NRP : 1951103
Mata Kuliah : Perpajakan I
2. hak dan kewajiban Wajib Pajak yang telah diatur dalam Undang-Undang Ketentuan Umum dan Tata
Cara Perpajakan maka bagi mereka yang sudah ditetapkan sebagai Wajib Pajak dengan syarat-syarat
yang sudah ditentukan
hak yang didapat para wajib pajak, berupa;
1. Hak untuk dilakukan pemeriksaan.
2. Hak mengajukan keberatan.
3. Hak atas kelebihan pembayaran pajak.
4. Hak untuk pengangsuran.
5. Hak Kerahasiaan.
6. Hak pengurangan PBB.
7. Hak pembebasan pajak.
Kewajiban juga yang perlu dipatuhi oleh wajib pajak yang di antaranya yaitu:
1. Wajib Mendaftarkan diri.
2. Wajib memberi data.
3. Wajib pemeriksaan.
4. Wajib membayar.
5. Wajib melapor.
b. Kewajiban PKP
Menurut Pasal 3A ayat (1) Undang-Undang Pajak Pertambahan Nilai (UU PPN), disebutkan
enam hal yang wajib oleh dilakukan oleh PKP, yaitu:
Hak PKP
Selain kewajiban, PKP juga mempunyai hak-hak tertentu yang telah diatur dalam UU PPN,
yaitu:
Hak untuk mengkreditkan pajak masukan. Kendati demikian, rumusan Pasal 9 ayat (8) huruf
‘a’ UU PPN tidak memperbolehkan adanya pengkreditan pajak masukan sebelum pengusaha
dikukuhkan sebagai PKP.
Hak mengkompensasikan dan/atau merestitusi kelebihan pajak.
Hak untuk mengajukan keberatan dan banding
4. penelitian adalah serangkaian kegiatan yang dilakukan untuk menilai kelengkapan Surat
emberitahuan (SPT) dan lampiran-lampirannya termasuk penilaian tentang kebenaran penulisan dan
perhitungannya. Artinya, bahwa petugas pajak melakukan penelitian ini untuk memastikan apakah
SPT Tahunan maupun SPT Masa yang dilaporkan oleh Wajib Pajak sudah benar, lengkap, dan jelas.
Sedangkan, pemeriksaan menurut Pasal 1 angka 25 UU KUP ialah serangkaian kegiatan menghimpun
dan mengolah data, keterangan, dan/atau bukti yang dilaksanakan secara objektif dan profesional
berdasarkan suatu standar pemeriksaan untuk menguji kepatuhan pemenuhan kewajiban
perpajakan dan/atau untuk tujuan lain dalam rangka melaksanakan ketentuan perundang-undangan.
penyidikan pajak dilakukan guna menemukan bukti sekaligus tersangka yang melakukan tindak
pidana dalam perpajakan.
5. Wajib Pajak yang menyelenggarakan pembukuan
Merupakan Wajib Pajak badan
Merupakan Wajib Pajak orang pribadi yang melakukan kegiatan usaha ataupun
pekerjaan bebas, kecuali Wajib Pajak orang pribadi yang memiliki penghasilan bruto
(omzet) kurang dari Rp 4,8 miliar dalam satu tahun.
Merupakan Wajib Pajak orang pribadi yang melakukan suatu kegiatan usaha atau
pekerjaan bebas dengan peredaran bruto (pmzet) kurang dari Rp 4,8 miliar dalam satu
tahun, dapat menggunaan Norma Penghitungan Penghasilan Neto (NPPN) dalam
menghitung penghasilan neto, dengan syarat harus memberitahukan ke Direktorat
Jenderal Pajak (DJP) dalam jangka waktu 3 (tiga) bulan pertama dari tahun pajak yang
bersangkutan.
Merupakan Wajib Pajak orang pribadi yang tidak melakukan kegiatan usaha atau
pekerjaan bebas.
7. KEBERATAN
Wajib Pajak mempunyai hak untuk mengajukan keberatan atas suatu ketetapan pajak dengan mengajukan
keberatan secara tertulis kepada Direktur Jenderal Pajak paling lambat 3 bulan sejak tanggal dikirim surat
ketetapan pajak atau sejak tanggal pemotongan atau pemungutan kecuali apabila Wajib Pajak dapat
menunjukkan bahwa jangka waktu tersebut tidak dapat dipenuhi karena keadaan di luar kekuasaannya.
