Anda di halaman 1dari 22

Pengaruh Reformasi Administrasi Perpjakan Dan Pengetahuan Perpajakan

Terhadap Tingkat Kepatuhan Pengusaha Kena Pajak


(Studi Empiris Pada Kantor Pelayanan Pajak Pratama Jayapura)

Wilberth Aiwoy

Universitas Cenderawasi Jayapura

Email: aiwoyw@gamil.com

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis Pengaruh Reformasi Administrasi


Perpajakan dan Pengetahuan Perpajakan terhadap Kepatuhan Pengusaha Kena Pajak
dalam membayar pajak pada KPP Pratama Jayapura.
Jenis data penelitian ini diperoleh dari data primer dimana keusioner dibagikan secara
langsung kepada pengusaha kena pajak dengan menjaga protocol kesehatan covid -19.
Penelitian ini adalah penelitian kuantitatif dengan jumlah sampel sebanyak 100
pengusaha kena pajak yang terdaftar di kantor pelayanan pajak Pratama Jayapura.
Metode yang digunakan untuk penentuan sampel dalam penelitian ini adalah
accidental sampling. Teknis analisis yang digunakan dalam penelitian ini yaitu uji
validitas dan uji rebilitas, uji asumsi klasik, uji regresi linear berganda dan hipotesis.
Hasil penelitian menujukan bahwa secara simultan reformasih administrasi
perpajakan dan penegtahuan perpajakan bersama-sama berpengaruh signifikan
terhadap kepatuhan pengusaha kena pajak pada KPP Pratama Jayapura.

Kata kunci : Reformasih Administrasi Perpajakan, Pengetahuan


Perpajakan, Kepatuhan Pengusaha Kena Pajak
The Effect of Tax Administration Reform and Tax Knowledge on the
Compliance Level of Taxable Entrepreneurs

(Empirical Study at the Jayapura Pratama Tax Service Office)

Wilberth Aiwoy

Jayapura Cenderawasi University


Email: aiwoyw@gamil.com

ABSTRACT

This study aims to analyze the effect of tax administration reform and tax knowledge
on the compliance of taxable entrepreneurs in paying taxes at KPP Pratama Jayapura.
This type of research data was obtained from primary data where questionnaires were
distributed directly to taxable entrepreneurs by maintaining the COVID-19 health
protocol. This study is a quantitative study with a sample of 100 taxable entrepreneurs
registered at the Pratama Jayapura tax office . The method used for determining the
sample in this study is accidental sampling. Technical analysis used in this research
is validity and reliability test, classical assumption test, multiple linear regression test
and hypothesis. The results of the study show that simultaneously reforming tax
administration and tax knowledge together has a significant effect on the compliance
of taxable entrepreneurs at KPP Pratama Jayapura.

Keywords : Tax Administration Reform, Knowledge


Taxation, Taxable Entrepreneur Compliance
PENDAHULUAN

Latar Belakang

Sekarang ini bangsa Indonesia sedang dan akan terus melakukan pembangunan
nasional di berbagai bidang yang bertujuan untuk mewujudkan masyarakat yang adil dan
makmur. Dalam kelangsungan pembangunan nasional tersebut, pemerintah membutuhkan
dana yang relatif besar dan dana tersebut akan semakin meningkat dengan seiring adanya
peningkatan kebutuhan pembangunan (Ketut & Aryani, 2013a).

Dalam Undang-Undang Nomor 16 Tahun 2009 tentang Ketentuan Umum dan Tata
Cara Perpajakan (KUP), pajak adalah kontribusi wajib pajak kepada negara yang terutang
oleh orang pribadi atau badan yang bersifat memaksa berdasarkan Undang-Undang, dengan
tidak mendapatkan imbalan secara langsung dan digunakan untuk keperluan negara bagi
sebesar-besarnya kemakmuran rakyat. Membayar pajak adalah salah satu kewajiban bagi
setiap orang dalam sebuah negara terutama di Indonesia, sampai saat ini masih banyak
dilematik mengenai pajak baik kepatuhan, ketertiban dan yang terpenting adalah dalam
bidang administrasinya (Syahputra, 2019).

Pada tahun 2020 pemerintah menargetkan penerimaan pajak Rp. 1.198,82 triliun,
sebagaimana ditetapkan dalam Perpres 72 tahun 2020 yang mengatur Perubahan Postur
Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) 2020. Namun Kepala KPP Pratama
Jayapura, Nugroho Apriyanto menjelaskan, seiring dengan pertumbuhan ekonomi Papua
yang sampai kuartal III 2020 mengalami pertumbuhan -2,61 persen, penerimaan pajak
diwilayah kerja KPP Pratama Jayapura juga mengalami kontraksi sebesar 7,65 persen.

