Akuntansi dan pembukuan adalah dua hal yang berbeda, namun sering dianggap sama oleh sejumlah
pihak. Kedua istilah ini berkaitan erat dengan dunia keuangan, dan sering digunakan secara
bergantian. Meski begitu, keduanya punya konsep yang berbeda.
Perbedaan antara akuntansi dan keuangan Pembukuan sering disebut dasar akuntansi. Sementara
akuntansi merupakan bagian yang lebih luas di bidang keuangan Dikutip dari situs Business News
Daily, salah satu perbedaan antara akuntansi dan pembukuan adalah akuntansi bersifat subyektif,
karena memberi data keuangan berdasarkan proses pembukuan. Sementara pembukuan adalah
proses transaksional yang meliputi pencatatan transaksi keuangan, seperti pembelian, penerimaan,
penjualan, dan pembayaran. Berikut beberapa perbedaan akuntansi dan keuangan:
Akuntansi Pembukuan
Pihak manajemen bisa mengambil Data pembukuan tidak bisa dijadikan dasar
keputusan berdasarkan data yang didapat pengambilan keputusan
melalui akuntansi
Orang yang berkaitan dengan akuntansi Orang yang berhubungan dengan pembukuan
dinamakan akuntan disebut pemegang buku
Proses pembukuan maupun pencatatan pajak merupakan kegiatan utama di dalam akuntansi pajak.
Dari sisi pajak, pembukuan dan pencatatan ini menjadi suatu hal yang sangat krusial karena apa yang
dibukukan atau dicatat akan menjadi dasar bagi setiap Wajib Pajak untuk menghitung besarnya pajak
yang terutang.
Pada prinsipnya, setiap Wajib Pajak Orang Pribadi yang telah melakukan kegiatan usaha atau
pekerjaan bebas, dan Wajib Pajak Badan di Indonesia wajib menyelenggarakan pembukuan.
Hal ini telah diatur di dalam Pasal 28 Ayat 1 Undang-Undang Nomor 6 Tahun 1983 tentang Ketentuan
Umum dan Tata Cara Perpajakan sebagaimana telah beberapa kali diubah terakhir dengan Undang-
Undang Nomor 28 tahun 2007.
● Untuk pembukuan, diselenggarakan dengan menggunakan prinsip taat asas dan dengan stelsel
akrual atau stelsel kas.
● Pembukuan dilakukan dengan terdiri atas catatan mengenai harta, kewajiban, modal,
penghasilan dan biaya, serta penjualan dan pembelian sehingga pajak yang terutang nantinya
dapat dihitung.
Akuntansi Komersial atau sering disebut dengan akuntansi umum merupakan suatu proses
mengidentifikasi, mencatat, mengklarifikasi, mengolah, serta menyajikan aktivitas atau transaksi
keuangan untuk pihak-pihak yang berkepentingan baik pihak internal maupun pihak eksternal
perusahaan. Proses penyusunan laporan keuangan dalam akuntansi komersial harus sesuai dengan
pedoman Standar Akuntansi Keuangan (SAK).
Akuntansi perpajakan merupakan suatu aktivitas pencatatan keuangan oleh sebuah lembaga atau
badan usaha guna mengetahui jumlah pajak yang harus dibayarkan sesuai dengan perundang-
undangan perpajakan. Akuntansi perpajakan ini wajib dipahami oleh para wajib pajak agar
perhitungan perpajakan yang dilakukan akurat.
Menyajikan informasi sebagai bahan menghitung Penghasilan Kena Pajak, terutama dalam sistem
self assesment sebagai laporan pertangungjawaban atas kepercayaan menghitung pajak
terhutang bagi setiap WP.
1. Relevan
2. Dapat dimengerti
3. Keandalan
4. Dapat diperbandingkan
7. Apa perbedaan yang mendasar antara pelaporan keuangan fiscal dengan laporan keuangan
komersial? Jelaskan
Pembukuan tentang penghasilan harus dapat menyajikan keterangan tentang besarnya penghasilan
yang sebenarnya diterima atau diperoleh selama periode tertentu yang dapat dikelompokkan lebih
lanjut menjadi:
1. penghasilan dari pekerjaan, misalnya upah, gaji, honorariun, praktek dokter, notaris, akuntan
3. penghasilan dari modal, misalnya bunga, dividen, royalti, sewa, keuntungan karena pengalihan
harta;
4. penghasilan lainnya, misalnya pembebasan hutang, jasa giro dan hadiah undian.
