Anda di halaman 1dari 8

1

PERTEMUAN 2
KETENTUAN UMUM DAN TATA CARA PERPAJAKAN (KUP)
KEWAJIBAN PEMBUKUAN DAN PENCATATAN

A. TUJUAN PEMBELAJARAN
Setelah mempelajari materi ini, mahasiswa mampu menjelaskan Ketentuan Umum
dan Tata Cara Perpajakan (KUP) tentang Pembukuan, dan Pencatatan, Sanksi terkait
Pembukuan dan Pencatatan. Pembukuan dan pencatatan pajak pada dasarnya
merupakan jenis kegiatan akuntansi perpajakan. Hal ini berfungsi sebagai suatu
pedoman yang bertujuan untuk mempermudah wajib pajak terutama dalam
menunaikan kewajibannya, terutama yang berkaitan dengan pembayaran pajak dan
sejenisnya.

PEMBUKUAN

PENCATATAN

SANKSI TERKAIT PEMBUKUAN


DAN PENCATATAN

Gambar 2.1. Overview Pertemuan 2

B. URAIAN MATERI
Pembukuan dan Pencatatan menurut pajak merupakan 2 hal yang berbeda. Menurut
Undang-Undang No. 6 Tahun 1983 tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara
Perpajakan sebagaimana telah beberapa kali diubah dengan Undang-Undang No. 28
Tahun2007 Pasal 1 ayat 29. Pembukuan dalam perpajakan dimaksudkan untuk
mempermudah pengisian Surat Pemberitahuan (SPT), penghitungan Pengusaha
Kena Pajak (PKP), dan Penghitungan PPN dan PPnBM, yang pada dasarnya untuk
mengetahui posisi keuangan. SPT sendiri merupakan sarana bagi Wajib Pajak (WP)
untuk melaporkan semua kegiatan usahanya dalam periode tertentu. SPT yang
2

dihasilkan merupakan alat bantu komunikasi antara fiskus dan WP. SPT juga
merupakan obyek pemeriksan pajak sehingga sebaiknya tidak menyajikan informasi-
informasi yang salah, yang dapat merugikan baik dari pihak fiskus ataupun pihak wajib
pajak. Wajib Pajak yang melakukan pembukuan, diminta untuk melampirkan SPT
tahunan PPh WP Badan sedangkan bagi WP orang pribadi, hanya yang diwajibkan
dalam Undang-Undang saja yang wajib melakukan pembukuan. Bagi WP orang
pribadi yang tidak melakukan pembukuan, wajib melakukan pencatatan dengan
melampirkan Daftar/Perhitungan Penghasilan Bruto pada SPT tahunan PPh WP
Orang Pribadi (WPOP). Pembukuan dan pencatatan yang terorganisir dapat
membantu Wajib Pajak dalam menyusun laporan keuangan dan mengisi SPT serta
dapat membantu pertanggungjawaban WP jika terjadi pemeriksaan dan penyidikan
pajak yang dilakukan oleh pihak fiskus. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor
28 Tahun 2007 mendefinisikan pembukuan dan Pencatatan sebagai berikut:
a. Pembukuan adalah suatu proses pencatatan yang dilakukan secara teratur untuk
mengumpulkan data dan informasi keuangan yang meliputi harta, kewajiban, modal,
penghasilan dan biaya, serta jumlah harga perolehan dan penyerahan barang atau
jasa, yang ditutup dengan menyusun laporan keuangan berupa neraca, dan
laporan laba rugi untuk periode Tahun Pajak tersebut.
b. Siapa yang wajib yang menyelenggarakan pembukuan?
Peraturan Direktur Jenderal Pajak Nomor PER-17/PJ/2015 mengungkapkan
bahwa yang wajib menyelenggarakan pembukuan adalah Wajib Pajak orang
pribadi yang melakukan kegiatan usaha atau pekerjaan bebas yang peredaran
brutonya dalam satu tahun sebesar Rp4.800.000.000 Wajib Pajak Badan.
3

