Anda di halaman 1dari 32

DOKUMEN PEMBUKUAN

ATAU PENCATATAN PAJAK


KELOMPOK 4
Pengertian Pembukuan
&
Pencatatan
PEMBUKUAN

Undang-Undang (UU) yang sama tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan (KUP), pada Pasal
1 ayat (29) menyebutkan bahwa pembukuan merupakan suatu proses pencatatan yang dilakukan secara
teratur dengan pengumpulan data dan informasi keuangan yang meliputi harta, kewajiban, modal,
penghasilan, biaya, serta total perolehan dan penyerahan atas barang/jasa.
PENCATATAN

Berdasarkan dengan Undang-Undang (UU) Nomor 6 Tahun 1983 Tentang Ketentuan Umum dan Tata
Cara Perpajakan yang telah mengalami perubahan beberapa kali sampai pada Undang-Undang (UU)
Nomor 16 Tahun 2009, menyebutkan pada Pasal 28 ayat (9) bahwa pencatatan meliputi atas data-data
yang dikumpulkan secara teratur dari peredaran, penerimaan, atau penghasilan bruto sebagai dasar untuk
menghitung jumlah pajak yang terutang. Dan di dalamnya juga termasuk atas penghasilan yang berasal
bukan dari objek pajak maupun penghasilan yang dikenakan pajak dan bersifat final.
Ketentuan Umum Pembukuan
dan Pencatatan
Ketentuan Umum
Pembukuan
Menurut Ketentuan Pokok Pembukuan Pasal 28 Undang- Sedangkan yang dikecualikan dari kewajiban pembukuan
Undang Nomor 28 tahun 2007, yang wajib menyelenggarakan menurut pasal 28 ayat 2 UU KUP adalah :
pembukuan adalah :

WP OP yang melakukan kegiatan usaha/pekerjaan bebas


yang diperbolehkan meghitung penghasilan neto dengan
Wajib Pajak (WP) Badan
1 1 menggunakan norma perhitungan penghasilan neto.

Wajib Pajak Orang Pribadi yang melakukan kegiatan usaha


atau pekerjaan bebas, kecuali Wajib Pajak Orang Pribadi
2 yang peredaran brutonya dalam satu tahun kurang dari Rp WP OP yang tidak melakukan kegiatan usaha atau pekerjaan
4.800.000.000,00.
2 bebas.
Ketentuan Umum
Pencatatan
Adapun yang wajib menyelenggarakan pencatatan yaitu:

Wajib Pajak Orang Pribadi yang melakukan kegiatan atau usaha atau pekerjaan bebas dan peredaran brutonya dalam
1 satu tahun kurang dari Rp 4.800.000.000,00 dapat menghitung penghasilan neto dengan menggunakan norma
penghitungan penghasilan neto, dengan syarat memberitahukan ke Direktur Jenderal Pajak jangka waktu 3 bulan
pertama dari tahun pajak yang bersangkutan.

Wajib Pajak Orang Pribadi yang tidak melakukan kegiatan usaha atau pekerjaan bebas.

2
Syarat-syarat Penyelengaraan
Pembukuan dan Pencatatan
I.Syarat penyelenggaraan pembukuan

1. Diselenggarakan dengan memperhatikan itikad baik dan mencerminkan keadaan atau kegiatan usaha yang sebenarnya.

2. Diselenggarakan di Indonesia dengan menggunakan huruf Latin, angka Arab, satuan mata uang Rupiah dan disusun dalam bahasa
Indonesia atau dalam bahasa asing yang diizinkan oleh Menteri Keuangan.

3. Diselenggarakan dengan prinsip taat asas dan dengan stelsel akrual atau stelsel kas.

4. Pembukuan dengan menggunakan bahasa asing dan mata uang selain Rupiah dapat diselenggarakan oleh WP setelah mendapat izin
Menteri Keuangan.

