Anda di halaman 1dari 11

NAMA : RAHMAT DALIYONO MUSTANG

NIM : 2061201196

KELAS : 5A1 MANAJEMEN

TUGAS MERANGKUM DAN MERUMUSKAN INTISARI MATKUL “PERPAJAKAN”

A. Pengertian Umum NPWP/PPKP

NPWP adalah nomor yang diberikan kepada Wajib Pajak sebagai sarana
dalam administrasi perpajakan yang dipergunakan sebagai tanda pengenal diri atau
identitas Wajib Pajak dalam melaksanakan hak dan kewajiban perpajakan.
Sedangkan, PKP atau Pengusaha Kena Pajak adalah Pengusaha yang
melakukan penyerahan Barang Kena Pajak dan/atau penyerahan Jasa Kena Pajak
yang dikenai pajak berdasarkan Undang-Undang Pajak Pertambahan Nilai 1984 dan
perubahannya. Terhadap Wajib Pajak ini, di samping memiliki NPWP juga diberikan
Surat Pengukuhan Pengusaha Kena Pajak (SPPKP). Pengusaha adalah orang
pribadi atau badan dalam bentuk apa pun yang dalam kegiatan usaha atau
pekerjaannya menghasilkan barang, mengimpor barang, mengekspor barang,
melakukan usaha perdagangan, memanfaatkan barang tidak berwujud dari luar
daerah pabean, melakukan usaha jasa, atau memanfaatkan jasa dari luar daerah
pabean.
Fungsi NPWP antara lain :
1. Sarana dalam administrasi perpajakan;
2. anda pengenal diri atau identitas WP dalam melaksanakan hak dan kewajiban
perpajakannya; dan

3. Menjaga ketertiban dalam pembayaran pajak dan pengawasan administrasi


perpajakan
Dan, fungsi Pengukuhan PKP antara lain :
1. Sebagai identitas PKP yang bersangkutan;
2. Pengawasan dalam melaksanakan hak dan kewajiban di bidang PPN dan
PPnBM; dan
3. Sarana dalam pemenuhan kewajiban Pajak Pertambahan Nilai & Pajak
Penjualan Barang Mewah (PPnBM).

B. Pemotongan dan Pemungutan Pembayaran, Penyetoran, Pelaporan Pajak dan


Ketetapan Pajak
Jenis pajak penghasilan yang pembayarannya melalui
pemotongan/pemungutan adalah PPh pasal 21, 22, 23, 26, PPN dan PPnBM.
PPh dikreditkan pada akhir tahun, sedangkan PPN dikreditkan pada masa
diberlakukannya pemungutan dengan mekanisme Pajak Keluaran (PK) dan Pajak
Masukan (PM). Apabila pihak-pihak yang diberi kewajiban oleh Ditjen Pajak untuk
melakukan pemotongan atau pemungutan tidak melakukan sesuai dengan
ketentuan yang berlaku, maka dapat dikenakan sanksi Administrasi berupa bunga
2% dan kenaikan 100%.
Penyetoran secara umum berarti pembayaran pajak ke kas negara,
Pelaporan secara umum berarti penyampaian SPT. Penyetoran Pajak Penghasilan
bisa dilakukan dengan cara Online Banking, menyetor lewat Teller Bank atau Kantor
Pos, dan bisa juga dibayarkan lewat pajakku. Setelah dilakukan penyetoran pajak
oleh Wajib Pajak, Wajib Pajak harus melaporkan SPT Masa PPh Pasal 21.
Pelaporan guna pelunasan Pajak Penghasilan (PPh) dapat dilakukan dengan
berbagai pihak, seperti halnya Orang Pribadi, Wajib Pajak, pemungutan pajak,
pemotongan pajak, yang menyerahkan barang, dan pegawai atau petugas
perpajakan, menurut (Mulyono, 2010). Pelaporan SPT Masa Pph Pasal 21 ini
diwajibkan melalukan dengan cara E-Filing Pph Pasal 21. 
Adapun dasar hukumnya, yaitu:
1. Undang-Undang Nomor 7 tahun 1983 hingga Undang-Undang Nomor 36 tahun
2008 tentang Pajak Penghasilan.
2. Peraturan Menteri Keuangan No. 252/PMK.03/2008 tentang Petunjuk
Pelaksanaan Pemotongan Pajak atas Penghasilan Sehubungan dengan
Pekerjaan, Jasa, dan Kegiatan Orang Pribadi.
3. Peraturan Kementerian Keuangan (PMK) Nomor 59/PMK.03/2022 Perubahan
atas Peraturan Menteri Keuangan Nomor 231/PMK.03/2019 tentang Tata Cara
Pendaftaran dan Penghapusan Nomor Pokok Wajib Pajak, Pengukuhan dan
Pencabutan Pengukuhan Pengusaha Kena Pajak, serta Pemotongan dan/atau
Pemungutan, Penyetoran, dan Pelaporan Pajak bagi Instansi Pemerintah
4. Undang-Undang Nomor 7 Tahun 2021 tentang Harmonisasi Peraturan
Perpajakan (HPP).

