Wilberth Aiwoy
Email: aiwoyw@gamil.com
ABSTRAK
Wilberth Aiwoy
ABSTRACT
This study aims to analyze the effect of tax administration reform and tax knowledge
on the compliance of taxable entrepreneurs in paying taxes at KPP Pratama Jayapura.
This type of research data was obtained from primary data where questionnaires were
distributed directly to taxable entrepreneurs by maintaining the COVID-19 health
protocol. This study is a quantitative study with a sample of 100 taxable entrepreneurs
registered at the Pratama Jayapura tax office . The method used for determining the
sample in this study is accidental sampling. Technical analysis used in this research
is validity and reliability test, classical assumption test, multiple linear regression test
and hypothesis. The results of the study show that simultaneously reforming tax
administration and tax knowledge together has a significant effect on the compliance
of taxable entrepreneurs at KPP Pratama Jayapura.
Latar Belakang
Sekarang ini bangsa Indonesia sedang dan akan terus melakukan pembangunan
nasional di berbagai bidang yang bertujuan untuk mewujudkan masyarakat yang adil dan
makmur. Dalam kelangsungan pembangunan nasional tersebut, pemerintah membutuhkan
dana yang relatif besar dan dana tersebut akan semakin meningkat dengan seiring adanya
peningkatan kebutuhan pembangunan (Ketut & Aryani, 2013a).
Dalam Undang-Undang Nomor 16 Tahun 2009 tentang Ketentuan Umum dan Tata
Cara Perpajakan (KUP), pajak adalah kontribusi wajib pajak kepada negara yang terutang
oleh orang pribadi atau badan yang bersifat memaksa berdasarkan Undang-Undang, dengan
tidak mendapatkan imbalan secara langsung dan digunakan untuk keperluan negara bagi
sebesar-besarnya kemakmuran rakyat. Membayar pajak adalah salah satu kewajiban bagi
setiap orang dalam sebuah negara terutama di Indonesia, sampai saat ini masih banyak
dilematik mengenai pajak baik kepatuhan, ketertiban dan yang terpenting adalah dalam
bidang administrasinya (Syahputra, 2019).
Pada tahun 2020 pemerintah menargetkan penerimaan pajak Rp. 1.198,82 triliun,
sebagaimana ditetapkan dalam Perpres 72 tahun 2020 yang mengatur Perubahan Postur
Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) 2020. Namun Kepala KPP Pratama
Jayapura, Nugroho Apriyanto menjelaskan, seiring dengan pertumbuhan ekonomi Papua
yang sampai kuartal III 2020 mengalami pertumbuhan -2,61 persen, penerimaan pajak
diwilayah kerja KPP Pratama Jayapura juga mengalami kontraksi sebesar 7,65 persen.
Menurut Asri Fika (2001), pada hakekatnya kepatuhan wajib pajak dipengaruhi oleh
kondisi reformasi administrasi perpajakan yang meliputi tax service dan tax enforcement.
Langka-langka perbaikan administrasi diharapkan dapat mendorong wajib pajak melalui dua
cara, yaitu pertama, wajib pajak patuh karena mendapat pelayanan yang baik, cepat, dan
menyenangkan serta pajak yang mereka bayar akan bermanfaat bagi pembangunan bangsa.
Kedua, wajib pajak akan patuh karena mereka berpikir mereka akan mendapatkan sanksi
berat akibat pajak yang mereka laporkan tidak terdeteksi system informasi dan administrasi
perpajakan (di dalam Syahputra, 2019).
KAJIAN PUSTAKA
Landasan Teori
Theory Of Plenned Behavior (TPB)
Teori TPB merencanakan berbagai perilaku individu yang timbul karena adanya niat
untuk berperilaku. Niat merupakan suatu dorongan atas tindakan dan perilaku sehingga untuk
memprediksi apa yang akan dilakukan (perilaku) dapat diketahui dari niatnya. Munculnya
niat berperilaku di tentukan oleh tiga factor penentu diantaranya : (a)behavioral beliefs
keyakinan individu akan hasil dari suatu perilaku dan evaluasi atas hasil tersebut; (b)
normative beliefs keyakinan akan harapan normative orang lain dan motivasi untuk
memenuhi harapan tersebut; dan (c) control beliefs keyakinan tentang keberadaan hal-hal
Pajak
Menurut Undang-Undang Nomor 16 Tahun 2009 tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara
Perpajakan (KUP), Pajak adalah kontribusi waib pajak kepada negara yang terutang oleh
orang pribadi atau badan yang bersifat memaksa berdasarkan Undang-Undang, dengan tidak
mendapatkan imbalan secara langsung dan digunakan untuk keperluan negara bagi sebesar-
besarnya kemakmuran rakyat.
