Penelitian Ilham Surya (2020) sosialisasi perpajakan berpengaruh positif

terhadap kepatuhan wajib pajak orang pribadi. Sedangkan menurut Danik Atul

(2019) sosialisasi perpajakan berpengaruh negatif terhadap kepatuhan wajib pajak

orang pribadi.

Penelitian Rahayu (2017) dan Kotawa (2015) menunjukkan bahwa

pengetahuan perpajakan berpengaruh positif terhadap kepatuhan perpajakan.

Orang yang memiliki pengetahuan tentang pajak kemungkinan besar akan

mematuhi pedoman pajak pemerintah karena mereka memahami betapa

pentingnya pajak bagi kehidupan mereka dan negara. Sedangkan menurut arifah et

al (2017) pengetahuan perpajakan berpengaruh negatif terhadap kepatuhan wajib

pajak orang pribadi. Artinya kepatuhan wajib pajak belum sepenuhnya tercapai.

Penelitian Elfin (2017) menunjukkan bahwa sanksi perpajakan berpengaruh

positif terhadap kepatuhan wajib pajak orang pribadi. Sementara itu, Winerungan

(2017) menyatakan bahwa sanksi perpajakan berpengaruh negatif terhadap

kepatuhan wajib pajak orang pribadi.

Dari penelitian-penelitian yang telah dilakukan tampaknya beberapa penelitian

menunjukkan hasil yang beragam. Oleh karena itu, Berdasarkan informasi di atas

dan perbedaan hasil penelitian sebelumnya, peneliti berencana untuk mengkaji

faktor-faktor yang mempengaruhi kepatuhan wajib pajakdengan judul “Pengaruh

4
Sosialisasi Pajak, Pengetahuan Pajak, dan Sanksi Pajak Terhadap

Kepatuhan Wajib Pajak Orang Pribadi”.

1.2 Rumusan masalah

1. Apakah sosialisasi pajak berpengaruh terhadap kepatuhan wajib pajak

orang pribadi?

2. Apakah pengetahuan pajak berpengaruh terhadap kepatuhan wajib pajak

orang pribadi?

3. Apakah sanksi pajak berpengaruh terhadap kepatuhan wajib pajak orang

pribadi?

1.3 Tujuan penelitian

Berdasarkan perumusan masalah yang dikemukakan diatas, maka tujuan

penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Untuk mengetahui pengaruh sosialisasi pajak terhadap kepatuhan wajib pajak

orangpribadi

2. Untuk mengetahui pengaruh pengetahuan pajak terhadap kepatuhan wajib

pajak orang pribadi

3. Untuk mengetahui pengaruh sanksi pajak terhadap kepatuhan wajib pajak

orang pribadi

1.4 Manfaat penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat, antara lain :

1. Bagi Kantor Pelayanan Pajak Pratama Kota Gresik, memberikan informasi

atas penelitian yang dilakukan penulis sehingga dapat menjadi review

yang baik untuk kemajuan Kantor Pelayanan Pajak.

5
2. Bagi peneliti, sebagai wadah untuk mengaplikasikan ilmu dan teori yang

telah dipelajari selama proses perkuliahan, serta memperoleh pemahaman

yang lebih baik tentang faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat

kepatuhan wajib pajak.

3. Manfaat teoritis

Penelitian ini diharapkam dapat memberikan informasi dan pengetahuan

berkaitan menegenai pengaruh Sosialisasi Pajak, Pengetahuan Pajak dan

Sanksi Pajak terhadap Kepatuhan Wajib Pajak Orang Pribadi di Kantor

Pelayanan Pajak Pratama Gresik.

6
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Penelitian Terdahulu

Penelitian menurut Melinda, dkk (2022), penelitian ini tentang Pengaruh

Modernisasi Administrasi Perpajakan, Pengetahuan Perpajakan, Sosialisasi

Perpajakan dan Sanksi Perpajakan Terhadap Kepatuhan Wajib Pajak Orang

Pribadi di Wilayah Kabupaten Bekasi. Hasil Penelitian ini sebagian menunjukan

bahwa modernisasi administrasi tidak berpengaruh terhadap kepatuhan wajib

pajak orang pribadi, Namun Pengetahuan perpajakan, Sosialisasi Perpajakan dan

Sanksi Perpajakan berpengaruh secara positif dan terhadap kepatuhan wajib pajak

orang pribadi. Secara simultan modernisasi administrasi perpajakan, pengetahuan

perpajakan, sosialisasi perpajakan, dan sanksi perpajakan secara bersamaan

berpengaruhterhadap kepatuhan wajib pajak orang pribadi di wilayah Kabupaten

Bekasi.

Penelitian menurut Moh. Wawan (2017), penelitian ini tentang Pengaruh

Sosialisasi Perpajakan, Pengetahuan Perpajakan, Sanksi Pajak, dan PPH Final

Terhadap Kepatuhan Wajib Pajak Orang Pribadi. Hasil Penelitian ini

menunjukkan bahwa sosialisasi perpajakan, pengetahuan perpajakan, dan sanksi

perpajakan berpengaruh terhadap kepatuhan wajib pajak orang pribadi, sedangkan

PPH Final berpengaruh negatif terhadap kepatuhan wajib pajak orang pribadi.

7
Penelitian menurut tentang Putri Wangi (2018), Pengaruh Pengetahuan

Perpajakan, Kualitas Pelayanan Fiskus, dan Penerapan E-Filling Wajib Pajak

Terhadap Kepatuhan Wajib Pajak. Hasil penelitian ini menyatakan bahwa hanya

faktor pengetahuan perpajakan, kualitas pelayanan fiskus, dan penerapan e-filling

yang berpengaruh positif terhadap kepatuhan wajib pajak.

Penelitian menurut tentang Ratih Novi (2017), Pengaruh Kualitas Pelayanan,

Sanksi Perpajakan, Biaya Kepatuhan Pajak, Penerapan E-Filling, dan

Pengetahuan Pajak Terhadap Kepatuhan Wajib Pajak. Hasil penelitian ini

menyatakan bahwa kualitas pelayanan dan pengetahuan pajak berpengaruh negatif

terhadap kepatuhan wajib pajak, sedangkan sanksi perpajakan dan penerapan e-

filling berpengaruh positif terhadap kepatuhan wajib pajak, dan biaya kepatuhan

pajak berpengaruh negatif terhadap wajib pajak.

Penelitian menurut tentang Kadek Juniati, dkk (2017), Pengaruh Kesadaran,

Pengetahuan dan Pemahaman Perpajakan, Kualitas Pelayanan, dan Sanksi

Perpajakan Terhadap Kepatuhan Wajib Pajak. Hasil penelitian ini menunjukkan

bahwa kesadaran wajib pajak, pengetahuan dan pemahaman perpajakan, kualitas

pelayanan, dan sanksi perpajakan berpengaruh positif terhadap kepatuhan wajib

pajk.

2.2 Landasan Teori

2.2.1 Teori Atribusi

8
Teori Atribusi pertama kali diperkenalkan oleh Fritz Heider pada tahun 1958

dalam (Hooper, 2018), teori atribusi menjelaskan proses atribusi untuk memahami

mengapa suatu peristiwa atau perilaku terjadi, atau dengan kata lain, apakah

perilaku atau peristiwa yang terjadi tergantung pada (terkait dengan keadaan

eksternal) atau disposisional (terkait dengan karakteristik internal). (Hooper,

2018), mengacu pada teori atribusi yang dikembangkan oleh Heider (1958),

menyatakan bahwa perilaku adalah hasil dari kemampuan dan motivasi.

Kemampuan mengacu pada apakah seorang individu mampu melakukan perilaku

tertentu, yaitu apakah karateristik bawaan dan lingkungan memungkinkan

perilaku itu, sedangkan motivasi mengacu pada niat individu dan seberapa banyak

upaya yang dia lakukan.

Heider (1958) menyatakan (Hooper, 2018) bahwa kemampuan dan motivasi

diperlukan agar perilaku tertentu terjadi. Dengan menggunakan teori atribusi,

penelitian ini mengusulkan model dimana perilaku kepatuhan wajib pajak orang

pribadi dapat dipengaruhi oleh faktor internal dan faktor eksternal. Faktor internal

dalam penelitian ini meliputi pengetahuan perpajakan sedangkan faktor eksternal

adalah sosialisasi perpajakan dan sanksi perpajakan (Ramadhanty dan Zulaikha,

2020).

2.2.2 Kepatuhan Wajib Pajak

Wajib pajak adalah orang pribadi atau masyarakat yang secara hukum memenuhi

syarat sebagai wajib pajak dan terdaftar di KPP sesuai dengan ketentuan peraturan

9
perundang-undangan perpajakan yang berlaku. Setelah mendaftar sebagai wajib

pajak, orang pribadi atau badan harus membayar dan melaporkan pajaknya.

Kepatuhan wajib pajak berarti sikap patuh, dan disiplin terhadap perpajakan.

Wajib pajak dapat dikatakan patuh apabila bersikap taat atau disiplin dalam

memenuhi kewajiban perpajakannya berdasarkan undang-undang perpajakan yang

berlaku (Faizin & Ruhana, 2016).

Dengan kata lain, kepatuhan wajib pajak adalah sikap atau perilaku wajib

pajak yang mengikuti aturan dalam memenuhi kewajiban perpajakannya seperti

mendaftarkan, membayar pajak dan melaporkan pajak sesuai peraturan

perundang-undangan yang berlaku. Kepatuhan wajib pajak sangat penting karena

menunjukkan bahwa tingkat kepatuhan yang tinggi dapat mendorong pemerintah.