5. Pembukuan sekurang-kurangnya terdiri atas catatan mengenai harta, kewajiban, modal, penghasilan dan biaya, serta penjualan dan
pembelian sehingga dapat dihitung besarnya pajak yang terutang.
II. Syarat penyelengggaraan pencatatan

1. Pencatatan harus menggambarkan antara lain :

a) Peredaran atau penerimaan bruto dan/atau jumlah penghasilan bruto yang diterima dan/atau diperoleh;
b) Penghasilan yang bukan objek pajak dan/atau penghasilan yang pengenaan pajaknya bersifat final.

2. Bagi WP yang mempunyai lebih dari satu jenis usaha dan/atau tempat usaha, pencatatan harus menggambarkan secara jelas
untuk masing-masing jenis usaha dan/atau tempat usaha yang bersangkutan.

3. Selain kewajiban untuk menyelenggarakan pencatatan, WP orang pribadi harus menyelenggarakan pencatatan atas harta dan
kewajiban.
Tujuan Penyelenggaraan
Pembukuan/Pencatatan

Pembukuan dalam KUP yang dimaksud pada dasarnya bertujuan agar


dapat digunakan dan dapat menjelaskan perhitungan pajak - pajak
terutang seperti Perhitungan PKP, Perhitungan PPN dan PPNBM. Atau
lebih spesifiknya, pembukuan untuk keperluan perpajakan pada
dasarnya agar dapat digunakan sebagai bahan atau sumber data untuk
pengisian dan pelaoran SPT beserta lampiran - lampirannya. Selain itu,
juga bertujuan untuk mengetahui posisi keuangan dan hasil kegiatan
usaha/pekerjaan bebas.
Prinsip Taat Azas

Prinsip taat asas adalah prinsip yang sama digunakan


dalam metode pembukuan dengan tahun-tahun
sebelumnya untuk mencegah penggeseran laba atau
rugi.

Prinsip taat asas dalam metode pembukuan misalnya


dalam penerapan stelsel pengakuan penghasilan, tahun
buku, metode penilaian persediaan, atau metode
penyusutan dan amortisasi.
Stelsel Akrual
&
Stelsel Kas
01 Stelsel Akrual

Stelsel akrual adalah suatu metode penghitungan penghasilan dan


biaya dalam arti penghasilan diakui pada waktu diperoleh dan biaya
diakui pada waktu terutang.

Jadi, tidak tergantung kapan penghasilan itu diterima dan kapan biaya
itu dibayar secara tunai.Termasuk dalam pengertian stelsel akrual
adalah pengakuan penghasilan berdasarkan metode persentase tingkat
penyelesaian pekerjaan yang umumnya dipakai dalam bidang
konstruksi dan metode lain yang dipakai dalam bidang usaha tertentu
seperti build operate and transfer (BOT) dan real estat.
02 Stelsel Kas

Stelsel kas adalah suatu metode yang penghitungannya didasarkan


atas penghasilan yang diterima dan biaya yang dibayar secara tunai.

Menurut stelsel kas, penghasilan baru dianggap sebagai penghasilan


apabila benar-benar telah diterima secara tunai dalam suatu periode
tertentu serta biaya baru dianggap sebagai biaya apabila benar-benar
telah dibayar secara tunai dalam suatu periode tertentu.Stelsel kas
biasanya digunakan oleh perusahaan kecil orang pribadi atau
perusahaan jasa, misalnya transportasi, hiburan, dan restoran yang
tenggang waktu antara penyerahan jasa dan penerimaan
pembayarannya tidak berlangsung lama.
Dalam stelsel kas murni, penghasilan dari penyerahan
barang atau jasa ditetapkan pada saat pembayaran dari
pelanggan diterima dan biaya-biaya ditetapkan pada saat
barang, jasa, dan biaya operasi lain dibayar.

