Anda di halaman 1dari 12

Prisma (Platform Riset Mahasiswa Akuntansi)

Volume 01 Nomor 01 Tahun 2020 (Hal: 58-69)


https://ojs.stiesa.ac.id/index.php/prisma

PENGARUH LOVE OF MONEY, SISTEM PERPAJAKAN,


KEADILAN PERPAJAKAN, DISKRIMINASI PERPAJAKAN,
PEMAHAMAN PERPAJAKAN, SANKSI PERPAJAKAN DAN
RELIGIUSITAS TERHADAP PENGGELAPAN PAJAK
(Berdasarkan Persepsi Wajib Pajak Orang Pribadi Yang Terdaftar
Di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Kabupaten Subang)
Yuliani Karlina
Program Studi Akuntansi
STlE Sutaatmadja, Subang, Indonesia
Email: ykarlina05@gmail.com

INFO ARTIKEL ABSTRAK/ABSTRACK


Histori Artikel : Penggelapan pajak adalah suatu tindakan yang melanggar
Tgl. Masuk: 8 November 2019 undang-undang dengan tujuan untuk mengurangi beban
Tgl. Diterima: 6 Januari 2020 pajak yang harus dibayar oleh wajib pajak. Penelitian ini
Tgl. Online: 31 Januari 2020 dilakukan untuk mengetahui bagiamana kaitannya Love Of
Keywords: Money, sistem perpajakan, keadilan perpajakan,
diskriminasi perpajakan, pemahaman perpajakan, sanksi
Tax evasion, perpajakan, perpajakan dan religiusitas terhadap penggelapan pajak
sistem. berdasarkan persepsi wajib pajak orang pribadi yang
terdaftar di kantor pelayanan pajak pratama Kabupaten
Subang. Theory planed of behavior atau teori keprilakuan
merupakan teori yang digunakan dalam penelitian ini.
Seluruh wajib pajak yang terdaftar di kantor pelayanan
pajak pratama kabupaten subang adalah populasi dalam
penelitian ini. Alat analisis yang digunakan untuk mnegtahui
bagaimana pengaruhnya antara variabel independen
terhadap dependen dalam penelitian ini yaitu teknik analisis
linier berganda dan pengujian hipotesis menggunakan uji-t,
uji-f dan koefisien determinasi.

PENDAHULUAN penerimaan perpajakan dan penerimaan


negara yang bukan pajak.
Indonesia merupakan negara
berkembang yang sangat membutuhkan Sektor perpajakan merupakan
dana untuk membiayai pembangunannya. sektor terbesar yang berkontribusi bagi
Untuk membiayai segala kepentingan APBN. Pajak mempunyai peranan penting
negara untuk mewujudkan perekonomian bagi pembangun sebuah negara. Seluruh
nasional yang lebih baik maka disusunlah pengeluaran-pengeluaan negara yang
APBN (Anggaran Pendapatan dan Belanja digunakan untuk pembangunan nasioanl
Negara). Seluruh pendapatan yang serta untuk membiayai insfratuktur umu
diterima oleh negara serta belanja atau seperti jalan, stasiun dan alat-alat
pengeluaran pemerintah setiap tahunnya transportasi dibiayai oleh pajak.
tercatat didalam APBN. Pendapatan
negara diperoleh dari dua sektor yaitu
2020 Prisma (Platform Riset Mahasiswa Akuntansi) 59

Tabel 1. Target dan Realisasi (tax evasion). Menurut Mardiasmo (2004)


Penerimaan Pajak Suatu aktivitas yang dilakukan oleh wajib
dalam miliar Rupiah pajak dengan tujuan untuk mengurangi
Tahun 2016 2017 2018 beban pajak dengan cara melanggar
Target 1.355,20 1.283,57 1.424,00 undang-undang yang berlaku disebut
Realisasi 1.105,73 1.151,03 1.315,51 sebagai penggelapan pajak.
Capaian 81,59% 89,67% 92,24%
Sumber: Laporan Kinerja Direktorat Disatu sisi pajak yang sifatnya wajib
Jenderal Pajak Tahun 2018 dipandang menjadi sebagai suatu beban
yang akan mengurangi kemampuan
Sampai dengan akhir tahun 2018 ekonomis seseorang, karena sebagian
penerimaan pajak hanya mampu dari total penghasilan yang mereka
mencapai Rp 1.315,51 triliun, atau hanya dapatkan harus disisihkan untuk
92,24% dari target APBN yang telah membayar pajak. Padahal, uang yang
ditetapkan yaitu sebesar Rp 1.424 triliun. dibayarkan untuk membayar pajak
Terdapat beberapa faktor yang tersebut dapat digunakan untuk memenuhi
menyebabkan penerimaan tidak sesuai keperluan hidup sehar-hari, jika tidak ada
target yang diacapai, salah satunya kewajiban pajak tersebut. (Suminarsasi
penyebab dari hal tersebut karena adanya dan Supriyadi, 2011).
perilaku wajib pajak yang melanggar
undang-undang yaitu penggelapan oleh Selanjutnya, ketika sanksi perpajakan
wajib pajak. telah ditetapkan oleh pemerintah tetapi
tidak disosialisasikan kepada masyarakat
Penggelapan pajak (tax evasion) juga dapat menjadi faktor yang
merupakan cara untuk meringankan menyebabkan seseorang melakukan
beban pajak dengan melanggar undang- penggelapan pajak. Terlebih jika sanksi
udang yang dilakukan oleh wajib pajak dan perpajakan yang telah ditetapkan tersebut
hal tersebut merupakan perilaku yang tidak membuat jera para pelanggar atau
tidak etis. Penggelapan pajak dianggap wajib pajak yang melakukan penggelapan.
sebagai perilaku yang tidak etis atau
perbuatan yang tidak legal karena Bebeberapa faktor-faktor lain yang
perbuatan tersebut melanggar undang- dapat mempengaruhi penggelapan pajak
undang (Mardiasmo, 2009) dalam adalah karena kurangnya pemahaman
(Suminarsasi dan Supriyadi, 2011). mengenai perpajakan, sehingga akan ada
kemungkinan wajib pajak melakukan
Untuk menunjang keberhasilan dalam pelanggaran karena kurangnya
melakukan pemungutan pajak maka suatu pemahaman baik itu mengenai fungsi
sistem sangat diperlukan. Sistem pajak maupun sanksi yang akan
pembayaran pajak yang diterapkan di dikenakan kepada wajib pajak jika
Indonesia saat ini yaitu self assessment melakukan pelanggaran (Mubarak, dkk,.
system, sistem ini dapat mendorong 2019).
perilaku penggelapan pajak. Wajib pajak
diharuskan untuk melakukan perhitungan Religiusitas merupakan faktor lain
dan penyetoran pajak sendiri ke kantor yang dapat mempengaruhi perilaku etis
pelayanan pajak (KPP) merupakan sistem individu, religiusitas ini dipercaya sebagai
yang berlaku saat ini. Disatu sisi self pencegah perilaku yang tidak etis atau
asessment system dapat mendorong pembentukan moral dan perilaku yang
masyarakat untuk lebih aktif dan sadar baik. Religiusitas dapat membatasi niatan
dalam melakukan pembayaran pajak, individu atau wajib pajak untuk melakukan
karena sistem ini membuat pembayaran penggelapan pajak, karena religiusitas
pajak menjadi lebih praktis. Di sisi lain, berlaku seperti sebuah penegakkan
kepercayaan yang diberikan dari tersebut aturan-aturan yang (Surahman dan Putra,
memberikan peluang bagi wajib pajak 2018).
untuk merencanakan penggelapan pajak
2020 Volume 1 No. 1 Januari 60

