Anda di halaman 1dari 19

PENGARUH TARIF PAJAK, KEADILAN SISTEM PERPAJAKAN,

TEKNOLOGI DAN INFORMASI PERPAJAKAN TERHADAP


PENGGELAPAN PAJAK

ARTIKEL ILMIAH
Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Penyelesaian
Program Pendidikan Strata Satu
Jurusan Akuntansi

Oleh :

GALIH GINANJAR SASMITO


2013310644

SEKOLAH TINGGI ILMU EKONOMI PERBANAS


S U R A B A Y A
2017
1
PENGARUH TARIF PAJAK, KEADILAN SISTEM PERPAJAKAN, TEKNOLOGI
DAN INFORMASI PERPAJAKAN TERHADAP PENGGELAPAN PAJAK

Galih Ginanjar Sasmito


STIE Perbanas Surabaya
Email : galihginanjars46@gmail.com
Jl. Nginden Semolo 34-36 Surabaya
Jl. Wonorejo Timur 16 Surabaya

ABSTRACT
Tax is the highest income of a country that is derived from domestic revenue. But in fact there
are many taxpayers who violate their tax obligations by doing tax evasion. The aim of this
study is to analyze the effect of tax rate, justice of taxation system, technology and tax
information toward the act of tax evasion. The population of this study is an taxpayer who
enrolled in DJP East Java I and II. Technique used in taking samples in this study is sampling
incidental. The data processing used SPSS version 21 with descriptive analysis and linear
regression. Based on the results of this study, it indicates that the justice of taxations system,
technology and tax information has effect on tax evasion. Tax rate has not effect on tax
evasion. Future studies are expected to use other variables outside the model in order to enrich
the study of science, especially in the field of taxation.

Key words : tax rate, justice of taxaxion system, technology and tax information, tax evasion

PENDAHULUAN membayar pajak tersebut dengan nilai yang


tinggi. Maka tidaklah heran fasilitas dan
Indonesia sebagai negara berkembang, sarana negara-negara tersebut jauh lebih
tentunya membutuhkan banyak pendapatan maju dibandingkan dengan negara kita,
untuk menjalankan anggaran negara ditiap melihat kesadaran dan tingkat pendapatan
tahunnya dan menjalankan sistem negara tersebut terhadap pajak sangatlah
ketatanegaraan. Salah satu sumber tinggi. Fenomena penggelapan pajak ini
pendapatan dalam negeri yang terbesar terjadi karena wajib pajak merasa dengan
adalah pajak. Pemungutan pajak dapat membayar pajak dapat mengurangi laba
dijadikan suatu kesempatan bagi orang- yang diperolehnya dari hasil kerja
orang yang tidak bertanggungjawab untuk kerasnya, sehingga wajib pajak memiliki
melakukan penyalahgunaan dalam ide untuk merencanakan pengurangan
pemungutan pajak tersebut. Terlepas dari beban pajak yang harus dibayarkan.
pemerintah kita melihat juga adanya Perencanaan pajak bertujuan
masyarakat yang tidak membayar pajak mengurangi jumlah pajak terutang yang
terhadap penghasilan dan fasilitas yang harus dibayarkan. Perencanaan pajak
sudah dinikmatinya. Jika dilihat dan dibagi menjadi dua yaitu penghindaran
dibandingkan, besarnya pajak di Indonesia pajak dan penggelapan pajak. Pada
masih sangatlah kecil dibandingkan dengan kenyataannya sulitnya dalam menerapakan
negara lainya. Dari yang membayar penghindaran pajak membuat para wajib
pajakpun hanya sebagian kecil yang pajak lebih memilih untuk melakukan
menghitung dan melaporkan pajaknya penggelapan pajak. Penggelapan pajak
secara benar. Sebagian besar negara lain, merupakan usaha untuk mengurangi jumlah
menetapkan kepada warga negaranya untuk pajak terutang dengan cara yang melanggar

1
undang-undang perpajakan, misalnya wajib menyatakan bahwa selain sikap terhadap
pajak tidak jujur dalam melaporkan tingkah laku dan norma-norma subjektif,
pendapatan yang sebenarnya. individu juga mempertimbangkan kontrol
Dalam penetapan tarif pajak harus tingkah laku yang dipersepsikannya
berdasarkan atas keadilan. Jika tarif pajak melalui kemampuan mereka untuk
yang berlaku tinggi maka akan berbanding melakukan tindakan tersebut. Dalam teori
lurus tingkat penggelapan pajak juga akan ini, perilaku yang dilakukan oleh individu
tinggi (Permatasari, 2013). Pemungutan timbul karena adanya niat yang mendorong
pajak oleh negara harus bersifat adil dan mereka untuk melakukan tindakan tersebut.
merata, yaitu pajak yang dikenakan kepada Munculnya niat dalam berperilaku
wajib pajak orang pribadi harus sebanding ditentukan oleh tiga faktor penentu, yaitu
dengan kemampuan dalam membayar normatif beliefs, behavioral beliefs, dan
pajak dan sesuai dengan manfaat yang control beliefs.
diterima dari pemerintah. Semakin tidak Niat individu untuk berperilaku
adil sistem perpajakan yang berlaku dalam menghindari pajak dipengaruhi oleh
menurut persepsi wajib pajak maka beberapa faktor tersebut. Kondisi dimana
kepatuhan untuk membayar pajak akan munculnya niat seseorang untuk
menurun dan cenderung memicu tindakan berperilaku terhadap ketentuan pajak
penggelapan pajak (Permatasari, 2013). muncul setelah melalui tiga faktor diatas,
Pemerintah saat ini telah melakukan yang kemudian menjadikan individu akan
modernisasi layanan perpajakan yang mulai berperilaku.
diharapkan dapat meningkatkan kualitas
layanan pajak bagi masyarakat, sehingga Technology Acceptance Model (TAM)
diharapkan kepatuhan wajib pajak dalam Technology Acceptance Model (TAM)
membayar pajak terhutangnya meningkat merupakan salah satu model yang dibuat
dikarenakan dipermudahkannya cara untuk menganalisis dan memahami faktor‐
pelaporan dan pembayaran pajak. Semakin faktor yang mempengaruhi diterimanya
tinggi teknologi dan informasi perpajakan penggunaan teknologi komputer. TAM
yang digunakan, semakin rendah tindakan merupakan hasil pengembangan
penggelapan pajak (Permatasari, 2013). dari Theory of Reasoned Action (TRA).
Menurut Davis (1986) perilaku
Dari beberapa penelitian terdahulu
menggunakan teknologi informasi diawali
yang terdapat perbedaan pendapat dalam
oleh adanya persepsi mengenai manfaat dan
menganalisis atau meneliti tentang faktor –
persepsi mengenai kemudahan
faktor yang mempengaruhi penggelapan
menggunakan teknologi informasi. Davis
pajak maka tujuan dari penelitian ini adalah
mengartikan persepsi mengenai kegunaan
untuk menguji kembali variabel – variabel
ini berdasarkan definisi dari kata useful
yang telah diuji oleh peneliti terdahulu.
yaitu dapat digunakan untuk tujuan yang
Variabel yang digunakan didalam
menguntungkan serta manfaat yang dapat
penelitian ini yaitu tarif pajak, keadilan
diperolehnya apabila menggunakan
sistem perpajakan, dan yang terakhir adalah
teknologi informasi.
teknologi dan informasi perpajakan.
Penggelapan Pajak
RERANGKA TEORITIS YANG Penggelapan pajak mengacu pada tindakan
DIPAKAI DAN HIPOTESIS penghindaran pajak secara ilegal yang
dilakukan oleh wajib pajak mengenai
Theory of Planned Behavior (TPB) kewajibannya dalam perpajakan.
Teori ini dikembangkan dari Theory of
Penggelapan pajak adalah wajib pajak
Reasoned Action (TRA), yang dicetuskan
melakukan usaha untuk meringankan beban
oleh Martin Fishbein dan Icek Ajzen pada
pajaknya dengan cara melanggar undang-
tahun 1975. Theory of Planned Behavior