Dengan cara ini, pemakaian stelsel kas dapat


mengakibatkan penghitungan yang mengaburkan terhadap
penghasilan, yaitu besarnya penghasilan dari tahun ke
tahun dapat disesuaikan dengan mengatur penerimaan kas
dan pengeluaran kas.
Untuk penghitungan Pajak Penghasilan dalam memakai stelsel kas harus
memperhatikan hal-hal antara lain sebagai berikut :

A
Penghitungan jumlah penjualan dalam suatu periode harus meliputi seluruh penjualan, baik yang tunai
maupun yang bukan. Dalam menghitung harga pokok penjualan harus diperhitungkan seluruh pembelian dan
persediaan.

B
Dalam memperoleh harta yang dapat disusutkan dan hak-hak yang dapat diamortisasi, biaya-biaya yang
dikurangkan dari penghasilan hanya dapat dilakukan melalui penyusutan dan amortisasi.

C Pemakaian stelsel kas harus dilakukan secara taat asas (konsisten).


Dengan demikian penggunaan stelsel kas untuk tujuan perpajakan
dapat juga dinamakan stelsel campuran.

01 Perubahan terhadap metode pembukuan dan/atau tahun buku harus mendapat persetujuan dari Dirjen
Pajak. Pada dasarnya metode pembukuan yang dianut harus taat asas, yaitu harus sama dengan tahun-tahun
sebelumnya, misalnya dalam hal penggunaan metode pengakuan penghasilan dan biaya (metode kas atau
akrual), metode penyusutan aktiva tetap, dan metode penilaian persediaan.

Namun, perubahan metode pembukuan masih dimungkinkan dengan syarat telah mendapat persetujuan
dari Dirjen Pajak. Perubahan metode pembukuan harus diajukan kepada Dirjen Pajak sebelum dimulainya
tahun buku yang bersangkutan dengan menyampaikan alasan yang logis dan dapat diterima serta akibat
yang mungkin timbul dari perubahan tersebut.
Dengan demikian penggunaan stelsel kas untuk tujuan perpajakan
dapat juga dinamakan stelsel campuran.

02 Perubahan metode pembukuan akan mengakibatkan perubahan dalam prinsip taat asas yang dapat meliputi
perubahan metode dari kas ke akrual atau sebaliknya atau perubahan penggunaan metode pengakuan
penghasilan atau pengakuan biaya itu sendiri, misalnya dalam metode pengakuan biaya yang berkenaan
dengan penyusutan aktiva tetap dengan menggunakan metode penyusutan tertentu.
Pengecualian Pembukuan & Pencatatan

Wajib Pajak yang dikecualikan dari kewajiban menyelenggarakan pembukuan dan melakukan pencatatan adalah
Wajib Pajak Orang Pribadi yang tidak wajib menyampaikan Surat Pemberitahuan Tahunan Pajak Penghasilan.
Pengecualian dari Pengecualian dari Kewajiban Pembukuan dan Pencatatan. Adapun pihak yang dikecualikan
dari kewajiban pembukuan menurut pasal 28 ayat 2 UU KUP adalah :

01 Wajib Pajak Orang Prib ib Pajak Orang Pribadi yang melakukan kegiatan usaha/
pekerjaan bebas yang diperbolehkan menghitung penghasilan neto dengan
menggunakan norma perhitungan penghasilan neto;

02 Wajib Pajak Orang Pribadi yang tidak melakukan kegiatan usaha atau pekerjaan
bebas.
Pembukuan dalam
Bahasa Asing dan
Mata Uang Selain
Rupiah
Wajib Pajak yang diperkenankan menyelenggarakan pembukuan
dengan menggunakan bahasa asing dan mata uang selain Rupiah, yaitu
bahasa Inggris dan satuan mata uang Dollar Amerika Serikat antara
lain sebagai berikut :

