Anda di halaman 1dari 23

PROPOSAL

PENGARUH PENGETAHUAN PERPAJAKAN,KESADARAN


PERPAJAKAN DAN SANKSI PERPAJAKAN TERHADAP KEPATUHAN
WAJIB PAJAK ORANG PRIBADI

(Studi Empiris pada Wajib Pajak Orang Pribadi yang Terdaftar di KPP
Pratama Denpasar Timur)

NI MADE ADELIA TRISNA DEWI

119211117

PROGRAM STUDI AKUNTANSI

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

UNIVERSITAS PENDIDIKAN NASIONAL

DENPASAR

2022
BAB I

PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Pada era yang semakin maju seperti saat ini, Indonesia yang disebut sebagai
Negara berkembang mau tidak mau dituntut untuk ikut bersaing dengan Negara lain
yang ada. Ada salah satu upaya pemerintah dengan cara melakukan upaya
pembangunan Nasional, dimana diharapkan akan mampu meningkatkan
kesejahteraan masyarakat. Untuk mewujudkan tujuan tersebut, pemerintah harus
mengawasi dana atau anggaran yang tersedia, dimana ini bertujuan agar proses
pembangunan nasional dapat berjalan dengan baik. Tetapi saat ini, dana anggaran
pemerintah tersebut terhambat dikarenakan pandemi ,tetapi saat ini sudah dalam
proses pemulihan. Hadirnya pandemi COVID-19 sangat mebawa dampak perubahan
terhadap dunia. Pandemi sudah cukup mengkwatirkan dan tidak pernah terbayangkan
sebelumnya. Akibat dari adanya pandemi COVID-19 tersebut mengganggu jalannya
roda pemerintahan. Maka dari itu, pemerintah harus dengan cepat mengeluarkan
berbagai peraturan kebijakan. Kebijakan dari pemerintah salah satunya adalah
perpajakan. Dimana sumber penerimaan negara yang digunakan untuk membiayai
segala pengeluaran pemerintah dan pembangunan nasional semua tersebut berasal
dari penerimaan pajak dan penerimaan bukan pajak. Penerimaan-penerimaan negara
digunakan untuk pembangunan fasilitas umum, belanja negara, pembayaran gaji
pegawai, dan lain sebagainya. Penerimaan ini secara tidak langsung akan
meningkatkan kemakmuran dan kesejahteraan rakyat.
Pajak menurut Undang-Undang Nomor 16 Tahun 2009 tentang perubahan
keempat atas Undang-Undang Nomor 6 Tahun 1983 tentang aturan ketentuan umum
dan tata cara perpajakan pada Pasal 1 ayat 1 berbunyi “ Pajak adalah Kontribusi wajib
kepada Negara yang terutang oleh orang pribadi atau badan yang bersifat memaksa
berdasarkan undang-undang dengan mendapatkan imbalan secara langsung dan
digunakan untuk keperluan Negara bagi sebesar-besarnya kemakmuran rakyat (Yang
& Dengan, 2022). Pajak merupakan suatu iuran rakyat kepada kas Negara
berdasarkan undang-undang ( yang dapat dipaksakan) dengan tiada mendapatkan
jasa timbal ( kontraprestasi) yang langsung dapat ditunjukkan dan digunakan untuk
membayar pengeluaran umum (Apika, 2019).Pajak mempunyai peranan penting dalam
penerimaan pajak. Dimana setiap WP (Wajib Pajak) yang membayar pajak akan
memberikan dampak positif, dengan cara membayar pajak dengan tepat waktu akan
tercapainya target APBN dalam pajak. Anggaran yang didapat juga berfungsi dalam
mengembangkan pembangunan. Tapi terkadang setiap orang mempunyai pemikiran
yang berbeda, seperti tidak mau membayar pajak atau menghindar sebagai Wajib
Pajak, karena menurut mereka membayar pajak seakan-akan merugikan dan tidak
mendapatkan apa-apa.

Penerimaan pajak dapat dipengaruhi dengan pertumbuhan ekonomi suatu


Negara, karena pertumbuhan ekonomi akan meningkatkan pendapatan pada
masyaraka (Becker et al., 2018) Sehingga masyarakat mempunyai kemampuan secara
finansial untuk membayar pajak. Pemungutan pajak, penambahan wajib pajak dan
optimalisasi penggalian sumber pajak melalui objek pajak juga sangat berperan penting
dalam meningkatkan suatu penerimaan dari pajak. Maka dariitu, pemerintah harus
berusaha lebih giat dalam meningkatkan penerimaan pajak agar mencapai target.
Peningkatan penerimaan pajak dari tahun ke tahun diharapkan pajak mampu memenuhi
kebutuhan dalam pembangunan negara serta mengatasi permasalahan yang dihadapi
oleh Indonesia dalam bidang ekonomi, maka kesejahteraan rakyat Indonesia akan
semakin meningkat dan tidak tertinggal dengan negara lain. Begitu besarnya peran
pajak dalam pembangunan negara, pemerintah sudah seharusnya memaksimalkan
pendapatan negara dari sektor pajak. Oleh karena itu untuk memperoleh pendapatan
pajak pemerintah harus senatiasa berusaha mengajak wajib pajak untuk patuh dalam
membayar dan memenuhi kewajiban perpajakannya.

Kepatuhan wajib pajak merupakan keadaan wajib pajak untuk memenuhi


segala kewajiban perpajakan dan melaksanakan hak perpajakannya. Kepatuhan wajib
pajak dapat dilihat dari pemahaman terhadap segala ketentuan dari peraturan
perundang-undangan perpajakan, mengisi formulir dengan lengkap dan juga harus
jelas, menghitung jumlah suatu pajak yang terutang dengan benar, membayar dan
melaporkan pajak yang terutang tepat pada waktunya. Kepatuhan menurut (Fitria,
2018)merupakan sebuah kerelaan melakukan segala sesuatu berdasarkan kesadaran
sendiri maupun adanya paksaan sehingga perilaku seseorang sesuai dengan harapan.
Kaitannya dengan pajak, kepatuhan wajib pajak merupakan suatu tindakan wajib yang
harus dilakukan. Kepatuhan Wajib Pajak masih rendah. Kepatuhan Wajib Pajak dinilai
dari ketaatannya memenuhi kewajibannya perpajakannya dari segi formal atau pun
materil. Misalnya kepatuhan dalam hal waktu. Keterlambatan membayar dan melapor
dianggap sebagai ketidakpetuhan wajib pajak dalam memenuhi kewajibannya sebagai
wajib pajak. Kepatuhan tersebut dapat diidentifikasikan dari kepatuhan dalam
mendaftarkan diri, kepatuhan untuk menyetor kembali surat pemberitahuan, dan
kepatuhan dalam perhitungan dan pembayaran tunggakan.

Tabel 2.

Tingkat Kepatuhan Wajib Pajak Orang Pribadi di Kantor Pelayanan Pajak


Pratama.Denpasar Timur Tahun ..