Persepsi adalah reaksi dari sesuatu James Tumewu dan Wiwin Wahyuni
atau proses seseorang untuk mengetahui (2018) dalam penelitiannya menyatakan
beberapa hal dengan menggunakan bahwa variabel diskriminasi berpengaruh
pancaindranya (Kamus Besar Bahasa terhadap penggelapan pajak. Sedangkan
Indonesia). Suprihanto, dkk (2003) dalam dalam penelian yang dilakukan oleh
Tumewu dan Wahyuni (2018) menyatakan Enggar Pratiwi dan Ronny Prabowo (2019)
Suatu bentuk penilaian atau pandangan yang berjudul Keadilan dan Diskriminasi
satu orang dalam menghadapi perlakuan Pajak Terhadap Penggelapan Pajak:
yang sama, tetapi dalam kondisi lain akan Persepsi Wajib Pajak Orang Pribadi
menimbulkan persepsi yang berbeda menyatakan bahwa tidak terdapat
disebut dengan persepsi. pengaruh antara diskriminasi pajak
terhadap persepsi wajib pajak orang
Berdasarkan penelitian terdahulu pribadi mengenai penggelapan pajak.
yang dilakukan oleh Wanda Suharman Penelitian terdahulu yang dilakukan
dan Ulinnuha Yudiansa Putra (2018) oleh Wanda Suharman dan Ulinnuha
dalam penelitiannya yang berjudul faktor- Yudiansa Putra (2018) dalam
faktor wajib pajak terhadap etika penelitiannya yang berjudul Faktor-faktor
penggelapan pajak menyatakan bahwa wajib pajak terhadap etika penggelapan
Love of Money tidak berpengaruh pajak menyatakan bahwa pemahaman
terhadap persepsi wajib pajak mengenai perpajakan berpengaruh terhadap
etika penggelapan pajak (tax evasion). persepsi wajib pajak mengenai etika
Sedangkan menurut Asih dan Dwiyanti penggelapan pajak (tax evasion)
(2019) menyatakan bahwa Love of Money Sedangkan menurut Christine Yezzie
berpengaruh negatif terhadap persepsi (2017) bahwa tidak terdapat pengaruh
etika penggelapan pajak pada wajib pajak antara Pemahaman Perpajakan (X3)
orang pribadi. dengan persepsi wajib pajak mengenai
etika penggelapan pajak/ tax evasion (Y)
Hasil pengujian hipotesis yang Penelitian terdahulu yang dilakukan
dilakukan oleh Silvia Reswina dan Dewi oleh Sundari (2019) menyatakan bahwa
Zulvia (2018) menghasilkan nilai signifikan sanksi perpajakan berpengaruh terhadap
0,000 < 0,05 sehingga uji hipotesis persepsi wajib pajak mengenai
pertama menyatakan bahwa terdapat penggelapan pajak (tax evasion).
pengaruh sistem perpajakan terhadap Sedangkan menurut Christine Yezzie
penggelapan pajak. Sedangkan hasil (2017) Sanksi Perpajakan (X4) tidak
penelitian yang dilakukan oleh James memiliki pengaruh terhadap persepsi wajib
Tumewu dan Wiwin Wahyuni (2018) pajak mengenai etika penggelapan pajak/
menyatakan bahwa tidak terdapat Tax Evasion (Y).
pengaruh antara sistem perpajakan Penelitian terdahulu yang dilakukak
terhadap persepsi mahasiswa tentang oleh Yesie Mutia (2015) bahwa religiusitas
penggelapan pajak. tidak berpengaruh pada etika
Penelitian yang dilakukan oleh Enggar penggelapan pajak. Sedangkan
Pratiwi dan Ronny Prabowo (2019) yang berdasarkan penelitian yang dilakukan
berjudul Keadilan dan Diskriminasi Pajak oleh Wanda Suharman dan Ulinnuha
Terhadap Penggelapan Pajak: Persepsi Yudiansa Putra (2018) dalam
Wajib Pajak Orang Pribadi menunjukkan penelitiannya yang berjudul Faktor-faktor
bahwa keadilan pajak memilki pengaruh wajib pajak terhadap etika oenggelapan
terhadap persepsi wajib pajak orang pajak menyatakan bahwa religiusitas
pribadi mengenai penggelapan pajak. berpengaruh terhadap persepsi wajib
Sedangkan menurut James Tumewu dan pajak mengenai penggelapan pajak (tax
Wiwin Wahyuni (2018) menyatakan bahwa evasion). Hasil ini menjelaskan bahwa jika
variabel keadilan dalam perpajakan tidak religiusitas tinggi keyakinan yang kuat
berpengaruh kepada persepsi mahasiswa pada agama mengurangi sikap untuk
terhadap penggelapan pajak. melakukan kecurangan pajak (Nuraprianti,
dkk., 2019).
2020 Prisma (Platform Riset Mahasiswa Akuntansi) 61

