Anda di halaman 1dari 3

 Pengertian pencatatan (UU KUP Nomor 16 Tahun 2009 Pasal 28 ayat (29))

Pencatatan dimaksudkan sebagai kegiatan pengumpulan data secara teratur tentang


peredaran atau penerimaan bruto dan/atau penghasilan bruto sebagai dasar untuk
menghitung jumlah pajak terutang termasuk penghasilan yang bukan objek pajak dan/atau
yang dikenakan pajak yang bersifat final.

 Kewajiban pencatatan (Peraturan Menteri Kuangan Nomor 197/PMK.03/2007):

1. WP orang pribadi yang melakukan kegiatan usaha atau pekerjaan bebas yang sesuai dengan
ketentuan perundang-undangan perpajakan diperbolehkan menghitung penghasilannya
dengan menggunakan Norma Penghitungan Penghasilan Netto; dan

2. WP orang pribadi yang tidak melakukan kegiatan usaha dan pekerjaan bebas.

 Syarat menyelenggarakan pencatatan


1. Pencatatan harus diselenggarakan secara teratur dan mencerminkan keadaan yang sebenarnya
dengan menggunakan huruf latin, angka arab, satuan mata uang rupiah dan disusun dalam
bahasa indonesia.
2. Pencatatan dalam satu tahun harus diselenggarakan secara kronologis.
3. Catatan dan dokumen yang menjadi dasar pencatatan harus disimpan di tempat tinggal WP
atau tempat kegiatan usaha atau pekerjaan bebas dilakukan selama 10 tahun.
 Pencatatan harus dapat menggambarkan, antara lain:
1. Peredaran atau penerimaan bruto dan/atau jumlah penghasilan bruto yang diterima dan/atau
diperoleh;
2. Penghasilan yang bukan objek pajak dan/atau penghasilan yang pengenaan pajaknya bersifat
final.
3. WP yang mempunyai lebih dari satu jenis usaha dan/atau tempat usaha pencatatan harus dapat
menggambarkan secara jelas untuk masing-masing jenis usaha dan/atau tempat usaha yang
bersangkutan.
4. WP yang diwajibkan menyelenggarakan pencatatan (perhatikan Peraturan Menteri Keuangan
Nomor 197/PMK.03/2007) sesuai persyaratan bahwa pencatatannya harus menggambarkan
seperti diuraikan pada butir 4 diatas diharuskan pula menyelenggarakan pencatatan atas harta
dan kewajiban
 Pengakuan
Pengakuan aktiva atau aset dalam kewajiban perpajakan yang ditunda pada laporan
keuangan. Artinya bahwa perusahaan yang menyusun laporan keuangan dapat
mengakui nilai tercatat pada aktiva atau akan melunasi nilai tercatat pada kewajiban.
Perbedaan temporer yang dapat menambah jumlah pajak di masa depan akan diakui
sebagai kewajiban (utang pajak yang ditangguhkan dan perusahaan harus mengakui
adanya beban pajak tangguhan).
 Pengukuran
Pengukuran pajak yang ditangguhkan akan dihitung dengan menggunakan tarif yang
berlaku di masa yang akan datang, seperti yang dinyatakan dalam PSAK No. 46
paragraf 30.
Pengukuran atas kewajiban dan aset pajak yang ditunda harus dikur dengan
menggunakan tarif pajak yang akan diterapkan pada periode dimana aset direalisasi
atau kewajiban dilunasi. Yaitu dengan tarif pajak yang secara substansif berlaku pada
tanggal neraca. Secara teknis, pengakuan kewajiban dan aktiva pajak yang ditunda ini
dilakukan terhadap rugi fiskal yang masih dapat dikompensasikan. Serta perbedaan
temporer (waktu) antara laporan keuangan komersial dengan laporan keuangan fiskal
yang dikenakan pajak, dikalikan dengan tarif pajak yang berlaku.

 Penyajian
Aset dan kewajiban pajak yang ditunda harus dibedakan dari aset pajak kini dan
kewajiban pajak kini (PSAK No. 46 paragraf 45).

Aset dan kewajiban pajak yang ditangguhkan harus disajikan secara terpisah dari aset
atau kewajiban pajak terkini serta disajikan dalam unsur non current (tidak lancar)
dalam neraca. Sementara beban atau penghasilan (manfaat) pajak yang ditangguhkan
harus disajikan terpisah dengan beban pajak kini dalam laporan laba rugi perusahaan.
Aset pajak dan kewajiban pajak harus disajikan secara terpisah dari aset dan
kewajiban lainnya dalam neraca. Apabila dalam laporan keuangan suatu perusahaan,
aset dan kewajiban lancar disajikan terpisah dari aset dan kewajiban tidak lancar,
maka aset (kewajiban) pajak tangguhan tidak boleh disajikan sebagai aset
(kewajiban) lancar.