Pemerintah melalui Direktorat Jenderal pajak (DJP) terus melaksanakan terobosan


untuk mengoptimalkan penerimaan pajak melalui kebijakan – kebijakan yang dikeluarkan.
Langka kongkrit yang dilakukan Dirjen Pajak untuk meningkatkan penerimaan pajak antara
lain dengana melakukan reformasi perpajakan secara menyeluruh dengan menganti official
assessment system menjadi self assessment system. Secara universal, administrasi perpajakan
merupakan kunci utama keberhasilan suatu kebijakan pajak.

Selain Itu, pengetahuan dan pemahaman tentang perpajakan penting untuk


meningkatkan perilaku patuh Pengusaha Kena Pajak (PKP). Tanpa adanya pengetahuan dan
pemahaman tentang perpajakan dan manfaatnya, tidak mungkin wajib pajak secara ikhlas
membayar pajak. Kekuatiran masyarakat dalam membayar pajak disebabkan karena
banyaknya kasus-kasus yang sering terjadi dibidang perpajakan.

Menurut Asri Fika (2001), pada hakekatnya kepatuhan wajib pajak dipengaruhi oleh
kondisi reformasi administrasi perpajakan yang meliputi tax service dan tax enforcement.
Langka-langka perbaikan administrasi diharapkan dapat mendorong wajib pajak melalui dua
cara, yaitu pertama, wajib pajak patuh karena mendapat pelayanan yang baik, cepat, dan
menyenangkan serta pajak yang mereka bayar akan bermanfaat bagi pembangunan bangsa.
Kedua, wajib pajak akan patuh karena mereka berpikir mereka akan mendapatkan sanksi
berat akibat pajak yang mereka laporkan tidak terdeteksi system informasi dan administrasi
perpajakan (di dalam Syahputra, 2019).

KAJIAN PUSTAKA

Landasan Teori
Theory Of Plenned Behavior (TPB)

Teori TPB merencanakan berbagai perilaku individu yang timbul karena adanya niat

untuk berperilaku. Niat merupakan suatu dorongan atas tindakan dan perilaku sehingga untuk

memprediksi apa yang akan dilakukan (perilaku) dapat diketahui dari niatnya. Munculnya

niat berperilaku di tentukan oleh tiga factor penentu diantaranya : (a)behavioral beliefs

keyakinan individu akan hasil dari suatu perilaku dan evaluasi atas hasil tersebut; (b)

normative beliefs keyakinan akan harapan normative orang lain dan motivasi untuk

memenuhi harapan tersebut; dan (c) control beliefs keyakinan tentang keberadaan hal-hal

yang mendukung dan menghambat perilakunya tersebut(Human Decision, 1991).

Pajak

Menurut Undang-Undang Nomor 16 Tahun 2009 tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara
Perpajakan (KUP), Pajak adalah kontribusi waib pajak kepada negara yang terutang oleh
orang pribadi atau badan yang bersifat memaksa berdasarkan Undang-Undang, dengan tidak
mendapatkan imbalan secara langsung dan digunakan untuk keperluan negara bagi sebesar-
besarnya kemakmuran rakyat.

Fungsi pajak

Menurut Syahruddin (2012), fungsi pajak sendiri adalah :

a. Fungsi Penerimaan (budgetair); disebut juga fungsi fiscal, yaitu fungsi untuk

mengumpulkan uang pajak sebanyak-banyaknya sesuai undang-undang yang berlaku

pada waktunya digunakan untuk membiayai pengeluaran-pengeluaran negara.


b. Fungsi Mengatur (reguler); merupakan fungsi dimana pajak akan digunakan sebagai

suatu alat untuk mencapai tujuan-tujuan tertentu yang melekat diluar bidang keuangan.

Pajak didgunakan sebagai alat kebijakan.

c. Fungsi Demokrasi; yaitu fungsi yang merupakan salah satu wujud system gotong-royong,

termasuk kegiatan pemerintah dan pembangunan.

d. Fungsi Distribusi; yaitu fungsi yang lebih menekankan pada unsur pemerataan dan

keadilan dalam masyarakat (dalam Syahputra, 2019).

Syarat Pemungutan Pajak

Menurut Andika satryo, (2007), ada lima syarat pemungutan pajak, yaitu :

1) Pemungutan pajak harus adil (syarat keadilan) dengan tujuan hukum yakni, untuk

mencapai keadilan, undang-undang dan pelaksanaan pemungutan harus adil. Adil dalam

arti perundang-undangan diantaranya mengenakan pajak secara umum dan merata, serta

disesuaikan dengan kemampuan masing-masing. Sementara adildalam pelaksanaannya

yakni dengan memberikan hak bagi Wajib Pajak (WP) untuk mengajukan keberatan,

penundaan dalam membayar.

2) Pemungutan pajak harus berdasarkan undang-undang (syarat yuridis).

Pajak diatur dalam UUD 1945 pasal 23 ayat 2. Hal ini memberikan jaminan hukum untuk

menyatakan keadilan, baik negara maupun warga Negara

3) Tidak menganggu perekonomian (syarat ekonomi)

Pemungutan tidak boleh menggangu kelancaran kegiatan produksi ataupun perdagangan

sehingga tidak menimbulkan kelesuan perekonomian masyarakat.