Berdasarkan Keputusan Menteri Keuangan No.554/KMK.04/2000, kriteria

wajib pajak yang patuh berdasarkan peraturan perpajakan yaitu :

1. Ketepatan waktu dalam pelaporan pajak, pembayaran SPT untuk semua pajak

dalam 2 tahun terakhir.

2. Tidak ada tunggakan atas semua pajak, kecuali jika telah diberi izin untuk

membayar atau menunda pembayaran.

3. Tidak pernah hukum karena melakukan tindak pidana perpajakan dalam 10

tahun terakhir.

4. Dalam 2 tahun buku terakhir Wajib Pajak tidak pernah diperiksa, tarif revisi

maksimum untuk setiap pajak yang terutang adalah 5%.

5. Wajib Pajak yang laporan keuangannya selama 2 tahun terakhir telah diaudit

oleh akuntan publik memiliki pendapat tidak wajar atau dikecualikan yang

tidak mempengaruhi laba rugi kena pajak.

10
Indikator kepatuhan wajib pajak menurut Sri dan Ita (2009) adalah sebagai

berikut:

1. Kepatuhan dalam pencatatan

2. Kepatuhan dalam penghitungan dan pembayaran pajak terutang.

3. Kepatuhan terhadap tunggakan pajak

4. Kepatuhan terhadap pengembalian pajak penghasilan

2.2.3 Sosialisasi Pajak

Sosialisasi pajak adalah Upaya Direktorat Jenderal Pajak untuk memberikan

pemahaman, informasi dan pedoman kepada masyarakat tentang peraturan

perundang-undangan perpajakan. Ketika sosialisasi perpajakan dikomunikasikan

secara jelas dan akurat oleh otoritas pajak, wajib pajak mengetahui dan

memahami pentingnya membayar pajak, yang secara langsung meningkatkan

kepatuhan wajib pajak (Megantara dkk.,2017). Instrumen pengukuran variabel ini

menggunakan pertanyaan yang dikembangkan oleh Cahyanti (2017) yang terdiri

dari :

1. Menyampaikan Informasi tentang Perpajakan

2. Media yang digunakan dalam penyampaian

3. Tujuan Sosialisasi bagi Wajib Pajak

11
2.2.4 Pengetahuan Pajak

Pengetahuan pajak adalah informasi yang dapat digunakan wajib pajak sebagai

dasar pengambilan keputusan, dan penerapan strategi tertentu mengenai

pelaksanaan hak dan kewajiban di bidang perpajakan (Veronica, 2009). Dengan

pemahaman yang lebih baik tentang pajak, wajib pajak dapat lebih

mengidentifikasi perilaku pajak sesuai dengan dasar dan ketentuan undang-

undang perpajakan. Sebaliknya, jika wajib pajak tidak memiliki pengetahuan

tentang perpajakan, tentang undang-undang perpajakan yang mendasari

kewajibannya sebagai wajib pajak, maka wajib pajak tidak dapat menentukan

dengan baik perilakunya. Mendorong wajib pajak untuk lebih patuh berarti

meningkatkan pengetahuannya di bidang (Nugroho, 2012). Ukuran variabel ini

menggunakan pertanyaan-pertanyaan yang dikembangkan oleh Rahmanto (2014)

yang terdiri dari :

1. Pengetahuan tentang peraturan dan prosedur umum perpajakan

2. Pengetahuan tentang Sistem Perpajakan di Indonesia

3. Pengetahuan tentang kapasitas perpajakan

2.2.5 Sanksi Pajak

Sanksi pajak adalah tindakan berupa denda atau sanksi yang dikenakan kepada

wajib pajak yang melanggar peraturan atau undang-undang. Aturan adalah

instruksi bagi seseorang untuk melakukan sesuatu tentang apa yang harus

dilakukan dan apa yang tidak boleh dilakukan. Sanksi diperlukan agar aturan

12
tidak dilanggar. Sanksi pajak adalah jaminan akan ditaatinya ketentuan peraturan

perpajakan (norma pajak), dengan kata lain sanksi perpajakan merupakan sarana

pencegahan agar masyarakat tidak melanggar norma perpajakan (Mardiasmo,

2009). Ukuran variabel ini menggunakan pertanyaan yang dikembangkan oleh

Putut Priambodo (2017) antara lain :

1. Pengertian sanksi pajak terhadap wajib pajak

2. Kepatuhan Wajib pajak terhadap sanksi perpajakan

2.3 Hubungan Antar Variabel dan Hipotesis

2.3.1 Pengaruh Sosialisasi Pajak Terhadap Kepatuhan Wajib Pajak Orang

Pribadi

Sosialisasi pajak adalah upaya pemerintah dan aparat pajak untuk memberikan

pemahaman dan informasi kepada wajib pajak mengenai peraturan perundang-

undangan perpajakan. Jika sosialisasi pajak dikomunikasikan secara jelas dan

akurat oleh petugas pajak, wajib pajak menyadari pentingnya membayar pajak dan

secara langsung akan meningkatkan kepatuahan wajib pajak. Berdasarkan hasil

penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Ilham dan Bambang (2020)

menunjukkan bahwa sosialisasi pajak berpengaruh positif terhadap kepatuhan

wajib pajak orang pribadi.

13
Menurut teori atribusi, perilaku seseorang dalam memenuhi kewajiban pajak

didasarkan pada salah satu faktor eksternal, yaitu sosialisasi pajak. Sosialisasi di

bidang perpajakan sangat penting untuk meningkatkan kepatuhan wajib pajak.

Sosialisasi ini dilakukan melalui media seperti radio atau televisi. Sosialisasi

melalui media dan seminar perpajakan yang diselenggarakan dirjen pajak akan

membawa pesan etis tentang pentingnya pajak bagi negara, tidak hanya dapat

meningkatkan pemahaman wajib pajak terhadap peraturan perpajakan yang baru

tetapi juga dapat meningkatkan kepatuhan wajib pajak. Dari penjelasan diatas

dapat disimpulkan bahwa sosialisasi pajak berpengaruh positif terhadap kepatuhan

wajib pajak. Sehingga dapat ditarik hipotesis.

H1 : Sosialisasi pajak berpengaruh positif terhadap kepatuhan wajib pajak

orang pribadi

2.3.2 Pengaruh Pengetahuan Pajak terhadap Kepatuhan Wajib Pajak Orang

Pribadi

Pengetahuan Perpajakan merupakan hal-hal mendasar yang wajib dipelajari wajib

pajak untuk mengetahui hak dan kewajibannya agar dapat memenuhi

kewajibannya sebagai wajib pajak yang baik. Pernyataan ini didukung oleh

temuan penelitian sebelumnya oleh Anindhiati dan Daljono (2020) yang

menunjukkan bahwa pengetahuan perpajakan berpengaruh positif terhadap

kepatuhan wajib pajak.

14
Dalam teori atribusi ini, masalahnya adalah untuk menentukan apakah

perilaku individu disebabkan oleh faktor internal atau eksternal. Perilaku yang

disebabkan secara internal adalah perilaku yang diyakini pengamat berada dalam

kendali pengetahuan perpajakan seseorang. Dia Saat ini, tidak dapat memenuhi

tariff pajaknya. Dari penjelasan diatas dapat disimpulkan bahwa pengetahuan

pajak berpengaruh positif terhadap kepatuhan wajib pajak. Sehingga dapat ditarik

hipotesis.

H2 : Pengetahuan pajak berpengaruh positif terhadap kepatuhan wajib

pajak orang pribadi

2.3.3 Pengaruh Sanksi Pajak terhadap Kepatuhan Wajib Pajak Orang

Pribadi

Sanksi Perpajakan adalah sanksi bagi yang melanggar peraturan perpajakan.

Sanksi perpajakan adalah ketentuan peraturan perpajakan (norma pajak) yang

harus dipatuhi atau ditaati agar wajib pajak tidak melanggar standar perpajakan.

Pernyataan ini berdasarkan hasil penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Irfan

Kurniawan (2018) yang menegaskan bahwa sanksi pajak berpengaruh positif bagi

kepatuhan wajib pajak.

Menurut teori atribusi, sanksi perpajakan adalah eksternal yang menyebabkan

individu berperilaku situasional. Semakin tinggi sanksi pajak, semakin banyak

wajib pajak yang harus memenuhi kewajiban perpajakannya. Dari penjelasan

diatas dapat disimpulkan bahwa sanksi pajak berpengaruh positif terhadap

kepatuhan wajib pajak. Sehingga dapat dirumuskan hipotesis sebagai berikut :

15
H3 : Sanksi perpajakan berpengaruh positif terhadap kepatuhan wajib pajak

orang pribadi

2.4 Kerangka Konseptual

Kerangka konseptual merupakan hubungan logis antara landasan teori dengan

kajian empiris. Dalam kerangka konseptual ini menentukan seberapa pengaruhnya

variabel dalam penelitian ini. Pada penelitian ini menjelaskan pengaruh sosialisasi

pajak, pengetahuan pajak dan sanksi pajak terhadap kepatuhan wajib pajak orang

pribadi. Maka, berdasarkan pengembangan hipotesis diatas, maka dapat disusun

kerangka konseptual sebagai berikut:

Sosialisasi Pajak
(X1)

Pengetahuan Pajak Kepatuhan Wajib Pajak


(X2) Orang Pribadi
H3 ( (Y)

Sanksi Pajak
(X3)

Gambar 2.4
Kerangka konseptual
Berdasarkan gambar 2.4 menyatakan bahwa teori atribusi menjelaskan proses

atribusi untuk memahami mengapa peristiwa dan tindakan terjadi. Dengan kata

lain, proses pemahaman apakah terjadinya suatu tindakan atau peristiwa

diasumsikan situasional (terkait dengan keadaan eksternal) atau disposisional

(terkait dengan karakteristik internal). (Hooper, 2018), mengutip teori atribusi

16
yang dikembangkan oleh Heider (1958), menyatakan bahwa perilaku adalah

produk dari kemampuan dan motivasi. Kemampuan mengacu pada apakah

seorang individu mampu melakukan tindakan tertentu, yaitu apakah karateristik

bawaan dan keadaan masalah mengizinkan tindakan itu, sedangkan motif

mengacu pada niat dan upaya individu untuk melakukannya.