2
undang perpajakan (Ardhyaksa, 2014). mereka akan menganggap beban pajak
Penggelapan pajak ini dilakukan dengan pribadi sebagai hal yang tidak adil dan
cara ilegal. Wajib pajak akan cenderung memilih untuk melaporkan sebagian
mengabaikan ketentuan dari undang- penghasilan pribadi.
undang perpajakan yang menjadi
kewajibannya, memalsukan dokumen Keadilan Sistem Perpajakan
pemeriksaan pajak, mengisi data yang tidak Keadilan pajak adalah keadilan dalam
lengkap atau bukan sebenarnya. menerapkan sistem perpajakan yang ada.
Tindakan penggelapan pajak tidak Masyarakat menganggap bahwa pajak
hanya terbatas pada kecurangan dan adalah suatu beban bagi mereka, sehingga
penggelapan pajak saja, tetapi juga meliputi masyarakat memerlukan suatu kepastian
kelalaian memenuhi kewajiban yang bahwa mereka mendapatkan suatu
disebabkan oleh Ketidaktahuan perlakuan adil dalam pengenaan dan
(Ignorance), kesalahan (Error), pemungutan pajak oleh negara. Keadilan
kesalahpahaman (Missunderstanding), dan pajak oleh Siahaan (2010) dibagi ke dalam
kealpaan (Negligence). Bila saat diadakan tiga pendekatan prinsip, yaitu prinsip
pemeriksaan pajak, wajib pajak diketahui manfaat (benefit principle), prinsip
melakukan penggelapan pajak, maka wajib kemampuan membayar (ability to pay), dan
pajak dikenakan sanksi administrasi dan keadilan horizontal dan vertikal.
pidana sesuai dengan perundang-undangan Prinsip manfaat (benefit principle)
perpajakan yang berlaku. menyatakan bahwa suatu sistem pajak
dikatakan adil apabila kontribusi yang
Tarif Pajak diberikan oleh setiap wajib pajak sesuai
Salah satu syarat pemungutan pajak adalah dengan manfaat atau jasa-jasa yang
keadilan, baik keadilan dalam prinsip diperoleh dari pemerintah. Jasa pemerintah
maupun dalam pelaksanaannya. ini meliputi berbagai sarana yang
Pemerintah dapat menciptakan disediakan oleh pemerintah untuk
keseimbangan sosial dengan adanya meningkatkan kesejahteraan masyarakat.
keadilan, sehingga kesejahteraan Keadilan dalam hal kemampuan membayar
masyarakat dapat tercapai. Oleh karena itu, (ability to pay) memiliki arti bahwa wajib
penetapan tarif pajak harus berdasarkan pajak akan membayar jumlah pajak yang
pada keadilan karena pungutan pajak yang terutang sesuai dengan kondisi wajib pajak.
dilakukan di Indonesia menggunakan tarif Hal ini berarti wajib pajak dengan
pajak. Dalam penghitungan pajak yang penghasilan sama besar, akan mempunyai
terutang digunakan tarif pajak yang kewajiban perpajakan yang sama. Keadilan
kemudian dikalikan dengan dasar Horizontal (horizontal equity) adalah
pengenaan pajak. Beberapa studi persepsi kewajaran pajak yang dibayar
menunjukkan bahwa tarif pajak yang tinggi dibanding orang lain yang memiliki jumlah
memicu penggelapan pajak. Tarif pajak kekayaan yang sama. Keadilan Vertikal
yang tinggi akan meningkatkan beban pajak (vertikal equity) merupakan kewajaran
sehingga menurunkan pendapatan dari pajak yang dibayarkan wajib pajak
wajib pajak. Tetapi, tingkat tarif pajak dibandingkan orang lain yang memiliki
mungkin bukan satu-satunya faktor yang kekayaan yang lebih. Prinsip keadilan
mempengaruhi keputusan masyarakat vertikal berarti bahwa orang-orang yang
tentang membayar pajak karena sistem mempunyai kemampuan lebih besar harus
pajak secara keseluruhan juga memiliki membayar pajak lebih besar.
dampak. Jika, tingkat pajak atas
penghasilan dari perusahaan seseorang Teknologi dan Informasi Perpajakan
rendah, tetapi individu menghadapi tarif Perkembangan teknologi saat ini
pajak yang tinggi atas penghasilan pribadi, menjadikan Direktorat Jenderal Pajak

3
melakukan reformasi perpajakan dan Pengaruh Keadilan Sistem Perpajakan
modernisasi administrasi perpajakan Terhadap Penggelapan Pajak
dengan memanfaatkan kemajuan teknologi. Pemungutan besarnya pajak harus
Modernisasi layanan perpajakan ini sebanding dengan kemampuan wajib pajak
ditandai dengan penerapan teknologi untuk membayar pajak dan sesuai dengan
informasi terkini seperti e-faktur, e-SPT, e- manfaat yang diterimanya, sehingga dapat
filling, e-registration, e-billing, on line dikatakan bersifat adil. Semakin tidak adil
payment. Dengan adanya modernisasi sistem perpajakan yang berlaku menurut
administrasi perpajakan diharapkan dapat persepsi wajib pajak maka akan semakin
memudahkan wajib pajak dalam memicu timbulnya tindakan penggelapan
melaksanakan kewajiban perpajakannya. pajak (Permatasari, 2013).
Penggunaan teknologi untuk Adanya pemikiran tentang pentingnya
mencari informasi maupun pembayaran keadilan bagi wajib pajak dalam membayar
pajak oleh wajib pajak orang pribadi dinilai pajak terhutangnya akan mempengaruhi
masih sangat rendah (Friskianti, 2014). sikap mereka dalam membayar pajak. Jika
Sebagian besar wajib pajak masih tingkat ketidakadilan sistem perpajakan
menggunakan sistem pembayaran manual, yang berlaku semakin tinggi, maka akan
dan jarang membuka website Dirjen Pajak. berdampak pada tingkat kepatuhannya akan
Prediksi atas penggunaan teknologi semakin menurun dan cenderung memicu
perpajakan adalah semakin tinggi dan tindakan penggelapan pajak. Berdasarkan
modern teknologi perpajakan yang uraian tersebut maka dapat dirumuskan
digunakan pemerintah, maka semakin hipotesis sebagai berikut :
rendah tingkat penggelapan pajak di H2 ::Persepsi atas keadilan sistem
wilayah tersebut. perpajakan berpengaruh terhadap
penggelapan pajak
Pengaruh Tarif Pajak Terhadap
Penggelapan Pajak Pengaruh Teknologi dan Informasi
Penetapan tarif pajak harus berdasarkan Perpajakan Terhadap Penggelapan
pada keadilan, dan penghitungannya Pajak
digunakan tarif pajak. Tarif pajak adalah Seiring dengan perkembangan waktu,
besaran persentase untuk menghitung pemerintah telah melakukan modernisasi
jumlah pajak terutang. Dikutip dari layanan perpajakan. Hal ini diharapkan
Permatasari (2013) wajib pajak memiliki dapat meningkatkan kualitas layanan,
penilaian sendiri terhadap tarif pajak yang sehingga dapat meningkatkan kepatuhan
berlaku. Peningkatan tarif pajak yang wajib pajak dalam pembayaran dan
dilakukan pemerintah dimaksudkan untuk pelaporan pajak terutangnya. Penggunaan
memberikan peningkatan pendapatan bagi teknologi untuk mencari informasi terkait
negara, namun ternyata yang terjadi justru dengan pembayaran pajak oleh wajib pajak
sebaliknya. Bahwa semakin tinggi tarif orang pribadi masih sangat rendah.
pajak yang ditetapkan, maka semakin besar Sebagian besar wajib pajak masih
pula tingkat penggelapan pajak. Hal ini menggunakan sistem pembayaran manual,
menyebabkan pendapatan yang diterima dan jarang membuka website Dirjen Pajak.
negara semakin menurun. Berdasarkan Banyak wajib pajak yang memiliki
uraian tersebut maka dapat dirumuskan anggapan dari sisi teknologi dan informasi
hipotesis sebagai berikut : perpajakan jika semakin tinggi dan modern
H1 ::Persepsi atas tarif pajak berpengaruh teknologi dan informasi perpajakan yang
terhadap penggelapan pajak digunakan pemerintah, maka akan semakin
rendah tingkat penggelapan pajak yang
dilakukan oleh wajib pajak. Berdasarkan

