Anda di halaman 1dari 10

ARTIKEL

“AKUNTANSI DALAM BIDANG PERPAJAKAN”


Nurul Ninda Lestari
Universitas Mulawarman
Email : nurulnindalestari@gmail.com

Pendahuluan

Perubahan yang cepat dalam masyarakat kita telah menyebabkan semakin banyak
kompleksitas unit bisnis atau manajemen perusahaan. Selain itu, perluasan kegiatan usaha
perusahaan baik yang bersifat profit maupun non profit dirasakan sebagai beban yang
berat. Agar semua bisnis berjalan dengan baik dan lancar, perusahaan membutuhkan
informasi yang cepat dan andal tentang status semua proses operasional. Informasi yang
menggambarkan kondisi seperti itu disebut akuntansi. Seperti yang telah kita ketahui,
pengertian akuntansi perpajakan adalah pembukuan yang dilakukan sesuai dengan
peraturan perpajakan. Dengan semua laporan keuangan dibuat untuk mencapai tujuan
tertentu, tujuan tersebut pada akhirnya mempengaruhi bentuk dan isi laporan keuangan,
dengan segala keterbatasannya. Sebenarnya yang membedakan bukan hanya siapa yang
menggunakannya, melainkan metode apa yang digunakan. Apakah menggunakan sistem
kas atau metode basis kas, meskipun disusun untuk periode yang sama dengan
menggunakan elemen yang sama, tetap akan terlihat perbedaannya selama masing-
masing laporan keuangan tersebut menggunakan metode penyusutan yang berbeda.
Metode perhitungan ini sangat berguna sebagai dasar pengambilan keputusan. Sejak
tahun 1983, Negara Indonesia mulai memungut pajak dengan menggunakan sistem self
assesment atau kepercayaan untuk menghitung pajak yang terutang, membayar defisit
pajak, menghitung pajak yang dibayar dan melaporkan sendiri ke Direktorat Jenderal
Pajak. Sebelum tahun 1983, sistem perpajakan Indonesia tetap menggunakan warisan
sistem pajak Belanda, dimana administrasi lebih dominan daripada perhitungan
akuntansi. Perbedaan antara keduanya adalah bahwa ketika administrasi pajak memiliki
peran dalam menentukan jumlah pajak, itu adalah otoritas pajak. Pada saat yang sama,
asas keadilan dapat ditekankan dalam perimbangan pajak sehingga wajib pajak dapat
menentukan pajaknya sendiri sesuai dengan undang-undang perpajakan.
Pembahasan

I. Pengertian dan Definisi Akuntansi


Akuntansi adalah suatu proses mencatat, mengklasifikasi, meringkas, mengolah dan
menyajikan data, transaksi serta kejadian yang berhubungan dengan keuangan sehingga
dapat digunakan oleh orang yang menggunakannya dengan mudah dimengerti untuk
pengambilan suatu keputusan serta tujuan lainnya. Akuntansi berasal dari kata asing
accounting yang artinya bila diterjemahkan ke dalam bahasa indonesia adalah menghitung
atau mempertanggungjawabkan. Akuntansi digunakan di hampir seluruh kegiatan bisnis di
seluruh dunia untuk mengambil keputusan sehingga disebut sebagai bahasa bisnis
Akuntansi dibagi menjadi 3 jenis, yaitu :
 Akuntansi Manajemen
 Akuntansi Perpajakan
 Akuntansi Keuangan