Kesadaran wajib pajak masih sangat kurang dalam membayar pajak,tidak


terlepas dari faktor pemahaman tentang perpajakan. Menurut …. pajak yaitu suatu
pemahaman yang harus dimiliki setiap wajib pajak maupun aparatur pajak. Apabila
setiap wajib pajak mempunyai pengetahuan dan pemahaman yang memadai tentang
peraturan perpajakan, maka dapat dipastikan wajib pajak secara sadar akan patuh
dalam melaksanakan kewajiban perpajakannya dengan baik dan benar. Sehingga hal ini
akan terhindarnya dari pengenaan sanksi ataupun denda perpajakan yang berlaku.
Sanksi yang ada harus tegas, ini guna untuk memberi pelajran dan efek jera bagi para
pelanggar pajak yang tidak patuh membayar pajak. Selain sanksi pajakyang tegas,
kualitas pelayanan pajak juga harus adil dalam mempengaruhi wajib pajak orang pribadi
dalam membayar kwajiban pajak tersebut. Apabila suatu sistem perpajakan dianggap
tidak adil,maka para wajib pajak cenderung akan melakukan upaya penghindaran
membayar pajak ….. Dengan tujuan hukum untuk mecapai sebuah keadilan, undang-
undang serta pelaksanaan pemungutan pajak harus dilakukan secara adil.

1.2 Rumusan Masalah


1. Bagaimana Pengaruh Pemahaman Pengetahuan Perpajakan terhadap Kepatuhan
Wajib Pajak Orang Pribadi di Kecamatan Denpasar Timur?
2. Bagaimana Pengaruh Pemahaman Kesadaran Perpajakan terhadap Kepatuhan
Wajib Pajak Orang Pribadi di Kecamatan Denpasar Timur ?
3. Bagaimana Pengaruh Pemahaman Sanksi Perpajakan terhadap Kepatuhan Wajib
Pajak Orang Pribadi di Kecamatan Denpasar Timur?
4. Bagaimana pengaruh pengetahuan, kesadaran dan sanksi perpajakan terhadap
Kepatuhan Wajib Pajak Orang Pribadi di Kecamatan Denpasar Timur ?

1.3 Tujuan Penelitian


1. Untuk Mengetahui dan Menganalisis Pengaruh Pengetahuan Perpajakan sebagai
upaya meningkatkan kepatuhan wajib pajak orang pribadi di Kecamatan Denpasar
Timur.
2. Untuk mengetahui dan menganalisis pengaruh Kesadaran Perpajakan sebagai
upaya meningkatkan kepatuhan wajib pajak orang pribadi di Kecamatan Denpasar
Timur.
3. Untuk mengetahui dan menganalisis pengaruh Sanksi Perpajakan sebagai upaya
meningkatkan kepatuhan wajib pajak orang pribadi di Kecamatan Denpasar Timur.
4. Untuk mengetahui dan menganalisis pengaruh Pengetahuan, Kesadaran dan Sanksi
Perpajakan terhadap Kepatuhan Wajib Pajak Orang Pribadi di Kecamatan Denpasar
Timur .

1.4 Kegunaan Penelitian


Memberikan bukti empiris mengenai pengaruh kepatuhan atas pengetahuan
perpajakan, kesadaran perpajakan, dan sanksi perpajakan guna untuk meningkatkan
kepatuhan wajib pajak orang pribadi di kecamatan Denpasar Timur.
BAB II

LANDASAN TEORI

2.1 Tinjauan Pustaka

2.1.1. Pengetahuan Pajak


Pengetahuan Wajib Pajak (Nadia, 2019) merupakan pengetahuan dasar
bagi wajib pajak mengenai undang-undang, hukum, dan tata cara perpajakan
yang baik dan benar. Pengetahuan yaitu hasil pengetahuan manusia terhadap
sesuatu, atau segala perbuatan manusia guna memahami suatu objek tertentu
yang dapat berwujud barang-barangbaik lewat akal maupun lewat indera, dan
dapat juga objek yang dipahami oleh seseorang berbentuk ideal, atau yang
bersangkutan dengan masalah kejiwaan. Pajak adalah sumbangan rakyat
kepada kas negara berdasarkan undang-undang (yang bersifat memaksa)
dengan tidak mendapatkan manfaatnya yang secara langsung dapat ditunjukan
dan dapat digunakan untuk membayar pengeluaran umum. Jadi kesimpulannya
adalah pengetahuan perpajakan yaitu kemampuan seorang wajib pajak dalam
mengetahui peraturan perpajakan baik itu manfaat pajak yang akan berguna
bagi kehidupan mereka ataupun soal tarif pajak berdasarkan undang – undang
yang akan mereka bayar. Dengan adanya pengetahuan perpajakan tersebut
akan membantu kepatuhan wajib pajak dalam membayar pajak, sehingga tingkat
kepatuhan wajib pajak akan meningkat. Pada dasarnya seseorang yang memiliki
pendidikan, akan patuh dan sadar terhadap hak dan kewajibannya membayar
pajak, tanpa harus diancam dan dipaksa oleh beberapa hukuman dan sanksi.
Wajib pajak yang memiliki pengetahuan tentang pajak, secara langsung akan
sadar diri dan patuh membayar pajak. Mereka telah mengetahui bagaimana alur
penerimaan pajak tersebut akan berjalan, sehingga akhirnya manfaat membayar
pajak tersebut akan dapat dirasakannya

Menurut (Indonesia, 2008), pengetahuan berarti segala sesuatu yang


diketahui; kepandaian; atau segala sesuatu yang diketahui berkenaan dengan
hal (mata pelajaran).”Pengetahuan dikaitkan dengan segala sesuatu yang
diketahui berkaitan dengan proses belajar. Misalnya pengetahuan yang ada
dalam mata pelajaran suatu kurikulum di sekolah.”

Menurut (Veronica, 2004) Pengertian pengetahuan perpajakan sebagai


berikut: ”Pengetahuan Pajak adalah informasi pajak yang dapat digunakan wajib
pajak sebagai dasar untuk bertindak, mengambil keputusan, dan untuk
menempuh arah atau strategi tertentu sehubungan dengan pelaksanaan hak dan
kewajibannya dibidang perpajakan”

Sedangkan definisi pengetahuan perpajakan menurut (Gunandi, 2016)


adalah sebagai berikut: “Pengetahuan serta penyuluhan pajak merupakan tugas
yang dilakukan oleh pemerintah agar Wajib Pajak dapat memahami, menyadari
pajak dan mematuhi ketentuan umum perpajakan, sehingga kegiatan pemajakan
bekerja efektif dan efisien dan mencapai tujuannya”.

Sedangkan menurut (Supramono, 2015 :139) definisi pengetahuan


perpajakan sebagai berikut : “Pengetahuan tentang pajak dapat dilihat dari
pengetahuan yang menyangkut cara melaksanakan kewajiban pajak, siapa yang
dikenakan, apa yang dikenakan, berapa besarnya dan bagaimana cara
menghitungnya”.