Atas keberatan tersebut Direktur Jenderal Pajak akan memberikan keputusan paling lama dalam jangka
waktu 12 (dua belas) bulan sejak surat keberatan diterima.
Syarat pengajuan keberatan adalah:
1. Mengajukan surat keberatan kepada Direktur Jenderal Pajak c.q. Kepala Kantor Pelayanan Pajak
setempat atas SKPKB, SKPKBT, SKPLB, SKPN, dan Pemotongan dan Pemungutan oleh pihak ketiga.
2. Diajukan secara tertulis dalam bahasa Indonesia dengan mengemukakan jumlah pajak terutang
menurut perhitungan Wajib Pajak dengan menyebutkan alasanalasan yang jelas.
3. Keberatan harus diajukan dalam jangka waktu 3 (tiga) bulan sejak surat ketetapan pajak, kecuali
Wajib Pajak dapat menunjukkan bahwa jangka waktu itu tidak dapat dipenuhi karena di luar
kekuasaannya.
4. Keberatan yang tidak memenuhi persyaratan di atas tidak dianggap sebagai Surat Keberatan,
sehingga tidak dipertimbangkan.
5. Dalam hal Wajib Pajak mengajukan keberatan atas surat ketetapan pajak, Wajib Pajak wajib melunasi
pajak yang masih harus dibayar paling sedikit sejumlah yang telah disetujui Wajib Pajak dalam
pembahasan akhir hasil pemeriksaan, sebelum surat keberatan disampaikan.
Perlu diketahui bahwa apabila permohonan keberatan Wajib Pajak ditolak dan Wajib Pajak tidak
mengajukan banding maka Wajib Pajak dikenai sanksi administrasi berupa denda sebesar 50% (lima
puluh persen) dari jumlah pajak berdasarkan keputusan keberatan dikurangi dengan pajak yang telah
dibayar sebelum mengajukan keberatan.
BANDING
Apabila Wajib Pajak masih belum puas dengan Surat Keputusan Keberatan atas keberatan yang diajukannya,
maka Wajib Pajak masih dapat mengajukan banding ke Badan Peradilan Pajak.
Syarat pengajuan banding adalah:
1. Permohonan banding diajukan secara tertulis dalam bahasa Indonesia dalam waktu 3 (tiga) bulan
sejak keputusan keberatan diterima dilampiri surat Keputusan Keberatan tersebut.
2. Terhadap 1 (satu) Keputusan diajukan 1 (satu) Surat Banding.
Pengadilan Pajak harus menetapkan putusan paling lambat 12 (dua belas) bulan sejak Surat Banding
diterima. Dalam hal permohonan banding ditolak atau dikabulkan sebagian, Wajib Pajak dikenai sanksi
administrasi berupa denda sebesar 100% (seratus persen) dari jumlah pajak berdasarkan Putusan Banding
dikurangi dengan pembayaran pajak yang telah dibayar sebelum mengajukan keberatan.
PENINJAUAN KEMBALI
Apabila Wajib Pajak masih belum puas dengan Putusan Banding, maka Wajib Pajak masih memiliki hak
mengajukan Peninjauan Kembali kepada Mahkamah Agung. Permohonan Peninjauan Kembali hanya dapat
diajukan 1 (satu) kali kepada Mahkamah Agung melalui Pengadilan Pajak. Pengajuan permohonan PK
dilakukan dalam jangka waktu paling lambat 3 (tiga) bulan terhitung sejak diketahuinya kebohongan atau
tipu muslihat atau sejak putusan Hakim Pengadilan pidana memperoleh kekuatan hukum tetap atau
ditemukannya bukti tertulis baru atau sejak putusan banding dikirim.
Mahkamah Agung mengambil keputusan dalam jangka waktu 6 (enam) bulan sejak permohonan PK
diterima.
9. Pelunasan dengan benda meterai ini bisa dilakukan dengan cara biasa yaitu oleh Wajib Pajak sendiri, dan
dapat pula dilakukan melalui pemeteraian kemudian oleh pejabat pos. Dalam menempelkan meterai tempel
dan menggunakan kertas meterai harus diperhatikan hal-hal sebagai berikut ( pasal 7 ayat (3), (4), (5) dan (6)
Undang-Undang Nomor 13 Tahun 1985 )