Fungsi pajak
a. Fungsi Penerimaan (budgetair); disebut juga fungsi fiscal, yaitu fungsi untuk
suatu alat untuk mencapai tujuan-tujuan tertentu yang melekat diluar bidang keuangan.
c. Fungsi Demokrasi; yaitu fungsi yang merupakan salah satu wujud system gotong-royong,
d. Fungsi Distribusi; yaitu fungsi yang lebih menekankan pada unsur pemerataan dan
Menurut Andika satryo, (2007), ada lima syarat pemungutan pajak, yaitu :
1) Pemungutan pajak harus adil (syarat keadilan) dengan tujuan hukum yakni, untuk
mencapai keadilan, undang-undang dan pelaksanaan pemungutan harus adil. Adil dalam
arti perundang-undangan diantaranya mengenakan pajak secara umum dan merata, serta
yakni dengan memberikan hak bagi Wajib Pajak (WP) untuk mengajukan keberatan,
Pajak diatur dalam UUD 1945 pasal 23 ayat 2. Hal ini memberikan jaminan hukum untuk
Sesuai fungsi budgetair, biaya pemungutan pajak harus dapat ditekan sehingga lebih
Sistem perpajakan yang sederhana akan memudahkan dan mendorong masyarakat dalam
memenuhi kewajibannya.
jangka menengah dengan tujuan tercapainya tingkat kepatuhan sukarela yang tinggi(Andika
satryo, 2007).
administrasi perpajakan :
Pengetahuan Perpajakan
dan ilmu yang dimiliki oleh oleh wajib pajak mengenai peraturan perpajakan yang
tercantumdalam undang – undang perpajakan (Ketut & Aryani, 2013). Menurut Yulsiati,
(2018) Pengetahuan perpajakan adalah kemampuan seorang wajib pajak dalam mengetahui
peraturan perpajakan baik itu soal tarif pajak berdasarkan undang-undang yang akan
dibayarkan, maupun manfaat pajak yang akan berguna bagi kehidupan mereka.
seseorang (wajib pajak) dalam mengetahui seluruh aturan perpajakan baik itu mengenai tarif,
waktu pembayaran dan pelaporan, serta hal lainnya sesuai dengan undang-undang pajak yang
berlaku. Semakin baik pengetahuan perpajakan wajib pajak maka hal itu akan meningkatkan
2009, Pengusaha Kena Pajak (PKP) adalah pengusaha yang melakukan penyerahan barang
kena pajak dan jasa kena pajak yang dikenakan pajak berdasarkan Undang-Undang pajak
Pengertian Kepatuhan
Kepatuhan wajib pajak adalah perilaku/tingkah laku wajib pajak untuk melaksanakan
hak perpajakannya dan memenuhi kewajiban perpajakannya seperti mengisi secara benar
jumlah pajak yang terutang, membayar pajak tepat waktu tanpa ada tindakan pemaksaan,
memasukkan dan melaporkan pada waktunya, informasi yang diperlukan sesuai dengan
Hasil Penelitian
Uji Validitas
Uji Validitas dilakukan dengan melihat “korelasi antara skor faktor dengan skor total
faktor (total keseluruhan faktor), kemudian membandingkan r hitung dengan r tabel dari
setiap item pertanyaan dengan signifikan 0,05” (Sugiyono, 2010:267). Tabel berikut
Berdasarkan pada table 4.6 terlihat bahwa hasil uji validitas menunjukan semua
pertanyaan valid karena r hitung > r table pada taraf signifikansi 0.05 atau 5%.
Uji validitas dilakukan untuk mengukur sah atau valid tidaknya suatu kuesioner, dapat
Berdasarkan pada tabel 4.7 terlihat bahwa hasil uji validitas menunjukan bahwa
semua pertanyaan valid karena r hitung> r table pada taraf signifikansi 0.05 atau 5%.
Uji validitas dilakukan untuk mengukur sah atau valid tidaknya suatu kuesioner,
Berdasarkan pada tabel 4.8 terlihat bahwa hasil uji validitas menunjukan bahwa
semua pertanyaan valid karena r hitung> r table pada taraf signifikansi 0.05 atau 5%.
Uji Reabiliditas
Uji reliabilitas yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan
cronbach’s alpha lebih besar dari 0,70. Hasil uji reliabilitas terhadap data penelitian ini
Reliability Statistics
Cronbach's
Alpha N of Items
.700 9
Berdasarkan tabel 4.14 diatas dapat dilihat bahwa variable pengetahuan perpajakan
dapat dikatakan reliable karena nilai Cronbach’s Alpha diatas 0,70 yaitu 0,700
Reliability Statistics
Cronbach's
Alpha N of Items
.711 9
Berdasarkan tabel 4.10 diatas dapat dilihat bahwa variable pengetahuan perpajakan
dapat dikatakan reliable karena nilai Cronbach’s Alpha diatas 0,70 yaitu 0,711.