4) Pemunutan pajak harus efisien (syarat financial)

Sesuai fungsi budgetair, biaya pemungutan pajak harus dapat ditekan sehingga lebih

rendah dari pemungutannya.


5) Sistem pemungutan pajak harus sederhana

Sistem perpajakan yang sederhana akan memudahkan dan mendorong masyarakat dalam

memenuhi kewajibannya.

Reformasi Administrasi Perpajakan

Reformasi perpajakan adalah perubahan yang mendasar disegala aspek perpajakan.

Reformasi perpajakan yang sekarang menjadi prioritas menyangkut modernisasi administrasi

jangka menengah dengan tujuan tercapainya tingkat kepatuhan sukarela yang tinggi(Andika

satryo, 2007).

Indikator Administrasi Perpajakan

Menurut Nasucha (2004), adapun Indikator yang terkait dengan reformasi

administrasi perpajakan :

a. Pembenahan fungsi pelayanan dan pemeriksaan

b. Jalur pengawasan tugas pelayanan dan pemeriksaan

c. Perubahan metode pelayanan dan pemeriksaan

d. Perubahan metode operasi dan informasih (dalam Syahputra, 2019).

Pengetahuan Perpajakan

Pengetahuan wajib pajak tentang perpajakan merupakan hasil pembelajar, ingatan,

dan ilmu yang dimiliki oleh oleh wajib pajak mengenai peraturan perpajakan yang

tercantumdalam undang – undang perpajakan (Ketut & Aryani, 2013). Menurut Yulsiati,

(2018) Pengetahuan perpajakan adalah kemampuan seorang wajib pajak dalam mengetahui

peraturan perpajakan baik itu soal tarif pajak berdasarkan undang-undang yang akan

dibayarkan, maupun manfaat pajak yang akan berguna bagi kehidupan mereka.

Sedangkan menurut Hafri (2020) pengetahuan perpajakan merupakan kemampuan

seseorang (wajib pajak) dalam mengetahui seluruh aturan perpajakan baik itu mengenai tarif,
waktu pembayaran dan pelaporan, serta hal lainnya sesuai dengan undang-undang pajak yang

berlaku. Semakin baik pengetahuan perpajakan wajib pajak maka hal itu akan meningkatkan

kepatuhan wajib pajak

Pengusaha Kena Pajak

Pengertian Pengusaha Kena Pajak (PKP) menurut Undang-Undang Nomor 16 Tahun

2009, Pengusaha Kena Pajak (PKP) adalah pengusaha yang melakukan penyerahan barang

kena pajak dan jasa kena pajak yang dikenakan pajak berdasarkan Undang-Undang pajak

pertambahan nilai 1984 dan perubahannya.

Pengertian Kepatuhan

Kepatuhan wajib pajak adalah perilaku/tingkah laku wajib pajak untuk melaksanakan

hak perpajakannya dan memenuhi kewajiban perpajakannya seperti mengisi secara benar

jumlah pajak yang terutang, membayar pajak tepat waktu tanpa ada tindakan pemaksaan,

memasukkan dan melaporkan pada waktunya, informasi yang diperlukan sesuai dengan

peraturan perpajakan yang berlaku (Yulsiati, 2018)

HASIL DAN PEMBAHASAN

Hasil Penelitian

Uji Kualitas Data

Uji Validitas
Uji Validitas dilakukan dengan melihat “korelasi antara skor faktor dengan skor total

faktor (total keseluruhan faktor), kemudian membandingkan r hitung dengan r tabel dari

setiap item pertanyaan dengan signifikan 0,05” (Sugiyono, 2010:267). Tabel berikut

menunjukan hasil dari uji validitas 5 variabel dengan 100 responden.

1. Uji Validitas Reformasi Administrasi Perpajakan


Uji validitas dilakukan untuk mengukur sah atau valid tidaknya suatu

kuesioner, dapat dilihat pada table 4.6 berikut:

Tabel 4. 1 Uji Validitas Reformasih Administrasi Perpajakan


Butir Corrected item total rtabel Keterangan
Pertanyaan Correlation (rhitung)
1 0,449 0.197 Valid
2 0,542 0.197 Valid
3 0,447 0.197 Valid
4 0,538 0.197 Valid
5 0,557 0.197 Valid
6 0,622 0.197 Valid
7 0,493 0.197 Valid
8 0,303 0.197 Valid
Sumber : Data Primer Diolah (2021)

Berdasarkan pada table 4.6 terlihat bahwa hasil uji validitas menunjukan semua

pertanyaan valid karena r hitung > r table pada taraf signifikansi 0.05 atau 5%.