1. Wajib Pajak dalam rangka Penanaman Modal Asing


2. Wajib Pajak dalam rangka Kontrak Karya, yaitu Wajib Pajak yang beroperasi berdasarkan kontrak dengan Pemerintah RI selain pertambangan minyak dan gas bumi;
3. Wajib Pajak dalam rangka Kontrak Kerja Sama yang beroperasi berdasarkan ketentuan peraturan perundang-undangan pertambangan minyak dan gas bumi;
4. Bentuk Usaha Tetap (BUT)
5. Wajib Pajak yang mendaftarkan emisi sahamnya baik sebagian maupun seluruhnya di bursa efek luar negeri;
6. Kontrak Investasi Kolektif (KIK) yang menerbitkan Reksadana dalam denominasi mata uang Dollar Amerikat Serikat dan telah memperoleh Surat Pemberitahuan Efektif
Pernyataan Pendaftaran dari Badan Pengawasa Pasar Modal-Lembaga Keuangan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan pasar modal;
7. Wajib Pajak yang berafiliasi langsung dengan perusahaan induk di luar negeri, yaitu perusahaan anak yang dimiliki dan atau dikuasai oleh perusahaan induk di luar negeri
yang mempunyai hubungan istimewa sebagaimana dimaksud dalam Pasal 18 ayat (4) huruf a dan b Undang- Undang Pajak Penghasilan.
Tata Cara Pengajuan Penyelenggaraan Pembukuan dalam Bahasa Asing
dan Mata Uang Selain Rupiah

• Penyelenggaraan pembukuan dengan menggunakan Bahsa Inggris & satuan mata uang Dollar Amerika Serikat oleh WP harus terlebih dahulu mendapatkan izin tertulis
dari Meenkeu, kecuali bagi WP dalam rangka Kontrak Karya/WP dalam rangka KKKS (kontraktor Kontrak Kerja Sama)
• Izin tertulis dapat diperoleh WWP dengan mengajukan surat permohonan kepada Kakanwil (Kepala Kantor Wilayah), paling lambat 3 bulan:
a. Sebelum tahun buku yang diselenggarakan dengan menggunakan bahasa Inggris dan satauan mata uang Dollar Amerika Serikat tersebut dimulai;

b. Sejak tanggal pendirian bagi WP baru untuk Bagian Tahun Pajak atau Tahun Pajak pertama.

• Kakanwil atas nama Menkeu memberikan keputusan atas nama permohonan paling lama 1 bulan sejak permohonan dari WP diterima secara lengkap

• Apabila jangka waktu tsb telah lewat & Kakanwil belum memberikan keputusan maka permohonan dianggap diterima & kakanwil atas nama Menkeu menerbitkan
keputusan pemberian izin untuk menyelenggarakan pembukuan dengan menggunakan Bahasa Inggris & satuan mata uang ollar AS.
Tata Cara Pengajuan Penyelenggaraan Pembukuan dalam Bahasa Asing
dan Mata Uang Selain Rupiah

• WP dalam rangka Kontrak Karya atau WP Kontraktor Kontrak Kerja Sama yang sejak pendiriannya maupun yang akan menyelenggarakan pembukuan
dengan menggunakan bahasa Inggris dan satuan mata uang Dollar Amerika Serikat, wajib menyampaikan pemberitahuan secara tertulis ke Kantor
Pelayanan Pajak tempat WP terdaftar paling lambat 3 bulan sejak tanggal pendirian.
• WP yang telah memperoleh izin untuk menyelenggarakan pembukuan dengan menggunakan bahasa Inggris dan satuan mata uang Dollar Amerika Serikat
namun merencanakan untuk tidak memanfaatkan izin tersebut wajib menyampaikan pemberitahuan pembatalan secara tertulis ke KPP dalam hal Tahun
Pajak sebagaimana tercantum dalam surat izin belum dimulai dan pemberitahuan tersebut harus sudah diterima oleh KPP sebelum Tahun Pajak tersebut
dimulai.
Perubahan Tahun
Buku dan Metode
Pembukuan
Pada dasarnya metode pembukuan yang dianut harus taat asas, yaitu harus sama dengan tahun-tahun sebelumnya.
Namun, perubahan metode pembukuan masih dimungkinkan dengan syarat telah mendapat persetujuan dari Direktur
Jenderal Pajak sebelum dimulainya tahun buku yang bersangkutan dengan menyampaikan alasan yang logis dan dapat
diterima serta akibat yang mungkin timbul dari perubahan tersebut.