Reliability Statistics
Cronbach's
Alpha N of Items
.703 9
Berdasarkan tabel 4.11 diatas dapat dilihat bahwa variable pengetahuan perpajakan
dapat dikatakan reliable karena nilai Cronbach’s Alpha diatas 0,70 yaitu 0,703
Uji Normalitas
residual berdistribusi normal atau tidak adalahdengan cara menganalisis grafik. Jika data
menyebar disekitar garis diagonal dan mengikuti arah garis diagonal atau grafik
histogramnya menunjukkan pola distribusi normal, maka dari itu model regresi memenuhi
mengikuti arah garis diagonal sehinggal model regresi memenuhi asumsi normalitas.
Unstandardized
Residual
N 100
a,b
Normal Parameters Mean .0000000
Std. Deviation 1.21474874
Most Extreme Differences Absolute .066
Positive .066
Negative -.061
Test Statistic .066
Asymp. Sig. (2-tailed) .200c,d
bahwa data berasumsi normal. Sehingga asumsi atau pertanyaan normalitas dalam model
Uji multikolinearitas bertujuan untuk menguji apakah model regresi ditemukan adanya
korelasi antara variabel bebas (independen). Model regresi yang baik seharusnya tidak terjadi
korelasi diantar variabel independen. Melalui program SPSS foe windows versi 22 dengan
ketentuan berikut:
1. Jika nilai Tolerance > 0,01 maka tidak tidak terjadinya multikolinearitas,
Coefficientsa
Collinearity Statistics
1 (Constant)
Reformasi
Administrasi .977 1.024
perpajakan_x1
Pengetahuan
.977 1.024
Perpajakan_x2
Berdasarkan table 4.12 maka dapat disimpulkan bahwa model persamaan regresi tidak
terjadi gejala multikolinearlitas. Dibuktikan bahwa nilai tolerance untuk setiap variabel lebih
besar dari 0,01 dan nilai VIF lebih kecil dari 10. Nilai tolerance lebih besar dari 0,01 yaitu
reformasi administrasi perpajakan 0,977 dan pengetahuan perpajakan 0,977. Nilai VIF lebih
kecil dari 10 yaitu nilai VIF reformasi administrasi perpajakan 1,024 dan pengetahuan
perpajakan 1,024.
Uji Heteroskedastisitas
Uji heteroskedastisitas bertujuab untuk menguji apakah dalam model regresi terjadi
ketidaksamaan variance cari residual satu pengamatan ke pengamatan yang lain. Salah satu
cara untuk mendeteksi ada atau tidaknya heteroskedastisitas dengan melihat grafik Scatterplot
2. Jika tidak ada pola yang serta titik menyebar diatas dan dibawah angka 0 pada sumbu Y,
tertentu, titik-titik menyebar diatas dan dibawah angaka 0 pada sumbu Y sehingga tidak
(X1) dan pengetahuan perpajakan (X2) terhadap kepatuhan pengusaha kena pajak (Y).
Coefficientsa
Standardized
Unstandardized Coefficients Coefficients
1 (Constant)
12.650 2.221 5.697 .000
Reformasi
Administrasi .100 .052 .185 1.939 .055
Perpajakan_x1
Pengetahuan
.252 .084 .287 3.002 .003
Perpajakan_x2
Berdasarkan table 4.13 diatas, maka persamaan regresi linear berganda sebagai berikut :
Dimana
X2 = Pengetahuan Perpajakan
b. Koefisien regresi variabel X1 (reformasi administrasi perpajakan) sebesar 0.100. hal ini
0.100
Hipotesis atau perumusan sementara ini sifatnya tidak final dan nantinya dapat
diterima atau pun tidak. Uji hipotesis adalah serangakaian prosedur yang didasarkan pada
bukti sampel tang dipakai untuk menetukan apakah hipotesis tersebut diterima atau ditolak
(Puspitanigrum, 2018).