Berdasarkan latar belakang dan riset yang positif, dukungan dari orang sekitar
gap yang telah dijelaskan diatas, maka serta adanya persepsi kemudahan karena
peneliti termotivasi untuk melakukan tidak ada hambatan untuk berperilaku
penelitian ini. maka niat sesorang untuk berperilaku
akan semakin tinggi (Ajzen, 2005).
KERANGKA TEORITIS DAN
PENGEMBANGAN HIPOTESIS Persepsi
Azwar (2002) dalam Tumewu dan
Theory Planned of Behavior Wahyuni (2018), sikap adalah suatu
bentuk evaluasi atau rekasi perasaan.
Teori ini memiliki fondasi terhadap terbentuknya sikap menurt Katz et al.
perspektif kepercayaan yang mampu dalam Azwar (2002), merupakan respon
mempengaruhi seseorang untuk koginitif yaitu respon dari persepsi dan
melakukan tindakan yang spesifik. pernyataan manusia tentang apa yang
Perspektif kepercayaan dilasanakan dipercayainya. Terkait dengan sikap atas
melalui penggabungan beraneka ragam penggelapan pajak, meyakini bahwa
karateristik, kualitas dan atribut atas penggelapan pajak adalah hal yang tidak
informasi tertentu yang kemudian etis (persepsi etika) dapat direspon
membentuk kehendak dalam bertingkah menjadi sikap bahwa penggelapan pajak
laku (Yuliana, 2004). Keputusan dalam adalah perilaku yang negatif.
berlaku melalui cara yang dikehendaki Abizar (1998) dalam Tumewu dan
atau stimulus untuk melaksanakan suatu Wahyuni (2018) menyatakan bahwa suatu
tindakan baik secara sadar maupun tidak langkah-langkah dimana seorang individu
sadar disebut dengan Intensi (niat) memilih, menilai, dan mengorganisasikan
(Corsini, 2002). Awal terbentuknya dorongan dari lingkungannya disebut
perilaku seseorang dimulai dari intensi. persepsi. Dalam menentukan cara untuk
Dalam menjelaskan perilaku apapun yang berperilaku terhadap suatu obyek atau
memerlukan perencanaan maka teori permasalahan maka dapat digunakan
planned behavior ini cocok untuk persepsi untuk menentukan cara tersebut,
diterapkan (Ajzen, 1991). yang nanntinya akan mempenguruhi
pilihannya untuk menentukan sebuah
Planned behavior theory adalah
perilaku atau pandangan terhadap
perluasan dari reasoned action theory.
sesuatu.
Reasoned action theory memilki bukti-
bukti ilmiah bahwa terdaapt niat yang
Pajak
diakibatkan oleh dua alasa, yaitu norma
Undang-Undang no. 28 tahun 2007
subjektif dan sikap terhadap perilaku untuk
Mendefiniskan pajak sebagai kontribusi
melakukan tindakan atau perilaku tetentu
wajib kepada negara, yang terutang oleh
(Fishbein dan Ajzen, 1975). Beberapa
orang pribadi atau badan yang bersifat
tahun kemudian, Ajzen (1988
memaksa berdasarkan Undang-undang,
menambahkan satu faktor lain yaitu
dengan tidak mendapatakan imbalan atau
kontrol perilaku persepsian individu atau
manfaat secara langsung dan digunakan
perceived behavioral control. Keadaan
untuk keperluan Negara bagi sebesar-
faktor tersebut mengubah reasoned action
besarnya kemakmuran rakya.
theory menjadai planned behavior theory.
Prof. Dr. Rochmat Soemitro.SH
Planned behavior theory mendefinisikan pajak sebagai iuran yang
menjelaskan bahwa sikap terhadap diberikan masyarakat kepada kas negara
perilaku merupakan pokok penting yang dengan berdasarkan kepada undang-
sanggup memperkirakan suatu perbuatan, undang yang berlaku (yang sifatnya dapat
meskipun demikian perlu dipertimbangkan dipaksakan tetapi tidak mendapatkan jasa
sikap sesorang dalam menguji norma timbal balik (kontra pretasi) atau manfaat
subjektif serta mengukur kontrol perilaku secara langsung dapat ditujukan dan
persepsian orang tersebut. Bila ada sikap dirasakan serta digunakan untuk
2020 Volume 1 No. 1 Januari 62