 Perubahan metode pembukuan akan mengakibatkan perubahan dalam prinsip taat asas yang dapat meliputi perubahan metode dari kas akrual atau sebaliknya atau
perubahan penggunaan metode pengakuan penghasilan atau pengakuan biaya itu sendiri.

 Perubhaan periode tahun buku akan mengakibatkan berubahnya jumlah penghasilan atau kerugian WP. Oleh karena itu, perubahan tersebut juga harus
mendapatkan persetujuan DJP.

 WP melakukan perubahan tahun buku dan telah mendapatkan persetujuan DJP, penghasilan yang diterima atau diperoleh dalam bagian tahun buku yang tidak
termasuk dalam tahun buku yang baru harus dilaporkan dengan surat pembertitahuan tersendiri dengan melampirkan neraca dan lap. Laba rugi (PP 138 tahun
2000).

 Persyaratan permohonan metode pembukuan dan atau perubahan tahun buku adalah menyampaikan surat permohonan perubahan metode pembukuan dan atau
tahun buku kepada kantor pelayanan pajak tempat WP terdaftar, dengan menyebukan (SE-40/PJ.42/1998) :

a. Identitas WP

b. Perubahan metode pembukuan dan atau tahun buku yang ke berapa.

c. Alas an permohona dan maksud atau tujuan usul perubahan.


Tata Cara Permohonan Perubahan Tahun Buku

1 Mengajukan Permohonan ke KPP

2 Permohonan harus memenuhi syarat sebagai berikut:

 SPT tahunan PPh tahun terakhir telah dimasukkan

 Tidak mempunyai utang pajak yang jatuh tempo

 Menggunakan alasan perubahan tahun buku yang dituangkan dalam bentuk


surat pernyataan.
Tempat Penyimpanan
Buku/Catatan/Dokumen
Tempat Penyimpanan Buku/Catatan/Dokumen

Buku, catatan, dan dokumen yang menjadi dasar pembukuan atau pencatatan dandokumen lain termasuk
hasil pengolahan data dari pembukuan yang dikelola secaraelektronik atau secara program online wajib
disimpan selama 10 (sepuluh) tahun diIndonesia, yaitu tempat kegiatan atau tempat tinggal Wajib Pajak
Orang Pribadi, atau ditempat kedudukan Wajib Pajak Orang Badan. Perubahan tahun buku dan
metodePembukuan Perubahan terhadap metode pembukuan dan atau tahun buku, harusmendapat
persetujuan dari Direktur Jendral Pajak.
 
Sanksi Pidana
Pasal 39 Undang-Undang KUP, yaitu barang siapa dengan
sengaja:

 Memperlihatkan pembukuan, pencatatan, atau dokumen lain yang palsu atau dipalsukan seolah-olah benar.

 Tidak menyelenggarakan pembukuan atau pencatatan tidak memperhatikan atautidak meminjamkan buku, catatan, atau
dokumen lainnya;atau

 Tidak menyimpan buku, catatan, dan dokumen yang menjadi dasar pembukuanatau pencatatan dan dokumen lain termasuk
hasil pengolahan data dari pembukuan yang dikelola secara elektronik atau secara program aplikasi online diIndonesia.

Sehingga dapat menimbulkan kerugian pada pendapatan negara, dipidana penjara paling singkat 6 (enam) bulan dan paling
lama 6 (enam) tahun dan denda paling sedikit 2(dua) kali jumlah pajak terutang yang tidak atau kurang bayar dan paling
banyak 4(empat) kali jumlah pajak terutang yang tidak atau kurang bayar.

 
Thank you!
NOW, LET'S GET BACK TO WORK.

Anda mungkin juga menyukai