4
uraian tersebut maka dapat dirumuskan digunakan untuk memperoleh data dan
hipotesis sebagai berikut : mengolah data dari pernyantaan yang
H3 ::Persepsi atas teknologi dan informasi sifatnya tertutup mengenai estimasi
perpajakan berpengaruh terhadap penyebab penggelapan pajak di lingkup
penggelapan pajak Kantor Wilayah DJP Jatim I dan II.

Kerangka pemikiran yang mendasari Variabel Penelitian


penelitian ini dapat digambarkan sebagai Variabel penelitian yang digunakan
berikut : meliputi dependen yaitu penggelapan pajak
dan variabel independen terdiri dari tarif
pajak, keadilan sistem perpajakan,
Tarif Pajak (X1)
H1 teknologi dan informasi perpajakan.

Keadilan Sistem H2 Penggelapan Pajak Definisi Operasional Variabel


Perpajakan (X2) (Y) Penggelapan Pajak
H3
H Penggelapan pajak adalah upaya
Teknologi dan Informasi
yang dilakukan oleh wajib pajak untuk
Perpajakan (X3)
meminimalkan jumlah pajak terutang yang
harus dibayarnya dengan cara
METODE PENELITIAN meminimalkan jumlah pendapatan dan laba
pada periode tertentu. Penggelapan pajak
Klasifikasi Sampel mengacu pada tindakan illegal yang tidak
Populasi dalam penelitian ini adalah benar terhadap kewajiban perpajakan.
wajib pajak yang berada di lingkup Kantor Indikator penelitian ini adalah mengenai
Wilayah DJP Jatim I dan II yang terdiri dari tarif pajak, dan peran kerja sama yang baik
beberapa KPP diantaranya yaitu KPP antara fiskus dan wajib pajak, pelaksanaan
Pratama Sukomanunggal, KPP Pratama hukum yang lemah dan peluang
Genteng, KPP Pratama Sidoarjo Barat, KPP penggelapan pajak, integritas aparatur
Pratama Rungkut, KPP Pratama Mojokerto. perpajakan dan pejabat pemerintah yang
Responden yang dijadikan sebagai objek buruk, konsekuensi penggelapan pajak
penelitian adalah wajib pajak yang bersedia (Ardhyaksa, 2014).
untuk membantu peneliti dalam
menyelesaikan penelitian. Teknik Tarif Pajak
pengambilan sampel menggunakan Tarif pajak adalah besarnya jumlah
sampling incidental, yaitu peneliti perhitungan yang harus dibayar oleh wajib
menggunakan responden yang secara pajak. Tarif pajak tergolong kedalam
kebetulan ditemui dan dipandang cocok ketentuan materil dihukum pajak
untuk digunakan sebagai sumber data. berhubungan dengan wajib pajak dan objek
pajak. Tarif pajak digunakan untuk
Data Penelitian mengukur jumlah pajak terutang, tanpa
Data yang digunakan adalah data mengesampingkan fungsi hukum pajak
primer yang diperoleh dari responden. mengenai keadilan, manfaat, dan kepastian
Sesuai dengan jenis data yang digunakan, hukum. Indikator penelitian ini adalah
maka penelitian ini menggunakan metode kemampuan dalam membayar pajak, dan
survei dengan cara memberikan kuesioner tarif pajak yang berlaku di Indonesia
secara langsung kepada responden tanpa (Permatasari, 2013).
perantara. Kuesioner tersebut berisikan
pernyataan-pernyataan tentang pendapat Keadilan Sistem Perpajakan
responden mengenai berbagai penyebab Keadilan pajak adalah keadilan
terkait penggelapan pajak. Kuesioner ini dalam menerapakan sistem perpajakan

5
yang berlaku. Masyarakat menganggap Alat Analisis
pajak sebagai suatu beban yang mengurangi Untuk mengetahui pengaruh tarif
penghasilan mereka. Sehingga penerapan pajak, keadilan sistem perpajakan,
keadilan dalam pemungutan pajak terutang teknologi dan informasi perpajakan
harus bersifat adil. Hal ini diperlukan agar terhadap penggelapan pajak, maka
tidak ada perlawanan terhadap pajak. digunakan model regresi linier berganda.
Indikator penelitian ini adalah keadilan Untuk mengetahui pengaruh hubungan
pemungutan pajak, keadilan dalam tersebut maka berikut adalah persamaan
penyusunan undang-undang perpajakan, regresinya :
dan keadilan dalam penerapan ketentuan Y = α + β1X1 + β 2X2 + β 3X3 + e
perpajakan (Permatasari, 2014).
Keterangan :
Teknologi dan Informasi Perpajakan α = Konstanta
Teknologi dan informasi β = Koefisien masing-masing variabel
perpajakan merupakan teknologi dan Y = Penggelapan pajak
informasi yang digunakan oleh pihak fiskus X1 = Tarif pajak
dalam proses perpajakan. Modernisasi dari X2 = Keadilan sistem perpajakan
layanan perpajakan diharapkan dapat X3 = Teknologi dan informasi perpajakan
meningkatkan kualitas pelayanan
perpajakan. Indikator penelitian ini adalah HASIL PENELITIAN DAN
ketersediaan teknologi yang berkaitan PEMBAHASAN
dengan perpajakan, kualitas teknologi Analisis Deskriptif
perpajakan yang memadai, akses informasi Analisis deskriptif ini digunakan untuk
perpajakan yang mudah, pemanfaatan atas memberikan gambaran mengenai variabel-
fasilitas teknologi dan informasi perpajakan variabel dalam penelitian ini, yaitu
yang digunakan (Ardhyaksa, 2014). penggelapan pajak, tarif pajak, keadilan
sistem perpajakan, teknologi dan informasi
perpajakan.
Tabel 2
DISTRIBUSI VARIABEL TARIF PAJAK
Banyaknya
Responden yang Total
No Pernyataan Memilih Skor Mean
Responden
1 2 3 4 5
Penerima penghasilan tinggi wajar
1 apabila mereka membayar pajak 2 4 19 41 41 107 4,07
penghasilan lebih besar.
Pengenaan pajak secara
2 proposional lebih tepat diterapkan 1 4 23 51 28 107 3,94
di Indonesia
Tarif pajak yang adil berarti harus
3 11 21 27 35 13 107 3,17
sama untuk setiap wajib pajak
Tarif pajak harus disesuaikan
4 dengan tingkat penghasilan wajib 2 3 6 48 48 107 4,28
pajak.
Tarif pajak saat ini memberatkan
5 6 18 49 19 15 107 3,18
wajib pajak untuk membayar pajak
Jumlah rata-rata untuk keseluruhan peryataan 18,64
Jumlah pernyataan 5
Rata-rata keseluruhan pernyataan tiap variabel 3,73
Sumber : Data diolah