membayar pengeluaran-pengeluaran undang disebut juga dengan penggelapan


yang bersifat umum. pajak (tax evasion) (Mardiasmo, 2004).
Menurut Resmi (2009)
memberikan definisi terhdap pajak Penggelapan pajak adalah suatu
sebagai suatu keharusan atau kewajiban aktivitas untuk mengurangi beban pajak
atau keharusan dengan memberikan yang akan dibayarkan tetapi dengan cara
sebagian dari kekayaan kepada kas yang melanggar hukum. Penggelapan
negara yang diakibatkan oleh suatu pajak banyak dilakukan karena mudah
keadaan, kejadian dan perbuatan yang dilakukan (Sundari, 2019).
memberikan kedudukan tertentu, tetapi
bukan merupakan hukuman, serta dapat Menurut Pohan (2017) dalam
dipaksakan menurut peraturan yang Sudari (2019) penggelapan pajak (tax
ditetapkan oleh pemerintah, tetapi tidak evasion) adalah upaya wajib pajak untuk
mendapatkan jasa timbal balik atau menghindari pajak yang terutang dengan
manfaat dari negara secara langsung, cara menyembunyikan keadaaan yang
dengan tujuan untuk memelihara sebenarnya. Cara ini tidaklah aman bagi
kesejahteraan umum . wwajib pajak, karena metode dan teknik
yang digunakan tidak berada dalam
Wajib Pajak koridor undang-undang dan peraturan
Berdasarkan pasal 1 Undang-Undang perpajakan.
Nomor 16 Tahun 2000 pengertian wajib Love of Money
pajak adalah orang pribadi atau badan, Love of money adalah suatu cara
meliputi pembayar pajak, pemotong pajak, dalam melakukan pengukuran terhadap
dan pemungut pajak, yang mempunyai nilai (value) seseorang atau keinginan
hak dan kewajiban perpajakan sesuai mengenai uang akan tetapi bukan
dengan ketentuan perundang-undangan kebutuhan mereka dan makna atau
perpajakan. Rahayu (2006) membedakan pentingnya yang serta perilaku terhadap
wajib pajak menjadi 3, yaitu: uang (Tang, 2004 dalam Azziz, 2015).
1. Wajib pajak orang pribadi terdiri dari Orang yang memiliki kecintaan pada uang
usahawan maupun non usahawan; yang begitu besar, orang tersebut akan
2. Wajib pajak badan, yang meliputi menempatkan uang sebagai hal yang
perseroan terbatas, perseroan sangat penting. Oleh karena itu, orang
komanditer, perseroan lainnya, mempunyai kecintaan yang sangat besar
Badan Usaha Miliki Negara atau pada uang akan berperilaku kurang etis
Daerah dengan nama dan dalam dibandingkan dengan orang yang
bentuk apapun, firma, kongsi, memunyai kecintaan pada uang yang lebih
koperasi, dana pensiun, rendah (Tang, 2002) dalam Basri (2015).
persekutuan, perkumpulan,
yayasan, organisasi massa, Sistem Perpajakan
organisasi sosial politik, atau Menurut Kamus Besar Bahasa
organisasi sosial yang sejenis, Indonesia (KBBI), Perangkat unsur yang
lembaga, bentuk usaha tetap, dan secara teratur yang saling berkaitan
bentuk badan lainnya; dan hingga membentuk suatu totalitas atau
3. Pemungut atau pemotong pajak tujuan disebut sistem. Sedangkan Silaen
yang ditunjuk oleh pemerintah, (2015) dalam Chaironisyah (2018)
misalnya bendaharawan pemerintah mendefinisikan sistem pajak sebagai
dan Kantor Pembendaharaan dan suatu cara atau langkah-langkah
Kas Negara (KPKN). pemungutan pajak yang merupakan
bentuk dari pengabdian dan peran serta
Penggelapan pajak Wajib Pajak agar secara langsung dan
Suatu usaha yang dilakukan oleh bersama-sama melakukan kewajiban
wajib pajak dengan tujuan untuk perpajakan yang digunakan unluk
meringankan atau mengurangi beban pembiayaan penyelenggaraan
pajak dengan cara melanggar undang- pembangunan nasional.
2020 Prisma (Platform Riset Mahasiswa Akuntansi) 63

