I. Pendahuluan
A. Latar Belakang
Pajak, yang merupakan sumber utama penerimaan negara, juga terkena dampak
pandemi virus corona. Kondisi tersebut terkait dengan data realisasi penerimaan negara tahun
2019 hingga tahun 2021 pada data berikut Pendapatan pajak telah menurun sebelum dan sejak
pandemi virus corona. Penerimaan pajak tahun 2019 mencapai Rp 1.546.141,9 miliar. Pada
tahun 2020, ketika virus baru virus corona merebak di Indonesia, penerimaan pajak mengalami
penurunan sebesar Rp 1.404.575 juta. Dan pada tahun kedua pandemi COVID-19 di Indonesia,
yakni tahun 2021, penerimaan perpajakan tercatat mengalami peningkatan meski tidak
signifikan menjadi Rp 1.444.541,6 juta, tidak melebihi tahun 2019.
Kepatuhan perpajakan berkaitan dengan sikap wajib pajak ketika menilai pajak itu sendiri. Cara
seseorang memandang orang lain dipengaruhi oleh keadaan internal dan eksternalnya. Teori
atribusi erat kaitannya dengan penjelasan makna tersebut. Pada dasarnya, teori atribusi
menyatakan bahwa ketika individu mengamati perilaku seseorang, mereka mencoba untuk
menentukan apakah perilaku tersebut disebabkan secara internal atau eksternal (Robbins
(2001)). Perilaku intrinsik adalah perilaku yang dianggap berada dalam kendali pribadi
individu, sedangkan perilaku ekstrinsik adalah perilaku yang dipengaruhi dari luar dan terjadi
akibat situasi atau lingkungan yang memaksa individu tersebut untuk bertindak.
Kepatuhan perpajakan berkaitan dengan sikap wajib pajak pada saat menilai pajak itu
sendiri. Cara seseorang memandang orang lain dipengaruhi oleh keadaan internal dan
eksternalnya. Teori atribusi erat kaitannya dengan penjelasan makna. Pada dasarnya, teori
atribusi menyatakan bahwa ketika individu mengamati perilaku seseorang, mereka berusaha
menentukan apakah perilaku tersebut disebabkan secara internal atau eksternal (Robbins
(2001)). Perilaku intrinsik adalah perilaku yang berada dalam kendali pribadi individu,
sedangkan perilaku ekstrinsik adalah perilaku yang terjadi akibat keadaan atau lingkungan
yang dipengaruhi dari luar dan memaksa individu tersebut untuk bertindak.
Pengetahuan seorang wajib pajak terhadap peraturan perpajakan merupakan salah satu
faktor yang mempengaruhi kepatuhan wajib pajak dalam membayar dan mengajukan pajak.
Pemerintah telah memberikan kesempatan interaksi dan informasi khususnya media
perpajakan online untuk membantu wajib pajak memahami dan memahami pentingnya
membayar dan mengajukan pajak kepada pemerintah. Semakin banyak pengetahuan yang
dimiliki wajib pajak, maka semakin tinggi kesadaran mereka dalam membayar pajak, yang
juga akan mempengaruhi tingkat kepatuhan pajak mereka. Persepsi terhadap efektivitas sistem
perpajakan merupakan pandangan dan kesan yang dimiliki wajib pajak terhadap sistem
perpajakan, baik pada saat menyatakan maupun pada saat membayar. Sistem perpajakan yang
efektif akan memudahkan wajib pajak dalam memenuhi kewajiban perpajakannya.
Persepsi positif dapat membuat wajib pajak lebih bersedia melaporkan dan membayar
pajak, sedangkan persepsi negatif menimbulkan dampak sebaliknya.Semakin efektif sistem
perpajakan, semakin kecil kemungkinan wajib pajak akan bingung dengan sistem yang rumit.
Memberikan kesempatan kepada wajib pajak untuk lebih sukarela mematuhi peraturan
perpajakan yang ada.
3) Menyelesaikan, menghitung, dan melaporkan SPT secara jujur, lengkap, dan akurat
sesuai ketentuan yang berlaku.
B. Populasi dan Sampel Populasi penelitian melibatkan wajib pajak di berbagai sektor
ekonomi. Sampel diambil secara acak dan representatif.
Analisis data dilakukan dengan menggunakan metode statistik, seperti regresi linear, untuk
mengidentifikasi pengaruh sikap, kesadaran, dan pengetahuan perpajakan terhadap kepatuhan
pajak.