2. Uji Validitas Pengetahuan Perpajakan

Uji validitas dilakukan untuk mengukur sah atau valid tidaknya suatu kuesioner, dapat

dilihat pada table 4.7 berikut:

Tabel 4. 2 Uji Validitas Pengetahuan Perpajakan


Butir Corrected item total rtabel Keterangan
Pertanyaan Correlation (rhitung)
1 0,238 0.197 Valid
2 0,417 0.197 Valid
3 0,532 0.197 Valid
4 0,551 0.197 Valid
5 0,643 0.197 Valid
Sumber : Data Primer Diolah (2021)

Berdasarkan pada tabel 4.7 terlihat bahwa hasil uji validitas menunjukan bahwa

semua pertanyaan valid karena r hitung> r table pada taraf signifikansi 0.05 atau 5%.

3. Uji Validitas Kepatuhan Pengusaha Kena Pajak

Uji validitas dilakukan untuk mengukur sah atau valid tidaknya suatu kuesioner,

dapat dilihat pada table 4.8 berikut:


Tabel 4. 3 Uji Validitas Kepatuhan Pengusaha Kena Pajak
Butir Corrected item total rtabel Keterangan
Pertanyaan Correlation (rhitung)
1 0,405 0.197 Valid
2 0,406 0.197 Valid
3 0,524 0.197 Valid
4 0,621 0.197 Valid
5 0,454 0.197 Valid
Sumber : Data Primer Diolah (2021)

Berdasarkan pada tabel 4.8 terlihat bahwa hasil uji validitas menunjukan bahwa

semua pertanyaan valid karena r hitung> r table pada taraf signifikansi 0.05 atau 5%.

Uji Reabiliditas
Uji reliabilitas yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan

menggunakankoefisien Alpha-Cronbach. Suatu instrumen dikatakan reliabel apabila

cronbach’s alpha lebih besar dari 0,70. Hasil uji reliabilitas terhadap data penelitian ini

disajikan dalam table-tabel berikut:

1. Uji Reabilitas Reformasi Administrasi Perpajakan

Tabel 4. 4 Uji Reabilitas Reformasi Administrasi Perpajakan

Reliability Statistics

Cronbach's
Alpha N of Items

.700 9
Berdasarkan tabel 4.14 diatas dapat dilihat bahwa variable pengetahuan perpajakan

dapat dikatakan reliable karena nilai Cronbach’s Alpha diatas 0,70 yaitu 0,700

2. Uji Reabilitas Pengetahuan Perpajakan

Tabel 4. 5 Uji Reabilitas Pengetahuan Perpajakan

Reliability Statistics
Cronbach's
Alpha N of Items

.711 9

Berdasarkan tabel 4.10 diatas dapat dilihat bahwa variable pengetahuan perpajakan

dapat dikatakan reliable karena nilai Cronbach’s Alpha diatas 0,70 yaitu 0,711.

3. Uji Reabilitas Kepatuhan Pengusaha Kena Pajak

Tabel 4. 6 Uji Reabilitas Kepatuhan Pengusaha Kena Pajak

Reliability Statistics

Cronbach's
Alpha N of Items

.703 9

Berdasarkan tabel 4.11 diatas dapat dilihat bahwa variable pengetahuan perpajakan

dapat dikatakan reliable karena nilai Cronbach’s Alpha diatas 0,70 yaitu 0,703

Uji Asumsi Klasik

Uji Normalitas

Menurut Sudaryono (2014:309), uji normalitas bertujuan untuk mendeteksi apakah

residual berdistribusi normal atau tidak adalahdengan cara menganalisis grafik. Jika data

menyebar disekitar garis diagonal dan mengikuti arah garis diagonal atau grafik

histogramnya menunjukkan pola distribusi normal, maka dari itu model regresi memenuhi

asumsi uji normalitas, demikian juga sebaliknya.


Gambar 4. 1 Normal P-P Plot
Gambar 4.1 diatas menunjukan data (titik) menyebar disekitar garis diagonal dan

mengikuti arah garis diagonal sehinggal model regresi memenuhi asumsi normalitas.

One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test

Unstandardized
Residual

N 100
a,b
Normal Parameters Mean .0000000
Std. Deviation 1.21474874
Most Extreme Differences Absolute .066
Positive .066
Negative -.061
Test Statistic .066
Asymp. Sig. (2-tailed) .200c,d

a. Test distribution is Normal.


b. Calculated from data.

c. Lilliefors Significance Correction.


d. This is a lower bound of the true significance.
Gambar 4. 2 Uji Normalitas dengan Grafik Komolgorov Smirnov-Test
Berdasarkan gambar grafik diatas diketahui bahwa signifikansi sebesar 0,200 > 0,05

dengan dasar pengambilan keputusan dalam uji Kolmogorov-Smirnov, dapat disimpulkan

bahwa data berasumsi normal. Sehingga asumsi atau pertanyaan normalitas dalam model

regresi sudah terpenuhi.