6
Nilai rata-rata keseluruhan tersebut penghasilan tersebut mereka anggap
menunjukkan bahwa para responden sebagai bentuk keadilan yang diterapkan
sependapat bahwa tarif pajak digunakan oleh pemerintah, sehingga wajib pajak
sebagai dasar perhitungan pajak terutang diharapkan dapat memenuhi kewajiban
dan wajib pajak akan lebih terdorong untuk perpajakannya dengan benar. Sedangkan
memenuhi kewajiban perpajakannya pernyataan yang memiliki nilai rata-rata
apabila menurut mereka tarif pajak yang terendah menunjukkan bahwa wajib pajak
dikenakan lebih rendah. Pemenuhan tidak sependapat atau ragu-ragu apabila
kewajiban perpajakan tersebut yang tarif pajak dikenakan sama besar untuk tiap
kemudian dapat menurunkan tingkat wajib pajak. Menurut mereka tingkat
penggelapan pajak. Pernyataan yang penghasilan seseorang tidak sama,
memiliki nilai rata-rata tertinggi sehingga penetapan tarif pajak akan
menunjukkan bahwa wajib pajak setuju dianggap adil apabila disesuaikan dengan
apabila tarif pajak yang dikenakan kepada tingkat penghasilan masing-masing wajib
mereka disesuaikan dengan tingkat pajak, bukan ditetapkan sama besar untuk
penghasilan masing-masing wajib pajak. semua wajib pajak.
Penyesuaian tarif pajak berdasarkan

Tabel 3
DISTRIBUSI VARIABEL KEADILAN SISTEM PERPAJAKAN
Banyaknya
Responden yang Total
No Pernyataan Memilih Skor Mean
Responden
1 2 3 4 5
Tarif pajak diterapkan secara
1 proporsional berdasarkan - 6 19 46 36 107 4,05
penghasilan
Tarif pajak dianggap lebih rendah
2 sehingga penggelapan pajak 25 46 19 10 7 107 2,33
dianggap etis
Orang yang berpenghasilan tinggi
3 seharusnya memiliki kewajiban 1 8 19 40 39 107 4,01
pajak yang tinggi pula
Ketentuan perpajakan telah
4 8 17 42 35 5 107 3,11
dilaksanakan secara adil
Keadilan sistem perpajakan
5 berlaku bagi semua orang tanpa 4 6 18 47 32 107 3,91
terkecuali
Jumlah rata-rata untuk keseluruhan peryataan 17,40
Jumlah pernyataan 5
Rata-rata keseluruhan pernyataan tiap variabel 3,48
Sumber : Data diolah

Nilai rata-rata keseluruhan tersebut semakin adilnya penerapan sistem


menunjukkan bahwa para wajib pajak akan perpajakan sehingga mendorong wajib
merasa dengan adanya keadilan dalam pajak untuk membayar dan memenuhi
penerapan sistem perpajakan dapat kewajiban perpajakannya. Pernyataan yang
membantu meningkatkan kepatuhan wajib memiliki nilai rata-rata tertinggi
pajak sehingga juga akan mengurangi menunjukkan bahwa wajib pajak
tingkat penggelapan pajak. Hal ini menganggap adanya keadilan dalam sistem
disebabkan karena para wajib pajak merasa perpajakan apabila tarif pajak yang

7
diterapkan berdasarkan proporsional atau menunjukkan bahwa para wajib pajak tidak
sesuai dengan pendapatan masing-masing setuju dengan pernyataan tersebut. Mereka
wajib pajak. Penetapan berdasarkan keberatan dengan tarif yang ditetapkan oleh
proporsional ini menjadikan wajib pajak pemerintah saat ini. Bagi mereka tarif pajak
tidak keberatan untuk memenuhi kewajiban saat ini cukup tinggi sehingga mereka
perpajakannya sehingga akan memenuhi enggan untuk membayar pajak dan
semua pajak terutangnya dan otomatis menganggap tindakan penggelapan pajak
menjauhkan dari tindakan penggelapan ini etis atau boleh untuk dilakukan oleh
pajak. Sedangkan pernyataan yang wajib pajak untuk mengurangi jumlah pajak
memiliki nilai rata-rata terendah terutangnya.

Tabel 4
DISTRIBUSI VARIABEL TEKNOLOGI DAN INFORMASI PERPAJAKAN
Banyaknya
Responden yang Total
No Pernyataan Memilih Skor Mean
Responden
1 2 3 4 5
Tersedia teknologi dan informasi
1 2 8 9 52 36 107 4,05
yang berkaitan dengan perpajakan
Teknologi dan informasi yang
berkaitan dengan perpajakan
2 3 14 27 44 19 107 3,58
memadai sesuai kebutuhan wajib
pajak
Akses informasi perpajakan
3 2 22 35 32 16 107 3,36
mudah dipahami
Fasilitas teknologi dan informasi
4 perpajakan dapat dimanfaatkan 3 8 22 50 24 107 3,79
dengan baik oleh wajib pajak
Wajib pajak harus memiliki dan
mengetahui teknologi informasi
5 - 8 9 65 25 107 4,00
perpajakan agar bisa memenuhi
kewajiban perpajakan
Jumlah rata-rata untuk keseluruhan peryataan 18,77
Jumlah pernyataan 5
Rata-rata keseluruhan pernyataan tiap variabel 3,75
Sumber : Data diolah

Nilai rata-rata keseluruhan tersebut dan informasi perpajakan serta


menunjukkan bahwa para wajib pajak akan penyederhanaan sistem informasi. Hal
senang dengan adanya perubahan teknologi tersebut menjadikan para wajib pajak
dan inovasi yang diberikan oleh pemerintah menjadi lebih mudah dalam memenuhi
serta penyederhanaan sistem informasi kewajiban perpajakannya sehingga tidak
menjadi lebih memudahkan para wajib menyulitkan wajib pajak dalam memenuhi
pajak untuk memenuhi kewajiban kewajiban perpajakannya dan menjauhkan
perpajakannya, sehingga dengan hal dari tindakan penggelapan pajak.
tersebut diharapkan akan menurunkan Sedangkan pernyataan yang memiliki nilai
tingkat penggelapan pajak. Pernyataan rata-rata terendah menunjukkan bahwa
yang memiliki nilai rata-rata tertinggi masih banyak wajib pajak yang belum
menunjukkan bahwa responden setuju jika memahami bagaimana cara mengakses
memang pemerintah telah melakukan fasilitas perpajakan melalui web atau
modernisasi dan inovasi terhadap teknologi internet ini, sehingga tidak banyak yang

8
memanfaatkan teknologi ini. Mereka masih dan infomasi dibidang perpajakan, waktu
menggunakan cara dengan datang langsung yang dibutuhkan seorang wajib pajak dalam
ke kantor KPP di wilayah masing-masing. memenuhi kewajiban pajaknya semakin
Mereka juga perlu diberikan sosialisasi efektif dan efesien. Ketika wajib pajak
tentang tatacara penggunaan fasilitas semakin dipermudahkan dengan fasilitas
tersebut sehingga wajib pajak dapat yang diberikan, diharapkan wajib pajak
memanfaatkannya dengan baik dan dapat memenuhi kewajibannya dan dapat
mengetahui keuntungannya bagi wajib menghindari tindakan penggelapan pajak.
pajak itu sendiri. Dengan adanya teknologi

Tabel 5
DISTRIBUSI VARIABEL PENGGELAPAN PAJAK
Banyaknya
Responden yang Total
No Pernyataan Memilih Skor Mean
Responden
1 2 3 4 5
Penggelapan pajak dianggap etis
meskipun mereka tahu penerimaan
1 - 6 24 33 44 107 4,07
pajak digunakan untuk
membangun fasilitas umum.
Penggelapan pajak dianggap etis
meskipun mereka tahu uang pajak
2 - 7 30 34 36 107 3,93
telah digunakan secara baik dan
benar
Penggelapan pajak dianggap etis
3 - 5 28 41 33 107 3,95
meskipun tarif pajaknya rendah
Penggelapan pajak berarti
4 - 35 63 7 2 107 2,78
melanggar undang-undang
Wajib pajak dianggap melakukan
5 penggelapan pajak jika tidak - 23 61 20 3 107 2,71
memenuhi kewajiban pajaknya
Jumlah rata-rata untuk keseluruhan peryataan 17,44
Jumlah pernyataan 5
Rata-rata keseluruhan pernyataan tiap variabel 3,49
Sumber : Data diolah