Sistem pajak yang digunakan di hak serta kewajiban perpajakan, aspek


indonesia yaitu self assessment system. keadilan berkaitan dalam penegakkan
Sistem ini mengharuskan wajib pajak peraturan.
berperan aktif dalam kegiatan pajaknya. Siahaan (2010) dalam Wahyuni
Menurut Pohan (2007) dalam Sundari (2018) menjelaskan bahwa dengan
(2019) self assessment system adalah mengacu kepada aspek kedua yiatu
suatu langkah-langkah pemungutan pajak kemampuan membayar dapat didapatkan
dengan memberikan wewenang kesimpulan bahwa terdapat dua kelompok
kepercayaan dan tanggungjawab kepada dalam keadialan pajak:
individu wajib pajak untuk dapat a. Keadilan Horizontal
melaksanakan sendiri kewajiban dan hak Orang-orang yang memiliki jumlah
perpajakannya. penghasilan atau kemampuan yang
sama berarti jumlah pajak yang
Sedangkan menurut resmi (2014) dibayarkan kepada negara juga
dalam Sundari (2019) menyatakan bahwa dengan jumlah yang sama. Dengan
self assesment system adalah langkah- demikian prinsip ini hanya
langkah atau tatacara pemungutan pajak menerapkan prinsip dasar keadilan
dengan cara memberikan keuasaan atau berdasarkan undang-undang.
kebebasan kepada wajib pajak dalam Misalnya terdapat dua orang yang
menentukan sendiri jumlah pajak yang memiliki jumlah yang sama maka
terutang setiap tahunnya untuk diayarkan kedua orang tersebut saat melakukan
kepad negara, tetapi harus sesuai dengan pembayaran pajak, jumlah pajak yang
peraturan Undang-Undang perpajakan dibayar oleh kedu orang tersebut
yang berlaku. jumlahnya sama.
b. Keadilan Vertikal
Keadilan Perpajakan Prinsip keadilan vertikal memberi
Di Indonesia, keadilan perpajakan defisi bahwa orang-orang yang
dianggap berkaitan dengan hak dan memiliki jumlah penghasilan atau
kewajiban individu wajib pajak yang kemampuan yang lebih besar maka
memiliki tujuan untuk menciptakan jumlah pajak yang diabayar juga lebih
masyarakat yang adil dan makmur. besar dari orang yang jumlah
Mardiasmo (2009) dalam Pratiwi dan penghasilannya lebih kecil dari
Prabwo (2019) mengungkapkan bahwa mereka. Dalam hal ini berarti bahwa
untuk mencapai keadilan, undang-undang prinsip keadilan vertikal dan prinsip
dan pelaksanaan pemungutan harus adil keadilan horizontal memberikan
yang dan harus selaras dengan tujuan perlakuan yang sama, hanya saja
hukum. Dalam hal ini keadilan dilihat pada keadilan horizontal, orang yang
dalam kemampuan masyarakat memiliki kemampuan atau jumla
membayar pajak, apakah pemerintah penghasilan yang berbeda harus
sudah menerapkan pajak secara umum melakukan perpajakan dengan jumlah
dan merata. yang berbeda.
Menurut Waluyo (2013) dalam
Wahyuni (2018) engungkapkan bahwa Siahaan (2010) dalam Wahyuni
terdaoat dua jenis aspek keadilan (2018) menjelasakan bahwa terdapat tiga
perpajakan, yaitu: pertama, benefit aspek yang harus diperhatikan dalam
principle dimana mengharuskan setiap perpajakan, yaitu: 1) keadilan dalam
individu wajib pajak membayar pajak melakukan penyusunan Undang-Undang
sesuai dengan manfaat yang Pajak, 2) Keadilan dalam penerapan
dirasakannya dari pemerintah. Kedua, ketentuan perpajkan, 3) keadilan dalam
ability principle yang berarti wajib pajak penerapan ketentuan penggunaan uang
menggunakan dasar kemampuannya atau pajak.
penghasilannya dalam melakuan
pembayaran pajak untuk melkasanakan Diskriminasi Perpajakan
kewajiban perpajakan. Dala pelaksanaan
2020 Volume 1 No. 1 Januari 64

Berdasarkan Undang-Undang No. dilakukan, sehingga beban pajak yang


39 Tahun 1999 tentang Hak Asasi diabayarkan menjadi berkurang (Indriyani,
Manusia Pasal 1 ayat (3), Undang-Undang Masitoh dan Wahyuningsih, 2016).
tersebut menyatakan bahwa diskiriminasi
adalah setiap pembatasan, pelecehan, Karena adanya peraturan tersebut
atau pengucilan yang langsung ataupun akan mendorong wajib pajak untuk
tidak langsung didasarkan perbededaan melaksanakan tindakan penggelapan
manusia atas dasar agama, suku, ras, pajak, karena peraturan tersebut dianggap
etnik, kelompok, golongan, status sosial, sebagai bentuk dari implementasi
status ekonomi, jenis kelamin, bahasa, diskriminasi yang tentunya hanya akan
dan keyakinan politik, yang berakibat menguntungkan pihak tertentu saja,
pengangguran, penyimpangan atau sedangkan pihak yang lain dirugikan.
penghapusan pengakuan, pelaksanaan
atau penggunaan hak asasi manusia dan Dapat simpulkan baha perilaku
kebebasan dasar dalam kehidupan, baik penggelapan pajak dipandang menjadi
individual maupun kolektif dalam bidang sesuatu yang tidak benar atau tidak wajar
politik, ekonomi, hukum, sosial, budaya untuk dilakykan karena perilaku tersebut
dan aspek kehidupan yang lain. telah melanggar ketentuan atau undang-
undang yang berlaku.
Rahman Irma (2013)
mendefinisikan diskriminasi sebagai Pemahaman Perpajakan
perbedaan perlakuan antar sesama umat Resmi (2009) menjelaskan bahwa
manusia yang dilihat dari segi ras, agama, pengetahuan dan pemahaman mengenai
sosial, warna kulit dan lain-lain. peraturan perpajakan adalah langkah-
langkah wajib pajak dalam memahami
Terkait dengan pengelapan pajak, tentang perpajakan dan
dalam kondisi tertentu diskriminasi mengimplementasikan pengetahuan itu
dipandang atau dianggap sebagai yang untuk atau dalam membayar pajak.
yang paling dibenarkan atau wajar dalam
beberapa kasus tertentu. Misalnya yaitu Rachmadi (2014) dalam Tumewu
ketika sistem perpajakan telah bertindak & Wahyuni (2018) mendefinisikan bahwa
tidak adil , dan pajak yang terkumpul dari pengetahuan dan peahaman tentang
masyarakat tebuang sia-sia atau tidak peraturan perpajakan adalah langkah-
digunakan dengan benar (Rahman, 2013). langkah ketika wajib pajak memahami
tentang perpajakan dan
Jika suatu kebijakan telah mengimplementasikan pengetahuan serta
diterapkan tetapi hanya menguntungkan pemahaman itu dalam melakukan
pihak-pihak tertentu saja dan terdapat pembayaran pajak.
pihak yang merasa dirugikan maka hal
tersebut juga dapat diartikan sebagai Sanksi Perpajakan
diskriminasi. Terdapat contoh peraturan Mardiasmo (2016) memberikan
yang dianggap sebagai wujud dari pejelasan tentang sanksi pajak, bahwa
diskriminasi yaitu danaya peraturan sanksi perpajakan adalah Jaminan bahwa
pemerintah nomor 60 tahun 2010 tentang ketentuan peraturan perundang undangan
jakat dan sumbangan keagamaan yang perpajakan (Norma perpajakan) yang
sifatnya wajib yang dapat dikurangkan dari telah ditetapkan akan
penghasilian bruto. dituruti/ditaati/dipatuhi oleh wajib pajak..
Atau bisa dengan kata lain bahwa sanksi
Peraturan tersebut dianggap perpajakan dapat digunakan sebagai alat
hanya akan menguntukan satu pihak saja, pencegah (preventif) agar Wajib Pajak
yaitu orang yang beragama islam, karena enggan untuk melanggar norma
didalam agama mereka menyuruh untuk perpajakan khusuhnya penggelapan
melaksanakan pajak. Sehingga jumlah pajak.
penghasilan bruto yang didapatkan dapat
dikurangi dengan jumlah zakat yang
2020 Prisma (Platform Riset Mahasiswa Akuntansi) 65