Uji Multikolineritas

Uji multikolinearitas bertujuan untuk menguji apakah model regresi ditemukan adanya

korelasi antara variabel bebas (independen). Model regresi yang baik seharusnya tidak terjadi

korelasi diantar variabel independen. Melalui program SPSS foe windows versi 22 dengan

ketentuan berikut:

1. Jika nilai Tolerance > 0,01 maka tidak tidak terjadinya multikolinearitas,

2. Jika nilai Tolerance < 0,01 maka terjadinya multikolinearitas,

3. Jika nilai VIF < 10, maka tidak terjadinya multikolinearitas,

4. Jika nilai VIF > 10, maka terjadi multikolinearitas.

Tabel 4. 7 Uji Multikolinearitas

Coefficientsa

Collinearity Statistics

Model Tolerance VIF

1 (Constant)

Reformasi
Administrasi .977 1.024
perpajakan_x1

Pengetahuan
.977 1.024
Perpajakan_x2

a. Dependent Variable: Kepatuhan Pengusaha Kena Pajak_y

Berdasarkan table 4.12 maka dapat disimpulkan bahwa model persamaan regresi tidak

terjadi gejala multikolinearlitas. Dibuktikan bahwa nilai tolerance untuk setiap variabel lebih

besar dari 0,01 dan nilai VIF lebih kecil dari 10. Nilai tolerance lebih besar dari 0,01 yaitu

reformasi administrasi perpajakan 0,977 dan pengetahuan perpajakan 0,977. Nilai VIF lebih

kecil dari 10 yaitu nilai VIF reformasi administrasi perpajakan 1,024 dan pengetahuan

perpajakan 1,024.
Uji Heteroskedastisitas

Uji heteroskedastisitas bertujuab untuk menguji apakah dalam model regresi terjadi

ketidaksamaan variance cari residual satu pengamatan ke pengamatan yang lain. Salah satu

cara untuk mendeteksi ada atau tidaknya heteroskedastisitas dengan melihat grafik Scatterplot

antara nilai prediksi dengan residualnya. Dasar anlisis uji heteroskedastisitas;

1. Jika ada pola tertentu ( bergelombang, melebar kemudian menyempit) maka

mengindikasiskan telah terjadinya heteroskedastisitas.

2. Jika tidak ada pola yang serta titik menyebar diatas dan dibawah angka 0 pada sumbu Y,

maka tidak terjadi heteroskedastisitas.

Gambar 4. 3 Uji Heteroskedastisitas Scatterplot


Dari gambar 4.3 bahwa titik-titik menyebar secara acak, tidak membentuk pola

tertentu, titik-titik menyebar diatas dan dibawah angaka 0 pada sumbu Y sehingga tidak

terjadi heteroskedastisitas pada model regresi.


Analisis Regresi Linear Berganda

Analisis ini dilakukan untuk mengetahui pengaruh reformasi administrasi perpajakan

(X1) dan pengetahuan perpajakan (X2) terhadap kepatuhan pengusaha kena pajak (Y).

Tabel 4. 8 Output Uji Regresi linear Berganda

Coefficientsa

Standardized
Unstandardized Coefficients Coefficients

Model B Std. Error Beta t Sig.

1 (Constant)
12.650 2.221 5.697 .000

Reformasi
Administrasi .100 .052 .185 1.939 .055
Perpajakan_x1

Pengetahuan
.252 .084 .287 3.002 .003
Perpajakan_x2

a. Dependent Variable: Kepatuhan Pengusaha Kena Pajak_y

Berdasarkan table 4.13 diatas, maka persamaan regresi linear berganda sebagai berikut :

Y= 12.650 + 0.100 X1 + 0.252 X2 + e

Dimana

Y = Kepatuhan Pengusaha Kena Pajak

X1 = Reformasi Administrasi Perpajakan

X2 = Pengetahuan Perpajakan

a. Koefisien konstanta sebesar 12.650 dapat diartikan bahwa Y (Kepatuhan pengusaha

kena pajak)akan bernilai 12.650 jika masing-masing variabel X1 (reformasi administrasi

perpajakan) dan X2 (pengetahuan perpajakan) bernilai 0 (nol).

b. Koefisien regresi variabel X1 (reformasi administrasi perpajakan) sebesar 0.100. hal ini

mengambarkan jika reformasi administrasi perpajakan mengalami peningkatan maka


dengan asumsi variabel kepatuhan pengusaha kena pajak akan mengalami kenaikan

0.100

c. Koefisien regresi variabel X2 (pengetahuan perpajakan) sebesar 0.252. Hal ini

mengambarkan jika penegetahuan perpajakan mengalami peningkatan maka dengan

asumsi kepatuhan pengusaha kena pajak mengalami kenaikan 0.252.

4.2.1 Uji Hipotesis

Hipotesis atau perumusan sementara ini sifatnya tidak final dan nantinya dapat

diterima atau pun tidak. Uji hipotesis adalah serangakaian prosedur yang didasarkan pada

bukti sampel tang dipakai untuk menetukan apakah hipotesis tersebut diterima atau ditolak

(Puspitanigrum, 2018).