Nilai rata-rata keseluruhan tersebut rata-rata tertinggi adalah pernyataan nomor


menunjukkan bahwa para wajib pajak satu. Dari pernyataan tersebut
sependapat dan mereka mengetahui bahwa menunjukkan bahwa para responden
tindakan penggelapan pajak ini dianggap beranggapan bahwa tindakan penggelapan
tidak etis karena melanggar undang- pajak ini dianggap tidak etis karena mereka
undang, sehingga diharapkan sebagai mengetahui bahwa penerimaan pajak
warga negara yang baik para wajib pajak digunakan oleh negara untuk membantu
menghindari perbuatan tersebut dan anggaran pembiayaan negara dan juga
memenuhi kewajiban perpajakannya membangun fasilitas umum bagi
dengan jujur dan benar. Variabel masyarakat. Sedangkan pernyataan yang
penggelapan pajak ini mempunyai lima memiliki nilai rata-rata terendah yaitu
pernyataan dan diantara kelima pernyataan pernyataan nomor lima. Dari pernyataan
tersebut terdapat nilai rata-rata yang tersebut menunjukkan bahwa para
tertinggi dan terendah dari jawaban para responden mengetahui bahwa wajib pajak
responden. Pernyataan yang memiliki nilai yang tidak melaksanakan kewajiban

9
perpajakannya dengan benar akan dianggap Tabel 7
melakukan tindakan penggelapan pajak. HASIL UJI RELIABILITAS
Sehingga diharapkan para wajib pajak N of Cronbach’s
untuk mematuhi peraturan perpajakan dan Variabel Keterangan
case Alpha
dapat memanfaatkan modernisasi layanan X1 107 0,700 Reliabel
perpajakan untuk membantu wajib pajak X2 107 0,674 Reliabel
dalam memenuhi kewajiban perpajakan X3 107 0,800 Reliabel
mereka. Y 107 0,750 Reliabel
Sumber : Data diolah
Uji Validitas dan Reliabilitas
Sedangkan untuk pengujian reliabilitas
Uji validitas dilakukan untuk
menggunakan nilai Cronbach Alpha. Hasil
mengukur tingkat kevalidan dari item-item
pengujian reliabilitas menunjukkan bahwa
pernyataan dari setiap variabel dalam
semua variabel memiliki nilai Cronbach
kuesioner. Pengujian validitas
Alpha > 0,6 sehingga item-item pernyataan
menggunakan korelasi Product Moment
yang mengukur variabel penelitian
Pearson.
dinyatakan reliable.
Tabel 6
HASIL UJI VALIDITAS Uji Normalitas
Uji normalitas data dilakukan untuk
Item Correlation Signifikan Keterangan menentukan apakah dalam regresi, variabel
Tarif Pajak (X1)
X1_1 0,649 0,000 Valid
residu memiliki distribusi normal atau
X1_2 0,630 0,000 Valid tidak. Uji normalitas data dilakukan dengan
X1_3 0,542 0,000 Valid Uji Kolmogorof Smirnov. Jika hasil
X1_4 0,488 0,000 Valid kolmogorof smirnov ≥ 0,05 maka data
X1_5 0,471 0,000 Valid tersebut berdistribusi normal, namun jika
Keadilan Sistem Perpajakan (X2)
hasil signifikansi kolmogorof smirnov <
X2_1 0,636 0,000 Valid
X2_2 0,400 0,000 Valid 0,05 maka data tersebut berdistribusi tidak
X2_3 0,558 0,000 Valid normal.
X2_4 0,557 0,000 Valid
Tabel 8
X2_5 0,471 0,000 Valid
HASIL UJI NORMALITAS
Teknologi dan Informasi Perpajakan (X3)
X3_1 0,851 0,000 Valid
Unstandardized
X3_2 0,848 0,000 Valid
X3_3 0,773 0,000 Valid Residual
X3_4 0,853 0,000 Valid
N 107
X3_5 0,526 0,000 Valid
Penggelapan Pajak (Y) Mean ,0000000
Normal
Y1 0,845 0,000 Valid Std. 2,38520641
Y2 0,852 0,000 Valid Parametersa,b
Y3 0,792 0,000 Valid Deviation
Y4 0,207 0,032 Valid Absolute ,065
Y5 0,203 0,036 Valid Most Extreme
Positive ,052
Sumber : Data diolah Differences
Negative -,065
Hasil pengujian menunjukkan bahwa Kolmogorov-Smirnov Z ,673
semua item pertanyaan memiliki tingkat
Asymp. Sig. (2-tailed) ,756
sigifikansi di bawah 0.05 dan nilai r
Pearson Correlation lebih besar dari nilai r a. Test distribution is Normal.
tabel sehingga item-item pertanyaan yang Sumber : Data diolah
mengukur variabel penelitian dinyatakan
valid. Tabel diatas menunjukkan bahwa nilai
signifikan Kolmogrov-Smirnov sebesar

10
0,756 dimana nilai tersebut lebih besar dari ditemukan adanya kolerasi antar variabel
0,05 sehingga model regresi dalam independen. Uji multikolinearitas dapat
penelitian ini dapat dinyatakan memiliki dilihat dari nilai tolerance dan vinance
distribusi yang normal. inflation factor (VIF) Persamaan regresi
dapat dinyatakan tidak terjadi korelasi antar
Uji Multikolinieritas variabel independen apabila nilai tolerance
Uji multikolinieritas dilakukan > 0,10 atau dengan nilai VIF < 10.
untuk menguji apakah model regresi

Tabel 9
HASIL UJI MULTIKOLINIERITAS

Model Unstandardized Standardized t Sig. Collinearity


Coefficients Coefficients Statistics
B Std. Error Beta Tolerance VIF

(Constant) 10,290 2,607 3,948 ,000

TOTAL_TP ,010 ,097 ,011 ,104 ,917 ,809 1,236


1
TOTAL_KSP ,253 ,101 ,253 2,503 ,014 ,819 1,221

TOTAL_TIP ,140 ,070 ,202 2,000 ,048 ,821 1,218


Sumber : Data diolah

Tabel diatas menunjukkan bahwa nilai Uji Heteroskedastisitas


tolerance untuk masing-masing variabel Uji heteroskedastisitas dilakukan
sebesar 0,809 ; 0,819 ; 0,821 dimana nilai untuk menguji apakah dalam model regresi
tersebut lebih besar dari 0,10 atau juga nilai terjadi ketidaksamaan variance dari
VIF untuk masing-masing variabel sebesar residual satu pengamatan ke pengamatan
1,236 ; 1,221 ; 1,218 dimana nilai tersebut yang lain. Pengujian dapat dilakukan
lebih kecil dari 10,00 sehingga model dengan uji glejser, jika nilai signifikansi >
regresi dalam penelitian ini dapat 0,05 maka tidak terjadi heteroskedastisitas
dinyatakan tidak terjadi korelasi antar dan jika nilai signifikansi < 0,05 maka
variabel independen. terjadi heteroskedastisitas.

Tabel 10
HASIL UJI HETEROSKEDASTISITAS

Model Unstandardized Coefficients Standardized T Sig.