Sedangkan menurut (Rahayu, 2013 : 141) dalam definisi pengetahuan


perpajakan sebagai berikut : “Pengetahuan pajak yaitu tingkat pengetahuan
pajak masyarakat yang memadai, yang akan memudahkan bagi wajib pajak
untuk patuh pada peraturan perpajakan. Dengan mengutamakan kepentingan
negara diatas kepentingan pribadi akan memberi keikhlasan masyarakat untuk
patuh dalam kewajibannya perpajakannya“. Berdasarkan definisi diatas dapat
disebutkan bahwa pengetahuan perpajakan merupakan informasi pajak yang
dapat digunakan wajib pajak sebagai proses dimana wajib pajak mengetahui dan
mengerti cara pengaplikasiannya dan juga mengetahui tata cara umum
perpajakan yang benar menurut undang- undang.

2.1.2 Indikator Pengetahuan Pajak


Indikator- indikator dari pengetahuan pajak menurut (Chindry,
2018) adalah sebagai berikut

1. Mengetahui fungsi pajak adalah dimana wajib pajak mengetahui


fungsi dari pajak.
2. Memahami prosedur pembayaran adalah wajib pajak tahu bagaimana
tata cara membayar pajak.
3. Mengetahui sanksi pajak adalah wajib pajak mengetahui jika pajak
tidak dibayar akan dikenakan sanksi administrasi.
4. Lokasi pembayaran pajak adalah wajib pajak mengetahui dimana
lokasi untuk membayar pajak.

2.1.3 Faktor-Faktor yang mempengaruhi Pengetahuan Pajak


Menurut (Notoatmojo, 2017) dalam (Chindry, 2018), faktor-faktor yang
mempengaruhi pengetahuan seseorang sebagai berikut:
1. Faktor Internal
a. Pendidikan adalah usaha dasar yang dimiliki oleh seseorang
berupa ilmu pengetahuan.
b. Pekerjaan adalah sesuatu hal yang dimiliki seseorang
berdasarkan oleh ketrampilan seseorang.
c. Umur adalah satuan waktu yang mengukur waktu keberadaan
benda atau makhluk baik hidup maupun mati .
2. Faktor Eksternal
a. Faktor lingkungan adalah semua keadaan yang berada di
sekitar termasuk tempat dan orang.
b. Sosial budaya adalah segala sesuatu yang diciptakan oleh
manusia berdasarkan budi nuraninya dan pemikiran dalam
kehidupan bermasyarakat.
Menurut (Rahayu, 2010) dalam (Chindry, 2018) , faktor-faktor yang
mempengaruhi pengetahuan sebagai berikut:

1. Pendidikan merupakan sebuah proses pengubahan sikap dan tata


laku seseorang atau kelompok dan juga usaha mendewasakan
manusia melalui upaya pengajaran dan pelatihan, maka jelas dapat
kita kerucutkan bahwa sebuah visi pendidikan yaitu untuk
mencerdaskan manusia.
2. Pekerjaan adalah lingkungan pekerjaan dapat menjadikan seseorang
mendapatkan pengalaman dan pengetahuan, baik secara langsung
maupun tidak langsung.
3. Pengalaman adalah sebuah kejadian atau peristiwa yang pernah
dialami oleh seseorang dalam berinteraksi dengan lingkungannya.
4. Usia adalah umur seseorang yang bertambah dapat membuat
perubahan pada aspek fisik psikologis dan kejiwaan.
5. Kebudayaan adalah tempat dimana kita dilahirkan dan dibesarkan
mempunyai pengaruh yang cukup besar terhadap terbentuknya cara
berfikir dan perilaku kita.
6. Minat adalah suatu bentuk keinginan dan ketertarikan terhadap
sesuatu.
7. Paparan informasi adalah suatu teknik untuk mengumpulkan,
menyiapkan dan menyimpan, manipulasi, mengumumkan,
menganalisa dan menyebarkan informasi.

2.1.2 Kesadaran perpajakan

2.1.2.1 Pengertian Kesadaran Perpajakan

Kesadaran Wajib Pajak adalah keadaan mengetahui atau mengerti,


sedangkan perpajakan adalah perihal pajak. Kesadaran perpajakan adalah
kerelaan memenuhi kewajibannya, termasuk rela memberikan kontribusi dana untuk
pelaksanaan fungsi pemerintah dengan cara membayar pajaknya secara tepat
waktu dan tepat jumlahnya.
Kesadaran wajib pajak dalam membayar pajak sangat penting, dimana
wajib pajak yang berpenghasilan harus taat terhadap pajak. Hal ini bisa dilihat dari
wajib pajak patuh dalam pembayaran pajak setiap bulannya. Kesadaran pajak
merupakan keadaan wajib pajak mengetahui, mengakui, menghargai, mematuhi
ketetapan perpajakan yang berlaku beserta mempunyai kesungguhan dan keiginan
guna menunaikan kewajiban pajaknya (Raisa, 2018) dalam (Alif Faruqi Febri Yanto,
2022)

Dalam wajib pajak dianggap punya kesadaran apabila :

1. Mengetahui terdapatnya UU serta ketetapan perpajakan.


2. Mengetahui fungsi pajak guna pembiayaan negara
3. Mengerti kewajiban perpajakan wajib dilaksanakan selaras bersama
ketetapan yang berlaku.
4. Memahami fungsi pajak guna pembiayaan negara.
5. Mengkalkulasi, membayarkan, melapor pajak dengan suka rela.
6. Mengkalkulasi, membayarkan, melapor pajak dengan benar.
2.1.2.2 Indikator Kesadaran Perpajakan
Menurut (Tyas, 2021) kesadaran membayar pajak dapat diukur dengan
beberapa indikator yaitu:
1. Mengetahui adanya undang-undang dan ketentuan perpajakan Wajib pajak
memahami dan mengetahui bahwa pajak diberlakukan berdasarkan Undang-
Undang Perpajakan yang berlaku.
2. Mengetahui fungsi pajak untuk pembiayaan negara Pajak memiliki fungsi
untuk membiayai seluruh pengeluaran rutin maupun pengeluaran
pembangunan negara.
3. Memahami bahwa kewajiban perpajakan harus dilaksanakan sesuai dengan
ketentuan yang berlaku Kewajiban perpajakan dilakukan berdasarkan
undang-undang perpajakan yang telah ditetapkan.
4. Memahami fungsi pajak untuk penyelenggaraan pemerintahan Wajib pajak
memahami bahwa salah satu sumber pembiayaan untuk penyelenggaraan
pemerintahan berasal dari pajak. Kesadaran pajak yang tinggi akan
meningkatkan pendapatan negara yang berasal dari pajak. Kesadaran pajak
yang tinggi akan meningkatkan pendapatan negara yang berasal dari pajak.
5. Menghitung, membayar, melaporkan pajak dengan sukarela Sistem
penentuan besarnya pajak terutang di Indonesia adalah Self Assessment
System. Wajib pajak adalah berperan aktif dalam menghitung, membayar,
dan melaporkan besaran pajaknya ke kantor pajak.
2.1.2.3 Faktor-Faktor yang mempengaruhi Kesadaran Perpajakan
1. Faktor indogen atau intern yaitu faktor yang datang dari dalam diri
manusia itu sendiri untuk menerima dan mengolah pengaruh yang datang
dari luar menurut kemampuannya.
2. Faktor eksogen atau ekstern adalah faktor yang datang dari luar diri
manusia dalam ini adalah faktor lingkungan.
Oleh karena itu maka sedikit banyaknya kesadaran seseorang dapat dipengaruhi
oleh lingkungannya sehingga seseorang mempunyai kesadaran yang sesuai
dengan pengaruh yang diterima di lingkungannya.