Uji Parsial (Uji t)

Uji t digunakan untuk menujukan seberapa jauh pengaruh satu variabel independen

sacara individual dalam menerangkan variabel dependen. Kriteria dalam penerimaan

hipotesis adalah sebagai berikut:

1. Jika nilai sig <alpha (0,05) dan searah dengan hipotesis maka hipotesis maka hipotesis

ditolak

2. Jika nilai sig >alpha (0,05) dan tidak searah dengan hipotesis maka hipotesis diterima.

Selain itu uji parsial ini bias dilakukan dengan membandingkan t hitung dengan t table

dengan ketentuan sebagai berikut.

1) Hο ditolak dan Hα diterima jika t hitung > t table untuk α = 5%

2) Hο diterima dan Hα ditolak jika t hitung < t table untuk α = 5%

Tabel 4. 9 Hasil Pengujian Parsial

Coefficientsa

Model Unstandardized Coefficients Standardized t Sig.


Coefficients
B Std. Error Beta

1 (Constant)
12.650 2.221 5.697 .000

Reformasi
administrasi .100 .052 .185 1.939 .055
perpajakan_x1

Pengetahuan
.252 .084 .287 3.002 .003
perpajakan_x2

a. Dependent Variable: Kepatuhan Pengusaha kena Pajak_y

Dapat disimpulkan sebagai berikut:

1. Pengaruh Reformasi Administrasi Perpajakan terhadap Kepatuhan Pengusaha Kena Pajak

Uji t digunakan untuk mengetahui apakah reformasih administrasi perpajakan secara

individu mempunyai pengaruh yang signifikan atau tidak terhadap kepatuhan pengusaha kena

pajak, hasil pengujian secara parsial pengaruh reformasih administrasi terhadap epatuhan

pengusaha kena pajak diperoleh thitung>ttabel (1,939 < 1,985) dan singnifikan sebesar 0,055 >

0,05, maka hipotesis ditolak dan dapat disimpulkan bahwa secara parsial variabel reformasi

administrasi perpajakan tidak berpengaruh signifikan terhadap kepatuhan pengusaha kena

pajak.

2. Pengaruh Pengetahuan Perpajakan terhadap Kepatuhan Pengusaha Kena Pajak.

Uji t digunakan untuk mengetahui apakah pengetahuan perpajakan secara individu

mempunyai pengaruh yang signifikan atau tidak terhadap kepatuhan pengusaha kena pajak,

hasil pengujian secara parsial pengetahuan perpajakan terhadap kepatuhan pengusaha kena

pajak diperoleh thitung < ttabel (3,002 < 1,985) dan signifikan sebesar 0,003 < 0,05. Maka

hipotesis diterima dan dapat disimpulkan bahwa secara parsial variabel pengetahuan

perpajakan berpengaruh signifikan terhadap kepatuhan pengusaha kena pajak.


Uji Simultan (Uji F)
Menurut Ghozali (2013), uji F dilakukan untuk mengetahui apakah semua variabel

independen yang dimasukan dalam mempunyai pengaruh secara besama – sama terhadap

variabel dependen. jika nilai sig < 0,05 maka terdapat pengaruh variabel independen terhadap

variabel dependen secara bersama-sama. Dengan prosedur sebagi berikut:

a. Hο : b1 = b2 = 0, artinya bahwa tidak ada pengearuh signifikan secara bersama-sama

dari seluruh variabel independen terhadap dependen.

b. Hα : b1 = b2 = 0, artinya bahwa adanya pengaruh signifikan secara bersama-sama dari

seluruh variabel independen terhadap variabel dependen.

Tabel 4. 10 Hasil Pengujian Simultan

ANOVAa

Model Sum of Squares df Mean Square F Sig.

1 Regression 22.424 2 11.212 7.445 .001b

Residual 146.086 97 1.506

Total 168.510 99

a. Dependent Variable: Kepatuhan Pengusaha Kena Pajak_y


b. Predictors: (Constant), Pengetahuan Perpajakan_x2,Reformasi Administrasi Perpajakan_x1

Dapat disimpulkan sebagai berikut:

Berdasarkan hasil uji F secara bersama-sama pengaruh reformasi administrasi

perpajakan dan pengetahuan perpajakan terhadap kepatuhan pengusaha kena pajak diperoleh

Fhitung > Ftabel (7,445 > 3,09 ) dan signifikan 0,001 < 0,05. Maka disimpulkan bahwa Hο

ditolak dan Hα diterima, jadi secara simultan reformasi administrasi perpajakan dan

pengetahuan perpajakan secara bersama-sama berpengaruh signifikan terhadap kepatuhan

pengusaha kena pajak.