LAPORAN KEUANGAN
Kerangka dasar penyusunan laporan keuangan
Dalam penyusunan laporan keuangan fiskal sebagai solusi antara ketentuan akuntansi dan
ketentuan pajak terdiri atas tiga pendekatan:

 Pendekatan pertama, Laporan keuangan disusun berdasarkan prinsip akuntansi, sangat


diwarnai oleh ketentuan pajak.

 Pendekatan kedua, WP bebas menyelenggarakan pembukuannya dengan dasar prinsip


dan metode akuntansinya. Laporan keuangan fiskal disusun melalui proses rekonsiliasi
antara akuntansi komersial dengan akunatnsi fiskal, sehingga laporan yang dihasilkan dari
extra comptable tersebut fungsinya hanya sebagai tambahan laporan keuangan komersial.

 Pendekatan ketiga, menyatakan ketentuan perpajakan sebagai sisipan SAK atau


pendekatan dengan prinsip common basis.

Kerangka dasar penyusunan dan penyajian laporan keuangan ini dimaksudkan untuk merumuskan
konsep yang mendasari penyusunan dan penyajian laporan keuangan bagi pengguna laporan
keuangan eksternal.

Asumsi dasar dan persamaan akuntansi


Laporan keuangan disusun berdasarkan asumsi-asumsi dasar akuntansi, yaitu:

 Dasar akrual

Pengaruh transaksi dan peristiwa diakui pada saat kejadian dan bukan pada saat kas atau
setara kas diterima atau dibayar, serta pencatatan akuntansi dilaporkan dalam laporan keuangan
pada periode bersangkutan.

 Kelangsungan usaha
Penyusunan laporan keuangan pada dasarnya disusun dengan mendasarkan pada asumsi
kelangsungan usaha dan akan melanjutkan usahanya di masa yang akan datang.

Dalam akuntansi, kegiatan yang dicatat adalah kegiatan yang bersifat keuangan yang tercermin
dalam transaksi usaha (business transaction). Transaksi usaha tersebut dicatat menggunakan
persamaan akuntansi (accounting equation) yang diakhiri dengan penyusunan laporan keuangan.

Perbedaan laporan keuangan komersial dan laporan keuangan fiskal


Laporan keuangan komersial Laporan keuangan fiskal
Laporan yang disusun dengan prinsip Laporan yang disusun khusus untuk
akuntansi bersifat netral atau tidak memihak kepentingan perpajakan dengan
mengindahkan semua peraturan perpajakan
Ditujukan untuk menilai hasil usaha (Income Ditujukan untuk menghitung penghasilan
statement) dan keadaan keuangan  (Balance kena pajak dan beban pajak yang harus
Sheet) dari satu entitas dibayar ke Negara
Disusun berdasarkan prinsip akuntansi  yang Disusun berdasarkan Undang-undang dan
berlaku umum, yaitu Pernyataan Standar Peraturan Perpajakan.
Akuntansi Keuangan (PSAK) atau standar
lain
Perbedaan penggunaan standar atau prinsip dasar dalam penyusunan Laporan Keuangan –
terutama laporan rugi laba, mengakibatkan perbedaan perhitungan laba rugi suatu entitas
(Wajib Pajak) antara laba rugi komersil dan laba rugi fiskal, yang akan berakibat adanya
perbedaan beban pajak komersial dan beban pajak seharusnya dibayar ke Negara.

Proses penyusunan laporan keuangan


Pendekatan penyusunan laporan keuangan fiskal sebagai solusi antara ketentuan akuntansi dan
pajak yaitu :

 Laporan keuangan fiskal murni disusun atas dasar perpajakan. Dengan demikian dalam
melakukan pembukuan perusahaan menyusun laporan harus menurut ketentuan
perpajakan dan menurut praktek pembukuan.

 Ketentuan pajak untuk tujuan penyusunan laporan keuangan merupakan standar


independensi dari prinsip akuntansi, dalam pendekatan ini perusahaan bebas untuk
menyelenggarakan pembukuan berdasarkan prinsip dan metode akuntansi.

 Ketentuan pajak merupakan sisipan terhadap standar akuntansi, pendekatan ini laporan
keuangan atas dasar standar akuntansi. Tetapi preferensi di berikan kepada ketentuan
pajak apabila tidak sesuai dan sejalan dengan standar akuntansi.

Anda mungkin juga menyukai