Berdasarkan Undang-Undang No. 6 Tahun 1983 tentang Ketentuan Umum


dan Tata Cara Perpajakan sebagaimana perubahan ketiga Undang-Undang No. 28
Tahun 2007, Pasal 1 nomor 15 Surat ketetapan pajak adalah surat ketetapan yang
meliputi Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar (SKPKB), Surat Ketetapan Pajak
Kurang Bayar Tambahan (SKPKBT), Surat Ketetapan Pajak Nihil (SKPN), atau
Surat Ketetapan Pajak Lebih Bayar (SKPLB). Lalu berdasarkan keputusan Ditjen
Pajak, pihak yang berkuasa mengeluarkan surat tersebut adalah Kantor Pajak
Pratama (KPP) dan dikeluarkan berdasarkan hasil pemeriksaan pajak.

Secara garis besar, SKP berfungsi sebagai sarana untuk menagih


kekurangan pajak, mengembalikan jika ada kelebihan bayar pajak, memberitahukan
jumlah pajak terutang, mengenakan sanksi administrasi perpajakan, serta menagih
pajak. Fungsi SKP ini terbagi sesuai jenisnya yang akan dibahas pada poin
selanjutnya.

Bagi DJP sendiri, SKP berfungsi sebagai dasar hukum untuk memahami atas
adanya hak dan kewajiban atas setiap Wajib Pajak. Berdasarkan UU Nomor 28
Tahun 2007 Pasal 1 Nomor 15, terdapat 5 jenis SKP yaitu:

1. Surat Tagihan Pajak (STP)


Surat yang diterbitkan untuk menagih pajak dan pemberian sanksi admnistrasi
berupa bunga ataupun denda.
2. Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar (SKPKB)
Surat yang digunakan untuk menentukan besarnya jumlah pokok pajak, jumlah
kredit pajak, jumlah kekurangan pembayaran pokok pajak, besarnya sanksi
adminstrasi, dan jumlah pajak yang masih harus dibayar.
3. Surat Ketetapan Pajak Lebih Bayar (SKPLB)
Surat yang diterbitkan untuk menentukan jumlah kelebihan pembayaran pajak
oleh Wajib Pajak yang telat melaporkan SPT tahunannya.
4. Surat Ketetapan Pajak Nihil (SKPN)
Surat yang diterbitkan oleh DJP untuk Wajib Pajak sebagai bukti bahwa jumlah
pokok pajak yang dibayarkan oleh Wajib Pajak sama dengan jumlah kredit pajak.
5. Surat Ketetapan Pajak-Kurang Bayar Tambah (SKP-KBT)
Surat yang diterbitkan untuk menentukan tambahan atas jumlah pajak yang telah
ditetapkan sebagaimana telah diatur dalam Undang-Undang No 6 Tahun 1983
Pasal 5 ayat 1 mengenai Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan dan juga
dalam perubahan ketiga UU No 28 Tahun 2007.

C. Pembukuan dan Pencatatan, Pemeriksaan dan Penyidikan Pajak, Keberatan


dan Banding

Pembukuan adalah suatu proses pencatatan yang dilakukan secara untuk


mengumpulkan data dan informasi keuangan yang meliputi harta, kewajiban, modal,
penghasilan dan biaya , serta jumlah harga perolehan dan penyerahan barang atau
jasa, yang ditutup dengan menyusun laporan keuangan berupa neraca, dan laporan
laba rugi untuk priode Tahun Pajak tersebut Sedangkan pencatatan terdiri atas data
yang dikumpulkan secara teratur tentang peredaran atau penerimaan bruto dan atau
penghasilan bruto sebagai dasar untuk menghitung jumlah pajak yang terutang,
termasuk penghasilan yang bukan objek dan/atau yang dikenai pajak yang bersifat
final. Pemeriksaan adalah serangkaian kegiatan untuk mencari, mengumpulkan,
mengolah data dan ketetapan lainnya untuk menguji kepatuhan pemenuhun
kewajiban perpajakan dan untuk tujuan lain dalam rangka melaksanakan ketentuan
peraturan perundangan perpajakan.