II. Pengertian dan Definisi Akuntansi perpajakan


Akuntansi perpajakan menurut Wikipedia adalah akuntansi yang diterapkan dengan tujuan
untuk mengetahui besarnya pajak yang harus dibayarkan oleh wajib pajak. Dalam dunia
perpajakan, sebenarnya tidak ada yang namanya akuntansi, yang ada hanyalah pencatatan
dan pembukuan saja. Namun, dalam sistem era perpajakan modern dengan sistem self
assessment saat ini, akuntansi sangat dibutuhkan. Akuntansi perpajakan dirumuskan sebagai
bagian dari akuntansi yang menekankan kepada penyusunan surat pemberitahuan pajak (tax
return) dan pertimbangan konsekuensi perpajakan terhadap transaksi atau kegiatan
perusahaan dalam rangka pemenuhan kewajiban perpajakan (tax compliance). Persyaratan
teoritis dalam metode akuntasi untuk kepentingan akuntasi perpajakan
1. Metode akuntasi haruslah sesuai pembukuan/ akuntasi pada umumnya
2. Metode akuntasi haruslah mencerminkan penghasilan perusahaan yang bersangkutan
3. Untuk memenuhi ketentuan 1 dan 2 hendaknya wajib pajak menggunakan salah satu
metode akuntasi berikut ini
 Stesel kas
 Stesel akrual
 Kombinasi antara stesel dan akrual kas sesuai ketentuan perundangundangan
Perpajakan yang dikenakan metode hybrid
 Metode yang dikenakan oleh ketentuan perundang-undanga seperti metode
cicilan
4. Wajib pajak kegiatan usahanya sndiri terdiri dari perdagangan dan bisnis dapat
menggunakan akuntasi yang berbeda-beda antara perdagangan dan bisnis lainnya
tersebut.
5. Terkecuali apabila diatur lain, perubahan akuntasi yang digunakan wajib pajak,
haruslah terlebih dahulu mendapat persetujuan dari DIRJEN PAJAk

III. Klasifikasi Pajak


setelah Anda mengetahui tentang penjelasan akuntansi perpajakan, berikut ini akan di bahas
tentang klasifikasi pajak berdasarkan bagaimana cara pemungutannya:
a. Pajak langsung
Pajak langsung adalah pajak yang dikenakan berdasarkan jumlah penghasilan dan
kekayaan yang dimiliki, untuk besarnya pajak sudah diatur dalam Undang-Undang
Perpajakan. Pembayaran pajak langsung ini harus dibayarkan oleh wajib pajak secara
langsung, tidak boleh diwakilkan atau dibebankan kepada orang lain.
b. Pajak tidak langsung
Pajak tidak langsung adalah pajak yang dibayarkan ketika terjadi sebuah transaksi
keuangan. Bedanya pajak tidak langsung ini bisa dibebankan atau dipindahkan kepada
orang lain. Contohnya saja ketika Anda membeli suatu produk di mall, biasanya harga
sudah include dengan pajaknya.

Fungsi dari akuntansi perpajakan bukan hanya untuk mengetahui seberapa besar jumlah
pajak yang dibayarkan kepada petugas pajak, tetapi akuntansi perpajakan memiliki fungsi
lainnya seperti berikut ini:
a. Menjadi strategi dan perencanaan perpajakan di masa yang akan datang yang
bersumber dari data pembayaran pajak.
b. Analisis untuk mengetahui besaran pajak yang menjadi tanggungan perusahaan di
waktu yang akan datang.
c. Salah satu laporan keuangan yang dibutuhkan saat ada investor atau keperluan
publikasi lainnya.
d. Mendokumentasikan perpajakan setiap tahunnya sebagai perbandingan untuk
mengetahui perkembangan keuangan perusahaan.

IV. Akun-Akun Akuntansi Perpajakan


Nama-nama akun pada Laporan keuangan yang berkaitan denganakuntansi pajak adalah
sebagai berikut:

a. Neraca

Sisi Aset, terdapat nama-nama akun sebagai berikuT

 Pajak Dibayar di Muka (Prepaid Tax)


 Pajak dibayar di muka biasa disajikan sebagai Biaya dibayar diMuka (Prepaid
Expense)

dalam aset lancar. Pajak dibayar dimukadapat terdiri dari:

 PPh 22, PPh 23, PPh 24, PPh 25, dan PPh 28A
 PPh atas pengalihan hak atas tanah dan bangunan
 Pajak Masukan.2.Sisi Kewajiban, terdapat nama-nama akun sebagai berikut:Utang
Pajak(Tax Payable)

Utang Pajak terdiri atas:

 PPh 21, PPh 23, PPh 26, PPh 29


 Pajak Keluaran
b. Laporan Laba Rugi

 Beban pajak penghasilan (income tax expense).