Heider (1958) dalam (Hooper, 2018) berpendapat bahwa kapasitas dan

motivasi diperlukan agar perilaku tertentu terjadi. Dengan menggunakan teori

atribusi, penelitian ini mengusulkan model bahwa perilaku kepatuhan wajib pajak

orang pribadi dapat dipengaruhi oleh faktor internal dan eksternal.

17
BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Jenis Penelitian

Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif. Penelitian kuantitatif pada

dasarnya menekankan pada pengujian teori melalui studi variabel dengan angka

dan analisis data menggunakan prosedur statistik. Karena penelitian kuantitatif

adalah tentang menguji atau memverifikasi teori, meletakkan teori menjadi dasar

untuk menemukan dan memecahkan masalah penelitian (Sihombing dan Triyanto

2019).

Sugiyono (2017:8), metode penelitian kuantitatif dapat dipahami sebagai

metode penelitian yang didasarkan pada filsafat positivisme, digunakan untuk

meneliti hanya populasi atau sampel tertentu, mengumpulkan data statistik,

dengan tujuan menguji hipotesis yang telah ditentukan.

3.2 Lokasi penelitian

17
Untuk mencapai target proposal penelitian ini, maka peneliti melakukan sebuah

penelitian kuantitatif yang berlokasi di wilayah Kabupaten Gresik. Dimana

penelitian ini dilakukan pada Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Pratama Gresik yang

beralamat di Jl. Dr. Wahidin S.H. No. 700, Kembangan, Kecamatan Kebomas,

Kabupaten Gresik, Jawa Timur 61124, Indonesia.

3.3 Populasi dan Sampel Penelitian

3.3.1 Populasi

Menurut Sugiyono (2017:80) Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri

atas objek atau subjek yang mempunyai karakteristik dan kualitas tertentu yang

telah ditetapkan oleh peneliti bertujuan untuk dipelajari dan kemudian akan ditarik

kesimpulannya. Berdasarkan pendapat tersebut, dalam penelitian ini yang menjadi

populasi adalah wajib pajak orang pribadi.

3.3.2 Sampel

Sampel ialah komponen berdasarkan jumlah karakteristik yang dimiliki oleh

populasi (Sugiyono, 2010). Teknik yang akan digunakan peneliti dalam penelitian

ini yaitu menggunakan teknik nonprobability sampling yaitu teknik pengambilan

sampel yang tidak memberikan peluang yang sama bagi setiap-setiap unsur atau

anggota populasi untuk dijadikan sampel. Teknik yang digunakan dalam

penelitian ini adalah random sampling. Karena peneliti ingin melakukan

penelitian dimana pengambilan anggota sampel dari populasi dilakukan secara

acak tanpa memperhatikan strata yang ada didalam populasi dengan memakai

18
pertimbangan yang ditentukan. Dalam penelitian ini jumlah sampel dihitung

dengan menggunakan rumus Slovin, yaitu:

n = N : (1 +(N x e2))

Keterangan :

n : Ukuran Sampel yang akan dicari

N : Ukuran Populasi

e : tingkat kesalahan maksimum yang masih dapat ditoleransi (ditentukan 10%)

3.4 Jenis dan Sumber Data

3.4.1 Jenis data

Jenis data yang digunakan adalah data subyek, yaitu data yang diperoleh langsung

dari informasi dari sumber berupa pendapat, sikap, pengalaman atau karakteristik

seseorang atau organisasi atau sekelompok orang objek penelitian (responden).

3.4.2 Sumber data

Sumber data yang digunakan adalah data primer. Data primer penelitian ini terdiri

dari pengumpulan informasi tentang semua variabel penelitian, melalui survey

dengan menyebarkan kuesioner atau kueisoner sebagai alat penelitian lapangan.

Data primer adalah sumber data penelitian yang diperoleh secara langsung oleh

pemberi sumber. Menurut sugiyono (2017:193), data primer ialah sumber data

yang secara langsung menyediakan data primer yang dikumpulkan secara khusus

oleh peneliti untuk menjawab pertanyaan penelitian.

3.5 Teknik Pengambilan Data

19
Teknik pengambilan data dalam penelitian ini melalui penyebaran kuesioner.

Menurut Sugiyono (2017:142), mengemukakan bahwa kuesioner merupakan

teknik pengambilan data yang dilakukan dengan menyajikan seperangkat

kuesioner atau pertanyaan tertulis untuk ditanggapi oleh responden. Kuesioner

dalam penelitian ini, responden akan ditanya tentang Sosialisasi Pajak X1,

Pengetahuan pajak X2, Sanksi pajak X3, Kepatuhan wajib pajak orang pribadi Y.

Penelitian ini akan menggunakan daftar pertanyaan tertutup yang telah disediakan

alternatif jawaban. Kuesioner yang digunakan menggunakan Skala Likert yang

dapat digunakan untuk mengukur perilaku, respon dan persepsi seseorang atau

sekelompok orang tentang fenomena sosial.

Skala Likert yang digunakan untuk melakukan penelitian ini adalah skala

likert 1-5, dimana peneliti ini akan menggunakan preferensi positif dengan

pernyataan sebagai berikut:

1. Angka 1 = Sangat Tidak Setuju (STS)

2. Angka 2 = Tidak Setuju (TS)

3. Angka 3 = Netral (N)

4. Angka 4 = Setuju (S)

5. Angka 5 = Sangat Setuju (SS)

3.6 Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel.

3.6.1 Variabel Dependen

Menurut Sugiyono (2017:39), variabel dependen adalah variabel yang

dipengaruhi baik sebagai akibat dari variabel bebas. Untuk mendapatkan jawaban

20
atau solusi dari masalah yang diteliti. Variabel dependen dalam penelitian ini

adalah Kepatuhan wajib pajak orang pribadi (Y).

Kepatuhan wajib pajak adalah suatu sikap atau perilaku wajib pajak yang taat

akan perutaran dalam melaksanakan kwajiban pajakannya seperti mendaftarkan

diri, membayar pajak dan melaporkan pajaknya sesuai perundang-undangan yang

berlaku. Kepatuhan wajib pajak menjadi sangat penting karena tingkat kepatuhan

yang tinggi mengidentifikasikan pemerintahan yang kondusif.

Indikator dari kepatuhan wajib pajak yang merujuk pada Artha dan Setiawan

(2016), yaitu:

1. Wajib pajak harus mengisi formulir pajak dengan benar untuk menghindari

hukuman.

2. Wajib Pajak perlu melakukan perhitungan pajak dengan benar

3. Wajib Pajak harus membayar pajak tepat waktu

4. Wajib Pajak harus melapor tepat waktu

5. Wajib Pajak tidak menerima pesan peringatan

6. Wajib Pajak tidak pernah terlambat menyampaikan SPT Tahunan

3.6.2 Variabel Independen

Menurut Sugiyono (2017:39), variabel independen didefinisikan sebagai variabel

yang mempengaruhi atau yang menyebabkan perubahan atau terjadinya variabel

dependen. Variabel independen dalam penelitian ini adalah sosialisasi pajak (X1),

pengetahuan pajak (X2), sanksi pajak (X3).

3.6.2.1 Sosialisasi Pajak

Sosialisasi pajak adalah kegiatan mendidik wajib pajak tentang pengetahuan

perpajakan, perpajakan dan peraturan perpajakan sebagaimana diatur dalam

21
undnag-undang perpajakan. Menurut Saragih (2013), sosialisasi pajak merupakan

upaya Dirjen Pajak untuk memberikan informasi, wawasan, bimbingan dan

pemahaman kepada masyarakat khususnya wajib pajak orang pribadi.

Ada beberapa indikator yang digunakan dalam mengukur tingkat sosialisasi

pajak, yaitu:

1. Kegiatan sosialisasi kepada calon wajib pajak

2. Kegiatan sosialisasi kepada wajib pajak baru, antara lain belajar tentang sistem

perpajakan, bertemu dengan para profesional pajak, dan berpartisipasi dalam

acara-acara masyarakat.

3. Wajib pajak terdaftar dapat memilih dari berbagai kegiatan sosialisasi untuk

terlibat di dalamnya. Kegiatan ini dapat membantu wajib pajak bertemu orang

baru, mempelajari informasi baru, dan meningkatkan keterampilan mereka.

3.6.2.2.2 Pengetahuan Pajak

Peningkatan pengetahuan wajib pajak dapat menimbulkan tingkat kepatuhan dari

wajib pajak itu sendiri, karena wajib pajak sudah mengetahui akibat yang harus

diterimannya jika tidak memenuhi kewajibannya.