Gambar 2. Pembukuan
1. Pencatatan
Pencatatan adalah pengumpulan data secara teratur tentang peredaran atau
penerimaan bruto dan/atau penghasilan bruto sebagai dasar untuk menghitung
jumlah pajak yang terutang, termasuk penghasilan yang bukan objek pajak dan/atau
yang dikenai pajak yang bersifat final.
a. Siapa yang wajib menyelenggarakan pencatatan?
Pencatatan wajib diselenggarakan oleh:
a). Wajib Pajak orang pribadi yang melakukan kegiatan usaha atau pekerjaan
bebas yang peredaran brutonya dalam satu tahun kurang dari
Rp4.800.000.000 Wajib Pajak orang pribadi yang tidak melakukan kegiatan
usaha atau pekerjaan bebas.
b). Wajib Pajak orang pribadi yang wajib menyelenggaran pencatatan menghitung
penghasilan neto dengan menggunakan Norma Perhitungan Penghasilan Neto.
Bagaimana perhitungan penghasilan neto untuk Wajib Pajak yang mempunyai
lebih dari satu jenis usaha atau pekerjaan bebas. Penghitungan penghasilan
neto Wajib Pajak yang mempunyai lebih dari satu jenis usaha atau pekerjaan
bebas, dilakukan terhadap masing-masing jenis usaha atau pekerjaan bebas
dengan memperhatikan pengelompokan wilayah. Penghitungan penghasilan
neto Wajib Pajak yang mempunyai lebih dari satu jenis usaha atau pekerjaan
bebas adalah penjumlahan penghasilan neto dari masing-masing jenis usaha
atau pekerjaan bebas.
4

Gambar 3. Pencatatan

2. Apa Persamaan Pembukuan Dan Pencatatan?


Sebelum membahas lebih lanjut perbedaan pembukuan dan pencatatan pajak, ada
baiknya kita lihat dulu persamaan keduanya. Pada dasarnya, penyelenggaraan
pembukuan dan pencatatan ditujukan untuk mempermudah wajib pajak dalam
memenuhi kewajiban perpajakan, seperti pengisian SPT, perhitungan penghasilan
kena pajak, PPN, dan PPnBM, serta mengetahui posisi keuangan dari hasil kegiatan
usaha atau pekerjaan bebas. Adapun proses penyelenggaraan pembukuan yang
dilakukan wajib pajak harus memenuhi syarat-syarat berikut:
a. Diselenggarakan dengan memperhatikan itikad baik dan mencerminkan keadaan
atau kegiatan usaha yang sebenarnya;
b. Diselenggarakan di Indonesia dengan menggunakan huruf Latin, angka Arab,
satuan mata uang rupiah dan disusun dalam bahasa Indonesia atau dalam bahasa
asing yang diizinkan oleh Menteri Keuangan;
c. Pembukuan dengan menggunakan bahasa asing dan mata uang selain rupiah
dapat diselenggarakan oleh wajib pajak setelah mendapat izin Menteri Keuangan.
d. Diselenggarakan dengan prinsip taat asas dan dengan stelsel akrual atau stelsel
kas;
5

e. Pembukuan sekurang-kurangnya terdiri atas catatan mengenai harta, kewajiban,


modal, penghasilan dan biaya, serta penjualan dan pembelian sehingga dapat
dihitung besarnya pajak yang terutang;
f. Selain itu, segala bentuk buku, catatan, dan dokumen yang menjadi dasar
pembukuan atau pencatatan dan dokumen lain hasil pengolahan data dari
pembukuan dikelola secara elektronik wajib disimpan selama 10 tahun di Indonesia,
yaitu di tempat kegiatan atau tempat tinggal wajib pajak orang pribadi atau di tempat
kedudukan wajib pajak badan.