 PBB, Pajak Masukan yang tidak dapat dikreditkan, dan BeaMaterai dicatat sebagai
beban operasional

V. Self Assessment System

Sistem pemungutan pajak yang dianut Indonesia saat ini adalah sistem self assessment,
adapun pengertian self assessment system menurut Waluyo dan Wirawan B Ilyas dalam
bukunya Perpajakan Indonesia adalah sebagai berikut: Self Assessment System adalah
pemungutan pajak yang memberi wewenang, kepercayaan, tanggung jawab kepada wajib
pajak untuk menghitung, memperhitungkan, membayar dan melaporkan sendiri besarnya
pajak yang harus dibayar (2003:18), Sedangkan Self Assessment System menurut Siti
Resmi dalam bukunya Perpajakan adalah sebagai berikut: “Self Assessment System adalah
system pemungutan pajak yang memberikan wewenang Wajib Pajak untuk menentukan
sendiri jumlah pajak terhutang setiap tahunnya sesuai dengan undang-undang perpajakan
yang berlaku (2003:27). Dalam system ini terdapat pemberian kepercayaan sepenuhnya
kepada Wajib Pajak untuk melakukan self assessment memberikan konsekuaensi yang berat
bagi Wajib Pajak, artinya jika Wajib Pajak tidak memenuhi kewajibankewajiban
Perpajakan yang dipikul kepadanya, sanksi yang dijatuhkan akan lebih berat. Oleh karena
itu system self assessment mewajibkan wajib pajak untuk lebih mendalami peraturan
perundang-undangan perpajakan yang berlaku agar Wajib Pajak dapat melaksanakan
kewajiban perpajakannya dengan baik. Sistem ini juga dapat memberikan biaya tambahan
(dalam arti luas) bagi Wajib Pajak karena Wajib Pajak akan mengorbankan lebih banyak
waktu dan usaha serta biaya untuk membayar jasa konsultan pajak. Selain itu self
assessment menunjukkan proporsi yang lebih kecil dari yang telah ditetapkan sebelumnya,
sehingga sesuai dengan kenyataan yang ada, jumlah pajak yang dianggarkan akan menurun
pula. Di lain pihak system ini mempunyai beberapa keunggulan yaitu dapat meningkatkan
produktifitas dan murah. Pemerintah tidak lagi dibebankan kewajiban administrasi
menghitung jumlah pajak terutang Wajib Pajak dan menerbitkan Surat Ketetapan Pajak
untuk memberitahukan (sekaligus memerintahkan pembayaran) jumlah tersebut kepada
Wajib Pajak, sehingga waktu, tenaga dan biaya sehubungan dengan hal tersebut dapat
dihemat atau dialihkan untuk melakukan aktivitas pemerintahan lainnya. Selain itu system
self assessment akan mendorong Wajib Pajak untuk memahami dengan baik atas system
perpajakan yang berlaku terhadapnya. Walaupun dewasa ini telah dianut sistem self
assessment, akan tetapi dalam rangka pembinaan, penelitian dan pengawasn terhadap
pelaksanaan kewajiban perpajakan wajib pajak, Dirjen Pajak masih dapat mengeluarkan
ketetapan pajak yang disebut sebagai official assessment. Titik tolak penelitian maupun
pemeriksaan pajak, adalah ketetapan pajak yang dilakukan sendiri oleh wajib pajak dalam
Surat Pemberitahuan Tahunan (Pajak Penghasilan) yang disampaikan wajib pajak pada
setiap akhir tahun pajak
VI. Perbedaan Laporan Keuangan Komersial dengan Laporan Keuangan Fiskal