Coefficients
B Std. Error Beta

(Constant) 1,196 1,461 ,819 ,415

TOTAL_TP ,012 ,054 ,023 ,213 ,832


1
TOTAL_KSP -,011 ,057 -,021 -,192 ,848

TOTAL_TIP ,044 ,039 ,121 1,119 ,266


Sumber : Data diolah

Tabel diatas menunjukkan bahwa nilai tersebut lebih besar dari 0,05 sehingga
signifikansi untuk masing-masing variabel model regresi dalam penelitian ini dapat
sebesar 0,832 ; 0,848 ; 0,266 dimana nilai dinyatakan tidak terjadi heteroskedastisitas.

11
Analisis Regresi Linier Berganda variabel dependen. Ketiga variabel
Uji hipotesis dilakukan untuk independen mempunyai pengaruh terhadap
menentukan apakah ketiga variabel variabel dependen jika nilai signifikan uji t
independen mempunyai pengaruh terhadap kurang dari 0,05.

Tabel 11
HASIL ANALISIS REGRESI LINIER BERGANDA

Koefisien
Variabel t hitung t tabel Sig
Regresi
Konstanta 19,407 9,663 1,9833 0,000
Tarif Pajak 0,010 0,104 1,9833 0,917
Keadilan Sistem Perpajakan 0,253 2,503 1,9833 0,014
Teknologi dan Informasi
0,140 2,000 1,9833 0,048
Perpajakan
Adjusted R2 0,111
Sig f 0,002
Sumber : Data diolah
Analisis ini digunakan untuk mengalami kenaikan satu satuan nilai,
mengetahui apakah hubungan antara maka akan menaikkan pula variabel
variabel independen dengan variabel penggelapan pajak sebesar 0,253 satuan
dependen berhubungan positif atau negatif dengan asumsi variabel bebas lainnya
dan untuk memprediksi variabel dependen dalam posisi konstan.
apabila nilai dari variabel independen Nilai β3 sebesar 0,140 mempunyai
mengalami kenaikan atau penurunan suatu arti bahwa variabel teknologi dan informasi
nilai. Berikut ini bentuk persamaan regresi perpajakan mengalami kenaikan satu
linier berganda : satuan nilai, maka akan menaikkan pula
variabel penggelapan pajak sebesar 0,140
Y = 19,407 + 0,010 X1 + 0,253 X2 + 0,140 satuan dengan asumsi variabel bebas
X3 + e lainnya dalam posisi konstan.
Keterangan : Dalam pengujian ini peneliti
Y = Penggelapan pajak menguji sebanyak tiga kali, sehingga ada
X1 = Tarif pajak data yang di outlier karena rentang residual
X2 = Keadilan sistem perpajakan data yang dihasilkan lebih tinggi
X3 = Teknologi dan informasi perpajakan dibandingkan data yang lain. Pada tabel
diatas dapat dilihat gambaran mengenai
Nilai konstanta sebesar 19,407, artinya tingkat signifikansi yang menunjukkan
apabila nilai variabel independen yaitu tarif nilai signifikansi F hitung sebesar 0,002 <
pajak, keadilan sistem perpajakan, 0,05. Hal ini menunjukkan bahwa model
teknologi dan informasi perpajakan bernilai regresi tersebut dinyatakan fit (model
nol maka nilai variabel dependen regresi fit).
penggelapan pajak bernilai sebesar 19,407. Pada model summary terdapat R
Nilai β1 sebesar 0,010 mempunyai arti square atau R2 yang mempunyai nilai
bahwa variabel tarif pajak mengalami sebesar 0,111 hal ini mempunyai arti bahwa
kenaikan satu satuan nilai, maka akan 11,1 persen variabel dependen yaitu
menaikkan pula variabel dependen penggelapan pajak dapat dijelaskan oleh
penggelapan pajak sebesar 0,010 satuan variabel-variabel independen, sedangkan
dengan asumsi variabel bebas lainnya sisanya (100% - 11,1% = 88,9%) dijelaskan
dalam posisi konstan. oleh faktor-faktor lain diluar model.
Nilai β2 sebesar 0,253 mempunyai arti Tabel diatas menunjukkan bahwa
bahwa variabel keadilan sistem perpajakan variabel tarif pajak memiliki nilai t hitung

12
sebesar 0,104 yang lebih kecil dari nilai t besar pula tingkat penggelapan pajak.
tabel sebesar 1,9833 serta memiliki tingkat Peningkatan tarif pajak yang dilakukan oleh
signifikansi sebesar 0,917 yang lebih dari pemerintah dimaksudkan untuk
0,05. Hal ini menggambarkan bahwa memberikan peningkatan pendapatan bagi
variabel tarif pajak tidak mempunyai negara, namun ternyata yang terjadi justru
pengaruh terhadap variabel penggelapan sebaliknya yaitu menyebabkan pendapatan
pajak. yang diterima negara semakin menurun.
Selanjutnya variabel keadilan Berdasarkan pengujian hipotesis
sistem perpajakan memiliki nilai t hitung yang telah dianalisis diatas disimpulkan
sebesar 2,503 yang lebih besar dari nilai t bahwa tarif pajak tidak berpengaruh
tabel sebesar 1,9833 serta memiliki tingkat terhadap pengggelapan pajak. Hasil
signifikansi sebesar 0,014 yang kurang dari pengujian ini menunjukkan bahwa para
0,05. Hal ini menggambarkan bahwa responden penelitian akan tetap melakukan
variabel keadilan sistem perpajakan tindakan penggelapan pajak walaupun tarif
mempunyai pengaruh terhadap variabel pajak yang dikenakan sesuai dengan tingkat
penggelapan pajak. penghasilan mereka atau bahkan tarifnya
Terakhir, tabel diatas menunjukkan lebih rendah. Perilaku penggelapan pajak
bahwa variabel teknologi dan informasi tersebut dapat disebabkan karena wajib
perpajakan memiliki nilai t hitung sebesar pajak mengetahui celah-celah peraturan
2,000 yang lebih besar dari nilai t tabel perpajakan dan kemampuannya dalam
sebesar 1,9833 serta memiliki tingkat menyembunyikan objek pajak sehingga
signifikansi sebesar 0,048 yang kurang dari tidak diketahui oleh pihak fiskus saat
0,05. Hal ini menggambarkan bahwa pemeriksaan. Wajib pajak merasa
variabel teknologi dan informasi pendapatan yang mereka peroleh tidak
perpajakan mempunyai pengaruh terhadap cukup banyak jika harus membayar pajak
variabel penggelapan pajak. kepada negara, karena sebagian besar wajib
pajak bekerja sebagai pegawai swasta dan
Analisis pengaruh tarif pajak terhadap omset wajib pajak tersebut juga tidak
penggelapan pajak banyak, sehingga wajib pajak akan enggan
Tarif pajak adalah besarnya jumlah membayar pajak meskipun tarif pajaknya
perhitungan yang harus dibayar oleh wajib rendah. Kesimpulan penelitian ini
pajak. Tarif pajak tergolong kedalam konsisten dengan penelitian terdahulu yang
ketentuan materil dihukum pajak dilakukan oleh Ardhayaksa (2014) yang
berhubungan dengan wajib pajak dan objek menyatakan bahwa wajib pajak akan tetap
pajak. Tarif pajak digunakan untuk melakukan tindakan penggelapan pajak jika
mengukur jumlah pajak terutang, tanpa ada kesempatan walaupun tarif pajak yang
mengesampingkan fungsi hukum pajak dikenakan lebih rendah.
mengenai keadilan, manfaat, dan kepastian
hukum. Pemungutan tarif pajak Analisis pengaruh keadilan sistem
berdasarkan empat macam tarif yaitu tarif perpajakan terhadap penggelapan pajak
proporsional, tarif tetap, tarif progresif, dan Keadilan pajak adalah keadilan dalam
tarif degresif. Penelitian ini menggunakan menerapakan sistem perpajakan yang
tarif pajak dengan indikator kemampuan berlaku. Masyarakat menganggap pajak
dalam membayar pajak dan tarif pajak yang sebagai suatu beban yang mengurangi
berlaku. Wajib pajak tentunya memiliki penghasilan mereka. Sehingga penerapan
persepsi sendiri terhadap tarif pajak yang keadilan dalam pemungutan pajak terutang
berlaku. Persepsi tersebut menunjukkan harus bersifat adil. Hal ini diperlukan agar
hubungan antara tarif pajak dengan tidak ada perlawanan terhadap pajak.
penggelapan pajak bahwa semakin tinggi Penelitian ini menggunakan keadilan
tarif pajak yang ditetapkan maka semakin sistem perpajakan dengan indikator