D. Subyek dan Obyek Pajak


Mengutip Undang-Undang Nomor 17 tahun 2000 tentang Pajak Penghasilan
(PPh), subjek pajak PPh terdiri dari tiga yaitu orang pribadi, badan dan
warisan. Subjek pajak tersebut juga digolongkan menjadi dua yaitu subjek pajak
dalam negeri dan subjek pajak luar negeri.
a. Subjek Pajak Dalam Negeri
Berikut ini yang dimaksud dengan subjek pajak dalam negeri:
1. Orang pribadi yang bertempat tinggal di Indonesia.
2. Orang pribadi yang berada di Indonesia lebih dari 183 hari dalam jangka waktu
12 bulan, atau orang pribadi yang dalam suatu tahun pajak berada di Indonesia
dan mempunyai niat untuk bertempat tinggal di Indonesia.
3. Badan yang didirikan atau bertempat kedudukan di Indonesia.
4. Warisan yang belum terbagi sebagai satu kesatuan, menggantikan yang
berhak.

b. Subjek Pajak Luar Negeri


Berikut ini yang dimaksud dengan subjek pajak luar negeri:
1. Orang pribadi yang tidak bertempat tinggal di Indonesia atau berada di Indonesia
tidak lebih dari 183 hari dalam jangka waktu 12 bulan, yang menjalankan usaha
atau melakukan kegiatan melalui bentuk usaha tetap di Indonesia
2. Badan yang tidak didirikan dan tidak bertempat kedudukan di Indonesia, yang
menjalankan usaha atau melakukan kegiatan melalui bentuk usaha tetap di
Indonesia
3. Orang pribadi yang tidak bertempat tinggal di Indonesia atau berada di Indonesia
tidak lebih dari 183 hari dalam jangka waktu 12 bulan, yang dapat menerima
atau memperoleh penghasilan dari Indonesia bukan dari menjalankan usaha
atau melakukan kegiatan melalui bentuk usaha tetap di Indonesia
4. Badan yang tidak didirikan dan tidak bertempat di Indonesia, yang memperoleh
penghasilan dari Indonesia bukan dari menjalankan usaha atau melakukan
kegiatan melalui bentuk usaha tetap di Indonesia.

Subjek PPN adalah Pengusaha Kena Pajak (PKP) atau pengusaha yang
melakukan penyerahan Barang Kena Pajak dan/atau penyerahan Jasa Kena Pajak
yang dikenai pajak berdasarkan Undang-Undang PPN.
Namun, untuk pengusaha kecil yang batasannya ditetapkan oleh Menteri
Keuangan masih belum termasuk, kecuali pengusaha kecil tersebut memilih
dikukuhkan sebagai PKP.

Subjek PBB adalah orang atau badan yang secara nyata memiliki status
atas bumi dan bangunan, memperoleh manfaat atas bangunan. Tanda
pembayaran/pelunasan pajak bukan merupakan bukti pemilikan hak. Subjek PPB
yang dikenakan kewajiban membayar PBB berdasarkan ketentuan perundang-
undangan perpajakan yang berlaku menjadi wajib pajak.

Subjek pajak yang ditetapkan sebagaimana dimaksud sebelumnya dapat


memberikan keterangan secara tertulis kepada Ditjen Pajak bahwa ia bukan wajib
pajak terhadap objek pajak yang dimaksud. Bila keterangan yang diajukan oleh
wajib pajak sebagaimana dimaksud sebelumnya disetujui, maka Direktur Jenderal
Pajak membatalkan penetapan sebagai wajib pajak. Bila keterangan yang diajukan
itu tidak disetujui, maka Direktur Jenderal Pajak mengeluarkan surat keputusan
penolakan dengan disertai alasan–alasannya.

Subjek Bea Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan adalah orang pribadi
atau badan yang memperoleh hak atas suatu tanah dan bangunan. Subjek yang
berkewajiban untuk membayar pajak disebut wajib pajak BPHTB.

Bea Meterai diatur dalam UU No. 13 Tahun 1985. Dokumen-dokumen yang


dikenakan Bea Meterai hanya dokumen yang disebutkan dalam undang-
undang tersebut. Pihak yang menggunakan dokumen yang disebutkan dalam
undang-undang menjadi subjek dari Bea Meterai. Artinya, mereka yang wajib
melunasi sejumlah Bea Meterai yang telah ditentukan.

Pajak Daerah dibagi menjadi 2 yakni Pajak Provinsi dan Pajak


Kabupaten/Kota. Pajak daerah juga memiliki subjek dan objek pajaknya masing-
masing. Salah satu contohnya adalah Pajak Reklame yang mana objek pajaknya
merupakan penyelenggara atau pembuat reklamenya itu sendiri.
Nah, setelah mengetahui subjek dan objek pajak di atas, maka kini Anda
bisa tahu masuk ke dalam subjek pajak yang memiliki kewajiban pajak atau tidak,
serta apa saja objek pajak dari setiap jenis pajak. Dengan begitu Anda akan
semakin mudah dalam melaksanakan kewajiban perpajakan.