Akuntansi yang menjembatani aktivitas ekonomis dengan para pengambil keputusan, baik
internal maupun eksternal, menyajikan kepada para pengguna informasi tersebut dalam
bentuk laporan keuanga. Perbedaan kepentingan antar pengguna kelompok pengguna
laporan keuangan tersebut menyebabkan pula ketidaksamaan informasi yang terdapat dalam
laporan keuangan tersebut. Pada umumnya, perusahaan yang bergerak di bidang bisnis akan
menyusun laporan keuangan yang berbeda antara laporan keuangan komersial dengan
laporan keuangan yang dilampirkan pada SPT Pajak Penghasilan yang akan disampaikan ke
Ditjen Pajak. Perbedaan tersebut tidaklah dimaksudkan untuk tujuan-tujuan tertentu, tetapi
lebih cenderung kepada penyesuaian dengan ketentuan perundang-undangan. Perbedaan
laporan keuangan komersial dengan laporan keuangan fiskal disebabkan antara lain,
diantaranya :

1. Tujuan laporan keuangan komersial adalah pemberian informasi penting kepada


pengguna laporan keuangan dan merupakan tanggung jawab para akuntan untuk
melindungi pihak-pihak tersebut dari informasi yang menyesatkan, sedangkan tujuan
sistem akuntansi pajak adalah pemungutan pajak yang adil dan merupakan tanggung
jawab Ditjen Pajak untuk melindungi para pembayar dari tindakan semena-mena.
2. Pada laporan keuangan komersial biasanya menganut prinsip konservatif, sehingga
kemungkinan kesalahannya lebih cenderung kepada understatement pelaporan
penghasilan atas asetnya, sedangkan pada laporan keuangan fiskal hal tersebut tidak
dapat dipakai sebagai dasar untuk menetapkan besarnya pajak terutang.
3. Prinsip Harga Perolehan : Laporan keuangan komersil, penentuan harga perolehan
untuk barang yang diproduksi sendiri boleh memasukkan unsur biaya tenaga kerja
yang berupa natura. Sedangkan dalam laporan keuangan fiskal, pengeluaran dalam
bentuk natura tidak diakui sebagai pengurangan.
4. Prinsip pemadanan (matching) biaya dan manfaat : dalam Laporan keuangan komersil
mengakui biaya penyusutan pada saat aset tersebut menghasilkan. Dalam laporan
keuangan fiskal, penyusutan dapat dimulai sebelum menghasilkan.
5. Metode Penyusutan dan amortisasi: dalam laporan keuangan komersial membolehkan
memilih metode penyusutan seperti straight line method, sum of the years digits
method, declining balance method, double declining balance method, metode jam
jasa, jumlah unit produksi dll. Sedangkan pada laporan keuangan fiskal untuk asset
non bangunan, pemilihan metode penyusutan terbatas pada metode garis lurus
(straigth line method) dan Metode saldo menurun (declining balance method).
Sedangkan untuk asset bangunan hanya metode garis lurus saja (straigth linemethod).

Metode Penghapusan Piutang : Dalam laporan keuangan komersial, penghapusan


piutang ditentukan berdasarkan metode cadangan. Sedangkan pada laporan keuangan
fiskal, penghapusan piutang dilakukan pada saat piutang nyata-nyata tidak dapat ditagih.
D. Pengakuan Pendapatan dan Biaya 1. Pendapatan menurut UU Perpajakan Dalam UU
PPh No. 7 Tahun 1983 yang diubah dengan UU PPh No. 17 Tahun 2000 pasal 4 ayat (1)
yang menjadi objek pajak adalah penghasilan yaitu setiap tambahan kemampuan
ekonomis yang diterima atau diperoleh wajib pajak, baik yang berasal dari Indonesia
maupun dari luar Indonesia, yang dapat dipakai untuk konsumsi atau untuk menambah
kekayaan Wajib Pajak yang bersangkutan, dengan nama dan dalam bentuk apapun.
Penghasilan yang termasuk objek pajak diantaranya :