Indikator pengetahuan pajak merujuk pada (Khasanah 2014), yaitu:

1. Pengetahuan tentang ketentuan kewajiban perpajakan yang berlaku

2. Batas waktu pelaporan SPT

3. Pengetahuan fungsi NPWP pajak

4. Pajak dapat digunakan untuk membiayai kegiatan pemerintah.

5. Pengetahuan tentang sistem perpajakan yang digunakan di Indonesia

6. Megetahui bahwa tarif pajak yang berlaku sudah sesuai

3.6.2.2.3 Sanksi Pajak

22
Sanksi pajak adalah suatu denda yang ditanggung oleh wajib pajak juga sebagai

pegawai pajak jika tidak memenuhi kewajiban kewajibannya atau bahkan

melakukan pelanggaran pungutan, misalnya penghindaran pajak yang dapat

merugikan pendapatan melalui pemungutan pajak, dan ketidakpatuhan terhadap

peraturan perundang-undangan perpajakan. Menurut Mardiasmo (2006), sanksi

pajak merupakan jaminan bahwa ketentuan peraturan perundang-undangan

perpajakan (norma perpajakan) akan dipatuhi dengan kata lain sanksi perpajakan

yang meyakinkan wajib pajak tidak melanggar norma perpajakan.

Indikator dari sanksi pajak merujuk pada Arifin (2015), yaitu:

1. Sanksi diperlukan untuk mendisiplinkan wajib pajak dalam membayar pajak

2. Sanksi diterapkan secara tegas bagi wajib pajak yang melanggar

3. Penerapan sanksi harus sesuai dengan ketentuan peraturan yang berlaku

4. Sanksi diberikan sesuai dengan pelanggaran yang sudah di tetapkan.

3.7 Teknik Analisis Data

Analisis data adalah kegiatan mengelompokkan data berdasarkan variabel dan

jenis responden, mentabulasi data menurut variabel dari semua responden, dan

menyajikan data setiap variabel, meneliti dan melakukan perhitungan untuk

menguji hipotesis yang diajukan (Sugiyono, 2017:137). Analisis data penelitian

ini dengan SPSS yang digunakan untuk menghitung nilai statistik berupa uji

deskriptif, uji kualitas data, uji regresi berganda, uji asumsi klasik dan uji

hipotesis. Data tersebut akan disajikan dalam bentuk tabel dan grafik agar mudah

dipahami.

3.7.1 Uji Statistik Deskriptif

23
Statistik memberikan gambaran atau deskriptif suatu data yang dilihat dari nilai

rata-rata (mean), standar deviasi, maksimum, dan minimum. Statistik deskriptif

mendeskripsikan data yang akan menjadi sebuah informasi lebih jelas dan mudah

untuk dipahami (Ghozali, 2018:19).

3.7.2 Uji Kualitas Data

3.7.2.1 Uji Validitas

Validitas berasal dari kata validity ini berarti seberapa benar dan akurat alat ukur

memenuhi fungsi pengukurannya. Suat alat ukur dikatakan relevansi rendah jika

alat tersebut memberikan data yang tidak signifikan. Dalam penelitian kuantitatif

ini dilakukan uji validitas sebagai mengukur valid atau tidaknya sebuah kuesioner

(Ghozali, 2018:51).

Kuesioner dikatakan valid, jika pertanyaan-pertanyan dalam kuesioner

tersebut dapat mengatakan sesuatu yang dapat diukur melalui kuesioner tersebut.

Dengan mengkorelasikan skor item dengan skor total, anda dapat menentukan

tingkat validitas tiap instrumen pada sebuah kuesioner. Dalam mengukur

kuesioner valid atau tidaknya dapat dilakukan dengan membandingkan nilai r

hitung dengan nilai r tabel. Di dalam menentukan layak atau tidaknya suatu item

yang akan digunakan, biasanya dilakukan uji signifikan koefisien korelasi pada

taraf signifikansi 0,05 yang artinya suatu item dianggap valid jika berkolerasi

signifikan terhadap skor total. Jika r hitung lebih besar > dibanding r tabel dan

nilai positif maka butir atau pertanyyan atau variabel tersebut maka dinyatakan

valid. Sebaliknya jika r hitung lebih kecil < dari r tabel, maka butir atau

pertanyyan atau variabel tersebut dinyatakan tidak valid.

3.7.2.2 Uji Reliabilitas

24
Uji reliabilitas adalah uji yang mengukur kuesioner yang merupakan indikator

dari suatu variabel. Sebuah kuesioner dianggap handal jika jawaban seseorang

terhadap pertanyaan konsisten atau stabil dari waktu ke waktu. Metode

Cronbach’s Alpha digunakan untuk pengukuran, jika nilai Cronbach’s alpha >

0,6 maka variabel pertanyaan dikatakan reliable dan sebaliknya jika nilai

Cronbach’s alpha < 0,6 maka variabel tersebut dikatakan kurang reliabel.

3.7.3 Uji Asumsi Klasik

3.7.3.1 Uji Normalitas

Dalam penelitian ini dilakukan uji normalitas untuk mengetahui apakah dalam

variabel bebas dan variabel terikat dalam model regresi berdistribusi normal atau

mendekati normal. Pengujian normalitas dari sisa data juga dapat dilakukan

dengan menggunakan uji statistik Kolmogrov-Smirnov untuk memeriksa

normalitas data. Pengujian dilakukan dengan asumsi bahwa jika nilai signifikansi

> 0,05 maka data residual dapat dikatakan berdistribusi secara normal. Jika nilai

signifikansi < 0,05 maka dapat dikatakan bahwa data residual tidak berdistribusi

normal.

3.7.3.2 Uji Multikolinieritas

Uji multikolinieritas dapat dilihat dari nilai VIF (Variance Inflation Factor) dan

toleransi. Regresi tanpa masalah multikolinieritas adalah jika nilai VIF < 10,0 dan

nilai toleransi > 0,10 berarti tidak terjadi multikolinieritas dalam penelitian ini dan

sebaliknya jika nilai VIF > 10,0 dan nilai toleransi < 0,10 berarti terdapat

multikolinieritas dalam penelitian ini.

25
3.7.3.3 Uji Heteroskedastisitas

Uji Heteroskedastisitas bertujuan menguji apakah dalam model regresi terjadi

ketidaksamaan variance dari residual satu pengamatan ke pengamatan yang lain.

Jika variance dari residual satu pengamatan ke pengamatan yang lainnya tetap,

maka disebut Homokedastisitas dan jika berbeda disebut Heteroskedastisitas.

Model regresi yang baik adalah yang homokedastisitas atau tidak terjadi

heteroskedastisitas (Ghozali, 2017:139).

Untuk melihat adanya heteroskedastisitas adalah dengan menggunakan uji

statistik. Uji statistik yang dipilih adalah uji glejser, dasar pengambilan keputusan

uji heteroskedastisitas melalui uji glejser adalah :

1. Apabila sig. 2-tailed <α = 0.05, maka telah terjadi heteroskedastisitas

2. Apabila sig. 2-tailed >α = 0.05, maka tidak terjadi heteroskedastisitas.

3.7.4 Analisis Regresi Linier Berganda

Teknik analisis data dalam penelitian ini adalah analisis regresi linier berganda.

Analisis regresi linier berganda adalah hubungan secara linier antara dua variabel

atau lebih variabel independen dengan variabel dependen. (Arifin, 2017), pada

regresi berganda ditemukan variabel tergantung satu dan dua atau lebih variabel

bebas. Untuk membuktikan kebenaran adanya pengaruh variabel independen dan

variabel dependen digunakan analisis regresi dimana variabel independen yaitu

sosialisasi pajak (X1), pengetahuan pajak (X2), sanksi pajak (X3) dan variabel

dependen (Y) adalah kepatuhan wajib pajak orang pribadi. Persamaan regresi

berganda digambarkan dalam bentuk sebagai berikut:

KWP = α + β1SP + β2PP + β3SP + e

Keterangan :

26
α : Konstanta

KWP : Kepatuhan Wajib Pajak

SP : Sosialisasi Pajak

PP : Pengetahan Pajak

SP : Sanksi Pajak

β1β2β3 : Koefisien Regresi

E : Standar Eror

3.7.5 Uji Hipotesis

3.7.5.1 Uji Parsial (Uji t)

Pada uji parsial (uji t) yaitu pengujian yang dilakukan dengan menggunakan

parameter yang menunjukkan apakah timbul adanya pengaruh atau tidak

pengaruhnya masing-masing variabel bebas (X) dan variabel terikat (Y) (Ghozali,

2018:99). Kriteria pengambila keputusan dalam uji t yaitu:

1. Apabila nilai signifikansi < 0,05 maka H0 ditolak, Ha diterima, artinya secara

parsial ada yang mempengaruhi dari variabel bebas (X) yaitu sosialisasi pajak

(X1), pengetahuan pajak (X2), sanksi pajak (X3) terhadap kepatuhan wajib

pajak orang pribadi (Y).

2. Apabila nilai signifikansi > 0,05 maka H0 diterima, Ha ditolak, artinya secara

parsial tidak ada yang pengaruh nyata dari variabel bebas (X) yaitu sosialisasi

pajak (X1), pengetahuan pajak (X2), sanksi pajak (X3) terhadap kepatuhan

wajib pajak orang pribadi (Y).

