Anda di halaman 1dari 3

NAMA : ANISA NOVIANTI NURJANAH

NPM : 3210111026
PRODI : D3 AKUNTANSI/A

RESUME PPH BADAN


1. Kewajiban menyelenggarakan Pembukuan
 Pengertian Pembukuan
Pembukuan adalah suatu proses pencatatan yang dilakukan secara teratur untuk
mengumpulkan data dan informasi keuangan yang meliputi harta, kewajiban,
modal, penghasilan dan biaya, serta jumlah harga perolehan dan penyerahan
barang atau jasa yang ditutup dengan menyusun laporan keuangan berupa neraca
dan laporan laba rugi pada setiap Tahun Pajak berakhir.
 Wajib Pajak yang wajib menyelenggarakan pembukuan adalah:
a. Wajib Pajak orang pribadi yang melakukan kegiatan usaha atau pekerjaan
bebas di Indonesia.
b. Wajib pajak badan di Indonesia
 Wajib Pajak yang dikecualikan dari kewajiban pembukuan tapi wajib melakukan
pencatatan adalah:
a. Wajib Pajak orang pribadi yang melakukan kegiatan usaha atau pekerjaan
bebas yang menurut ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan
diperbolehkan menghitung penghasilan neto dengan menggunakan Norma
Penghitungan Penghasilan Neto.
b. Wajib Pajak orang pribadi yang tidak melakukan kegiatan usaha atau
pekerjaan bebas.
 Beberapa ketentuan yang harus diperhatikan dalam melakukan pembukuan :
a. Pembukuan atau pencatatan harus dilakukan dengan itikad baik dan
mencerminkan keadaan atau kegiatan usaha yang sebenarnya.
b. Pembukuan atau pencatatan harus diselenggarakan di Indonesia dengan
menggunakan huruf Latin, angka Arab, satuan mata uang Rupiah, dan disusun
dalam bahasa Indonesia atau dalam bahasa asing yang diizinkan oleh Menteri
Keuangan.
c. Pembukuan diselenggarakan dengan taat asas dan dengan stelsel akrual atau
stelsel kas Perubahan terhadap metode dan atau tahun buku harus mendapat
persetujuan dari Direktur Jenderal Pajak.
d. Pembukuan sekurang-kurangnya terdiri atas catatan mengenai harta,
kewajiban, modal, penghasilan dan biaya, serta penjualan dan pembelian
sehingga dapat dihitung besarnya pajak yang terutang
e. Pembukuan dengan menggunakan bahasa asing dan mata uang selain rupiah
dapat diselenggarakan oleh Wajib Pajak setelah mendapat izin dari Menteri
Keuangan
 Jika Wajib Pajak dikecualikan dari kewajiban pembukuan dan diwajibkan
melakukan pencatatan, pencatatan harus mencakup seluruh data yang
dikumpulkan secara teratur tentang peredaran atau penerimaan bruto dan/atau
penghasilan brato sebagai dasar untuk menghitung jumlah pajak yang terutang,
termasuk penghasilan yang bukan Objek Pajak dan/atau yang dikenai pajak yang
bersifat final.
 Buku, catatan, dan dokumen yang menjadi dasar pembukuan atau pencatatan dan
dokumen lain termasuk hasil pengolahan data dari pembukuan yang dikelola
secara elektronik atau secara aplikasi online wajib disimpan selama 10 tahun di
Indonesia, yaitu di tempat kegiatan/tempat tinggal Wajib Pajak orang pribadi atau
di tempat kedudukan Wajib Pajak badan.
2. Perbedaan Ketentuan antara Akuntansi dan pajak
 Ketentuan pajak secara dominan mewarnai praktik akuntansi. Dalam pendekatan
pertama, laporan keuangan, walaupun disusun berdasarkan prinsip akuntansi, sangat
diwarnai oleh ketentuan perpajakan. Wajib pajak harus menyelenggarakan pembukuan
sesuai dengan ketentuan perpajakan tanpa kelonggaran terhadap ketidaksamaan
prinsip akuntansi dan ketentuan perpajakan. Pada pendekatan ini terlihat adanya dua
perangkat pembukuan, yaitu untuk kepentingan komersial dan untuk kepentingan
fiskal. Dengan melihat sisi-sisi kepentingannya, pembukuan ganda (arti terbatas)
bukanlah bentuk kecurangan, karena keduanya telah disusun berdasarkan standar atau
norma yang berlaku pada masing-masing akuntansi.
 Pada pendekatan kedua ini, Wajib Pajak bebas menyelenggarakan pembukuannya
dengan dasar prinsip dan metode akuntansinya. Laporan keuangan fiskal disusun