a. Penggantian atau imbalan berkenaaan dengan pekerjaan atau jasa yang diterima atau
diperoleh.
b. Hadiah dari undian, pekerjaan, kegiatan, dan penghargaan laba usaha.
c. Keuntungan karena penjualan atau karena pengalihan harta.
d. Penerimaan kembali pembyaran pajak yang telah dibebankan sebagai biaya.
e. Bunga termasuk premium, diskonto, imbalan karena jaminan pengembalian hutang.
f. Royalty, Deviden dengan nama dalam bentuk apapun.
g. Sewa dan penghasilan lain sehubungan dengan penggunaan harta.
h. Penerimaan atau perolehan pembayaran berkala
i. Keuntungan karena pembebasan hutang.
j. Keuntungan karena selisih kurs mata uang asing.
k. Premi asuransi.
l. Selisih lebih karena penilaian kembali aktiva.
m. Iuran yang diterima atau diperoleh perkumpulan dari anggotanya terdiri dari Wajib
Pajak yang menjalankan usahanya atau pekerjaan.
n. Tambahan kegiatan netto yang berasal dari penghasilan yang belum dikenakan pajak.

penghasilan yang bukan merupakan objek pajak antara lain:

a. Harta termasuk setoran tunai yang diterima Badan sebagai pengganti saham atau
penyertaan modal.
b. Bantuan, sumbangan, termasuk zakat yang diterima oleh badan atau lembaga amil
zakat yang dibentuk atau disahkan oleh pemerintah.
c. Harta hibahan yang diterima oleh keluarga sedarah dan oleh badan atau pengusaha
kecil termasuk koperasi yang ditetapkan oleh Menteri Keuangan.
d. Warisan.
e. Dividen atau bagian laba yang diterima akibat penyertaan modal pada badan usaha
yang didirikan dan bertempat kedudukan di Indonesia dengan syarat:

1) Dividen berasal dari cadangan laba yang ditahan.

2) Pemilikan saham paling rendah 25% dari jumlah modal disetor dari
Perusahaan yang memberi Dividen.

f. Pembayaran dari perusahaan asuransi kepada orang pribadi sehubungan dengan


asuransi kecelakaan, kesehatan, jiwa, dwiguna, dan beasiswa.

g. Iuran yang diterima dana pensiun yang pendiriannya telah disahkan Menteri
Keuangan.

h. Bagian laba yang diterima anggota perseroan komanditer yang modalnya tidak terbagi
atas saham-saham, persekutuan, perkumpulan, firma, dan kongsi.
i. Penghasilan yang sudah dikenakan PPh final.

j. Bunga obligasi yang diterima perusahaan reksadana selama 5 tahun pertama sejak
pendirian perusahaan atau pemberian ijin usaha.

k. Keuntungan karena pembebasan utang, kecuali jumlahnya tidak lebih dari 350 juta
rupiah yang ditetapkan dengan Peraturan Pemerintah, termasuk:

1) KUKESRA (Kredit Usaha Keluarga Prasejahtera)

2) KUT (Kredit Usaha Tani)

3) KPRSS (Kredit Pemilikan Rumah Sangat Sederhana)

4) KUK (Kredit Usaha Kecil)

5) Kredit lainnya dalam rangka kebijakan perkreditan BI dalam rangka


mengembangkan usaha kecil dan koperasi (yang merupakan jumlah kumulatif
dari satu atau beberapa bank kreditur)

Beban menurut UU Perpajakan Menurut pajak, tidak semua biaya yang dikeluarkan
perusahaan dapat diakui sebagai pengurang, meskipun biaya tersebut berkaitan
dengan kegiatan usaha. Hal ini disebabkan karena meurut ketentuan pajak, biaya
fiskal digolongkan menjadi 2 (dua) macam, yakni biaya-biaya yang boleh
dikurangkan dari penghasilan bruto dan biaya-biaya yang tidak boleh dikurangkan
dari penghasilan bruto.