3.7.5.2 Uji Pengaruh Simultan (Uji F)

Uji F disebut juga sebagai uji keterhandalan model pada dasarnya digunakan

untuk mengetahui pengaruh yang yang ditimbulkan oleh variabel independen

27
terhadap variabel dependen secara umum. Kriteria penguji menggunakan tingkat

signifikansi 0,05. Jika nilai signifikansi < dari 0,05 artinya model penelitian layak

digunakan dan jika nilai signifikansi > dari 0,05 artinya model penelitian tidak

layak digunakan.

3.7.5.3 Uji Koefisien Determinasi (R2)

Ghozali (2016) menyatakan bahwa uji koefisien determinasi digunakan untuk

mengukur sejauh mana kemampuan model dalam menjelaskan variasi dari

variabel dependen. Nilai koefisien determinasi adalah nol dan satu. Nilai R2yang

kecil berarti kemampuan variabel-variabel independen dalam menjelaskan variasi

variabel dependen sangat terbatas. Nilai yang mendekati satu berarti variabel-

variabel independen memberikan hampir semua informasi yang dibutuhkan untuk

memprediksi variasi variabel dependen (Ghozali, 2018:97).

28
BAB IV
HASIL PENELITIAN

4.1 Gambaran Umum Objek Penelitian


Penelitian ini dilakukan terhadap wajib pajak orang pribadi yang terdaftar di KPP

Pratama Gresik yang beralamat di Jl. Dr. Wahidin S.H. No. 700, Kembangan,

Kecamatan Kebomas, Kabupaten Gresik, Jawa Timur 61124, Indonesia.

Penelitian ini menggunakan nonprobability sampling yaitu teknik pengambilan

sampel yang tidak memberikan peluang yang sama bagi setiap unsur atau anggota

populasi untuk dijadikan sampel. Teknik yang digunakan dalam penelitian ini

adalah random sampling. Sampel yang didapat pada penelitian ini sebanyak 105

responden akan dilanjut untuk melakukan analisis dan pengujian hipotesis.

4.2 Deskripsi Data Penelitian

Berdasarkan hasil dari penelitian yang dilakukan peneliti pada 105 responden

yang dijadikan sampel penelitian melalui kuesioner yang disebarkan, dari proses

penyebaran kuesioner terdapat beberapa responden yang tidak mengisi kuesioner

dengan benar sehingga data dihapus dan melakukan penyebaran kuesioner ulang

sehingga menghasilkan kuesioner yang valid dengan jumlah 105 responden, maka

dari itu dapat ditarik beberapa gambaran komposisi dan responden berdasarkan

jenis kelamin, usia, status, profesi, dan pendidikan terakhir.

4.2.1 Karakteristik responden berdasarkan jenis kelamin

Responden berdasarkan karakteristik jenis kelamin :

28
Tabel 4.1
Jumlah dan Presentase Responden berdasarkan Jenis Kelamin
No Jenis Kelamin Jumlah Persentase
1. Laki – Laki 65 65%
2. Perempuan 40 40%
Total 105 105%
Sumber : Data Diolah, 2022

Pada tabel 4.1 dapat dilihat bahwa total responden yang dimana sebanyak 65

dengan persentase 65% berjenis kelamin laki – laki, sedangkan sebanyak 40

dengan persentase 40% berjenis kelamin perempuan.

4.2.2 Karakteristik responden berdasarkan usia

Responden berdasarkan karakteristik usia :

Tabel 4.2
Jumlah dan Persentase Responden berdasarkan Usia
No Usia Jumlah Persentase
1. 20-30 Tahun 36 36%
2. 31-40 Tahun 38 38%
3. 41-50 Tahun 23 23%
4. 51-60 Tahun 8 8%
Total 105 105%
Sumber : Data Diolah, 2022

Pada tabel 4.2 dapat dilihat bahwa total responden yang dimana sebanyak 36

dengan persentase 36% berusia 20-30 Tahun, kemudian sebanyak 38 dengan

persentase 38% berusia 31-40 Tahun, sedangkan sebanyak 23 dengan persentase

23% berusia 41-50 Tahun, kemudian sebanyak 8 dengan persentase 8% berusia

51 - 60 Tahun.

4.2.3 Karakteristik responden berdasarkan status

Responden berdasarkan karakteristik status:

29
Tabel 4.3
Jumlah dan Persentase Responden berdasarkan Status
No Status Jumlah Persentase
1. Menikah 83 83%
2. Belum Menikah 22 22%
Total 105 105%
Sumber : Data Diolah, 2022

Pada tabel 4.3 dapat dilihat bahwa total responden yang dimana sebanyak 83

dengan persentase 83% berstatus menikah, sedangkan sebanyak 22 dengan

persentase 22% berstatus belum menikah.

4.2.4 Karakteristik Responden berdasarkan Profesi

Responden berdasarkan karakteristik profesi :

Tabel 4.4
Jumlah dan Persentase Responden berdasarkan Profesi
No Profesi Jumlah Persentase
1. PNS 14 14%
2. Karyawan Swasta 54 54%
3. Wiraswasta 19 19%
4. Lainnya 18 18%
Total 105 105%
Sumber : Data Diolah, 2022

Pada tabel 4.4 dapat dilihat bahwa total responden yang dimana sebanyak 14

dengan persentase 14% bekerja sebagai PNS, kemudian sebanyak 54 dengan

persentase 54% bekerja sebagai karyawan swasta, sedangkan sebanyak 19 dengan

persentase 19% bekerja sebagai wiraswasta, kemudian sebanyak 18 dengan

persentase 18% bekerja sebagai Lainnya.

4.2.5 Karakteristik responden berdasarkan Pendidikan Terakhir

Responden berdasarkan karakteristik pendidikan terakhir :

30
Tabel 4.5
Jumlah dan Persentase Responden berdasarkan Pendidikan Terakhir
No Pendidikan Terakhir Jumlah Persentase
1. S1 35 35%
2. D3 15 15%
3. S2 3 3%
4. SMA 38 38%
5. SMP 3 3%
6. Lainnya 11 11%
Total 105 105%
Sumber : Data Diolah, 2022

Pada tabel 4.5 dapat dilihat bahwa total responden yang dimana sebanyak 35

dengan persentase 35% berpendidikan S1, kemudian sebanyak 15 dengan

persentase 15% berpendidikan D3, sedangkan sebanyak 3 dengan persentase 3%

berpendidikan S2, sebanyak 38 dengan persentase 38% berpendidikan SMA,

sebanyak 3 dengan persentase 3% berpendidikan SMP, sedangkan sebanyak 11

dengan persentase 11% berpendidikan Lainnya.

4.3 Hasil Penelitian

4.3.1 Rekapitulasi Jawaban Subyek Penelitian

Berdasarkan data yang diperoleh melalui penyebaran kuesioner, maka diperoleh

distribusi jawaban dari responden pada setiap variabel yang digunakan pada

penelitian ini.

4.3.1.1 Rekapitulasi Jawaban Subyek Sosialisasi Pajak

Berikut adalah rekapitulasi variabel sosialisasi pajak :

31
Tabel 4.6
Rekapitulasi Jawaban Sosialisasi Pajak
Jawaban Skor
Keteranga Tota Tota Mea
n ST T S l l n
N S 1 2 3 4 5
S S S
20 13
X1.1 0 2 25 51 27 105 0 4 75 418 3.98
4 5
14 12
X1.2 1 12 47 32 13 105 1 24 65 359 3.41
1 8
14 12
X1.3 0 13 47 31 14 105 0 26 70 361 3.43
1 4
15 11
X1.4 0 13 50 29 13 105 0 26 65 357 3.4
0 6
13 11
X1.5 0 17 45 29 14 105 0 34 70 355 3.38
5 6
21 17 11 64 68 40
X1 1 57 81 525 1 1850 3.52
4 2 4 2 8 5
Sumber : Data Diolah, 2022

Berdasarkan Tabel 4.6 diatas dapat diketahui bahwa terdapat lima indikator

variabel Sosialisasi Pajak, pada skor nilai pertama yang menjawab (Sangat Tidak

Setuju) berjumlah 1, skor nilai kedua yang menjawab (Tidak Setuju) berjumlah

114, skor nilai ketiga yang menjawab (Netral) berjumlah 642, skor nilai keempat

yang menjawab (Setuju) berjumlah 688, skor nilai kelima yang menjawab (Sangat

Setuju) berjumlah 405. Maka dapat disimpulkan bahwa jawaban responden yang

paling banyak adalah Setuju.

4.3.1.2 Rekapitulasi Jawaban Subyek Pengetahuan Pajak

Berikut adalah rekapitulasi variabel pengetahuan pajak :

32
Tabel 4.7
Rekapitulasi Jawaban Pengetahuan Pajak
Jawaban Skor
Keterangan ST Total Total Mean
TS N S SS 1 2 3 4 5
S
11
X2.1 0 5 32 45 23 105 0 10 96 180 401 3.81
5
10
X2.2 0 4 30 51 20 105 0 8 90 204 402 3.82
0
12
X2.3 0 2 32 47 24 105 0 4 96 188 408 3.88
0
11
X2.4 0 5 33 45 22 105 0 10 99 180 399 3.8
0
11
X2.5 0 4 26 52 23 105 0 8 78 208 409 3.89
5
15
X2.6 0 1 26 48 30 105 0 2 78 192 422 4.01
0
11
X2.7 0 4 37 45 19 105 0 8 180 95 394 3.75
1
21 16 64 64
X2 0 25 333 735 0 50 999 2.337 4.45
6 0 8 0
Sumber : Data Diolah, 2022

Berdasarkan Tabel 4.7 diatas dapat diketahui bahwa terdapat lima indikator

variabel Pengetahuan Pajak, pada skor nilai pertama yang menjawab (Sangat

Tidak Setuju) berjumlah 0, skor nilai kedua yang menjawab (Tidak Setuju)

berjumlah 50, skor nilai yang ketiga tang menjawab (Netral) berjumlah 648, skor

nilai keempat yang menjawab (Setuju) berjumlah 999, skor nilai kelima yang

menjawab (Sangat Setuju) berjumlah 640. Maka dapat disimpulkan bahwa

jawaban responden yang paling banyak adalah Setuju.