Uji Koefisien Deteminasi (R-Square)

Koefisien determinasi (R²) digunakan untuk mengukur seberapa besar kontribusi

variabel bebas (X) terhadap variabel terikat (Y). nilai R² yang kecil berarti kemampuan

variabel-variabel independen dalam menjelaskan variasi variabel dependen amat terbatas.

Table berikut menunjukan hasil uji koefisien deteminasi (R²)

Tabel 4. 11 Uji Koefisien Determinasi (R²)

Model Summaryb

Adjusted R Std. Error of the


Model R R Square Square Estimate Durbin-Watson

1 .365a .133 .115 1.22721 1.729

a. Predictors: (Constant), Reformasi Administrasi Perpajakan_x2, Pengetahun


Perpajakan_x1
b. Dependent Variable: Kepathuan Pengusaha Kena Pajak_y

Berdasarkan table 4.16 diatas besarnya adjusted R² adalah 0,115. Hal ini menunjukan

bahwa 11,5% variabel dependen kepatuhan pengusaha kena pajak dijelaskan oleh variabel

independen yang meliputi tentang reformasi administrasi perpajakan dan pengetahuan

perpajakan sedangkan sisanya 88,5% dijelaskan oleh variabel lain yang tidak dimasukan

dalam penelitian ini.

Pembahasan

Pengaruh Reformasi Administrasi Perpajakan Terhadap Kepatuhan Pengusaha Kena

Pajak.

Berdasarkan pengujian secara parsial pengaruh reformasih administrasi perpajakan

terhadap kepatuhan pengusaha kena pajak diperoleh t hitung < ttabel (1,939 < 1,985) dan

singnifikan sebesar 0,055 > 0,05, maka dapat disimpulkan bahwa secara parsial variabel

reformasi administrasi perpajakan tidak berpengaruh signifikan terhadap kepatuhan


pengusaha kena pajak. Walaupun hasil ini tidak sejalan dengan penelitian sebelumnya yang

dilakukan Ketut & Aryani (2013), yang menunjukan bahwa reformasih administrasi

perpajakan berpengaruh signifikan terhadap kepatuhan pengusaha kena pajak.

Berdasarkan juga hasil pengisian kuesioner yang dilakukan oleh responden yang

mempunyai hasil paling rendah atau banyaknya responden yang memilih tidak setuju dan

kurang setuju adalah pertanyan tentang waktu pelayanan dan pemeriksaan sudah efektif dan

efisien dan juga pertanyan tentang apakah petugas pajak disiplin waktu dengan pekerjaan dan

tanggung jawab terhadap tugasnya. Berdasarkan Teori perencanaan atau TPB (teory of plened

behavior) reformasih administrasi perpajakan merupakan faktor ekternal yang membuat

wajib pajak dapat patuh dalam melaksanakan kewajiban perpajakannya.

Namun karena kurangnya kualitas pelayanan pajak di KPP Pratama Jayapura yang

menimbulkan ketidak patuhan dari pengusaha kena pajak. Dimana hal membuat kepatuhan

pengusaha kena pajak tidak dipengaruhi oleh reformasi administrasi perpajakan.

Pengaruh Pengetahuan Perpajakan Terhadap Kepatuhan Pengusaha Kena Pajak

Pengetahuan perpajakan merupakan salah satu faktor yang menentukan tingkat

kepatuhan pengusaha kena pajak di KPP Pratam Jayapura dalam menjalankan kewajiban

perpajakan. Pengetahuan itu sendiri antara lain pengetahuan mengenai ketentuan umum dan

tata cara perpajakan, pengetahuan mengenai fungsi pajak, pengetahuan mengenai tarif pajak,

dan pengetahuan mengenai tata cara pembayaran pajak.

Berdasarkan hasil pengujian secara parsial pengetahuan perpajakan terhadap

kepatuhan pengusaha kena pajak diperoleh thitung < ttabel (3,002 < 1,985) dan signifikan

sebesar 0,003 < 0,05. Maka dapat disimpulkan bahwa secara parsial variabel pengetahuan

perpajakan berpengaruh signifikan terhadap kepatuhan pengusaha kena pajak. Berdasarkan

teori perilaku perencanaan atau TPB (teory of plenned behavior), pengetahuan perpajakan
merupakan factor ekternal yang mempengaruh perilaku patuh wajib pajak. Hal ini

mengambarkan semakin tinggi pengetahuan perpajakan akan semakin patuh pengusaha kena

pajak dalam memenuhi kewajiban membayar pajak.

Hasil penelitian ini sejalan dengan Ketut & Aryani (2013), yang menyatakan bahwa

pengetahuan perpajakan berpengaruh signifikan terhadap kepatuhan pengusaha kena pajak.

