(Studi Empiris pada Wajib Pajak Orang Pribadi yang Terdaftar di KPP
Pratama Denpasar Timur)
119211117
DENPASAR
2022
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Pada era yang semakin maju seperti saat ini, Indonesia yang disebut sebagai
Negara berkembang mau tidak mau dituntut untuk ikut bersaing dengan Negara lain
yang ada. Ada salah satu upaya pemerintah dengan cara melakukan upaya
pembangunan Nasional, dimana diharapkan akan mampu meningkatkan
kesejahteraan masyarakat. Untuk mewujudkan tujuan tersebut, pemerintah harus
mengawasi dana atau anggaran yang tersedia, dimana ini bertujuan agar proses
pembangunan nasional dapat berjalan dengan baik. Tetapi saat ini, dana anggaran
pemerintah tersebut terhambat dikarenakan pandemi ,tetapi saat ini sudah dalam
proses pemulihan. Hadirnya pandemi COVID-19 sangat mebawa dampak perubahan
terhadap dunia. Pandemi sudah cukup mengkwatirkan dan tidak pernah terbayangkan
sebelumnya. Akibat dari adanya pandemi COVID-19 tersebut mengganggu jalannya
roda pemerintahan. Maka dari itu, pemerintah harus dengan cepat mengeluarkan
berbagai peraturan kebijakan. Kebijakan dari pemerintah salah satunya adalah
perpajakan. Dimana sumber penerimaan negara yang digunakan untuk membiayai
segala pengeluaran pemerintah dan pembangunan nasional semua tersebut berasal
dari penerimaan pajak dan penerimaan bukan pajak. Penerimaan-penerimaan negara
digunakan untuk pembangunan fasilitas umum, belanja negara, pembayaran gaji
pegawai, dan lain sebagainya. Penerimaan ini secara tidak langsung akan
meningkatkan kemakmuran dan kesejahteraan rakyat.
Pajak menurut Undang-Undang Nomor 16 Tahun 2009 tentang perubahan
keempat atas Undang-Undang Nomor 6 Tahun 1983 tentang aturan ketentuan umum
dan tata cara perpajakan pada Pasal 1 ayat 1 berbunyi “ Pajak adalah Kontribusi wajib
kepada Negara yang terutang oleh orang pribadi atau badan yang bersifat memaksa
berdasarkan undang-undang dengan mendapatkan imbalan secara langsung dan
digunakan untuk keperluan Negara bagi sebesar-besarnya kemakmuran rakyat (Yang
& Dengan, 2022). Pajak merupakan suatu iuran rakyat kepada kas Negara
berdasarkan undang-undang ( yang dapat dipaksakan) dengan tiada mendapatkan
jasa timbal ( kontraprestasi) yang langsung dapat ditunjukkan dan digunakan untuk
membayar pengeluaran umum (Apika, 2019).Pajak mempunyai peranan penting dalam
penerimaan pajak. Dimana setiap WP (Wajib Pajak) yang membayar pajak akan
memberikan dampak positif, dengan cara membayar pajak dengan tepat waktu akan
tercapainya target APBN dalam pajak. Anggaran yang didapat juga berfungsi dalam
mengembangkan pembangunan. Tapi terkadang setiap orang mempunyai pemikiran
yang berbeda, seperti tidak mau membayar pajak atau menghindar sebagai Wajib
Pajak, karena menurut mereka membayar pajak seakan-akan merugikan dan tidak
mendapatkan apa-apa.
Tabel 2.
LANDASAN TEORI
1. Sanksi administrasi
Sanksi Administrasi merupakan sebuah pembayaran kerugian kepada
negara, khususnya yang berupa Bungan dan kenaikan.
2. Sanksi pidana
Sanksi Pidana merupakan siksaan atau penderitaan. Merupakan suatu
alat terakhir atau benteng hukum yang digunakan pegawai pajak agar
norma perpajakan dipatuhi.
1. Sanksi yang diberikan kepada wajib pajak harus jelas dan tegas
Ketegasan dan kejelasan sanksi yang diberikan kepada wajib pajak harus
dapat menimbulkan efek jera agar wajib pajak tidak mengulanginya di lain
waktu.
2. Sanksi perpajakan tidak mengenal kompromi (not arbitrary) Sanksi yang
diberikan tidak pandang bulu, dan sesuai dengan peraturan perundang-
undangan yang berlaku.
3. Tidak ada toleransi Pemberian sanksi merupakan upaya terakhir petugas
pajak setelah beberapa tahapan yang dilalui tidak diindahkan oleh wajib
pajak.