4.3.1.3 Rekapitulasi Jawaban Subyek Sanksi Pajak

Berikut adalah rekapitulasi variabel sanksi pajak:

33
Tabel 4.8
Rekapitulasi Jawaban Sanksi Pajak
Jawaban Skor
Keteranga Tota Mea
ST T Total
n N S SS l 1 2 3 4 5 n
S S
18 13
X3.1 0 3 29 47 26 105 0 6 87 411 3.91
8 0
20 10
X3.2 0 3 29 52 21 105 0 6 87 306 2.91
8 5
11 18
X3.3 0 6 38 45 16 105 0 12 80 386 3.67
4 0
11 18 10
X3.4 0 2 38 45 20 105 0 4 398 3.79
4 0 0
21 21 10
X3.5 0 2 28 54 105 0 4 84 409 3.89
0 6 5
16 10 48 77 52
X3 0 16 243 525 0 32 1.910 3.63
2 4 6 7 0
Sumber : Data Diolah, 2022

Berdasarkan tabel 4.8 diata dapat diketahui bahwa terdapat lima indikator

variabel Sanksi Pajak, skor nilai pertama yang menjawab (Sangat Tidak Setuju)

berjumlah 0, skor nilai kedua yang menjawab (Tidak Setuju) berjumlah 32, skor

nilai ketiga yang menjawab (Netral) berjumlah 486, skor nilai keempat yang

menjawab (Setuju) berjumlah 777, skor nilai kelima yang menjawab (Sangat

Setuju) berjumlah 520. Maka dapat disimpulkan jawaban responden yang paling

banyak menjawab adalah Setuju.

4.3.1.4 Rekapitulasi Jawaban Subyek Kepatuhan Wajib Pajak Orang

Priabdi

Berikut adalah rekapitulasi variabel kepatuhan wajib pajak orang pribadi:

34
Tabel 4.9
Rekapitulasi Jawaban Kepatuhan Wajib Pajak Orang Pribadi
Jawaban Skor
Keteranga Tota Tota Mea
n ST T l l n
N S SS 1 2 3 4 5
S S
Y.1 0 2 20 48 35 105 0 4 60 192 175 431 4.10

.Y.2 0 3 33 43 26 105 0 6 99 172 115 392 3.73


10
Y.3 0 4 35 48 18 105 0 8 192 90 395 3.76
5
10
Y.4 0 3 34 37 31 105 0 6 148 155 411 3.91
2
10
Y.5 0 3 34 44 24 105 0 6 176 120 404 3.84
2
1
Y.6 0 5 20 52 28 105 0 60 208 140 418 3.98
0
10
Y.7 0 3 36 41 25 105 0 6 164 125 403 3.83
8
Y.8 0 2 27 52 24 105 0 4 81 208 120 413 3.93

Y.9 0 2 28 45 30 105 0 4 84 180 150 418 3.98

26 41 24 5 80 164
Y 0 27 945 0 1190 3685 7.01
7 0 1 4 1 0
Sumber : Data Diolah, 2022

Berdasarkan tabel 4.9 diatas dapat diketahui bahwa terdapat lima indikator

variabel Kepatuhan Wajib Pajak Orang Pribadi, skor nilai pertama yang

menjawab (Sangat Tidak Setuju) berjumlah 0, skor nilai yang kedua yang

menjawab (Tidak Setuju) berjumlah 54, skor yang ketiga yang menjawab (Netral)

berjumlah 801, skor yang keempat yang menjawab (Setuju) berjumlah 1640, skor

nilai kelima yang menjawab (Sangat Setuju) berjumlah 1190. Maka dapat

disimpulkan jawaban responden yang paling banyak adalah Setuju.

4.3.1.5 Rekapitulasi Jawaban Variabel Dependen dan Independen

Berikut adalah rekapitulasi variabel dependen dan independen pada penelitian ini.

35
Tabel 4.10
Uji Statistik Deskriptif
Descriptive Statistics
N Minimum Maximum Mean Std. Deviation
Sosialisasi Pajak 105 10 25 17,62 3,071
Pengetahuan 105 18 33 27,00 3,220
Pajak
Sanksi Pajak 105 14 23 19,14 2,164
KWPOP 105 26 45 35,24 4,289
Valid N (listwise) 105
Sumber : Data Diolah 2022
Dari tabel 4.10 diatas dapat dilihat dengan jumlah sampel sebanyak 105 dan
tiap variabel memiliki nilai yang berbeda-beda.
1. Variabel Independen Sosialisasi Pajak
Sosialisasi Pajak memiliki nilai minimum 10 nilai maximum 25 dan untuk nilai
rata-rata 17,62 dan standar deviation sebesar 3,071.
2. Variabel Independen Pengetahuan Pajak
Pengetahuan Pajak memiliki nilai minimum 18 nilai maximum 33 dan untuk
nilai rata-rata 27,00 dan standar deviation sebesar 3,220.
3. Variabel Independen Sanksi Pajak
Sanksi Pajak memiliki nilai minimum 14 nilai maximum 23 dan untuk nilai
rata-rata 19,14 dan standar deviation 2,164.
4. Variabel Dependen Kepatuhan Wajib Pajak Orang Pribadi
Kepatuhan wajib pajak orang pribadi memiliki nilai minimum 26 nilai
maximum 45 dan nilai rata-rata sebesar 35,24 dan standar deviation 4,289.
4.3.2 Hasil Uji Kualitas Data
4.3.2.1 Uji Validitas
Uji validitas digunakan untuk mengetahui valid atau tidaknya setiap instrument
dalam variabel independen. Pada pengukuran ini dibantu menggunakan program
statistic SPSS. Nilai r tabel dalam penelitian ini adalah 0,1918 dengan taraf

36
signifikansi 0,05 dengan jumlah sampel sebanyak 105 instrument dinyatakan valid
apabila r hitung > r tabel . Berdasarkan hasil perhitungan statistic SPSS diperoleh
hasil uji validitas sebagai berikut

Tabel 4.11
Uji Validitas
Variabel Pernyataan R Hitung R Tabel Keterangan
X1.1 0.516 0.1918 Valid
Sosialisasi X1.2 0.738 0.1918 Valid
Pajak X1.3 0.813 0.1918 Valid
(X1) X1.4 0.709 0.1918 Valid
X1.5 0.769 0.1918 Valid
X2.1 0,518 0.1918 Valid
X2.2 0,668 0.1918 Valid
Pengetahuan X2.3 0,535 0.1918 Valid
Pajak X2.4 0,550 0.1918 Valid
(X2) X2.5 0,557 0.1918 Valid
X2.6 0,570 0.1918 Valid
X2.7 0,670 0.1918 Valid
X3.1 0,642 0.1918 Valid
Sanksi X3.2 0,520 0.1918 Valid
Pajak X3.3 0,547 0.1918 Valid
(X3) X3.4 0,510 0.1918 Valid
X3.5 0,580 0.1918 Valid
Y.1 0,632 0.1918 Valid
Y.2 0,566 0.1918 Valid
Kepatuhan Y.3 0,633 0.1918 Valid
Wajib Pajak Y.4 0,663 0.1918 Valid
Orang Y.5 0,567 0.1918 Valid
Pribadi Y.6 0,581 0.1918 Valid
(Y) Y.7 0,554 0.1918 Valid
Y.8 0,567 0.1918 Valid
Y.9 0,593 0.1918 Valid
Sumber : Data Diolah 2022
Berdasarkan tabel 4.11 menunjukkan bahwa seluruh butir pertanyaan dalam
kuesioner terbukti valid. Hal ini ditunjukkan oleh semua butir pertanyaan
menunjukkan rhitung > rtabel 0,1918 dengan demikian ke-26 butir tersebut dapat
digunakan sebagai instrument penelitian.
4.3.2.2 Uji Realibilitas

37
Pada uji realibilitas ini digunakan Cronbach’s Alpha dengan kriteria apabila
Cronbach’s Alpha (>) 0,6. Maka jika memenuhi kriteria tersebut dapat dikatakan
reliable.

Tabel 4.12
Uji Reliabilitas
Variabel Cronbach’s Alpha Nilai Kritis Keterangan
Sosialisasi Pajak 0,759 0,60 Reliabel
(X1)
Pengetahuan Pajak 0,672 0,60 Reliabel
(X2)
Sanksi Pajak (X3) 0,709 0,60 Reliabel
Kepatuhan Wajib 0,772 0,60 Reliabel
Pajak Orang Pribadi
(Y)
Sumber : Data Diolah 2022
Berdasarkan tabel 4.12 hasil uji reliabilitas dapat dijelaskan bahwa nilai
Cronbach Alpha > 0,60 maka dapat disimpulkan bahwa pernyataan dalam
kuesioner reliable dan dapat diterima.
4.3.3 Uji Asumsi Klasik
4.3.3.1 Uji Normalitas
Uji Normalitas digunakan untuk mengetahui apakah data penelitian tersebut
dikatakan normal atau tidaknya data tersebut. Data dikatakan normal jika nilai
signifikan> 0,05 maka data dikatakan normal.