13
keadilan dalam pemungutan pajak, terdahulu yang dilakukan oleh Elmiza, dkk
keadilan penyusunan undang-undang (2014) yang menyatakan bahwa semakin
perpajakan, serta keadilan ketentuan tinggi keadilan pajaknya maka penggelapan
perpajakan. Pemungutan besarnya pajak pajaknya semakin rendaah dan sebaliknya;
harus sebanding dengan kemampuan wajib Kurniawati (2014) yang menyatakan bahwa
pajak untuk membayar pajak dan sesuai semakin tinggi keadilan pajak maka
dengan manfaat yang diterimanya sehingga kecenderungan wajib pajak melakukan
dapat dikatakan bersifat adil. Persepsi yang penggelapan pajak akan semakin rendah;
akan muncul ketika semakin tidak adilnya Permatasari (2013) yang menyatakan
sistem perpajakan yang berlaku menurut bahwa semakin tidak adil sistem perpajakan
persepsi wajib pajak maka akan semakin yang berlaku menurut persepsi wajib pajak
memicu timbulnya tindakan penggelapan maka kepatuhan akan menurun dan
pajak. Adanya pemikiran tentang cenderung memicu tindakan penggelapan
pentingnya keadilan bagi wajib pajak dalam pajak.
membayar pajak terhutangnya akan
mempengaruhi sikap mereka dalam Analisis pengaruh teknologi dan
membayar pajak. Jika tingkat ketidakadilan informasi perpajakan terhadap
sistem perpajakan yang berlaku semakin penggelapan pajak
tinggi, maka akan berdampak pada tingkat Teknologi dan informasi perpajakan
kepatuhannya akan semakin menurun dan merupakan teknologi dan informasi yang
cenderung memicu tindakan penggelapan digunakan oleh pihak fiskus dalam proses
pajak. perpajakan. Modernisasi dari layanan
Berdasarkan pengujian hipotesis perpajakan diharapkan dapat meningkatkan
yang telah dianalisis diatas disimpulkan kualitas pelayanan perpajakan. Seiring
bahwa keadilan sistem perpajakan dengan perkembangan waktu, pemerintah
berpengaruh terhadap pengggelapan pajak. telah melakukan modernisasi layanan
Hasil pengujian ini menunjukkan bahwa perpajakan. Hal ini diharapkan dapat
para responden penelitian merasa dengan meningkatkan kualitas layanan, sehingga
adanya keadilan sistem perpajakan dapat dapat meningkatkan kepatuhan wajib pajak
membantu mengurangi tingkat dalam pembayaran dan pelaporan pajak
penggelapan pajak. Hal ini disebabkan terutangnya. Penelitian ini menggunakan
karena para wajib pajak merasa semakin teknologi dan informasi perpajakan dengan
adilnya sistem perpajakan sehingga indikator ketersediaan teknologi, kualitas
mendorong mereka untuk membayar dan dari teknologi tersebut, akses terhadap
memenuhi kewajiban perpajakannya. informasi, serta pemanfaatan fasilitas
Berdasakan analisis deskriptif para wajib teknologi dan informasi perpajakan.
pajak akan semakin patuh dalam membayar Banyak wajib pajak yang memiliki
pajak apabila besarnya tarif pajak anggapan dari sisi teknologi dan informasi
disesuaikan dengan tingkat penghasilan perpajakan jika semakin tinggi dan modern
mereka. Wajib pajak yang memiliki teknologi dan informasi perpajakan yang
penghasilan tinggi seharusnya memiliki digunakan pemerintah, maka akan
kewajiban pajak yang tinggi pula. Sikap menyebabkan semakin rendahnya tingkat
toleransi atas keadilan perpajakan dimiliki penggelapan pajak yang dilakukan oleh
oleh wajib pajak karena sebagian besar wajib pajak.
mereka lulusan sarjana dan juga mereka Berdasarkan pengujian hipotesis
memperoleh sosialisasi yang diberikan oleh yang telah dianalisis diatas disimpulkan
Dirjen Pajak, sehingga membantu wajib bahwa teknologi dan informasi perpajakan
pajak dalam memahami arti keadilan dalam berpengaruh terhadap pengggelapan pajak.
penerapan sistem perpajakan. Kesimpulan Hasil pengujian ini menunjukkan bahwa
penelitian ini konsisten dengan penelitian para responden penelitian merasa dengan

14
adanya perubahan teknologi dan inovasi penggelapan pajak tersebut dapat
serta penyederhanaan sistem informasi disebabkan karena wajib pajak mengetahui
lebih memudahkan para wajib untuk celah-celah peraturan perpajakan dan
memenuhi kewajiban perpajakannya kemampuannya dalam menyembunyikan
sehingga dengan hal tersebut akan objek pajak sehingga tidak diketahui oleh
menurunkan tingkat penggelapan pajak. pihak fiskus saat pemeriksaan.
Berdasarkan analisis deskriptif Variabel keadilan sistem
menunjukkan bahwa penggunaan teknologi perpajakan secara signifikan memiliki
untuk mencari informasi terkait dengan pengaruh terhadap penggelapan pajak.
pembayaran pajak oleh wajib pajak orang Kesimpulan tersebut berdasarkan
pribadi masih sangat rendah karena wajib hubungan bahwa ketika semakin tidak adil
pajak kurang memahami cara mengakses sistem perpajakan yang berlaku menurut
fasilitas perpajakan melalui web atau persepsi wajib pajak maka akan semakin
internet ini. Sebagian besar wajib pajak memicu timbulnya tindakan penggelapan
masih menggunakan sistem pembayaran pajak. Sebaliknya, jika tingkat
manual, dan jarang membuka website ketidakadilan sistem perpajakan yang
Dirjen Pajak. Wajib pajak memperoleh berlaku semakin tinggi, maka akan
pengetahuan perpajakan sebagian besar berdampak pada tingkat kepatuhannya akan
dari sosialisasi yang menyebabkan wajib semakin menurun dan cenderung memicu
pajak kurang memahami penggunaan tindakan penggelapan pajak. Adanya
teknologi dan fasilitas perpajakan, bukan pemikiran tentang pentingnya keadilan bagi
melalui kursus/training. Wajib pajak juga wajib pajak dalam membayar pajak
melakukan penyusunan SPT di KPP secara terhutangnya akan mempengaruhi sikap
langsung oleh dirinya sendiri, sehingga mereka dalam membayar pajak.
mereka tidak memanfaatkan inovasi dari Variabel teknologi dan informasi
teknologi yang disediakan oleh pemerintah. perpajakan secara signifikan memiliki
Kesimpulan penelitian ini konsisten dengan pengaruh terhadap variabel penggelapan
penelitian terdahulu yang dilakukan oleh pajak. Kesimpulan tersebut berdasarkan
Permatasari (2013) yang menyatakan hubungan bahwa semakin tinggi dan
bahwa semakin tinggi teknologi dan modern teknologi dan informasi perpajakan
informasi perpajakan semakin rendah yang digunakan pemerintah, maka akan
penggelapan pajak. semakin rendah tingkat penggelapan pajak
yang dilakukan oleh wajib pajak. Wajib
KESIMPULAN, KETERBATASAN DAN pajak merasa dengan adanya perubahan
SARAN teknologi dan inovasi serta penyederhanaan
sistem informasi lebih memudahkan para
Berdasarkan hasil pengujian hipotesis wajib untuk memenuhi kewajiban
penelitian ini menunjukkan bahwa variabel perpajakannya sehingga dengan hal
tarif pajak secara signifikan tidak memiliki tersebut akan menurunkan tingkat
pengaruh terhadap penggelapan pajak. penggelapan pajak.
Kesimpulan tersebut berdasarkan Penelitian ini mempunyai
hubungan bahwa ketika tarif pajak yang keterbatasan yaitu (1) Peneliti tidak
harus dibayarkan oleh wajib pajak tersebut menjelaskan beberapa karakteristik
tinggi, maka dapat menyebabkan tindakan responden. Hal tersebut dikarenakan pada
penggelapan pajak. Namun pada kuesioner yang disebarkan secara manual
kenyataannya wajib pajak akan tetap terdapat beberapa kriteria yang tidak
melakukan tindakan penggelapan pajak dicantumkan pada kuesioner melalui
meskipun tarif pajak yang dikenakan sesuai google drive. Sehingga responden tidak
dengan tingkat penghasilan mereka atau mengisi data untuk kriteria tersebut pada
bahkan tarifnya lebih rendah. Perilaku data manual maupun google drive dan