3. Perbedaan Pembukuan Dan Pencatatan Pajak


Setelah Saudara mengetahui persamaan pembukuan dan pencatatan pajak, berikut
ini beberapa dasar yang membedakan pembukuan dan pencatatan pajak. Yang wajib
menyelenggarakan pembukuan adalah wajib pajak badan dan wajib pajak pribadi
yang melakukan kegiatan usaha atau pekerjaan bebas. Sedangkan yang wajib
menyelenggarakan pencatatan adalah wajib pajak orang pribadi yang melakukan
kegiatan usaha atau pekerjaan bebas dengan peredaran bruto dalam satu tahun
kurang dari 4,8 miliar rupiah dan wajib pajak orang pribadi yang tidak melakukan
kegiatan usaha atau pekerjaan bebas. Dari segi syarat, pembukuan diselenggarakan
dengan prinsip taat asas dan dengan stelsel akrual atau stelsel kas. Selain itu,
pembukuan yang menggunakan bahasa asing dan mata uang selain Rupiah dapat
diselenggarakan oleh wajib pajak setelah mendapat izin dari Menteri Keuangan.

4. Pembukuan Usaha Kecil Dan Menengah


Pada pembukuan sekurang-kurangnya terdiri atas catatan mengenai harta, kewajiban,
modal, penghasilan dan biaya, serta penjualan dan pembelian sehingga dapat
dihitung besarnya pajak yang terutang. Sedangkan untuk pencatatan, terdiri atas data
yang dikumpulkan secara teratur tentang peredaran atau penerimaan bruto dan/atau
penghasilan bruto sebagai dasar untuk menghitung jumlah pajak yang terutang.
Termasuk di dalamnya penghasilan yang bukan objek pajak dan/atau yang dikenai
pajak yang bersifat final. Seperti yang sudah disebutkan di atas, beberapa tujuan
dibuatnya pembukuan dan pencatatan pajak adalah untuk mempermudah pengisian
SPT, perhitungan penghasilan kena pajak, PPN, dan PPnBM, serta mengetahui posisi
laporan keuangan dan hasil kegiatan usaha/pekerjaan bebas. Untuk mempermudah
dalam melakukan proses pembukuan dan pencatatan kamu bisa mulai menggunakan
6

software akuntansi dari jurnal.id dengan software ini seluruh proses pembukuan dan
pencatatan menjadi lebih mudah dan cepat.

Gambar 4. Pembukuan Usaha Kecil dan Menengah

5. Sanksi Terkait Pembukuan dan Pencatatan


Sanksi pajak merupakan hal yang tentunya dihindari oleh wajib pajak. Namun, tak
jarang masih ada wajib pajak yang terkena sanksi perpajakan karena berbagai hal.
Beberapa kesalahan yang sering dilakukan wajib pajak hingga terkena sanksi antara
lain, lupa tanggal dan pelaporan pajak. Hal ini kerap terjadi pada wajib pajak yang
mengurus seluruh administrasi perpajakannya sendiri, tanpa bantuan orang lain.
Dalam prakteknya, tidak semua wajib pajak melakukan pembukuan atau pencatatan
sesuai dengan yang diatur dalam Undang-Undang pajak Indonesia. Jika terjadi
pemeriksaan atau penyidikan dan wajib pajak tidak dapat menunjukkan pembukuan
atau pencatatan yang dilakukan maka sanksi yang dapat diberikan terbagi menjadi
dua yaitu:
1. Sanksi Administratif.
Mewajibkan sistem Norma Penghitungan dengan penerapan tarif tertentu tanpa
melihat kembali apakah wajib pajak tersebut rugi atau untung. Memberikan sanksi
bunga 2% per bulan kepada Wajib Pajak jika terdapat pajak yang tidak atau kurang
7