Tabel 4.13
Uji Normalitas
One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
Unstandardized Residual
N 105
Normal Parametersa,b Mean ,0000000
Std. 2,85614391
Deviation
Most Extreme Absolute ,078
Differences Positive ,078
Negative -,059

38
Test Statistic ,078
Asymp. Sig. (2-tailed) ,120c
a. Test distribution is Normal.
b. Calculated from data.
c. Lilliefors Significance Correction.
Sumber : Data Diolah 2022
Berdasarkan output 4.13 diketahui besarnya nilai Asymp. Sig (2-tailed) adalah

0,120 lebih besar dari 0,05. Hal ini menunjukkan bahwa nilai signifikan > 0,05

(0,120 > 0,05) sehingga dapat disimpulkan bahwa data residual berdistribusi

normal.

4.3.3.2 Uji Multikolinieritas

Uji Multikolinieritas dilakukan untuk mengetahui adakah terdapat suatu kolerasi

atau tidak antara variabel bebas dalam suatu model regresi. Ha tersebut dapat

diketahui dari nilai VIF (Variance inflation factor) dan tolerance. Jika nilai VIF <

10,0 dan jika nilai tolerance > 0,10 berarti tidak terjadi multikolinieritas.

Sebaliknya jika nilai VIF > 10,0 dan nilai tolerance < 0,10 berarti terdapat

multikolinieritas dalam penelitian ini.

Tabel 4.14
Uji Multikolinieritas
Variabel Tolerance VIF
Sosialisasi Pajak (X1) 0.667 1.499
Pengetahuan Pajak 0.454 2.203
(X2)
Sanksi Pajak (X3) 0.506 1.976
Sumber : Data Diolah 2022

Berdasarkan tabel 4.14 terlihat bahwa VIF seluruh variabel bebas lebih kecil

dari 10 serta memiliki nilai tolerance lebih besar dari 0,10, artinya seluruh

variabel bebas pada penelitian ini tidak terjadi multikolinieritas.

4.3.3.3 Uji Heteroskedastisitas

39
Pada uji heteroskedastisitas ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana model

regresi terjadi ketidaksamaan dari variance dari residual pengamatan ke

pengamatan lainnya. Pengujian kali ini dilakukan dengan menggunakan uji

glejser, uji ini meregresikan variabel independen pada nilai mutlak residual.

Kemudian model regresi dikatakan tidak tejadi gejala heteroskedastisitas jika nilai

signifikan > 0,05.

Tabel 4.15
Uji Heteroskedastisitas
Uji Glejser
Variabel Sig Kesimpulan
Sosialisasi Pajak (X1) 0,12 Tidak Terdapat Gejala
Heteroskedastisitas
Pengetahuan Pajak (X2) 0,78 Tidak Terdapat Gejala
Heteroskedastisitas
Sanksi Pajak (X3) 0,727 Tidak Terdapat Gejala
Heteroskedastisitas
Sumber : Data Diolah 2022
Berdasarkan tabel 4.15 diatas menunjukkan bahwa hasil uji glejser dapat

diketahui hasil sig > 0,05. Untuk nilai sig sosialisasi pajak (X1) sebesar 0,12

kemudian nilai sig pengetahuan pajak (X2) sebesar 0,78 dan nilai sig sanksi pajak

(X3) 0,727 . Hal tersebut menunjukkan bahwa tidak terjadi heteroskedastisitas.

4.3.4 Model Regresi Linier Berganda

Analisis regresi linier berganda ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh variabel

independen terhadap variabel dependen.

Tabel 4.16
Uji Linier Berganda
Coefficientsa
Unstandardized Standardized
Coefficients Coefficients
Model B Std. Error Beta t Sig.
1 (Constant) 6,243 2,687 2,324 ,022

40
Sosialisasi Pajak ,044 ,113 ,031 ,386 ,700
Pengetahuan ,769 ,131 ,577 5,871 ,000
Pajak
Sanksi Pajak ,389 ,185 ,196 2,109 ,037
a. Dependent Variable: Kepatuhan Wajib Pajak Orang Pribadi
Pada tabel tersebut dapat dijelaskan persamaan linier berganda sebagai
berikut:
KWP = α + β1SP + β2PP + β3SP + e
KWP = 6.243 + 0.044SP + 0.769PP + 0.389SP +e
Keterangan :
α = Konstanta
KWP = Kepatuhan Wajib Pajak
SP = Sosialisasi Pajak
PP = Pengetahan Pajak
SP = Sanksi Pajak
β1β2β3 = Koefisien Regresi
E = Standar Eror
Berdasarkan model persamaan linier berganda di atas, dapat dijelaskan sebagai

berikut :

1. Nilai konstanta sebesar 6.243 artinya jika variabel independen nilainya tetap

atau konstan maka pada kepatuhan wajib pajak orang pribadi nilainya 6.243.

2. Koefisien regresi pada variabel Sosialisasi Pajak (X1) sebesar 0.044 artinya

jika variabel Sosialisasi Pajak sebesar satu satuan akan meningkatkan

kepatuhan wajib pajak sebesar 0.044 dengan asumsi variabel lain konstan.

3. Koefisien regresi pada variabel Pengetahuan Pajak (X2) sebesar 0.769 artinya

jika variabel Pengetahuan Pajak sebesar satu satuan akan meningkatkan

kepatuhan wajib pajak sebesar 0.769 dengan asumsi variabel lain konstan.

4. Koefisien regresi pada variabel Sanksi Pajak (X3) sebesar 0.389 artinya jika

variabel Sanksi Pajak sebesar satu satuan akan meningkatkan kepatuhan wajib

pajak sebesar 0.389 dengan asumsi variabel lain konstan.

4.3.5 Uji Hipotesis

41
4.3.5.1 Uji Parsial (Uji t)

Pengujian ini bertujuan untuk mengetahui adakah pengaruh yang disebabkan oleh

variabel independen terhadap variabel dependen. Jika nilai signifikansinya > 0,05

maka dikatakan tidak ada pengaruh atau hipotesis yang diajukan ditolak,

sebaliknya jika signifikansinya < 0,05 maka dikatakan berpengaruh atau hipotesis

yang diajukan diterima.

Tabel 4.17
Uji t
Coefficientsa
Unstandardized Standardized
Coefficients Coefficients
Model B Std. Error Beta T Sig.
1 (Constant) 6,243 2,687 2,324 ,022
Sosialisasi Pajak ,044 ,113 ,031 ,386 ,700
Pengetahuan ,769 ,131 ,577 5,871 ,000
Pajak
Sanksi Pajak ,389 ,185 ,196 2,109 ,037
a. Dependent Variable: Kepatuhan Wajib Pajak Orang Pribadi
Berdasarkan tabel 4.17 uji t dapat disimpulkan sebagai berikut :

1. Variabel Sosialisasi Pajak diperoleh nilai t-hitung sebesar 0,386 > t-tabel

0,1937 dengan nilai signifikansi 0,700 > 0,05 maka hipotesis pertama (H1)

ditolak. Sehingga variabel Sosialisasi Pajak tidak berpengaruh terhadap

kepatuhan wajib pajak orang pribadi.

2. Variabel Pengetahuan Pajak diperoleh nilai t-hitung sebesar 5,871 > t-tabel

0,1937 dengan nilai signifikansi 0,000 < 0,05 maka hipotesis kedua (H2)

diterima. Sehingga variabel Pengetahuan Pajak berpengaruh terhadap

kepatuhan wajib pajak orang pribadi.

3. Variabel Sanksi Pajak diperoleh nilai t-hitung sebesar 2,109 > t-tabel 0,1937

dengan nilai signifikansi 0,037 < 0,05 maka hipotesis ketiga (H 3) diterima.

42
Sehingga variabel Sanksi Pajak berpengaruh terhadap kepatuhan wajib pajak

orang pribadi.

4.3.5.2Uji Signifikansi (Uji F)

Pengujian Uji F dilakukan untuk mengetahui pengaruh yang disebabkan variabel

independen secara bersamaan pada variabel dependen secara keseluruhan. Nilai F

hitung dibandingkan dengan F tabel pada tingkat signifikansi (α) = 5%. Jika nilai

signifikansi < dari 0,05 maka model penelitian ini layak digunakan. Dan jika nilai

signifikansi > dari 0,05 maka model penelitian ini tidak layak digunakan.

Tabel 4.18
Uji F
ANOVAa
Sum of
Model Squares Df Mean Square F Sig.
1 Regression 1064,662 3 354,887 42,249 ,000b
Residual 848,386 101 8,400
Total 1913,048 104
a. Dependent Variable: Kepatuhan Wajib Pajak Orang Pribadi
b. Predictors: (Constant), Sanksi Pajak, Sosialisasi Pajak, Pengetahuan Pajak
Pada tabel 4.18 diperoleh hasil bahwa nilai F sebesar 42,249 dengan nilai

signifikansi 0,000 < 0,05. Maka dari pengujian ini dapat disimpulkan bahwa nilai

signifikansi lebih kecil dari 0,05 yang artinya model penelitian ini layak

digunakan.

4.3.5.3 Uji Koefisien Determinasi (R2)

Pengujian koefisien determinasi pada intinya untuk mengukur seberapa jauh

kemampuan variabel independen untuk menjelaskan variabel dependen.