Dalam hal perusahaan sebagai PKP maka pembukuan tentang penjualan barang/jasa sekurang-
kurangnya harus mencantumkan mengenai:
1. Nomor urut;
5. Kuantum;
Apabila terjadi retur penjualan, maka selain harus dibukukan dalam buku retur penjualan, juga harus
dilakukan dalam buku penjualan dan mengurangi jumlah penjualan maupun pajak keluaran dalam
periode terjadinya penjualan retur tersebut.
Sedangkan dalam hal terjadi pengambilan barang dari persediaan selain untuk keperluan usahanya,
misalnya untuk pemakaian sendiri, hadiah dan untuk contoh (sampel) harus dibukukan secara jelas dan
terinci, karena transaksi tersebut digolongkan sebagai penyerahan dan terutang PPN/PPnBM. Selain itu,
dari pembukuan tentang penghasilan harus dapat diketahui dengan jelas penghasilan yang merupakan
objek pajak dan penghasilan yang tidak termasuk sebagai objek pajak.
Pembukuan tentang beban harus dapat menyajikan keterangan mengenai beban yang sebenarnya
dibayarkan atau terutang selama periode tertentu. Selanjutnya dari pembukuan tersebut harus pula
dapat diketahui secara jelas biaya-biaya yang dapat dikurangkan dari penghasilan bruto sesuai dengan
ketentuan perpajakan, misalnya biaya-biaya yang berkaitan dengan hubungan kerja seperti pemberian
kenikmatan dalam bentuk natura harus dipisahkan secara jelas dari pembayaran dalam bentuk uang
karena pemberian kenikmatan dalam bentuk natura tidak boleh dikurangkan dari penghasilan bruto,
kecuali untuk perumahan di daerah terpencil yang diijinkan berdasarkan Keputusan Menteri Keuangan.
Apabila Wajib Pajak merupakan PKP, maka pembukuan atas pembelian atau impor sekurang-kurangnya
harus mencantumkan:
1. Nomor urut;
2. tanggal dan Nomor Faktur Pajak/PIB (Pemberitahuan Impor Barang);
5. Kuantum;
7. Besarnya PPN yang dapat dikreditkan dan yang tidak dapat dikreditkan.
3. penyerahan/impor barang atau pemanfaatan jasa yang PPN terutangnya tidak dipungut;
Apabila terjadi retur pembelian, maka harus dibukukan dalam buku retur pembelian dan mengurangi
jumlah pembelian maupun pajak masukan dalam periode terjadinya retur pembelian tersebut.
Dari hasil pembukuan tersebut diharapkan keterangan-keterangan yang dibutuhkan untuk menghitung
pajak terutang dapat menjadi lengkap dan memudahkan Wajib Pajak maupun Pemeriksa Pajak untuk
memeriksanya. Terselenggaranya pembukuan yang lengkap dan terinci mengenai semua transaksi yang
telah dilakukan akan memberi manfaat antara lain mempermudah Wajib Pajak dalam mengisi SPT,
Penghasilan Kena Pajak dapat dihitung dengan tepat oleh Wajib Pajak dan Wajib Pajak dapat
mengetahui secara pasti mengenai posisi keuangan serta hasil kegiatan usahanya.
10. Apa yang digunakan dalam laporan keuangan komersial untuk menghitung besaran pajak PPh
Badan? Jelaskan
Dasar hukum untuk menghitung Penghasilan Neto Fiskal berbeda dengan “Penghasilan Neto
Komersial”. Untuk menghitung Penghasilan Neto Fiskal, WP berpedoman pada ketentuan hukum
perpajakan (UU PPh). Sementara penghasilan komersial berpedoman pada Standard Akuntansi
Keuangan (SAK).
Perbedaan ketentuan komersial dan fiskal berakibat pada timbulnya selisih yang dinamakan koreksi
fiskal. Lantas, apa pengaruh koreksi fiskal terhadap perhitungan pajak? Jika koreksi positif dapat
menambah beban pajak terutang, koreksi negatif sifatnya mengurangi beban pajak terutang.