Anda di halaman 1dari 10

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Penelitian

Pajak merupakan sumber utama penerimaan negara yang digunakan untuk

membiayai pengeluaran rutin maupun pembangunan agar tercapai kemakmuran

dan kesejahteraan masyarakat. Hal tersebut tertuang dalam Anggaran Penerimaan

dan Belanja Negara (APBN) dimana penerimaan pajak merupakan penerimaan

dalam negeri yang terbesar. Pajak merupakan iuran rakyat kepada kas negara

berdasarkan undang-undang (yang dapat dipaksakan) dengan tidak mendapat jasa

timbal (kontraprestasi) yang langsung dapat ditunjukkan dan yang dipergunakan

untuk membayar pengeluaran umum (Mardiasmo, 2015:1). Oleh karena itu,

semua rakyat yang menurut undang-undang termasuk sebagai wajib, pajak harus

membayar pajak sesuai dengan kewajibannya (Suminarsasi, 2015).

Pajak berperan dalam mengatur sumber-sumber ekonomi, alokasi,

distribusi dan stabilisasi, di mana pajak dapat mempengaruhi pertumbuhan

ekonomi, pemerataan alokasi distribusi kesejahteraan kepada masyarakat dan juga

menciptakan stabilitas ekonomi Pajak merupakan sumber penerimaan utama yang

merefleksikan praktek demokrasi yang paling mendasar, dan merupakan

perwujudan peran serta rakyat dalam membiayai Negara dan Pemerintahannya.

Sistem administrasi perpajakan modern adalah penyempurnaan atau

perbaikan kinerja admnistrasi baik secara individu, kelompok, maupun

kelembagaan agar lebih efisien, ekonomis dan cepat (Suparman, 2016:1). Adapun

1
2

jiwa dari program modernisasi ini adalah pelaksanaan good governance, yaitu

penerapan sistem administrasi perpajakan yang transparan dan akuntabel, dengan

memanfaatkan sistem informasi teknologi yang handal dan terkini. Strategi yang

ditempuh adalah pemberian pelayanan prima sekaligus pengawasan intensif

kepada para wajib pajak. Good governance biasanya dikaitkan dengan mekanisme

pengawasan internal (internal control) yang bertujuan untuk meminimalkan

terjadinya penyimpangan ataupun penyelewengan dalam organisasi, baik itu

dilakukan oleh pegawai maupun pihak lainnya, baik disengaja maupun tidak.

Apabila sistem perpajakan telah dilaksanakan dengan baik, maka pelaksanaan

pemeriksaan akan berjalan sesuai dengan jangka waktu dan tahapan pemeriksaan

akan terpenuhi.

Salah satu upaya yang dilakukan oleh pemerintah untuk meningkatkan

penerimaan negara dari sektor pajak adalah dengan melakukan tax reform, yaitu

dengan melakukan reformasi terhadap Peraturan Perundang-Undangan Perpajakan

serta sistem administrasi perpajakan, agar basis pajak dapat semakin diperluas,

sehingga potensi penerimaan pajak yang tersedia dapat dipungut secara optimal

dengan menjunjung asas keadilan sosial dan memberikan pelayanan prima kepada

Wajib Pajak (Widjaya, 2015).

Pembaruan dalam sistem perpajakan tersebut merupakan bagian dari

modernisasi di bidang perpajakan yang dilakukan oleh DJP, dimana dalam rangka

modernisasi ini DJP berusaha untuk meningkatkan pelayanan kepada wajib pajak.

Modernisasi tidak hanya sebatas peraturan/kebijakan perpajakan seperti yang

terdahulu, yakni Amandemen Undang-Undang Pajak, melainkan secara


3

komprehensif dan simultan menyentuh instrument perpajakan lainnya seperti

sistem, intuisi, pelayanan kepada masyarakat wajib pajak.

Keputusan Direktorat Jenderal Pajak (DJP) menyatakan bahwa

pendaftaran wajib pajak dapat dilakukan melalui media elektronik. Berdasarkan

hal tersebut Direktorat Jenderal Pajak (DJP) telah mengeluarkan Surat Keputusan

Nomor KEP-95/PJ/2008 tanggal 19 Mei 2008 Tata Cara Pendaftaran dan

Penghapusan Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP) Serta Pengukuhan dan

Pencabutan Pengukuhan Pengusaha Kena Pajak dengan Sistem Modernisasi.

Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Pratama diberlakukan pada tanggal 19 September

2008 dan dilingkungan kanwil diberlakukan KPP Pratama 27 Mei 2008.

Kantor Pelayanan Pajak Pratama dilaksanakan pada awal 2009 sebagai

unit kerja modern, struktur organisasi kantor mengalami perubahan sesuai fungsi

yang menggabungkan fungsi pelayanan KPP Pratama, fungsi pelayanan Pajak

Bumi dan Bangunan (PBB) dari KPPBB dan fungsi pemeriksaan dan penyidikan

dari KARIKPA ke dalam satu atap pelayanan yaitu Kantor Pelayanan Pajak

Pratama Kota Banda Aceh.

Penerapan sistem administrasi perpajakan modern akan membawa

konsekuensi terjadinya perubahan yang mendasar baik menyangkut struktur

organisasi maupun paradigma pelayanan kepada Wajib Pajak. Struktur organisasi

baru ini relatif lebih baik, rentang kendali (span of control) lebih singkat dimana

KPP Madya juga menangani pemeriksaan, tidak seperti sebelumnya pemeriksaan

ditangani oleh unit yang berbeda seperti Kantor Pemeriksaan dan Penyidikan

Pajak atau Kantor Wilayah Direktorat Jenderal Pajak (DJP).


4

Perbaikan mutu pelayanan secara berkesinambungan merupakan hal yang

mutlak harus dilakukan.Account Representative (AR) adalah petugas yang berada

di KPP yang telah melaksanakan Sistem Administrasi Modern. AR berkewajiban

melaksanakan himbauan kepada Wajib Pajak (WP). Setiap AR mempunyai

beberapa WP yang harus diawasi. Penugasan pelayanan oleh AR dilakukan

berdasarkan jenis usaha sehingga meningkatkan profesionalisme dan

meningkatkan produktivitas kerja karena pelaksaan pekerjaan lebih fokus. AR

juga dilatih agar menjadi staf yang proaktif, bersikap melayani, dan pengetahuan

perpajakan yang baik. Seorang AR memiliki akses terhadap rekening WP (tax

payer account) secara on-line. Selain itu, WP dapat secara mudah menghubungi

AR-nya baik secara langsung ke KPP maupun menggunakan telepon atau e-mail.

Menurut DJP kinerja AR dapat dinilai atau dilihat melalui tanggung jawab

AR (DJP:2016) yaitu menangani sejumlah kecil Wajib Pajak tertentu,

bertanggung jawab untuk menginformasikan semua perubahan peraturan,

merespon pertanyaan atau permintaan lain yang berkaitan dengan pelaksanaan

kewajiban atau hak perpajakan.

Tugas AR yang berhubungan dengan atasannya secara langsung

(DJP:2016) antara lain membuat konsep rencana kerja, menyusun estimasi

penerimaan pajak beradsarkan potensi pajak, perkembangan ekonomi dan

keungan, mengusulkan pemeriksaan dan penyidikan, dan membuat konsep

laporan berkala.

Adapun tugas AR yang berhubungan dengan Wajib Pajak (DJP:2016)

antara lain melaksanakan pengawasan kepatuhan formal Wajib Pajak,


5

melaksanakan bimbingan/himbauan mengenai ketentuan perpajakan kepada

Wajib Pajak, memberikan konsultasi teknis perpajakan kepada Wajib Pajak,

membuat dan memutakhirkan profil Wajib Pajak, melaksanakan proses

pembetulan ketetapan pajak sebagaimana dimaksud dalam Pasal 16 UU KUP,

membuat konsep usulan Wajib Pajak/PKP Fiktif dan Wajib Pajak Patuh,

menganalisis SPT yyang diberikan wajib pajak, menginformasikan perubahan

peraturan perpajakan yang berkaitan dengan kewajiban perpajakan Wajib Pajak.

Berbagi fasilitas untuk kemudahan dan kenyamanan pelayanan kepada

Wajib Pajak dilakukan dengan mengoptimalkan pemanfaatan perkembangan dan

kemajuan Tekonologi Informasi. Fasilitas tersebut antara lain Website, Call

Center, Complaint Center, e-Filling, e-SPT, one-line Payment. Untuk

memudahkan pelayanan dan pengawasan terhadap Wajib Pajak serta

meningkatkan produktivitas aparat, akan didukung oleh sistem administrasi yang

berbasis teknologi informasi (TI). Secara sistem informasi baru ini, yaitu Sistem

Informasi Direktorat Jendral Pajak (SI-DJP) akan diterapkan. Sistem ini

menerapkan case management (managemen kasus) dan work flow system (alur

kerja), sehingga memungkinkan setiap proses kegiatan menjadi terukur dan

terkontrol.