Tabel 4.19
Uji Koefisien Determinasi

43
Model Summary
Mode Adjusted R
l R R Square Square Std. Error of the Estimate
1 ,746 a
,557 ,543 2,898
a. Predictors: (Constant), Sanksi Pajak, Sosialisasi Pajak, Pengetahuan Pajak
Dari tabel 4.19 menunjukkan nilai determinasi (R2) yang masih ada dalam

kolom R-square sebesar 0,557 atau 55,7%. Berdasarkan nilai tadi maka bisa

disimpulkan variabel independen (sosialisasi pajak, pengetahuan pajak dan sanksi

pajak) bisa mengungkapkanvariabel dependen (kepatuhan wajib pajak orang

pribadi) sebesar 55,7%. Sedangkan sisanya 44,3% ditentukan atau dijelaskan

variabel lain diluar contoh ini.

4.4 Interpretasi Hasil

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh sosialisasi pajak, pengetahuan

pajak, dan sanksi pajak terhadap kepatuhan wajib pajak orang pribadi. Dalam

penelitian ini, peneliti mengkaji kepatuhan wajib pajak orang pribadi yang

terdaftar di KPP Pratama Gresik dengan menggunakan variabel bebas yaitu

sosialisasi pajak, pengetahuan pajak, dan sanksi pajak. Populasi dalam penelitian

ini adalah seluruh wajib pajak orang pribadi yang terdaftar di KPP Pratama

Gresik, dengan pengambilan sampel menggunakan metode random sampling, dan

jumlah sampel sebanyak 105 responden.

Metode pengambilan data primer yang digunakan adalah metode kuesioner

dengan beberapa kriteria. Pengumpulan data yang dilakukan dengan cara

mengirimkan kuesioner melalui email dalam bentuk google form. Teknik analisis

data yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik analisis linier berganda.

Hasil dari pengujian hipotesis dalam penelitian ini menunjukkan bahwa sosialisasi

pajak tidak berpengaruh signifikan terhadap kepatuhan wajib pajak orang pribadi.

44
Sedangkan pengetahuan pajak dan sanksi pajak berpengaruh signifikan terhadap

kepatuhan wajib pajak orang pribadi.

4.4.1 Pengaruh Sosialisasi Pajak Terhadap Kepatuhan Wajib Pajak Orang

Pribadi

Sosialisasi perpajakan dapat dilakukan melalui penyuluhan. Kegiatan penyuluhan

dan pelayanan perpajakan memegang peranan penting dalam upaya sosialisasi

pajak dalam kehidupan masyarakat dan negara. Kegiatan penyuluhan pajak

memegang peranan penting dalam mensukseskan sosialisasi pajak kepada seluruh

wajib pajak. Diharapkan berbagai media dapat meningkatkan kesadaran

masyarakat akan kepatuhan pajak dan menyampaikan pesan moral tentang

pentingnya pajak kepada pemerintah. Dalam hal ini, negara memaksa pemerintah

untuk memenuhi kewajibannya untuk memungut pajak dari masyarakatnya.

Namun, pemungutan pajak tidak mudah jika masyarakat tidak menyadari

pentingnya pajak dalam pembiayaan pemerintah, terutama untuk pembangunan

publik.

Semakin banyak sosialisasi yang dilakukan, semakin banyak wajib pajak

yang memahami hak dan kewajibannya, sehingga dapat mendorong dan

meningkatkan kepatuhan wajib pajak. Sosialisasi yang dilakukan baik secara

langsung maupun tidak langsung dengan harapan masyarakat akan memahami arti

pajak dan terampil mengelola tanggung jawab membayar pajaknya untuk

membantu pemerintah memulai proses pembangunan negara menuju masyarakat

yang adil dan makmur.

Hal ini menunjukkan bahwa sosialisasi pajak tidak berpengaruh terhadap

kepatuhan wajib pajak orang pribadi sehingga menolak hipotesis pertama (H1)

45
bahwa sosialisasi pajak terhadap kepatuhan wajib pajak orang pribadi. Hasil

penelitian ini sejalan dengan penelitian Danik Atul (2019), karena menurut

penelitian sebelumnya sosialisasi pajak tidak berpengaruh signifikan terhadap

kepatuhan wajib pajak orang pribadi. Hal ini tidak sesuai dengan penelitian Ilham

dan Bambang (2020) yang menunjukkan bahwa sosialisasi pajak berpengaruh

positif dan signifikan terhadap kepatuhan wajib pajak orang pribadi.

4.4.2 Pengaruh Pengetahuan Pajak Terhadap Kepatuhan Wajib Pajak

Orang Pribadi

Semakin besar informasi wajib pajak tentang perpajakan, semakin baik wajib

pajak memenuhi kewajiban perpajakannya. Perpajakan disini adalah informasi

perpajakan tentang tata cara dan peraturan perpajakan umum, seperti yang terlihat

pada subjek, objek, tarif pajak, pendaftaran dan pengisian surat pemberitahuan,

serta pengetahuan tentang sistem perpajakan dan pengetahuan tentang operasi

perpajakan Indonesia. Pengetahuan perpajakan dapat diukur dari bagaimana

seorang wajib pajak mengelola kewajibannya, wajib pajak memiliki pemahaman

yang baik tentang peraturan perpajakan, seperti jumlah pajak yang harus dibayar,

batas waktu pembayaran dan peraturan perpajakan yang berlaku. Informasi

perpajakan merupakan salah satu faktor yang menentukan kepatuhan wajib pajak

orang pribadi yang terdaftar pada KPP Pratama Gresik.

Hal ini menunjukkan bahwa pengetahuan pajak berpengaruh terhadap

kepatuhan wajib pajak orang pribadi sehingga hipotesis kedua (H 2) bahwa

pengetahuan pajak terhadap kepatuhan wajib pajak orang pribadi diterima.

Hal tersebut mengacu terhadap teori atribusi Pengetahuan Perpajakan hal

dasar yang harus dimiliki oleh wajib pajak untuk mengetahui hak dan kewajiban

46
wajib pajak sehingga dapat memenuhi kewajibannya sebagai wajib pajak yang

baik.

Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian yang diteliti oleh Anindhiati dan

Daljono (2020) yang menunjukkan bahwa pengetahuan perpajakan berpengaruh

positif bagi kepatuhan wajib pajak.

4.4.3 Pengaruh Sanksi Pajak Terhadap Kepatuhan Wajib Pajak Orang

Pribadi

Pengenaan sanksi perpajakan untuk meningkatkan pengelolaan perpajakan wajib

pajak dan untuk mencegah wajib pajak yang lalai dan memenuhi kewajiban

perpajakannya. Sanksi perpajakan yang diusulkan adalah sanksi administrasi,

yaitu pembayaran ganti rugi berupa bunga, dan sanksi pidana berupa denda atas

kesalahan pengisian Surat Pemberitahuan Tahunan (SPT), Keterlambatan

pembayaran pajak dan menyembunyikan data. Dari wajib pajak, seperti

pengurangan jumlah nominal pajak dan denda atas keterlambatan pelaporan SPT.

Hal ini menunjukkan bahwa sanksi pajak berpengaruh terhadap kepatuhan

wajib pajak orang pribadi sehingga hipotesis ketiga (H 3) diterima bahwa sanksi

pajak terhadap kepatuhan wajib pajak orang pribadi. Dari hasil penelitian ini

sejalan dengan penelitian Elfin (2017), karena menurut penelitian terdahulu

mengungkapkan bahwa sanksi pajak berpengaruh signifikan terhadap kepatuhan

wajib pajak orang pribadi. Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian yang

diteliti oleh Irfan Kurniawan (2018) yang menunjukkan bahwa sanksi pajak

berpengaruh positif bagi kepatuhan wajib pajak orang pribadi. Hal ini berarti

semakin tinggi sanksi pajak, maka kepatuhan wajib pajak akan tercapai dan

menjadi semakin meningkat.

47
48
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Hasil penelitian ini memperoleh kesimpulan ialah:

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa Sosialisasi pajak berpengaruh

negatif terhadap kepatuhan wajib pajak orang pribadi. Sedangkan Pengetahuan

Pajak dan Sanksi Pajak berpengaruh positif terhadap kepatuhan wajib pajak orang

pribadi.

5.2 Keterbatasan Penelitian

Keterbatasan penelitian ini antara lain:

1. Penelitian ini hanya menggunakan sampel dengan jumlah relatif sedikit akibat

keterbatasan waktu penyebaran kuesioner

2. Penelitian selanjutnya dapat menambah jumlah responden untuk meningkatkan

jumlah sampel sehingga penelitian selanjutnya dapat menghasilkan penelitian

yang lebih baik dan lebih komprehensif

5.3 Saran

Beberapa saran yang diberikan penulis sehubungan dengan penelitian yang

dilakukan adalah sebagai berikut:

1. Direktorat Jendral Pajak (fiskus) masih perlu peningkatan sosialisasi informasi

perpajakan, kegiatan perpajak, dan manfaat pajak kepada masyarakat atau

48
wajib pajak. Karena masih banyak wajib pajak yang belum memahami sistem

perpajakan dan peraturan pajak yang berlaku.

2. Untuk penelitian selanjutnya yang ingin melakukan penelitian seperti

penelitian ini, sebaiknya memasukkan variabel lain yang tidak tercakup dalam

penelitian ini yang dapat mempengaruhi kepatuhan wajib pajak orang pribadi.

49

Anda mungkin juga menyukai