Adapun macam-macam tingkat kesadaran yaitu :

1. Tingkat kesadaran tinggi


Tingkat kesadaran tinggi adalah suatu sikap atau tindakan seseorang
yang oleh orang tersebut didasarkan pada keinsafan yang dosertai
suatu usaha yang maksimal untuk melaksanakan tindakan tersebut
dalam rangka mencapai tanpa ada pengaruh dari orang lain.
2. Tingkat kesadaran sedang
Tingkat kesadaran sedang adalah suatu sikap atau tindakan
seseorang yang disadarkan oleh kesanggupan dari dirinya tanpa
disertai suatu usaha yang maksimal dalam mencapai tujuan.
3. Tingkat kesadaran rendah
Tingkat kesadaran rendah adalah timbul dikarenakan keinsafan
namun masih memperhatikan pengaruh dari orang lain dan sama
sekali tanpa diikuti oleh usaha serta tanpa sarana bertanggungjawab
ataitercapainya suatu tujuan.

2.1.3 Sanksi perpajakan

2.1.3.1. Pengertian Sanksi Perpajakan


Sanksi pajak menurut (Raisa, 2018) merupakan berlangsung sebab
penyelewengan pada aturan perpajakan hingga bilang berlangsung penyelewengan
maka wajib pajak dihukum dengan indikasi kebijakan perpajakan serta
perundangan.

Dalam undang-undang perpajakan dikenal dua macam sanksi yaitu :

1. Sanksi administrasi
Sanksi Administrasi merupakan sebuah pembayaran kerugian kepada
negara, khususnya yang berupa Bungan dan kenaikan.
2. Sanksi pidana
Sanksi Pidana merupakan siksaan atau penderitaan. Merupakan suatu
alat terakhir atau benteng hukum yang digunakan pegawai pajak agar
norma perpajakan dipatuhi.

Menurut undang-undang perpajakan yang berlaku, sanksi pidana ini ada 3


macam sanksi pidana yaitu : denda pidana, pidana kurungan, pidana penjara.

2.1.3.2. Indikator Sanksi Perpajakan


Sanksi pajak yang baik dan tegas nampak dari indikator-indikatornya.
Indikator sanksi perpajakan menurut (Tyas, 2021) adalah sebagai berikut:

1. Sanksi yang diberikan kepada wajib pajak harus jelas dan tegas
Ketegasan dan kejelasan sanksi yang diberikan kepada wajib pajak harus
dapat menimbulkan efek jera agar wajib pajak tidak mengulanginya di lain
waktu.
2. Sanksi perpajakan tidak mengenal kompromi (not arbitrary) Sanksi yang
diberikan tidak pandang bulu, dan sesuai dengan peraturan perundang-
undangan yang berlaku.
3. Tidak ada toleransi Pemberian sanksi merupakan upaya terakhir petugas
pajak setelah beberapa tahapan yang dilalui tidak diindahkan oleh wajib
pajak.
4. Sanksi yang diberikan hendaklah seimbang Sanksi yang diberikan kepada
wajib pajak yang tidak memenuhi kewajiban pajaknya harus sesuai
dengan perundang-undangan perpajakan yang berlaku dan dilakukan
seimbang atau sesuai dengan kesalahannya.
5. Hendaknya sanksi yang diberikan langsung memberikan efek jera
Ketegasan sanksi yang diterapkan harus memberikan efek jera kepada
wajib pajak yang melakukan pelanggaran perpajakan. Hal ini
dimaksudkan agar wajib pajak tidak mengulangi lagi di waktu yang akan
datang dan agar penerimaan negara dari pajak dapat tercapai.

2.1.3.3 Faktor- faktor yang mempengaruhi Sanksi Pajak

2.1.4 Kepatuhan Pajak


Menurut (Siwa, 2020) Kepatuhan berasal dari kata patuh. Menurut KBBI
(Kamus Besar Bahasa Indonesia), patuh berarti suka menuruti perintah, taat
kepada perintah atau aturan dan berdisiplin. Kepatuhan berarti bersifat patuh,
ketaatan, tunduk, patuh pada ajaran dan aturan. Seorang individu cenderung
mematuhi hukum yang mereka anggap sesuai dan konsisten dengan norma-
norma internal mereka. Komitmen normatif melalui moralitas personal (normative
commitment through morality) berarti mematuhi hukum karna hukum tersebut
dianggap sebagai suatu keharusan, sedangkan komitmen normatif melalui
legitimasi (normative commitment through legitimaty) berarti mematuhi
peraturankarena otoritas penyusun hukum tersebut memiliki hak untuk mendikte
perilaku.

2.1.4.1 Pengertian Kepatuhan Pajak


Menurut (Susilawati) ,”kepatuhan pajak adalah suatu sikap terhadap
fungsi pajak, berupa konstelasi dari komponen kognitif, efektif dan konatif yang
berinteraksi dalam memahami, merasakan dan berperilaku terhadap makna dan
fungsi pajak.”Menurut (Kurnia) dalam (Chindry, 2018), kepatuhan pajak
merupakan tujuan utama dari pemeriksaan pajak di mana dari hasil pemeriksaan
pajak akan diketahui tingkat kepatuhan wajib pajak. Bagi wajib pajak yang tingkat
kepatuhannya tergolong rendah, maka diharapkan dengan dilakukannya
pemeriksaan dapat memberikan motivasi positif agar menjadi lebih baik untuk ke
depannya.”Kepatuhan wajib pajak juga berarti dimana wajib pajak memenuhi
kewajiban perpajakannya dan melaksanakan hak perpajakan dengan baik dan
benar sesuai dengan peraturan perundang-undangan pajak yang berlaku
(Ilhamsyah, 2018)

Menurut penjelasan dari berbeda sumber dapat disimpulkan bahwa


kepatuhan pajak adalah dimana wajib pajak membayarkan pajak yang
ditanggungnya dengan ikhlas tanpa rasa terbebani sesuai dengan batas waktu
yang diberikan karena merupakan suatu kewajiban bagi wajib pajak agar
kepatuhan pajak semakin meningkat.