terpisah di luar proses pembukuan, sering disebut sebagai extra compatible. Laporan
keuangan fiskal ini disusun melalui proses rekonsiliasi antara akuntansi komersial
dengan akuntansi fiskal, sehingga laporan yang dihasilkan dari extracomptable
tersebut fungsinya hanya sebagai tambahan laporan keuangan komersial.
Pendekatan kedua ini lebih banyak digunakan sebagai pilihan, yaitu dengan menyusun
laporan, keuangan fiskal yang disertai dengan rekonsiliasi. Namun ada juga wajib
pajak yang hanya menyelenggarakan pembukuan berdasarkan standar akuntansi
komersial tanpa menyusun laporan keuangan berbasis ketentuan perpajakan. Ada juga
yang berbeda sama sekali karena bergantung pada berbagai kondisi, terutama
perusahaan multinasional (dengan memerhatikan aspek akuntansi internasional).
 Pendekatan ketiga menyatakan ketentuan perpajakan sebagai sisipan Standar
Akuntansi Keuangan atau pendekatan dengan prinsip common basis. Dalam dasar ini
laporan keuangan disusun mengikuti Standar Akuntansi Keuangan, tetapi apabila
terdapat aturan lain dalam akuntansi komersial, maka preferensi diberikan pada
ketentuan perpajakan.
3. Laporan Komersial Akuntansi sebagai dasar dalam menghitung PKP
Tujuan pokok akuntansi komersial adalah menyajikan secara wajar keadaan atau
posisi keuangan dari hasil usaha perusahaan sebagai entitas. Informasi berupa laporan
keuangan dapat dipakai sebagai dasar untuk membuat keputusan ekonomi. Penyajian
informasi keuangan memerlukan proses penetapan dan penandingan (matching) secara
periodic antara pendapatan dan beban sehingga dapat menentukan besarnya laba (rugi)
komersial. Demikian halnya dalam akuntansi pajak dengan menggunakan istilah
penghasilan dan pengeluaran sebagaimana diatur pada Pasal 4 dan Pasal 6 Undang-
Undang Pajak Penghasilan.
Pada akuntansi perpajakan inilah terlihat tujuan pokoknya menetapkan jumlah
Penghasilan Kena Pajak (PKP) apabila ditinjau dari kewajiban Pajak Penghasilan, tetapi
untuk jenis pajak lainnya juga akan terlihat dari kewajiban Pajak Penghasilan, tetapi
untuk jenis pajak lainnya juga akan terlihat dari transaksi-transaksi keuangan yang
dibukukannya, seperti kewajiban untuk memungut Pajak Pertambahan Nilai (PPN) dan
Pajak Penjualan atas Barang Mewah (PPnBM).
4. Pengertian dan Tujuan Koreksi Fiskal
Koreksi fiskal adalah proses pencatatan, penyesuaian, dan pembetulan atas laba
komersial yang disesuaikan dengan standar ketentuan perpajakan dimana penyesuaian ini
dapat membantu menghitung penghasilan wajib pajak.
Tujuan dilakukannya koreksi fiskal adalah untuk dapat memenuhi kebutuhan atas
pelaporan pajak yang sesuai dengan standar perpajakan. Selain itu, untuk meminimalisir
kesalahan perhitungan pajak dan tidak adanya kerancuan dalam laporan keuangan yang
akan diberikan.
1. Alat untuk memenuhi rancangan laporan
Aturan dan regulasi yang sudah dikeluarkan oleh Dirjen pajak adalah acuan
perusahaan untuk melakukan laporan keuangan perusahaan. Supaya rancangan laporan
sesuai, maka perusahaan wajib melakukan koreksi fiskal untuk dapat memastikan
tidak adanya kerancuan dan ketidaksesuaian pada laporan yang dibuat.
2. Meminimalisir kesalahan hitung pajak bisnis
Koreksi fiskal dirasa penting untuk dilakukan sebab jika terjadi kesalahan perhitungan
pajak, maka hal ini dapat merugikan perusahaan tersebut. Oleh karena itu, pentingnya
ketelitian saat melakukan koreksi atau rekonsiliasi fiskal dengan data, transaksi, serta
penghasilan yang sesuai.
3. Cek ulang laporan yang sudah dibuat
Koreksi fiskal perlu dilakukan setelah pembuatan laporan keuangan. Memastikan
kembali laporan sebelum diserahkan dilakukan berdasarkan data-data yang ada dengan
menyesuaikan transaksi yang terjadi di perusahaan.

Anda mungkin juga menyukai