Biaya-biaya yang dapat dikurangkan :

a. Biaya untuk mendapatkan, menagih, dan memelihara penghasilan termasuk biaya


pembelian bahan, biaya yang berkenaan dengan pekerjaan/jasa termasuk upah, dan
lain-lain atau biaya-biaya yang lazimnya disebut dengan biaya sehari-hari yang
dibebankan pada tahun pengeluaran yang diperlukan.
b. Penyusutan atas pengeluaran untuk memperoleh harta berwujud dan amortisasi
atas pengeluaran untuk memperoleh hak atas biaya lain yang mempunyai masa
manfaat lebih dari satu tahun.
c. Iuran kepada dana pensiun yang pendiriannya disahkan Menteri Keuangan.
d. Kerugian karena penjualan/pengalihan harta.
e. Kerugian karena selisih kurs mata uang asing.
f. Biaya penelitian dan pengembangan perusahaan yang dilakukan di Indonesia.
g. Biaya beasiswa, magang, dan pelatihan.
h. Piutang tak tertagih
i. Pemupukan dana cadangan.
j. Sumbangan yang dapat dibiayakan Sedangkan

biaya-biaya yang tidak dapat dikurangkan, antara lain :


a. Pembayaran dividen, pembagian laba atau pembagian sisa hasil usaha (koperasi).
b. Pembentukan atau pemupukan dana cadangan.
c. Premi asuransi jiwa, asuransi kesehatan, asuransi dwiguna, dan asuransi beasiswa.
d. Pemberian kenikmatan.
e. Hibah, bantuan dan sumbangan.
f. Pajak Penghasilan.
g. Jumlah yang melebihi kewajaran yang dibayarkan kepada pihakpihak tertentu.
h. Biaya atau pengeluaran untuk kepentingan pribadi.
i. Gaji yang dibayarkan kepada anggota persekutuan yang modalnya tidak terbagi
atas saham.
j. Sanksi Pajak
KESIMPULAN

Akuntansi pajak merupakan bagian dari akuntansi yang timbul dari unsur-unsur
khusus yang memerlukan keahlian dalam bidang tertentu. Undang-undang
perpajakan timbul atas dasar asas yang diatur dalam Undang-Undang Perpajakan,
dan pembentukannya dipengaruhi oleh tugas perpajakan dalam pelaksanaannya
sebagai kebijakan pemerintah. Tujuan akuntansi pajak adalah untuk menentukan
besarnya pajak yang harus dibayar berdasarkan laporan keuangan yang disusun
oleh perusahaan. Akuntansi pajak sangat penting karena menekankan perlunya
memahami hal-hal yang baik tentang perpajakan agar tidak terjadi kesalahan
dalam perpajakan. . perhitungan karena fiskus dapat melakukan pemeriksaan pajak
sewaktu-waktu. /Perbendaharaan. Akuntansi perpajakan dirumuskan sebagai
bagian dari akuntansi yang menekankan pada penyusunan SPT dan
mempertimbangkan dampak perpajakan terhadap transaksi atau kegiatan
perusahaan yang terkait dengan pemenuhan kewajiban perpajakan (tax liability).
“Sistem self-assessment adalah sistem pemungutan pajak yang memberikan
kewenangan, kepercayaan dan tanggung jawab wajib pajak untuk menghitung,
menghitung, membayar dan melaporkan jumlah pajak yang terhutang kepadanya.
Akuntansi yang mengintegrasikan aktivitas keuangan dengan pengambil keputusan
internal dan eksternal, menyediakan wajib pajak dengan informasi tersebut kepada
pengguna dalam bentuk laporan keuangan. Perbedaan kepentingan pengguna
kelompok pengguna akad juga menimbulkan perbedaan informasi akad. 
DAFTAR PUSTAKA

Agoes Sukrisno, Estralita Trisnawati. Akuntansi Perpajakan. Jakarata: Salemba Empat. 2007

DR. Gunadi, M.Sc., Akt.1997. Akuntansi Pajak Sesuai dengan Undang- Undang Pajak . Baru.
Jakarta : Grasindo 1997

HARNANTO,2003. AKUNTASI PERPAJAKAN, YOGYAKARTA: BPFEYOGYAKARTA


2003

Sari Mutiara, 2018,akuntansi-perpajakan

https://akuntansi.sari-mutiara.ac.id/2018/10/akuntansi-perpajakan/ (diakses pada 25 maret 2023)

Anda mungkin juga menyukai