2.1.4.2 Indikator Kepatuhan Pajak


Menurut (Yusdita, 2017) indikator kepatuhan wajib pajak adalah sbb :
1. Kepatuhan wajib pajak untuk estimasi pajak
Wajib pajak memiliki pengetahuan yang memadai mengenai jumlah
pajak yang menjadi kewajibannya.
2. Kepatuhan wajib pajak untuk kesalahan pajak wajib pajak mau
mengoreksi kesalahan perhitungan pajaknya bila terdapat kesalahan
tentang besar pajak yang harus dibayar.
3. Kepatuhan wajib pajak untuk perlakuan pajak
Wajib pajak memahami tata cara pembayaran pajak,mulai dari
menghitung hingga menyetorkan kewajiban pajaknya.
4. Kepatuhan wajib pajak untuk penyampaian SPT
Wajib pajak menyampaikan SPT pajaknya tepat waktu dan tidak
melebihi batas waktu yang telah ditentukan.
5. Kepatuhan wajib pajak untuk membyar pajak
Kepatuhan wajib pajak dalam memenuhi kewajiban pajaknya yang
terutang tepat waktu
6. Wajib pajak menghadapi kekurangan pembayaran pajak kepatuhan
wajib pajak bersedia membayar kekurangan pajak terutangnya bila
diketahui kurang bayar dalam melunasi kewajiban perpajakannya.
Adapun Indikator menurut penulis lainnya , Kepatuhan Wajib Pajak sebagai
berikut :

a. Wajib Pajak dapat menghitung pajak sendiri


b. Wajib Pajak membayar pajak dan melakukan pelaporan dengan tepat
waktu
c. Wajib Pajak membayar pajak dalam jumlah yang sesuai peraturan
d. Wajib pajak melaksanakan peraturan pajak yang berlaku

2.1.4.3 Faktor-faktor yang mempengaruhi Kepatuhan Wajib Pajak


Menurut (Chindry, 2018) faktor- faktor kepatuhan wajib pajak yaitu :

1. Pemahaman Tentang Sistem Self Assessment Pemahaman tentang sistem


pemungutan pajak dengan memberikan kepercayaan penuh kepada wajib
pajak untuk menghitung, membayar dan melaporkan sendiri besarnya pajak
yang terutang wajib pajak
2. Kualitas Pelayanan, Pelayanan yang berkualitas harus memberikan
keamanan,kenyamanan, kelancaran dan kepastian hukum dan kualitas
pelayan dapat diukur dengan kemampuan memberikan pelayanan yang
memuaskan, dapat memberikan pelayanan dengan tanggapan, kemampuan,
kesopanan dan sikap dapat dipercaya yang dimiliki oleh aparat pajak.
3. Tingkat Pendidikan, Tingkat pendidikan masyarakat yang semakin tinggi
akan menyebabkan masyarakat lebih mudah memahami ketentuan dan
peraturan perudang-undangan di bidang perpajakan yang berlaku.
4. Tingkat Penghasilan Tingkat penghasilan wajib pajak akan mempengaruhi
kepatuhan wajib pajak dalam membayar pajak tepat pada waktunya dan
kemampuan wajib pajak dalam memenuhi kewajiban pajak terkait erat
dengan besarnya pengahsilan wajib pajak.
5. Persepsi Wajib Pajak Terhadap Sanksi Perpajakan Sanksi perpajakan
diberikan kepada wajib pajak agar wajib pajak mempunyai kesadaran dan
patuh terhadap kewajiban pajak.
Berdasarkan uraian diatas dapat peneliti simpulkan bahwa faktor-faktor yang
mempengaruhi kepatuhan pajak adalah kesadaran wajib pajak atas
kewajibannya, kewajiban moral, sanksi perpajakan, kualitas pelayanan, tingkat
pendidikan dan tingkat pengahasilan

2.1.5 Teori kepatuhan Wajib Pajak


Dalam teori Kepatuhan Wajib Pajak , terdapat 4 Macam kepatuhan yaitu sebagai berikut:

1. Kepatuhan Formal
Menurut (www.kemenkeu) kepatuhan formal merupakan suatu perilaku dimana Wajib
Pajak berupaya memenuhi kewajiban perpajakan secara formal sesui dengan
ketentuan formal dalam undang-undang perpajakan.
2. Kepatuhan Material
Merupakan suatu perilaku dimana Wajib Pajak secara substantif memenuhi semua
ketentuan materil perpajakan, yakni sesuai isi dan jiwa undang-undang perpajakan
(Cahyonowati, 2016)
3. Kepatuahan Sukarela
Dimana kepatuhan ini muncul karena kesadaran dari wajib pajak sendiri.
Menurut (Mukhlis, 2012) kepatuhan pajak sukarela (voluntary tax compliance)
mencakup peningkatan kesadaran untuk tunduk terhadap peraturan perpajakan
dan sekaligus terhadap administrasi pajak yang berlaku tanpa perlu disertai
aktivitas tindakan dari otoritas , kepatuhan sukarela juga merupakan faktor
penting dalam upaya meningkatkan penerimaan negara. Kepatuhan pajak
sukarela (voluntary tax compliance) merupakan kepatuhan wajib pajak karena
adanya kepercayaan wajib pajak pada otoritas pajak.
4. Kepatuhan yang dipaksakan
Dimana teori kepatuahan ini terlahir dari sudut pandang ekonomi yang
mengamsumsikan wajib pajak sebagai makhluk rasional yang berusaha memaksialkan
keuntungan dengan membandingkan peluang dan risiko penggelapan pajak. Menurut
2.3 Penelitian Terdahulu

No Nama Peneliti Judul Variabel Penelitian Hasil Penelitian


Penelitian
1 (Alif Faruqi PENGARUH kesadaran, pengetahuan Kesadaran,
Febri Yanto, KESADARAN, sanksi dan kepatuhan wajib PengetahuanSanksi
2022) PENGETAHUAN pajak dan Kepatuhan
DAN SANKSI Wajib Pajak
PERPAJAKAN berpegaruh positif
TERHADAP dan signifikan pada
KEPATUHAN kepatuhan wajib
WAJIB PAJAK pajak orang pribadi
PADA KPP
PRATAMA
BATAM
SELATAN
2 (Adi, 2018) PENGARUH Pengetahuan,sanksi,kesadaran Pengetahuan
PENGETAHUAN dan kepatuhan wajib pajak perpajakan, sanksi
PERPAJAKAN, pajak dan
SANKSI PAJAK kesadaran dan
DAN kepatuhan wajib
KESADARAN pajak berpegaruh
WAJIB PAJAK positif dan
TERHADAP signifikan pada
KEPATUHAN kepatuhan wajib
WAJIB PAJAK pajak orang pribadi
BADAN PADA
KPP PRATAMA
CILACAP
TAHUN 2018
3 (Mianti & PENGARUH Pengetahuan,Sanksi, dan Pengetahuan,
Budiwitjaksono PENGETAHUAN Kepatuhan Wajib Pajak sanksi dan
, 2021) DAN SANKSI kepatuhan wajib
PERPAJAKAN pajak orang pribadi
TERHADAP berpegaruh positif
KEPATUHAN dan signifikan pada
WAJIB PAJAK kepatuhan wajib
ORANG pajak orang pribadi
PRIBADI
DIMEDIASI
KESADARAN
WAJIB PAJAK

2.4 Kerangka Pimikiran


Dalam penelitian ini akan dijelaskan mengenai bagaimana pengaruh
pengetahuan, kesadaran dan sanksi perpajakan terhadap kepatuhan wajib pajak
pada KPP Pratama Denpasar Timur. Menurut (Tyas, 2021)mengatakan bahwa ada
beberapa faktor yang mempengaruhi daripada kepatuhan wajib pajak yaitu sebagai
berikut :