4. Sanksi yang diberikan hendaklah seimbang Sanksi yang diberikan kepada
wajib pajak yang tidak memenuhi kewajiban pajaknya harus sesuai
dengan perundang-undangan perpajakan yang berlaku dan dilakukan
seimbang atau sesuai dengan kesalahannya.
5. Hendaknya sanksi yang diberikan langsung memberikan efek jera
Ketegasan sanksi yang diterapkan harus memberikan efek jera kepada
wajib pajak yang melakukan pelanggaran perpajakan. Hal ini
dimaksudkan agar wajib pajak tidak mengulangi lagi di waktu yang akan
datang dan agar penerimaan negara dari pajak dapat tercapai.
1. Kepatuhan Formal
Menurut (www.kemenkeu) kepatuhan formal merupakan suatu perilaku dimana Wajib
Pajak berupaya memenuhi kewajiban perpajakan secara formal sesui dengan
ketentuan formal dalam undang-undang perpajakan.
2. Kepatuhan Material
Merupakan suatu perilaku dimana Wajib Pajak secara substantif memenuhi semua
ketentuan materil perpajakan, yakni sesuai isi dan jiwa undang-undang perpajakan
(Cahyonowati, 2016)
3. Kepatuahan Sukarela
Dimana kepatuhan ini muncul karena kesadaran dari wajib pajak sendiri.
Menurut (Mukhlis, 2012) kepatuhan pajak sukarela (voluntary tax compliance)
mencakup peningkatan kesadaran untuk tunduk terhadap peraturan perpajakan
dan sekaligus terhadap administrasi pajak yang berlaku tanpa perlu disertai
aktivitas tindakan dari otoritas , kepatuhan sukarela juga merupakan faktor
penting dalam upaya meningkatkan penerimaan negara. Kepatuhan pajak
sukarela (voluntary tax compliance) merupakan kepatuhan wajib pajak karena
adanya kepercayaan wajib pajak pada otoritas pajak.
4. Kepatuhan yang dipaksakan
Dimana teori kepatuahan ini terlahir dari sudut pandang ekonomi yang
mengamsumsikan wajib pajak sebagai makhluk rasional yang berusaha memaksialkan
keuntungan dengan membandingkan peluang dan risiko penggelapan pajak. Menurut
2.3 Penelitian Terdahulu
1. Pengetahuan pajak
Dimana tingkat pengetahuan pajak masyarakat yang memadai, yang akan
memudahkan bagi wajib pajak untuk patuh pada peraturan perpajakan
2. Kesadaran Wajib Pajak
Kesadaran wajib pajak dapat dilihat dari kesungguhan dan keinginan wajib pajak dalam
memenuhi tanggungan pajak yang dimilikinya dan pemahaman pajak dapat mendorong
wajib pajak membayar pajaknya dengan sukarela
3. Sanksi Perpajakan
Untuk mencegah ketidakpatuhan wajib pajak dalam membayar pajak adalah adnya
sanksi yang tegas, dimana sanksi yang tegas akan menjadi pemicu wajib pajak patuh
dalam membayar pajak.
4. Kepatuhan wajib pajak
Kepatuhan perpajakan sebagai suatu keadaan dimana wajib pajak memenuhi semua
kewajiban perpajakan dan melaksanakan hak perpajakannya
Dari penjelasan tersebut maka peneliti merumuskan kerangka pikir dalam penelitian
ini sebagai berikut :
PENGETAHUAN H1
PERPAJAKAN ( X1)
H2 KEPATUHAN WAJIB
KESADARAN
PAJAK ORANG PRIBADI
PERPAJAKAN (X2)
(Y)
SANKSI PERPAJAKAN H3
(X3)
H4
STS TS N S SS
1 2 3 4 5
Keterangan :
TS : Tidak setuju.
N : Netral.
S : Setuju.
SS : Sangat setuju
BAB III
METODE PENELITIAN
Populasi dalam penelitian ini adalah …. Wajib pajak yang terdaftar di KPP
Pratama Denpasar Timur .Populasi yang dipakai di studi ini yaitu seluruh wajib pajak
orang pribadi yang tercatat di KPP Pratama Denpasar Timur dengan jumlah yang
terdaftar adalah sebanyak ………responden
3.2.2 Sampel
Rumus Slovin :
N
n
1 + N (e)2
Dalam penelitian ini, metode pengumpulan data yang akan digunakan adalah
dengan metode kuisioner. Dimana kuesioner ini metode pengumpulan data yang berisi
pertanyaan tertulis pada responden untuk dijawab. Kuesioner merupakan teknik
pengumpulan data yang dilaksanakan lewat cara memberikan seperangkat pertanyaan
ataupun pernyataan tertulis pada responden guna dijawabnya (Sugiyono, 2017)
Di studi ini, kuisioner hendak dibagi secara langsung pada responden melalui
google form pada individu yang tercatat di KPP Pratama Denpasar Timur. Kuisioner ini
berupa susunan pertanyaan tertulis kepada para responden tentang pengaruh
pengetahuam, kesadaran, serta sanksi pajak pada kepatuhan wajib pajak pada KPP
Pratama Denpasar Timur.