bayar. Menyetor kembali PPN dan PPnBM terutang atau kurang bayar akibat
kompensasi yang seharusnya tidak mendapat kompensasi tarif 0% ditambah
kenaikan 100% dari jumlah yang kurang dibayar.
2. Sanksi Pidana
Jika wajib pajak atau PKP terbukti tidak melakukan pembukuan atau pencatatan atau
melakukan pemalsuan pencatatan atau pembukuan maka dapat diancam sanksi
pidana penjara paling lama 6 tahun dan denda setinggi-tingginya 4 kali jumlah pajak
terutang yang tidak atau kurang bayar.
Tidak mengadakan pembukuan/pencatatan, pajak yang terutang ditetapkan dengan
SKP ditambah sanksi administrasi berupa kenaikan sebesar 100% dan khusus untuk
PPh pasal 29 ditambah kenaikan sebesar 50%. Setiap orang yang dengan sengaja:
a. Memperlihatkan pembukuan, pencatatan, atau dokumen lain yang palsu atau
dipalsukan seolah-olah benar, atau tidak menggambarkan keadaan yang
sebenarnya.
b. Tidak menyelenggarakan pembukuan atau pencatatan di Indonesia, tidak
memperlihatkan atau tidak meminjamkan buku, catatan, atau dokmen lain.
c. Tidak menyimpan buku,catatan,atau dokumen yang menjadi dasar pembukuan
atau pencatatan dan dokumen lain termasuk hasil pengolahan data dari
pembukuan yang dikelole secara elektronik atau diselenggarakan secara program
aplikasi on-line di Indonesia.dipidana dengan pidana penjara paling singkat
enam(enam)bulan dan paling lama 6(enam) tahun dan denda paling sedikit 2(dua)
kali jumlah pajak terutang yang tidak atau kurang dibayar dan paling banyak
4(empat)kali jumlah pajak terutang yang tidak atau kurang dibayar.pidana menjadi
2(dua) kali sanksi pidana apabila seseorang melakukan lagi tindak pidana dibidang
perpajakan sebelum lewat 1(satu) tahun terhitung sejak selesainya menjalani
pidana penjara yang dijatuhkan.

C. LATIHAN
1. Jelaskan pengertian Pembukuan menurut No. 6 Tahun 1983 tentang Ketentuan
Umum dan Tata Cara Perpajakan sebagaimana telah beberapa kali diubah dengan
Undang-Undang No. 28 Tahun2007 Pasal 1 ayat 29?
2. Jelaskan pengertian Pencatatan menurut No. 6 Tahun 1983 tentang Ketentuan
Umum dan Tata Cara Perpajakan sebagaimana telah beberapa kali diubah dengan
Undang-Undang No. 28 Tahun2007 Pasal 1 ayat 29?
8

3. Jelaskan syarat-syarat kewajiban wajib pajak dalam melakukan pembukuan dan


pencatatan?
4. Jelaskan Bagaimana pembukuan dan pencatatan untuk pengusaha kecil dan
menengah?
5. Jelaskan sanksi administrasi terkait dengan wajib pajak yang tidak melakukan
pembukuan atau pencatatan?

D. REFERENSI
1. Republik Indonesia, Undang-undang Nomor 16 Tahun 2000 tentang Perubahan
Kedua atas Undang-undang Nomor 6 Tahun 1983 tentang Ketentuan Umum dan
Tata Cara Perpajakan Menjadi UndangUndang;
2. Republik Indonesia, Undang-undang Nomor 17 Tahun 2000 tentang Perubahan
Keempat atas Undang-undang Nomor 36 Tahun 2008 tentang Pajak penghasilan;
3. Mardiasmo. (2018). Perpajakan. Yogyakarta; penerbit Andi;
4. Resmi, Siti. (2013). Perpajakan: Teori dan Kasus Edisi 7 Buku I. Jakarta: Salemba
Empat;
5. Waluyo. (2005). Perpajakan Indonesia. Jakarta: Salemba Empat.

Anda mungkin juga menyukai