Adapun karakteristik sistem adminitrasi perpajakan modern meliputi

beberapa komponen seperti, seluruh kegiatan administrasi dilaksanakan melalui

sistem administrasi yang berbasis teknologi terkini (terkomputerisasi). Artinya

seluruh kegiatan perpajakan dilakukan oleh sebuah sistem komputerisasi secara

integral sehingga memungkinkan sistem perpajakan menjadi akuntabel. Kemudian


6

seluruh Wajib Pajak diwajibkan membayar melalui kantor penerima pembayaran

secara on-line. Hal ini mengindikasikan bahwa setiap wajib pajak dapat

melakukan pembayaran secara online dimanapun tanpa batas waktu. Selain itu

karakteristik perpajakan modern juga mencakup seluruh Wajib Pajak diwajibkan

melaporkan kewajiban perpajakannya dengan menggunakan media komputer (e-

SPT). Artinya setiap wajib pajak diharuskan melaporkan kewajiban pajak secara

berkala setiap setahun sekali, untuk mengidentifikasi tentang perkembangan objek

pajaknya. Monitoring kepatuhan Wajib Pajak dilaksanakan secara intensif dengan

pemanfaatan profit Wajib Pajak. Artinya pihak KPP Pratama akan melakukan

kegiatan monitoring, sehingga wajib pajak dapat mengetahui secara pasti tentang

kewajiban yang akan dilakukan. Kemudian Wajib Pajak yang diadministrasikan

di KPP Pratama hanya Wajib Pajak tertentu saja, yaitu sekitar 500 WP. Artinya

wajib pajak secara administrasi terdaftar di KPP Pratama.

Tujuannya dapat meningkatkan petuhan pajak, juga meningkatkan

kepercayaan masyarakat terhadap administrasi perpajakan, serta produktivitas

pegawai pajak yang tinggi. Hal yang mendasar dalam modernisasi pajak adalah

terjadinya paradigma perpajakan. Dari semula berbasis jenis pajak, sehingga

terkesan ada yang bertentangan, kemudian dialih menjadi berbasis fungsi. Lebih

mengedepankan aspek pelayanan kepada masyarakat. Kemudian didukung oleh

pengawasan, pemeriksaan, maupun penagihan pajak.

Sejalan dengan komitmen pemerintah untuk menjalankan pemerintahan

yang bersih dan berwibawa, Direktorat Jenderal Pajak berikut unit-unit

dibawahnya akan menerapkan perangkat dan sistem untuk mendukung terciptanya


7

Good Corporate Governance. Pernagkat yang tersedia yaitu Kode Etik Pegawai

DJP, kerjasama dengan Inspektorat Jenderal Departemen Keuangan untuk

meningkatkan intensitas dan efektifitas pengawasan, konsolidasi internal secara

berkesinambungan. Pegawai yang ditempatkan di lingkungan KPP Pratama telah

memenuhi standar atau kualifikasi tertentu berdasarkan beberapa tahapan seleksi

yang dilakukan secara ketat.

Adanya reformasi administrasi perpajakan, diharapkan Wajib Pajak dapat

memperoleh manfaat antara lain Wajib Pajak akan memperoleh pelayanan yang

lebih baik karena didukung oleh pegawai yang profesional, permasalahan

perpajakan yang dihadapi Wajib Pajak dapat diselesaikan secara lebih cepat

sehingga kepastian hukum lebuh terjamin, hak dan kewajiban perpajakan Wajib

Pajak dilaksanakan sesuai dengan ketentuan yang berlaku, Kantor Pelayanan

Pajak Pratama dilengkapi sarana dan prasarana yang mendukung pengembangan

sistem dan prosedur yang modern. Melalui dikembangkannya praktek-praktek

Good Corporate Governance secara sungguh-sungguh, diharapkan dapat

meningkatkan citra Direktorat Jenderal Pajak (DJP) serta menghindarkan

terjadinya penyalahgunaan wewenang oleh aparat perpajakan.