1. Pengetahuan pajak
Dimana tingkat pengetahuan pajak masyarakat yang memadai, yang akan
memudahkan bagi wajib pajak untuk patuh pada peraturan perpajakan
2. Kesadaran Wajib Pajak
Kesadaran wajib pajak dapat dilihat dari kesungguhan dan keinginan wajib pajak dalam
memenuhi tanggungan pajak yang dimilikinya dan pemahaman pajak dapat mendorong
wajib pajak membayar pajaknya dengan sukarela
3. Sanksi Perpajakan
Untuk mencegah ketidakpatuhan wajib pajak dalam membayar pajak adalah adnya
sanksi yang tegas, dimana sanksi yang tegas akan menjadi pemicu wajib pajak patuh
dalam membayar pajak.
4. Kepatuhan wajib pajak
Kepatuhan perpajakan sebagai suatu keadaan dimana wajib pajak memenuhi semua
kewajiban perpajakan dan melaksanakan hak perpajakannya

Dari penjelasan tersebut maka peneliti merumuskan kerangka pikir dalam penelitian
ini sebagai berikut :

PENGETAHUAN H1
PERPAJAKAN ( X1)

H2 KEPATUHAN WAJIB
KESADARAN
PAJAK ORANG PRIBADI
PERPAJAKAN (X2)
(Y)

SANKSI PERPAJAKAN H3
(X3)
H4

2.5 Hipotesis Penelitian


Hipotesis dalam penelitian ini merupakan hasil sementara dari hasil perumusan
masalah. Adapun hipotesis yang dirumuskan sebagai berikut :

2.5.1 Pengaruh Pengetahuan Perpajakan terhadap Kepatuhan Wajib Pajak


di KPP Pratama Denpasar Timur
Pengetahuan perpajakan adalah pemahaman dasar wajib pajak
dalam memenuhi kewajiban pajaknya. Tanpa adanya pengetahuan
tentang perpajakan yang dimiliki oleh wajib pajak, maka wajib pajak tidak
akan mau untuk membayarkan pajaknya. Jadi dengan pengetahuan yang
dimiliki wajib pajak , maka wajib pajal akan lebih mengetahui pentingnya
membayar pajak dan manfaat apa yang akan didapatkan ketika wajib
pajak membayarkan pajaknya.

Teori atribusi releva untuk menjelaskan hipotesis ini. Pengetahuan


perpajakan merupakan faktor internal dalam teori atribusi, karena
pengetahuan merupakan dasar wajib pajak untuk paham akan pentingnya
perpajakan. Dengan adanya pengetahuan perpajkan akan membantu
dalam meningkatkan kepatuhan wajib pajak dalam membayarkan
pajaknya. Menurut penelitian terdahulu (Tyas, 2021) maka didapatkan
rumus hipotesis sebagai berikut :

H1 : pengetahuan perpajkan berpengaruh positif dan signifikan


terhadap Kepatuhan Wajib Pajak di KPP Pratama Denpasar
Timur.

2.5.2 Pengaruh Kesadaran Wajib Pajak terhadap Kepatuhan Wajib Pajak di


KPP Pratama Denpasar Timur

Kesadaran wajib pajak sangat dibutuhkan karena kesadaran merupakan


faktor penting dalam melaksanakan sistem perpajakan yang baru yaitu self
assestment system. Kesadaran wajib pajak atas pemenuhan kewajiban
perpajakannya merupakan unsur penting yang berpengaruh terhadap
peningkatan kepatuhan pajak. Semakin tinggi kesadaran yang dimiliki oleh wajib
pajak dalam memenuhi kewajiban perpajakannya, akan semakin tinggi pula
tingkat kepatuhan wajib pajak (Nugraheni, 2015) Dalam penelitian terdahulu
tersebut, maka didapatkan rumus hipotesis sebagai berikut :

H2 : kesadaran Wajib Pajak berpengaruh positif dan signifikan


terhadap Kepatuhan Wajib Pajak di KPP Pratama Denpasar Timur.

2.5.3 Pengaruh Sanksi Wajib Pajak terhadap Kepatuhan Wajib Pajak


di KPP Pratama Denpasar Timur

Penerapan sanksi diterapkan sebagai akibat tidak


terpenuhinyakewajiban perpajakan oleh wajib pajak sebagaimana diamanatkan
oleh Undang-Undang perpajakan. Pengenaan sanksi pajak kepada wajib pajak
dapat menyebabkan terpenuhinya kewajiban perpajakan oleh wajib pajak
sehingga dapat meningkatkan kepatuhan wajib pajak itu sendiri. Wajib pajak
akan patuh (karena tekanan) karena mereka berfikir adanya sanksi berat akibat
tindakan ilegal dalam usahanya menyelundupkan pajak (Mutia) Dalam
penelitian (Tyas, 2021) maka dapat dirumuskan hipotesis sebagai berikut:

H3 : Sanksi Wajib Pajak berpengaruh positif dan signifikan


terhadap kepatuhan wajib pajak di KPP Pratama Denpasar Timur.
2.5.4 Pengaruh Pengetahuan pajak, Kesadaran Pajak dan Sanksi
Pajak terhadap kepatuhan Wajib Pajak di KPP Pratama
Denpasar Timur
Dalam meningkatkan penerimaan pajak, hal yang diperlukan yaitu
kepatuhan Wajib pajak. Pada prinsipnya kepatuhan perpajakan
adalah tindakan Wajib Pajak dalam pemenuhan kewajiban
perpajakannya sesuai dengan ketentuan Peraturan Perundang-
undangan dan peraturan pelaksanaan perpajakan yang berlaku
dalam suatu Negara (Rahayu, 2010). Sehingga kepatuhan itu
sangat diperlukan dalam pengetahuan pajak, kesadaran pajak,
dan sanksi pajak agar dapat berjalan dengan baik dan optimal .
berdasarkan hal tersebut maka hipotesis yang dapat dirumuskan
sebagai berikut :

H4 : Pengetahuan Wajib Pajak, Kesadaran Wajib


Pajak,dan Sanksi Perpajakan secara simultan
berpengaruh terhadap Kepatuhan Wajib Pajak.

2.6 Definisi Operasional


Operasional dalam penelitian ini dapat dijelaskan oleh peneliti pada bagian
ini. Pada penelitian ini variabel yang digunakan oleh peneliti terdapat 3 variabel
bebas (independent) yaitu : pengetahuan pajak,kesadaran pajak, dan sanksi pajak,
serta 1 variabel terikat (dependent) ialah kepatuhan wajib pajak.