15
peniliti tidak dapat mengolah lebih lanjut. Ardhyaksa, Theo Kusuma. (2014).
(2) Data jawaban responden yang diperoleh “Pengaruh Keadilan, Tarif Pajak,
melalui google drive tidak dapat Ketepatan Pengalokasian,
diidentifikasi terkait dengan asal KPP Kecurangan, Teknologi Dan
masing-masing wajib pajak, karena dalam Informasi Perpajakan Terhadap Tax
form pengisian kuesioner google drive Evasion”. Accounting Analysis
tidak ditambahkan kriteria asal KPP Journal 3 (4) (2014)
masing-masing wajib pajak. Brotodiharjo, R. Santoso. 2007. Pengantar
Berdasarkan pada hasil dan Ilmu Hukum Pajak. PT Refika
keterbatasan penelitian, maka peneliti Aditama
berkeinginan untuk memberikan saran- Chiarini, Bruno.,dkk. (2013). “Tax Rates
saran bagi pihak-pihak yang terkait agar And Tax Evasion: An Empirical
bermanfaat untuk bidang penelitian Analysis Of The Long-Run Aspects
maupun kemajuan dalam bidang In Italy”. European Journal of Law
perpajakan yaitu (1) Pemerintah dapat and Economics Vol 35 No 2, 2013
mengadakan kegiatan untuk meningkatkan Dalu, Tatenda. (2012). “Impact Of Tax
pemahaman tentang penggunaan teknologi Evasion And Avoidance On The
perpajakan dan keadilan sistem perpajakan Economy: A Case Of Harare,
serta melakukan pengawasan terhadap Zimbabwe”. African J. Economic and
wajib pajak. (2) Kemudahan serta Sustainable Development, Vol. 1, No.
pelayanan yang baik dan menarik dari 3, 2012
pemerintah sangat diperlukan agar para Elmiza, Mesri.,dkk. (2014). “Pengaruh
wajib pajak semakin terdorong motivasinya Keadilan, Sistem Perpajakan, Dan
dalam membayar pajak sehingga dapat Diskriminasi Terhadap Persepsi
mengurangi tingkat penggelapan pajak. (3) Wajib Pajak Mengenai Etika
Bagi peneliti selanjutnya dapat disarankan Penggelapan Pajak (Tax Evasion)”.
agar memilih seluruh KPP di lingkup E-Journal Universitas Bung Hatta,
Kantor Wilayah Jatim I atau Jatim II yang Vol 4, No 1 (2014)
lebih luas dan memiliki daftar wajib pajak Friskianti, Yossi. (2014). “Pengaruh Self
yang lebih banyak agar dapat memperoleh Assessment System, Keadilan,
responden yang banyak serta dapat Teknologi Perpajakan, Dan
menambahkan variabel independen seperti Ketidakpercayaan Kepada Pihak
diskriminasi dan kemungkinan Fiskus Terhadap Tindakan Tax
terdeteksinya kecurangan sehingga Evasion”. Accounting Analysis
menghasilkan hasil penelitian yang lebih Journal 3 (4) (2014)
baik lagi. Ghozali, Imam. 2006. Aplikasi Analisis
Multivariate dengan Program SPSS
DAFTAR RUJUKAN Edisi 6. Semarang : Badan Penerbit
Ardhyaksa, Theo Kusuma dan Kiswanto. Universitas Dipenegoro
2014. “Pengaruh Keadilan, Tarif Handayani M, Annisa’ul dan Nur
Pajak, Ketepatan Pengalokasian, Cahyonowati. (2014). “Analisis
Kecurangan, Teknologi Dan Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi
Informasi Perpajakan Terhadap Tax Persepsi Wajib Pajak Mengenai
Evasion”. Accounting Analysis Penggelapan Pajak”. Diponegoro
Journal 3 (4) (2014) Journal Of Accounting Volume 3,
Andria, Harry. 2008. “Aspek Keadilan Nomor 3, Tahun 2014
Pengenaan Pajak Penghasilan Kurniawati, Meiliana dan Agus Arianto
Terhadap Transaksi Perdagangan Toly. (2014). “Analisis Keadilan
Saham Di Bursa Efek”. Tesis, Pajak, Biaya Kepatuhan, Dan Tarif
Universitas Indonesia, Jakarta. Pajak Terhadap Persepsi Wajib Pajak

16
Mengenai Penggelapan Pajak Di
Surabaya Barat”. Tax & Accounting
Review, Vol 4, No 2, 2014
Mardiasmo. 2009. Perpajakan. Yogyakarta
: Andi
Mughal, M. Muazzam dan Muhammad
Akram. (2012). “Reasons Of Tax
Avoidance And Tax Evasion:
Reflections From Pakistan”. Journal
of Economics and Behavioral Studies
Vol. 4, No. 4, pp. 217-222
Nurmantu, Safri. 2004. Pengantar
Perpajakan. Jakarta : Granit
Permatasari, Inggrid. (2013). “Minimalisasi
Tax Evasion Melalui Tarif Pajak,
Teknologi dan Informasi Perpajakan,
Keadilan Sistem Perpajakan, dan
Ketepatan Pengalokasian
Pengeluaran Pemerintah”.
Diponegoro Journal Of Accounting
Volume 2, Nomor 2, Tahun 2013
Pulungan, Riski Hamdani. (2015).
“Pengaruh Keadilan, Sistem
Perpajakan, dan Kemungkinan
Terdeteksinya Kecurangan Terhadap
Persepsi Wajib Pajak Mengenai Etika
Penggelapan Pajak (Tax Evasion)”.
jom. FEKON Vol. 2 No. 1
Siahaan, Marihot P. 2010. Hukum Pajak
Elementer. Yogyakarta : Graha Ilmu
Siahaan, Marihot P. 2010. Hukum Pajak
Material. Yogyakarta : Graha Ilmu
Sugiyono. 2004. Metode Penelitian Bisnis.
Bandung : Alfabeta
Sugiyono. 2012. Statistika Untuk
Penelitian. Bandung : Alfabeta
Wijaya, Tony. 2012. Praktis dan simpel
cepat menguasai SPSS untuk olah
dan interpretasi data. Yogyakarta :
Cahaya Atma Pusaka
http://efilling.pajak.go.id/index
http://.tempo.co/2013/06/12

17

Anda mungkin juga menyukai