Menurut Sundari (2018) Sanksi tindakan yang dapat diterima atau


perpajakan merupakan suatu hukuman tindakan yang wajar untuk dilakukan. Hal
yang akan diterima kepada wajib pajak tersebut sejlan dengan pendapat Tang &
yang melakukan pelanggaran dalam dunia Chiu (2003) bahwa orang-orang yang
perpajakan. memiliki kecintaan terhadap uang yang
sangat tinggi secara mental lebih banyak
Sanksi perpajakan dapat berpa terlibat dalam perilaku tidak etis dalam
sanksi administrasi yaitu sanksi berupa organisasi.
bunga, denda dan kenaikan. Selanjutnya Sistem Perpajakan dengan
sanksi pidana dapat berupa kurungan Penggelapan Pajak
penjara. Penggelapan pajak tidak akan
terjadi karena sistem yang diterapkan
Religiusitas cukup baik, hal ini terjadi karean adanya
Agama adalah salah satu pengawasan yang dijalankan oleh petugas
Lembaga sosial yang paling umum yang pajak dalam laporan pajak yang diisi oleh
memiliki pengaruh pada sikap masyarakat, wajib pajak baik, sehingga wajib pajak
nilai-nilai, dan perilaku baik pada tingkat enggan melakukan penggelapan pajak.
individu maupun masyarakat. Keagamaan Pengawasan yang cukup baik ini akan
atau religiusitas dapat diwujudkan dalam membuat para waijb pajak mengsi SPTnya
berbagai sisi atau sudut-sudut kehidupan dengan benar. Sehingga semakin tinggi
manusia (Mohlis, 2009 dalam Fauzan, tingkat pengawasan yang dijalankan oleh
2015). petugas pajak, semakin rendahnya wajib
Glock dan Stark dalam Ancok dan pajak yang akan melakukan penggelapan
Suroso (2004) dalam Safitri (2018) pajak.
mengatakan bahwa religiusitas adalah Baik buruknya sistem perpajakan
keseluruhan dari fungsi jiwa individu yang berlaku tidak adakn berdampak pada
mencakup keyakinan, perasaan, dan persepsi wajib pajak untuk melakukan
perilaku yang diarahkan secara sadar dan pnggelapan pajak (Agus, Umiyati dan
sungguh-sungguh pada ajaran agamanya Kurniawan, 2019)
dengan mengerjakan lima dimensi
keagamaan yang didalamnya mencakup Keadilan Perpajakan dengan
data cara ibadah wajib maupun sunat Penggelapan Pajak
serta pengalaman dan pengetahuan Sistem perpajakan yang tidak adil
agama dalam diri individu. akan menimbulkan kerugian bagi
beberapa orang sehingga akan cenderung
mendorong orang atau wajib pajak untuk
HASIL DAN PEMBAHASAN melakukan penggelapan pajak. sebaliknya
jika dengan undang-undang atau
Love of Money dengan Penggelapan peraturan pajak yang adil akan
Pajak mengurangi wajib pajak yang akan
Seseorang yang memiliki kecintaan yang melakukan penggelapan pajak (Pratiwi &
sangat tinggi akan melakukan cara Prabowo, 2019).
apapun agar kebutuhan hidupnya Meskipun manfaat pajak belum
terpenuhi meskipun cara tersebut tidak dapat diarasakan atau belum sesuai
etis. Beberapa peneliti mengusulkan dengan keinginan, wajib pajak akan tetap
bahwa cinta uang merupakan akar dari melakukan pembayaran pajak, karera itu
segala kejahatan. adalah kewajiban mereka, dan
Lau, Choe, dan Tan (2013) dalam penggelapan pajak tetap dianggap
Rosianti dan Mangonting (2014) sebagai perilaku atau tindakan yang tidak
mengatakan bahwa ketika seseorang pernah dibenarkan. Tidak terdapat
menempatkan uang sebagai prioritas hubungan antara keadilan dengan
paling penting dalam kehidupan sehari- persepsi wajib pajak mengenai perilaku
harinya, mereka akan merasa bahwa tax penggelapan pajak (Indriyani, Nurlela dan
evasion atau penggelapan pajak adalah Wahyuningsih, 2016)
2020 Volume 1 No. 1 Januari 66