2.6.1 Variabel Dependent ( terikat)


Pada variabel ini penulis menggunakan kepatuhan pajak. Dimana dalam
penelitian ini peneliti dapat mengukur dengan skala litkert. Dimana
variabel terikat dipengaruhi oleh variabel bebas. Menurut (Putu) dalam
(Alif Faruqi Febri Yanto, 2022) indikator dari kepatuhan wajib pajak ini
adalah sebagai berikut :
1. Pendaftaran diri untuk mendaftarkan NPWP
2. Pengisian formulir pajak secara jelas dan lengkap.
3. Memperhitungkan pajak yang terhitung secara benar.
4. Membayarkan pajak yang terhutang secara tepat waktu.
5. Melakukan laporan tepat pada waktu.
2.6.2 Variabel Independent (bebas)
Pada variabel bebas ini peneliti menggunakan 3 variabel yaitu sebagai
berkut:
a. Pengetahuan pajak
Pengetahuan pajak merupakan kemampuan atau seorang wajib pajak
dalam mengetahui peraturan perpajakan baik itu soal tarif pajak berdasarkan
undangundang yang akan mereka bayar maupun manfaat pajak yang akan
berguna bagi kehidupan mereka (Teguh, 2017).Dalam variabel ini peneliti
menggunakan indikator sebagai berikut :
1. Mengetahui bahwa setiap individu yang berpenghasilan wajib
bayar pajak.
2. Memahami cara membayar pajak.
3. Memehami cara mengisi SPT.
4. Memahami cara melapor SPT.
5. Mengetahui adanya sanksi dalam pajak.
b. Kesadaran Pajak
Kesadaran pajak merupakan kerelaan yang muncul dari dalam diri wajib
pajaknya untuk membayar kewajiban wajib pajaknya.
Beberapa indikator yang digunakan oleh peneliti untuk mengukur variabel ini
yang di kembangkan oleh (Rumiyatun, 2017)
1. Dorongan diri sendiri guna membayarkan pajak secara
sukarela.
2. Kepercayaan masyarakat dalam membayarkan pajak untuk
pembiayaan daerah dan negara.
3. Kesadaran adanya kewajiban dan hak pajak memenuhi
kewajiban membayarkan pajak.
c. Sanksi Pajak
Sanksi perpajakan ialah jaminan supaya wajib pajak senantiasa menaati
perundangan, beserta merupakan alat yang dipakai guna mencegah serta
mengurangi taraf ketidakpatuhan (Prof. Dr. Mardiasmo, 2016)
Beberapa indikator dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :
1. Penerapan sanksi sesuai peraturan yang berlaku.
2. Sanksi yang diberikan sesuai dengan besar kecilnya
pelanggaran
3. Pengenaan sanksi harus tegas dijalankan.
4. Penerapan sanksi diperlukan guna mendisiplinkan kepatuhan
wajib pajak.
Pada penelitian ini, defenisi variabel yang dipergunakan adalah teknik skala
litkert dengan pola dan indikator berikut :

STS TS N S SS

1 2 3 4 5

Keterangan :

STS : Sangat tidak setuju.

TS : Tidak setuju.

N : Netral.

S : Setuju.

SS : Sangat setuju
BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Lokasi Penelitian


Penelitian ini dilakukan di KPP Pratama di Wilayah Denpasar Timur , Kantor KPP
Pratama Denpasar Timur berada di Jalan Tantular No.4, Renon,Denpasar Timur, Kota
Denpasar,Bali. Penelitian ini dilakukan untuk memperoleh data yang berkaitan dengan
permasalahan yang akan diteliti mengenai bagaimana pengaruh variabel independen
yaitu pengetahuan wajib pajak, kesadaran wajib pajak dan sanksi wajib pajak terhadap
variabel dependen yaitu kepatuhan wajib pajak.Dimana ini mempunyai sarana dan
prasarana yang memadai sebagaimana yang akan dideskripsikan dalam hasil laporan
penelitian proposal ini.

3.2 Populasi dan Sampel


3.2.1 Populasi

Populasi dalam penelitian ini adalah …. Wajib pajak yang terdaftar di KPP
Pratama Denpasar Timur .Populasi yang dipakai di studi ini yaitu seluruh wajib pajak
orang pribadi yang tercatat di KPP Pratama Denpasar Timur dengan jumlah yang
terdaftar adalah sebanyak ………responden

3.2.2 Sampel

Metode pengambilan sampel yang digunakan adalah pengambilan sampel


berbasis pada probabilitas dengan menggunakan metode Convenience Sampling yaitu
metode pengambilan sampel secara bebas dan kondisional yanpa menentukan
status,atau keadaan dari Responden sehingga menjadikan peneliti nyaman dan mudah
dalam mengambil sampel.. dan penentuan jumlah sampel ditentukan dengan
menggunakan rumus Slovin dengan hasil akhir berjumlah…. Sampel

Rumus Slovin :

N
n
1 + N (e)2

3.3 Jenis Data


Penelitian ini dilakukan dengan pendekatan kuantitatif yang tingkat eksplansi
penelitiannya berbentuk asosiatif.Penelitian asosiatif adalah bentuk penelitian dengan
tujuan untuk mengetahui hubungan antara dua variabel atau lebih. Jenis data yang
digunakan dalam penelitian ini adalah Data kuantitatif, yaitu data mengenai wajib pajak
orang pribadi misalnya data jumlah efektif, jumlah yang menyampaikan SPT, data
mengenai jumlah terdaftar, serta jawaban responden yang dikuantitatifkan berdasarkan
pernyataan atau pertanyaan pada kuesioner dengan menggunakan skala likert.

3.4 Sumber Data


Data penelitian ini bersumber dari data primer dan data sekunder.

1) Data primer, diperoleh darijawaban atau hasil penyebaran kuisioner


responden mengenai Pengetahuan Perpajakan,Kesadaran
Perpajakan,dan Sanksi perpajakan terhadap kepatuhan wajib pajak
orang pribadi .
2) Data sekunder berupa data yang diperoleh dari KPP Pratama Denpasar
Timur.
3) Dari internet berupa artikel yang diperoleh dari google scholar.

3.5 Teknik Pengumpulan Data


Dalam (Alif Faruqi Febri Yanto, 2022) teknik pengumpulan data ialah tahap yang
amat penting saat melaksanakan studi, sebab tujuan utama di studi ialah guna
mendapat data. Dengan adanya teknik pengumpulan data ini, maka peneliti hendak
mendapat data sesuai standar yang berlaku.

Dalam penelitian ini, metode pengumpulan data yang akan digunakan adalah
dengan metode kuisioner. Dimana kuesioner ini metode pengumpulan data yang berisi
pertanyaan tertulis pada responden untuk dijawab. Kuesioner merupakan teknik
pengumpulan data yang dilaksanakan lewat cara memberikan seperangkat pertanyaan
ataupun pernyataan tertulis pada responden guna dijawabnya (Sugiyono, 2017)

Di studi ini, kuisioner hendak dibagi secara langsung pada responden melalui
google form pada individu yang tercatat di KPP Pratama Denpasar Timur. Kuisioner ini
berupa susunan pertanyaan tertulis kepada para responden tentang pengaruh
pengetahuam, kesadaran, serta sanksi pajak pada kepatuhan wajib pajak pada KPP
Pratama Denpasar Timur.

3.6 Instrumen Penelitian dan Pengujian

3.6.1 Instrumen Penelitian


Instrumen penelitian ini merupakan alat yang digunakan peneliti untuk
mengumpulkan data atau informasi yang akan bermanfaat untuk menjawab permasalahan
penelitian. Dalam penelitia ini menggunakan kuisioner sebagai instrumen. Kuisioner akan
disebar sejumlah 40 orang . Kuisioner yang digunakan terdiri atas empat bagian yang
berhubungan dengan pengetahuan Perpajakan,kesadaran perpajkan,sanksi perpajakan dan
kepatuhan wajib pajak. Skala pengukuran yang digunakan untuk empat variabel dalam
penelitian ini menggunakan skala likert lima angka yaitu sebagai berikut :
STS TS N S SS

1 2 3 4 5

Keterangan :

STS : Sangat tidak setuju.