1 2 3 4 5
Keterangan :
TS : Tidak setuju.
N : Netral.
S : Setuju.
SS : Sangat setuju
c. Uji Heterokrdastisitas
Uji heterokrdastisitas bertujuan untuk menguji apakah
dalam model regresi terjadi ketidaksamaan varians dari
residual satu pengamatan kepengamatan yang lain.jika
varians dari yang lain tetap maka disebut heterokedastisitas ,
model regresiyang baik adalah tidak terjadi heterokedastisitas.
2) Uji Regresi Linier Berganda
Analisis ini digunakan untuk menghitung pengaruh pengetahuan
pajak, kesadaran pajak,dan sanksi pajak secara simultan
terhadap kepatuhan wajib pajak orang pribadi serta untuk
mengetahui variabel mana diantara pengetahuan pajak,kesadaran
pajak dan sanksi pajak yang paling berpengaruh terhadap
kepatuhan wajib pajak. Hasil analis digunakan dalam bentuk
persamaan garis regresi linier berganda (Sugiyono, 2017).
Analisis ini digunakan untuk mengetahui ada tidaknya pengaruh
variabel bebas yaitu Pengetahuan Perpajakan (X1) ,Kesadaran
Perpajakan (X2) dan Sanksi Perpajakan (X3) terhadap variabel
terikat yaitu Kepatuhan Wajib Pajak (Y) dengan rumus dengan
persamaan :
Y = a + b1 X1 + b2X2
Dimana :
Y = variabel terikat : Kepatuhan Wajib Pajak
a = bilangan konstan
b1 = koefisien regresi dari X1
b2 = koefisien regresi dari X2
X1 = variabel bebas : Pengetahuan Wajib Pajak
X2 = variabel bebas : Kesadaran Wajib Pajak
X3 = variabel bebas : Sanksi Wajib Pajak
3) Uji determinasi
Pengujian ini dilakukan untuk mengetahui seberapa besar
keterikatan atau keeratanvariabel untuk variabel dependen ( Kepatuhan
Wajib Pajak Orang Pribadi) dengan variabel independennya yaitu
Pengetahuan Perpajakan,Kesadaran Perpajakan dan Sanksi Perpajakan.
Koefisien korelasi berganda biasanya diberi simbol dengan R2 . dalam
persamaan regresi yang menggunakan lebih dari satu variabel
independen, maka nilai R2 ysng bsik digunakan untuk menjelaskan
persamaan regresi adalah koefisien determinasi yang disesuaikan karena
telah memperhitungkan jumlah variabel independen dalam suatu model
regresi. Nilai koefisien deterimansi R2 untuk menunjukkan presentase
tingkat kebenaran suatu prediksi dari pengujian regresi yang dilakukan
(Ghozali)
4) Uji F tes
Uji F( Simultan) digunakan untuk mengetahui ada atau tidaknya
pengaruh simultan variabel-variabel bebas (independen) terhadap
variabel terikat (dependen). Uji F dilakukan dengan melihat nilai signifinsi
pada table ANNOVA dengan meggunakan program SPSS. Hasil uji F
yang signifikan apabila nilai Fsig ≤ 0,05 maka hubungan antara variabel-
variabel independen adalah signifikan mempengaruhi kepatuhan wajib
pajak orang pribadi di KPP Pratama Denpasat Timur dan model regresi
yang digunakan layak uji ( Ghozali).
5) Uji Statisti t
Uji t bertujuan untuk menguji apakah variabel independen
Pengetahuan Pajak,Kesadaran Pajak, dan Sanksi Pajak secara parsial
atau individual terhadap variabel dependen ( kepatuhan wajib pajak
orang pribadi). Uji statistic t pada dasarnya menunjukkan seberapa jauh
variabel independen secara parsial berpengaruh signifikan terhadap
variabel , dengan asumsi jika nilai sig thitung ≤ 0,05 , maka hubungan
antara masing-masing variabel bebas adalah signifikan memengaruhi
variabel terikat sebaliknya , jika hasil dari uji t menunjukkan bahwa nilai
sig thitung > 0,05, maka hubungan antara masing-masing variabel bebas
tidak signifikan memengaruhi variabel terikat.