Anda di halaman 1dari 3

Nama : Aisyah Febrianti

Kelas : 2A

Mata Kuliah : Perpajakan

TUGAS 1 ESAI

1. Fungsi dari perpajakan dibagi menjadi 2 fungsi, diantaranya:


a. Fungsi Budgetair, yaitu sebagai dana bagi pemerintahh untuk membiayai
pengeluaran-pengeluaran dan lain sebagainya. Contoh; belanja pegawai, belanja
barang, pemeliharaan, pembangunan infrastruktur, dan lain-lain.
b. Fungsi Regulerend, yaitu sebagai alat untuk megatur/melaksanakan kebijakan
pemerintah dalam bidang sosial dan ekonomi. Contoh; pajak yang tinggi untuk
minuman keras, pajak yang tinggi untuk barang-barang mewah, tarif pajak eksport
0%, dan lain sebagainya.
2. Sistem pemungutan pajak di Indonesia dibagi menjadi 3, diantaranya:
a. Self assesment system, suatu system pemungutann pajak yang memberi
wewenang kepada wajib pajak untuk menentukan besarnya pajak yang terutang.
Jadi wajib pajak pihak yang berperan aktif dalam menghitung, membayar, dan
melaporkan besaran pajaknya ke kantor pelayanan pajak atau melalui system
administrasi online yang dibuat oleh pemerintah.
b. Official assessment system, system pemungutan pajak yang memeberi wewenang
kepada pemerintah. Jadi wajib pajak bersifat pasif dan pajak terutang baru ada
setelah dikeluarkannya surat ketetapan pajak oleh fiskus.
c. With holding system, system pemungutan pajak yang memberi wewenang kepada
pihak ketiga, yang bukan wajib pajak ataupun apparat pajak/fiskus.
3. Ada beberapa syarat pemungutan pajak, diantaranya:
a. Harus adil, adil diantaranya adil dalam undang-undang, yaitu pemungutan pajak
harus didasarkan hukum yang setara dan adil bagi seluruh wajib pajak, sehingga
tidak ada perlakuan diskriminatif. Lalu adil dalam pelaksanaannya, yaitu
memberikan hak bagi wajib pajak untuk mengajukan keberatan, penundaan dalam
pembayaran, dan mengajukan banding kepada Majelis Pertimbangan Pajak atas
utang pajak yang telah ditetapkan.
b. Pemungutan pajak harus berdasarkan Undang-undang, proses pemungutan
pajaknya harus sesuai dengan ketentuan undang-undang yang berlaku. Di
Indonesia, pajak diatur dalam UUD 1945 pasal 23 ayat 2.
c. Pemungutan pajak tidak mengganggu perekonomia, pemungutannya tidak
mengganggu kegiatan produksi atau perdagangan.
d. Pemungutan pajak harus efisien, yaitu pemungutan pajak harus diusahakan
seefektif dan seefisien mungkin sehingga bisa memasukkan uang ke kas negara
sebanyak-banyaknya dan meminimalkan biaya pemungutan sekecil-kecilnya.
e. System pemungutan pajak harus sederhana, yaitu sistemnya sederhana dan mudah
dimengerti bagi seluruh wajib pajak. Sistem pemungutan pajak yang sederhana
akan memudahkan dan mendorong masyarakat dalam memenuhi kewajiban
perpajakannya.
4. Indonesia menganut stelsel campuran, yaitu gabungan antara stelel nyata dan stelsel
anggapan, yaitu besarnya pajak dihitung pada awal tahun berdasarkan anggapan,
kemudian pada akhir tahun disesuaikan dengan keadaan yang sebenarnya (nyata). Jika
besarnya pajak yang dihitung berdasarkan anggapan lebih besar daripada yang
dihitung berdasarkan kenyataan, wajib pajak memiliki hak untuk meminta kembali
kelebihan pajak (restitusi).
5. Pasal 1 angka 1 UU Pengampunan Pajak menyebutkan bahwa Pengampunan Pajak
adalah penghapusan pajak yang seharusnya terutang, tidak dikenai sanksi administrasi
perpajakan dan sanksi pidana di bidang perpajakan, dengan cara mengungkap Harta
dan membayar Uang Tebusan sebagaimana diatur dalam Undang-Undang ini.
Untuk Tingkat keberhasilan sudah cukup baik, salah satu contohnya yang
dilaksanakan dari tahun 2016 hingga 2017 kembali menjadi perhatian Menteri
Keuangan Sri Mulyani Indrawati. Dia menjelaskan tingkat kepatuhan wajib pajak
(WP) Indonesia terhadap SPT Tahunan yang terus meningkat, meningkat dari 52%
pada tahun 2012 menjadi 78% pada tahun 2020. Menurutnya, program pengampunan
pajak adalah program pengampunan pajak yang berhasil di seluruh dunia, dengan
jumlah deklarasi mencapai Rp 4.884 Triliun, atau 39,3%, yang menjadikannya catatan
bersejarah bagi Direktorat Jenderal Pajak.
Dapat disimpulkan, program pengampunan pajak cukup efektif dalam meningkatkan
tax ratio di Indonesia. Program harus dievaluasi dari berbagai sudut pandang. Selain
itu, dampak jangka panjang dari program ini harus dipertimbangkan, termasuk apakah
wajib pajak akan mematuhi peraturan perpajakan di masa depan.
RUJUKAN:

Hamdani, T. (2021). Klaim Sri Mulyani soal Keberhasilan Tax Amnesty Jilid 1.
Detikfinance.com: https://finance.detik.com/berita-ekonomi-bisnis/d-5622795/klaim-
sri-mulyani-soal-keberhasilan-tax-amnesty-jilid 1#:~:text=Menteri%20Keuangan
%20%28Menkeu%29%20Sri%20Mulyani%20Indrawati%20kembali
%20mengungkapkan,52%25%20pada%20tahun%202012%20menjadi
%2078%25%20di%202020. (diakses pada 8 Maret 2024, 13.00 WIB)

Ispriyarso, B. (2019). Keberhasilan Kebijakan Pengampunan Pajak (Tax Amnesty) di


Indonesia Administrative Law and Governance Journal, 2(1), 47-59.

Mardiasmo, Mardiasmo. 2023. Perpajakan Edisi Terbaru 2023. Yogyakarta: Andi.

Sihombing, Sotarduga. & Sibagariang, Susy A. 2020. Perpajakan (Teori dan Aplikasi).
Bandung: Widina Bhakti Persada.

Anda mungkin juga menyukai