Uji t digunakan untuk menujukan seberapa jauh pengaruh satu variabel independen
1. Jika nilai sig <alpha (0,05) dan searah dengan hipotesis maka hipotesis maka hipotesis
ditolak
2. Jika nilai sig >alpha (0,05) dan tidak searah dengan hipotesis maka hipotesis diterima.
Selain itu uji parsial ini bias dilakukan dengan membandingkan t hitung dengan t table
Coefficientsa
1 (Constant)
12.650 2.221 5.697 .000
Reformasi
administrasi .100 .052 .185 1.939 .055
perpajakan_x1
Pengetahuan
.252 .084 .287 3.002 .003
perpajakan_x2
individu mempunyai pengaruh yang signifikan atau tidak terhadap kepatuhan pengusaha kena
pajak, hasil pengujian secara parsial pengaruh reformasih administrasi terhadap epatuhan
pengusaha kena pajak diperoleh thitung>ttabel (1,939 < 1,985) dan singnifikan sebesar 0,055 >
0,05, maka hipotesis ditolak dan dapat disimpulkan bahwa secara parsial variabel reformasi
pajak.
mempunyai pengaruh yang signifikan atau tidak terhadap kepatuhan pengusaha kena pajak,
hasil pengujian secara parsial pengetahuan perpajakan terhadap kepatuhan pengusaha kena
pajak diperoleh thitung < ttabel (3,002 < 1,985) dan signifikan sebesar 0,003 < 0,05. Maka
hipotesis diterima dan dapat disimpulkan bahwa secara parsial variabel pengetahuan
independen yang dimasukan dalam mempunyai pengaruh secara besama – sama terhadap
variabel dependen. jika nilai sig < 0,05 maka terdapat pengaruh variabel independen terhadap
ANOVAa
Total 168.510 99
perpajakan dan pengetahuan perpajakan terhadap kepatuhan pengusaha kena pajak diperoleh
Fhitung > Ftabel (7,445 > 3,09 ) dan signifikan 0,001 < 0,05. Maka disimpulkan bahwa Hο
ditolak dan Hα diterima, jadi secara simultan reformasi administrasi perpajakan dan
variabel bebas (X) terhadap variabel terikat (Y). nilai R² yang kecil berarti kemampuan
Model Summaryb
Berdasarkan table 4.16 diatas besarnya adjusted R² adalah 0,115. Hal ini menunjukan
bahwa 11,5% variabel dependen kepatuhan pengusaha kena pajak dijelaskan oleh variabel
perpajakan sedangkan sisanya 88,5% dijelaskan oleh variabel lain yang tidak dimasukan
Pembahasan
Pajak.
terhadap kepatuhan pengusaha kena pajak diperoleh t hitung < ttabel (1,939 < 1,985) dan
singnifikan sebesar 0,055 > 0,05, maka dapat disimpulkan bahwa secara parsial variabel
dilakukan Ketut & Aryani (2013), yang menunjukan bahwa reformasih administrasi
Berdasarkan juga hasil pengisian kuesioner yang dilakukan oleh responden yang
mempunyai hasil paling rendah atau banyaknya responden yang memilih tidak setuju dan
kurang setuju adalah pertanyan tentang waktu pelayanan dan pemeriksaan sudah efektif dan
efisien dan juga pertanyan tentang apakah petugas pajak disiplin waktu dengan pekerjaan dan
tanggung jawab terhadap tugasnya. Berdasarkan Teori perencanaan atau TPB (teory of plened
Namun karena kurangnya kualitas pelayanan pajak di KPP Pratama Jayapura yang
menimbulkan ketidak patuhan dari pengusaha kena pajak. Dimana hal membuat kepatuhan
kepatuhan pengusaha kena pajak di KPP Pratam Jayapura dalam menjalankan kewajiban
perpajakan. Pengetahuan itu sendiri antara lain pengetahuan mengenai ketentuan umum dan
tata cara perpajakan, pengetahuan mengenai fungsi pajak, pengetahuan mengenai tarif pajak,
kepatuhan pengusaha kena pajak diperoleh thitung < ttabel (3,002 < 1,985) dan signifikan
sebesar 0,003 < 0,05. Maka dapat disimpulkan bahwa secara parsial variabel pengetahuan
teori perilaku perencanaan atau TPB (teory of plenned behavior), pengetahuan perpajakan
merupakan factor ekternal yang mempengaruh perilaku patuh wajib pajak. Hal ini
mengambarkan semakin tinggi pengetahuan perpajakan akan semakin patuh pengusaha kena
Hasil penelitian ini sejalan dengan Ketut & Aryani (2013), yang menyatakan bahwa
perpajakan dan pengetahuan perpajakan terhadap kepatuhan pengusaha kena pajak diperoleh
Fhitung > Ftabel (7,445 > 3,09) dan signifikan 0,001 < 0,05. Maka disimpulkan bahwa Hο
ditolak dan Hα diterima, jadi secara simultan reformasi administrasi perpajakan dan
Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian Syahputra (2019) dan Hafri (2020) yang