TS : Tidak setuju.

N : Netral.

S : Setuju.

SS : Sangat setuju

3.6.2 Uji Instrumen

3.6.2.1 Uji Validitas


Valid berarti instrumen tersebut dapat digunakan untuk mengukur apa
yang seharusnya diukur. Dalam ini berarti untuk mengukur sejauh mana
ketepatan pertanyaan yang digunakan dalam kuisioner untuk mengukur variabel
yang akan diteliti ( (Sugiyono, 2017) . untuk mengetahui tingkat validitas item
pertanyaan dapat dilihat melalui korelasi atara skor tiap item pertanyaan dengan
skor total item (nilai r hitung) . jika nilai r hitung lebih besar dari nilai r table (r
hitung < r table) , maka item tersebut dinyatakan valid.

3.6.2.2 Uji Reabilitas


Uji reabilitas dilakukan dengan menggunakan rumus alpha dengan hal-
hal pokoknya sebagai berikut :

1. Untuk menilai kestabilan ukuran dan konsistenal responden dalam


menjawab kuisioner. Kuisioner tersebut mencerminkan konsruk
sebagai domensi suatu variabel yang disusun dalam bentuk
pertanyaan.
2. Uji reabilitas dilakukan secara bersama-sama terhadap seluruh
pertanyaan
3. Uji reabilitas mempunyai kriteria
a. Jika nilai alpha > nilai r table, maka reliable
b. Jika nilai alpha < nilai r table , maka tidak reliable

Ada juga berpendapat :


a. Jila nilai alpha >0,5, maka reliable
b. Jika nilai alpha < 0,5 , maka tidak reliabel
3.7 Teknik Analisis Data
Data yang diperoleh dianalisis secara statistik dengan bantuan program
computer SPSS 23.0 for Windows ( Statistical Package for Soscial Science). Teknik
analisis yang digunakan adalah :

1) Uji Asumsi Klasik


Uji asumsi yang harus dipenuhi sebelum analisis regresi linier
berganda,disebut dengan uji asumsi klasik yang terdiri dari :
a. Uji Normalitas
Uji normalitas adalah pengujian yang dilakukan untuk
mengetahui variabel dependen ,variabel independent mempunyai
distribusi normal atau tidak.

Dasar pengambilan keputusannya adalah sebagai berikut :

1. Jika data menyebar disekitar garis diagonal dan


mengikuti arah garis diagonal,maka model regresi
memenuhi asumsi normalitas.
2. Jika data menyebar jauh dari garis diagonal dan tidak
mengikuti garis diagonal maka model regresi tidak
memenuhi asumsi normalitas.
b. Uji Multikolinieritas
Dalam (Ghozali) Uji multikolinieritas pertama kali
ditemukan oleh Ragnar Fisch pada tahun 1934. Menurut
(Porter), multikolinieritas berarti adanya hubungan yang linier
antar variabel prediktor dalam persamaan regresi linier
berganda, baik hubungan linier yang sempurna atau tidak.

c. Uji Heterokrdastisitas
Uji heterokrdastisitas bertujuan untuk menguji apakah
dalam model regresi terjadi ketidaksamaan varians dari
residual satu pengamatan kepengamatan yang lain.jika
varians dari yang lain tetap maka disebut heterokedastisitas ,
model regresiyang baik adalah tidak terjadi heterokedastisitas.
2) Uji Regresi Linier Berganda
Analisis ini digunakan untuk menghitung pengaruh pengetahuan
pajak, kesadaran pajak,dan sanksi pajak secara simultan
terhadap kepatuhan wajib pajak orang pribadi serta untuk
mengetahui variabel mana diantara pengetahuan pajak,kesadaran
pajak dan sanksi pajak yang paling berpengaruh terhadap
kepatuhan wajib pajak. Hasil analis digunakan dalam bentuk
persamaan garis regresi linier berganda (Sugiyono, 2017).
Analisis ini digunakan untuk mengetahui ada tidaknya pengaruh
variabel bebas yaitu Pengetahuan Perpajakan (X1) ,Kesadaran
Perpajakan (X2) dan Sanksi Perpajakan (X3) terhadap variabel
terikat yaitu Kepatuhan Wajib Pajak (Y) dengan rumus dengan
persamaan :
Y = a + b1 X1 + b2X2
Dimana :
Y = variabel terikat : Kepatuhan Wajib Pajak
a = bilangan konstan
b1 = koefisien regresi dari X1
b2 = koefisien regresi dari X2
X1 = variabel bebas : Pengetahuan Wajib Pajak
X2 = variabel bebas : Kesadaran Wajib Pajak
X3 = variabel bebas : Sanksi Wajib Pajak
3) Uji determinasi
Pengujian ini dilakukan untuk mengetahui seberapa besar
keterikatan atau keeratanvariabel untuk variabel dependen ( Kepatuhan
Wajib Pajak Orang Pribadi) dengan variabel independennya yaitu
Pengetahuan Perpajakan,Kesadaran Perpajakan dan Sanksi Perpajakan.
Koefisien korelasi berganda biasanya diberi simbol dengan R2 . dalam
persamaan regresi yang menggunakan lebih dari satu variabel
independen, maka nilai R2 ysng bsik digunakan untuk menjelaskan
persamaan regresi adalah koefisien determinasi yang disesuaikan karena
telah memperhitungkan jumlah variabel independen dalam suatu model
regresi. Nilai koefisien deterimansi R2 untuk menunjukkan presentase
tingkat kebenaran suatu prediksi dari pengujian regresi yang dilakukan
(Ghozali)

4) Uji F tes
Uji F( Simultan) digunakan untuk mengetahui ada atau tidaknya
pengaruh simultan variabel-variabel bebas (independen) terhadap
variabel terikat (dependen). Uji F dilakukan dengan melihat nilai signifinsi
pada table ANNOVA dengan meggunakan program SPSS. Hasil uji F
yang signifikan apabila nilai Fsig ≤ 0,05 maka hubungan antara variabel-
variabel independen adalah signifikan mempengaruhi kepatuhan wajib
pajak orang pribadi di KPP Pratama Denpasat Timur dan model regresi
yang digunakan layak uji ( Ghozali).
5) Uji Statisti t
Uji t bertujuan untuk menguji apakah variabel independen
Pengetahuan Pajak,Kesadaran Pajak, dan Sanksi Pajak secara parsial
atau individual terhadap variabel dependen ( kepatuhan wajib pajak
orang pribadi). Uji statistic t pada dasarnya menunjukkan seberapa jauh
variabel independen secara parsial berpengaruh signifikan terhadap
variabel , dengan asumsi jika nilai sig thitung ≤ 0,05 , maka hubungan
antara masing-masing variabel bebas adalah signifikan memengaruhi
variabel terikat sebaliknya , jika hasil dari uji t menunjukkan bahwa nilai
sig thitung > 0,05, maka hubungan antara masing-masing variabel bebas
tidak signifikan memengaruhi variabel terikat.

Anda mungkin juga menyukai