semakin tingginya sanksi perpajakan


Diskriminasi Perpajakan dengan maka semakin rendah penggelapan pajak
Penggelapan Pajak yang akan dilakukan oleh wajib pajak
Semakin tinggi tingakat (Sundari, 2019).
diskriminasi maka akan menyebabkan Penegakkan sanksi pajak yang
seseoran atau wajib pajak tidak beretika ketat dan berat membat wajib pajak akan
sehingga penggelapan pajak akan patuh membayar pajak dan tindakan
mungkin dilakukan Sebaliknya semakin penggelapan pajak dianggap tidak etis
rendah tingkat diskriminasi maka wajib atau tidak wajar. Sebaliknya, Jika
pajak akan beretika dan penggelapan penegakkan sanksi pajak yang tidak ketat
pajak akan menurun (Basri & Azhari, dan tidak berat maka wajib pajak akan
2015). memilih tidak membayar pajak dan
Tingginya tingkat diskriminasi kemungkinan besar akan melakukan
dalam pelaksanaan perpajakan maka perilaku penggelapan pajak yang
semakin meningkatkan persepsi wajib dianggap sebagai perilaku atau tindakan
pajak mengenai etika penggelapan pajak. yang tidak wajar (Maghfiroh dan Fajarwati,
Persepsi wajib pajak terhadap diskriminasi 2016).
terlihat saat terdapat fasilitas bagi
masyarakat yang memiliki NPWP atau Religiusitas dengan Penggelapan
tidak memiliki dan pemerintah tidak Perpajakan
diperbolehkan melakukan diskriminasi Perilaku individu dapat dikontrol
dalam wujud apapun di perpajakan dengan Agama. Seseorang yang
(Faradiza, 2018). memeiliki tingkat religiusitas yang tinggi
maka kemungkinan besar akan
Pemahaman Perpajakan dengan menghindari sikap yang tidak etis karena
Penggelapan Pajak dengan religiusitas yang tinggi ia akan
Seseorang yang memahami dapat mengontrol perilakunya. Hal ini juga
perpajakan akan menghindari melakukan berlaku pada etika dalam melakukan
penggelapan pajak (Tumewu dan penggelapan pajak. Keyakinan agama
Wahyuni,2018). Seseorang akan dapat yang kuat diharapkan dapat mencegah
melaksanakan sesuatu dengan baik jika perilaku ilegal melalui perasaan bersalah
tingkat pemahaman perpajakannya baik. terutama dalam hal melakukan
Wajib pajak dituntut untuk menguasai penggelapan pajak (Grasmick, Bursik dan
peraturan dalam menjalankan kewajiban Cochran, 1991) dalam (Basri, 2015).
perpajakannya, serta kewajiban yang Agama sebagai salah satu penentu
dilakukannya agar terhindar dari sanksi- perilaku ekonomi dan demogarafi dengan
sanksi yang berlaku (Surahman dan Putra, menekankan efek terkait dengan afiliasi
2018). Semakin wajib pajak tidak keagamaan dan bagaimana hasil positif
memahami peraturan perpajakan secara menjadi individu beragama yang berkaitan
jelas maka akan cenderung menjadi wajib dengan kesejahteraan. Hal ini diharapkan
pajak yang tidak taat (Agus, Umiyati dan dari aturan-aturan moral penegakkan diri
Kurniawan, 2019). yang berbasis disetiap keyakinan individu
sebagai manfaat dari agama mereka, tidak
Sanksi Perpajakan dengan hanya untuk diri mereka sendiri tetapi juga
Penggelapan Pajak untuk seluruh masyarakat (Safitri, 2018).
Kurang tinginya sanksi pajak yang
telah ditetapkan oleh pemerintah
menjadikan wajib pajak berani untuk
melakukan penggelapan pajak. Selain itu
kurangnya sosialisasi tentang sanksi
perpajakan yang akan diperoleh jika
melakukan penggelapan juga menjadi sala
satu faktor yang mengakibatkan wajib
pajak melakukan penggelapan pajak. Jadi,
2020 Prisma (Platform Riset Mahasiswa Akuntansi) 67

Kerangka Penelitian Seseorang akan dapat


melaksanakan sesuatu dengan baik jika
tngkat pemhaman terhadap perpajakan
juga tinggi atau memahami perpajakan.
Dalam melaksanakan kewajiban
perpajakannya, wajib pajak dituntut untuk
menguasai peraturan dan tatacara
perjakana serta kewajiban yang
dilakukannya agar terhindar dari sanksi-
sanksi yang berlaku. Sanksi pajak yang
ketat dan berat membuat wajib pajak akan
patuh membayar pajak dan tindakan
penggelapan pajak dianggap tidak etis
atau tidak wajar. Sebaliknya, Jika sanksi
pajak tidak ketat dan tidak berat, wajib
pajak akan memilih tidak membayar pajak
dan kemungkinan akan melakukan
penggelapan pajak yang dipandang
sebagai perilaku yang tidak wajar atau
tidak.

Kepercayaan agama yang kuat


diharapkan dapat mencegah perilaku yang
KESIMPULAN tidak etis atau tidak wajar melalui
perasaan bersalah yang dirasakan oleh
Love of Money akan menempatkan wajib pajak terutama dalam hal melakukan
uang sebagai yang utama dalam penggelapan pajak.
kehidupan sehari-hari dan menganggap
bahwa tax evasion atau penggelapan
pajak merupakan tindakan yang dapat DAFTAR PUSTAKA
diterima atau wajar. Sistem perpajakan
akan baik jika pengawasan oleh petugas Agus, Y.F., Umiyati, I., Kurniawan, A.
dilakukan dengan baik, pengawasan yang 2019. Determinant and
baik akan membuat wajib pajak patuh Mintigation Factors of Tax
pada tatacara atau aturan dalam Evasion: Indonesia Evidence.
melaksanakan kewajibannya dalam Accounting Research Journal of
membayar pajak. Sutaatmadja. Vol.3(2): 226-246.
Asih, N.P.S.M., Dwiyanti, K.T. 2019.
Meskipun manfaat pajak yang Pengaruh Love of Money.
dirasakan atau didapatkan belum sesuai Machiavellian dan Equity
dengan apa yang diharapkan, membayar Sensitivity Tehadap Persepsi
pajak tetap harus dijalankan karena Etika Penggelapan Pajak (Tx
merupakan suatu kewajiban, perilaku Evasion). Vol. 26: 1412-1435.
penggelapan pajak atau tax evasion
dianggap atau dipandang sebagai perilaku Basri, Y.M. 2015. Pengaruh Gender,
yang tidak pernah dibenarkan atau Religiusitas dan Sikap Love OF
dianggap wajar.Semakin tinggi tingkat Money Pada Persepsi Etika
diskriminasi maka akan menyebabkan Penggelapan Pajak Mahasiswa
seseorang atau wajib pajak tidak beretika Akuntansi. Jurnal Ilmiah
sehingga penggelapan pajak akan Akuntansi dan Bisinis. Vol.10
mungkin dilakukan Sebaliknya jika (1).
semakin rendah maka wajib pajak akan Chaironisyah, R.W. 2018. Faktor-Faktor
beretika dan penggelapan pajak akan Yang Mempengaruhi Persepsi
menurun. Wajib Pajak Orang Pribadi
2020 Volume 1 No. 1 Januari 68