Adanya sistem ini wajib pajak tidak perlu lagi datang ke kantor pajak,

sehingga tidak perlu bertemu muka dengan petugas pajak sehingga waktu dan

tenaga dapat dimanfaatkan untuk kegiatan yang lebih produktif. Sistem ini juga

dapat membuat segalanya jadi lebih mudah dan cepat. Pasalnya, pendaftaran

wajib pajak dapat dilakukan dimana saja dan kapan saja baik didalam maupun di

luar negeri tidak tergantung jam kantor dan dapat dilakukan di hari libur serta
8

tidak tergantung kehadiran petugas pajak (24 jam x 7 hari), serta dikirim langsung

ke database Direktorat Jenderal Pajak (DJP) dengan fasilitas internet yang

disalurkan melalui satu atau beberapa Perusahaan Jasa Aplikasi (Application

Service Provider:ASP).

Sistem ini tentu saja tidak selalu dapat dilaksanakan dengan baik, hal ini

dikarenakan sis tem ini masih baru sehingga masih terdapat kekurangan.

Kekurangannya yaitu dalam proses penggunaannya karena melalui sistem internet

maka wajib pajak harus berhati-hati dalam menggunakan sistem ini, dan

benarbenar mengerti cara penggunaannya untuk menghindari kesalahan-kesalahan

dalam sistemnya.

Kemudian dalam hal pembuktian bagi wajib pajak yang menggunakan jasa

elektronik ini, karena wajib pajak yang telah mendaftarkan dirinya melalui media

elektronik ini untuk sementara dalam hal pembuktiannya dilakukan dengan

menyampaikan Surat Keterangan Terdaftar Sementara dengan cara Wajib Pajak

mencetak sendiri melalui sistem elektronik, Formulir Registrasi Wajib Pajak yang

sudah ditandatangani beserta persyaratannya di sampaikan ke KPP Pratama

tempat Wajib Pajak terdaftar paling lama 30 (tiga puluh) hari sejak permohonan

dimana wajib pajak terdaftar, sehingga kurang efisien bagi Wajib Pajak itu

sendiri.

Berdasarkan uraian latar belakang di atas, penulis tertarik untuk

melakukan penelitian dengan judul “Analisis Perbedaan Penerimaan PPh

Sebelum dan Sesudah Penerapan Administrasi Modern Pada KPP Pratama

Kota Banda Aceh”.


9

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang permasalahan yang telah diuraikan di atas,

maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah:

1. Apakah terdapat jumlah peningkatan wajib pajak yang melapor SPT PPh

sebelum dan sesudah administrasi modern pada KPP Pratama Kota Banda

Aceh.

2. Apakah terdapat peningkatan penerimaan PPh secara signifikan setelah

adanya penerapan administrasi modern pada KPP Pratama Kota Banda Aceh

1.3 Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah yang telah diuraikan diatas, maka dilakukan

dengan tujuan:

1. Untuk mengetahui apakah terdapat peningkatan jumlah wajib pajak yang

melapor SPT PPh sebelum dan sesudah penerapan administrasi modern pada

KPP Pratama Kota Banda Aceh.

2. Untuk mengetahui apakah terdapat peningkatan penerimaan PPh secara

signifikan setelah adanya penerapan administrasi modern pada KPP Pratama

Kota Banda Aceh.


10

1.4 Kegunaan Hasil Penelitian

Adapun kegunaan hasil penelitian ini adalah sebagai berikut:

1.4.1 Kegunaan Praktis (Operasional)

1. Dapat dijadikan informasi sebagai msukan pertimbangan bagi pihak-pihak

yang berkepentingan.

2. Penelitian ini dapat menetapkan kebijakan pada pelaksanaan dan penggunaan

sistem pemungutan yang diterapkan pada KPP Pratama untuk dapat

mengoptimalkan penerimaan Pajak Negara.

3. Dapat menjadi pengembil keputusan bagi KPP Pratama dalam mengambil

keputusan berkaitan dengan sistem administrasi modern.

1.4.2 Kegunaan Akademis (Teoritis)

1. Sarana untuk mengembangkan ilmu pengetahuan bagi penelitian di masa yang

akan datang.

2. Untuk mengevaluasi sejauh mana sistem pendidikan telah dijalankan sesuai

kebutuhan dan kondisi.

3. Menjadi bahan referensi bagi peneliti untuk meneliti sistem administrasi

perpajakan di masa yang akan datang.

Anda mungkin juga menyukai