Pengaruh Secara Simultan Reformasi Administrasi Perpajakan dan Pengetahuan

Perpajakan Terhadap Kepatuhan Pengusaha Kena Pajak

Berdasarkan hasil uji secara bersama-sama pengaruh reformasih administrasi

perpajakan dan pengetahuan perpajakan terhadap kepatuhan pengusaha kena pajak diperoleh

Fhitung > Ftabel (7,445 > 3,09) dan signifikan 0,001 < 0,05. Maka disimpulkan bahwa Hο

ditolak dan Hα diterima, jadi secara simultan reformasi administrasi perpajakan dan

pengetahuan perpajakan secara bersama-sama berpengaruh signifikan terhadap kepatuhan

pengusaha kena pajak.

Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian Syahputra (2019) dan Hafri (2020) yang

menyatakan reformasi administrasi dan pengetahuan perpajakan berpengaruh signifikan

terhadap kepatuhan pengusaha kena pajak.


DAFTAR PUSTAKA

(2007), A. R. (n.d.). Laporan Tahunan 2007, Direktorat Jenderal Pajak.


Andika satryo, (2007). (n.d.). Pengaruh Reformasi Administrasi Perpajakan Terhadap
Kepatuhan Wajib Pajak Pada Kantor Pelayanan Pajak ( Kpp ) Pratama Jakarta. 1–67.
Ariesta, R. P. (2017). Pengaruh Kesadaran Wajib Pajak, Sanksi Perpajakan Sistem
aadministrasi Perpajakan Moderen, Pengetahuan Korupsi, dan Tax Anesty terhadap
Kepatuhan Wajib Pajak di KPP Pratama Semarang Candisari, Jurusan pendidikan
ekonomi fakultas ekonomi universitas negeri. Jurnal Akuntansi.
Hafri, A. (2020). The Effect Of Taxation Administration Reform and Taxation Knowledge
On Compliance Of Vat. E-Jurnal Akuntansi, 4, 35–46.
Hardyansyah, (2016). (2016). Pengaruh Kompentensi Sumber Daya Manusia dan
Pemanfaatan Teknologi Informasi terhadap Kualitas Laporan Keuangan Dengan Sistem
Pengendalian Intenal Sebagai Variabel Moderating (Studi Empiris Pada SKPD
Kabupaten Polewali Mandar) Skripsi. Jurnal Akuntansi.
Human Decision, (1991). (1991). The Theory of Planned Behavior. 211, 179–211.
Iwan Darliansyah. (2005). Bab Ii Tinjauan Pustaka Aplikasi. Hilos Tensados, 1, 1–476.
Ketut, N., & Aryani, L. (2013a). Pengaruh Reformasi Administrasi Perpajakan Dan
Pengetahuan Perpajakan Terhadap Tingkat Kepatuhan Pengusaha Kena Pajak (Pkp). E-
Jurnal Akuntansi, 5(2), 398–416.
Ketut, N., & Aryani, L. (2013b). Pengaruh Reformasih Administrasi Perpajakan dan
Pengetahuan Perpajakan terhadap ( PKP ) Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas
Udayana ( Unud ), Bali , Indonesia Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Udayana (
Unud ), Bali , Indonesia pembangunan nasio. 2, 381–397.
Puspitanigrum, R. (2018). Pengaruh Gender, Level Pendidikab, Tingkat Pendapatan, dan
Keragaman Etnis terhadap Perilaku Jepatuhan Wajib Pajak Orang Pribadi. Tesis S-2, 1–
109.
Rahayu, S., & Lingga, I. S. (2009). Pengaruh Modernisasi Sistem Administrasi Perpajakan
Terhadap Kepatuhan Wajib Pajak (Survei Atas Wajib Pajak Badan Pada KPP Pratama
Bandung ”X”). Jurnal Akuntansi, 1(2), 119–138. https://doi.org/10.28932/jam.v1i2.375
Susilawati dan Budiartha, (2013). (2013). Pengaruh kesadaran wajib pajak, pengetahuan
pajak, sanksi perpajakan dan akuntabilitas pelayanan publik pada kepatuhan wajib pajak
kendaraan bermotor. E-Jurnal Akuntansi, 2, 345–357.
Syahputra, B. (2019). Pengaruh Reformasi Administrasi Perpajakan dan Pengetahuan
Perpajakan Terhadap Kepatuhan Wajib Pajak Orang Pribadi Pada KPP PRatama
Binjai. 19.
Wardani, D. K., & Asis, M. R. (2017). Pengaruh Pengetahuan Wajib Pajak, Kesadaran Wajib
Pajak, dan Program SAMSAT CORNER Terhadap Kepatuhan. Akuntansi Dewantara,
1(2), 106–116.
Yulsiati, H. (2018). Analisis Pengaruh Sikap, Kesadaran Wajib Pajak, Pengetahuan
Perpajakan dan Pemahaman Peraturan Perpajakan Terhadap Kepatuhan Wajib Pajak
dalam Membayar Pajak Bumi dan Bangunan di Kecamatan Kemuning Kota Palembang.
Jurnal Akuntanika, 2(1), 1–16.

Anda mungkin juga menyukai