Mengenai Etika Atas EXCHANGE). JABI (Journal of


Penggelapan Pajak (Tax Accounting and Business
Evasion) [skripsi]. Malang (ID): Issues), 1(1), 104-121.
Fakultas Ekonomi Universitas
Nuraprianti, D., Kurniawan, A., & Umiyati,
Islam Negeri Maulana Malik
I. (2019). PENGARUH ETIKA
Ibrahim.
UANG (MONEY ETHICS)
Faradiza, S. A. 2018. Persepsi Keadilan, TERHADAP KECURANGAN
Sistem Perpajakan dan PAJAK (TAX EVASION)
Diskriminasi Terhadap Etika DENGAN RELIGIUSITAS
Penggelapan Pajak. Jurnal Ilmu INTRINSIK DAN
Akuntansi. Vol. 11 (1): 53-74. MATERIALISME SEBAGAI
VARIABEL
https://www.alinea.id/bisnis/ddtc-ada-lima
PEMODERASI. Jurnal Ilmiah
kebocoran-pajak-di-indonesia-
Akuntansi dan Keuangan, 1(2),
b1Xeo9iO8
161-179.
https://www.pajak.go.id/id/laporan-
Rahman, I.S. 2013. Pengaruh Keadilan,
tahunan-2018
Sistem Perpajakan,
Indriyani, M., Nurlaela, S., Wahyuningsih, Diskriminasi, dan Kemungkinan
E.M. 2016. Pengaruh Keadilan, Terdeteksi Kecurangan
Sistem Perpajakan, Terhadap Persepsi Wajib Pajak
Diskriminasi, dan Kemungkinan Mengenai Etika Penggelapan
Terdeteksinya Kecurangan Pajak (Tax Evasion) [skripsi].
Terhadap Persepsi Wajib Pajak Jakarta (ID): Fakultas Ekonomi
Orang Pribadi Mengenai dan Bisnis Universitas Islam
Perilaku Tax Evasion. Seminar Negeri Syarif Hidayatullah
Nasional IENACO. ISSN: 2337-
Resmi, S. 2014. Perpajakan Teori dan
4349.
Kasus. Jakarta: Salemba
Maghfiroh, D., Diana, F. 2016. Persepsi Empat.
Wajib Pajak Mengenai
Rosianti, C., Mangoting, Y. 2014.
Pengaruh Keadilan, Sistem
Pengaruh Money Ethics
Perpajakan dan Sanksi
Terhadap Tax Evasion dengan
Perpajakan Terhadap
Insrinsic dan Extrinsic
Penggelapan Pajak (survey
Religiosity sebagai Variabel
terhadap UMKM di Berkasi).
Moderating. Tax & Accounting
Vol.7 (1): 39-55.
Review. Vol. 4 (1)
Mardiasmo. 2009. Perpajakan Edisi Revisi
Safitri, A. 2018. Pengaruh Religiusitas dan
2009. Yogyakarta: Penerbit
Detection Rate Terhadap
Andi.
Penggelapan Pajak. Vol. 6 (1).
Mubarak, H., Kurniawan, A., & Suangga,
Suminar, W., & Supriyadi. 2011. Pengaruh
A. (2019). ANALYSIS OF THE
Keadilan, Sistem Perpajakan,
INFLUENCE OF TAX
dan Diskriminasi Terhadap
PLANNING AS AN EFFORTS
Persepsi Wajib Pajak
TO MINIMIZE TAX LOADS ON
Mengenai Etika Penggelapan
COMPANY VALUE WITH
Pajak (Tax Evasion). S2 Ilmu
TRANSPARENCY OF
Akuntansi Universitas Gajah
COMPANIES AS
Mada.
MODERATING VARIABLES
(CASE STUDY IN Sundari. 2019. Persepsi Wajib Pajak
COMPANIES INCLUDING Mengenai Faktor Yang
LQ45 IN THE 2012-2015 Mempengaruhi Penggelapan
INDONESIA Pajak (Tax Evasion). Jurnal
2020 Prisma (Platform Riset Mahasiswa Akuntansi) 69

Kajian Akuntansi. Vol.3 (1): 55-


67.
Tumewu, J., Wahyuni, W. (2018). Persepsi
Mahasiswa Fakultas EkonomI
Mengenai Penggelapan Pajak
(Studi Kasus Pada Mahasiswa
Fakultas Ekonomi Universitas
Wijaya Kusuma Surabaya).
VoL. 4 (1): 37-57.
Undang-undang no. 28 tahun 2007
Undang-Undang No. 39 Tahun 1999
Undang-Undang Nomor 16 Tahun 2000

Anda mungkin juga menyukai