Hasil analisis data menunjukkan sejauh mana sikap, kesadaran, dan pengetahuan perpajakan
berkontribusi terhadap kepatuhan pajak. Pembahasan mengaitkan temuan dengan teori-teori
yang relevan. Hasil analisis menunjukkan bahwa tarif pajak mempunyai pengaruh positif dan
signifikan terhadap kepatuhan pajak individu pegawai. Hasil tersebut sesuai dengan penelitian
Syanti Dewi & Widyasari (2020). Meski penerimaan pajak mengalami penurunan selama
pandemi, namun keringanan berupa insentif perpajakan dari pemerintah telah meningkatkan
kepatuhan wajib pajak. Menurut teori atribusi, penyebab perilaku seseorang menentukan
kesan-kesan yang terbentuk baik secara eksternal maupun internal. Secara eksternal, tarif pajak
sendiri membuat wajib pajak enggan membayar, namun adanya tarif pajak yang adil dan
insentif yang diberikan pemerintah selama pandemi akan semakin meningkatkan kewajiban
pajak wajib pajak.
Hasil analisis kedua menunjukkan bahwa sanksi perpajakan berpengaruh positif dan
signifikan terhadap kepatuhan pajak individu pegawai. Hasil penelitian ini sejalan dengan
temuan Triogi & Diana (2021). Sanksi perpajakan sudah cukup untuk mendorong kepatuhan
wajib pajak. Sanksi perpajakan bagi wajib pajak yang melanggar hal tersebut cukup adil
sehingga mendorong lebih banyak wajib pajak untuk patuh terhadap kewajiban perpajakannya.
Menurut teori atribusi, faktor-faktor yang timbul dari kondisi eksternal, seperti sanksi
perpajakan, mengacu pada keadaan atau keadaan di mana seorang wajib pajak terpaksa
membayar pajak karena sanksi perpajakan yang berlaku jika wajib pajak tersebut melakukan
pelanggaran hukum. Wajib pajak menjadi lebih patuh karena yakin akan ada sanksi jika
melanggar aturan.
Dalam konteks pandemi COVID-19, penelitian ini menyimpulkan bahwa pengaruh sikap,
kesadaran, dan pengetahuan perpajakan terhadap kepatuhan pajak memiliki relevansi dan signifikansi
yang besar. Sikap wajib pajak yang positif, tercermin dalam pandangan optimis terhadap kewajiban
perpajakan, mampu memberikan kontribusi positif terhadap tingkat kepatuhan. Kesadaran wajib pajak,
yang melibatkan pemahaman mendalam terhadap kewajiban perpajakan, terbukti menjadi faktor yang
membentuk perilaku patuh. Pemahaman yang baik tentang aturan dan prosedur perpajakan, atau
pengetahuan perpajakan, juga terbukti meningkatkan kepatuhan wajib pajak.
Pentingnya ketiga faktor ini menjadi lebih menonjol dalam situasi pandemi, di mana
ketidakpastian ekonomi dan dampak finansial memperumit kemampuan wajib pajak untuk memenuhi
kewajiban perpajakannya. Sikap positif dan kesadaran yang tinggi terhadap pentingnya kewajiban
perpajakan menjadi pendorong kuat untuk memastikan kelangsungan penerimaan pajak yang
diperlukan untuk mendukung berbagai kebijakan penanggulangan krisis. Pengetahuan perpajakan yang
baik memberikan dasar yang kokoh bagi wajib pajak dalam menghadapi tantangan perpajakan yang
muncul selama pandemi.
Dengan demikian, pemahaman mendalam tentang keterkaitan antara sikap, kesadaran, dan
pengetahuan perpajakan dapat memberikan landasan untuk perumusan kebijakan yang lebih efektif
dalam meningkatkan kepatuhan pajak, terutama di masa krisis seperti yang dialami selama pandemi
COVID-19.
B. Rekomendasi
2. Pengembangan program kesadaran wajib pajak melalui media sosial dan kampanye publik.
3. Pemerintah perlu mempertimbangkan insentif atau keringanan pajak selama masa pandemi
untuk meringankan beban wajib pajak.
Penelitian ini diharapkan memberikan pemahaman yang lebih baik tentang faktor-faktor yang
memengaruhi kepatuhan pajak di masa pandemi, serta memberikan kontribusi bagi pengembangan
kebijakan perpajakan yang lebih efektif
DAFTAR PUSTAKA
Anwar, e. S. (n.d.). EFEK SIKAP WAJIB PAJAK, KESADARAN WAJIB PAJAK, PENGETAHUAN
PERPAJAKAN TERHADAP KEPATUHAN PAJAKDI MASA COVID-19. https://jurnal.wicida.ac.id/.
Ertin Prasetyana1, E. F. (2022). Faktor-faktor yang mempengaruhi kepatuhan wajib pajak orang
pribadi karyawan selama masa pandemi covid-19. https://journal.feb.unmul.ac.id/.
Pelinta Tarigan, S. M. (2021). PENGARUHTINGKATKESADARAN WAJIB PAJAK
DANPENGETAHUANPERPAJAKANTERHADAP KEPATUHANWAJIB PAJAK ORANG PRIBADI DI
MASA PANDEMICOVID-19 STUDI KASUS PADA KPP TIGARAKSAOleh: Pelinta Tarigan, SE,
M.Akt, BKPUniversitas Pramita IndonesiaFakultasEkonomi Dan Bisnis, Pr.
https://mail.jurnalunpri.ac.id/.