E. Perhitungan Penghasilan Kena Pajak dan Tarif Pajak

Di Indonesia, PKP diatur dalam Undang-Undang No. 36 Tahun 2008 tentang


Pajak Penghasilan. Tepatnya pada Pasal 17, dijelaskan bahwa PKP bagi Wajib Pajak
Orang Pribadi ditetapkan dalam persentase yang diklasifikasi jumlah penghasilan dalam
satu tahun. Untuk lebih jelasnya tarif pajak yang ditetapkan pemerintah ini jadi dasar
perhitungan untuk menentukan besarnya pajak penghasilan yang terutang adalah PKP.

Adapun besaran persentase tarif PKP / penghasilan kena pajak adalah


sebagai berikut:

Tarif Pajak (Memiliki Tarif Pajak (Tidak


Lapisan Penghasilan Kena Pajak
NPWP) Memiliki NPWP)
Hingga Rp50.000.000 dalam setahun 5% 6%
Di atas Rp50.000.000 hingga
15% 18%
Rp250.000.000 dalam setahu
Di atas Rp250.000.000 sampai
25% 30%
Rp500.000.000
Di atas Rp500.000.000 30% 36%

Sedangkan bagi Wajib Pajak Badan, tarifnya sebesar 25% berlaku sejak
tahun pajak 2010 yang semula 28%.

Selain Pasal 17, Undang-Undang juga mengatur perhitungan PKP bagi


Wajib Pajak dalam negeri dan Bentuk Usaha Tetap pada Pasal 6. Di mana PKP
merupakan perhitungan dari penghasilan bruto yang dikurangi dengan biaya-biaya
tertentu yang meliputi:
1. Biaya yang secara langsung atau tidak langsung berkaitan dengan operasional
usaha seperti biaya pembelian, bunga, premi asuransi
2. Penyusutan atas pengeluaran untuk memperoleh harta berwujud dan amortisasi
3. Iuran kepada dana pensiun yang pendiriannya telah disahkan oleh Menteri
Keuangan
4. Kerugian karena penjualan
5. Kerugian selisih kurs mata uang
6. Biaya penelitian atau pengembangan perusahaan yang dilakukan di Indonesia
7. Biaya beasiswa, magang, dan pelatihan
8. Piutang yang tidak dapat ditagih dengan persyaratan yang diatur dalam Undang-
Undang
9. Sumbangan dana dalam rangka penanggulangan bencana nasional yang
ketentuannya diatur dalam Peraturan Pemerintah
10. Biaya pembangunan infrastruktur sosial yang ketentuannya diatur dalam
Peraturan Pemerintah
11. Sumbangan fasilitas pendidikan yang ketentuannya diatur dalam Peraturan
Pemerintah
12. Sumbangan dalam rangka pembinaan olahraga yang ketentuannya diatur dalam
Peraturan Pemerintah

Tarif pajak pada umumnya berupa besaran persentase yang telah


ditetapkan oleh pemerintah sebagai acuan dalam pengenaan pajak. Secara struktural,
setidaknya ada 4 jenis tarif pajak yaitu antara lain adalah tarif progresif, tarif degresif,
tarif proporsional, tarif tetap atau regresif.

F. Pajak Penghasilan Pasal 21 Pemotongan Pajak, Subjek Pajak dan Objek Pajak

Definisi PPh Pasal 21 adalah pajak atas penghasilan berupa gaji, upah,
honorarium, tunjangan dan pembayaran lain dengan nama dan dalam bentuk apa pun
sehubungan dengan pekerjaan atau jabatan, jasa dan kegiatan yang dilakukan oleh
orang pribadi subjek pajak dalam negeri.
1. Objek PPh Pasal 21
Objek pajak penghasilan pasal 21 di antaranya:
1. Penghasilan yang diterima atau diperoleh pegawai tetap, baik berupa
penghasilan yang bersifat teratur maupun tidak teratur
2. Penghasilan yang diterima atau diperoleh penerima industri secara teratur
berupa uang industri atau penghasilan sejenisnya
3. Penghasilan sehubungan dengan pemutusan hubungan kerja dan penghasilan
sehubungan dengan industri yang diterima secara sekaligus berupa uang
pesangon, uang manfaat industri, tunjangan hari tua
4. Penghasilan pegawai tidak tetap atau tenaga kerja lepas, berupa upah harian,
upah mingguan, upah satuan, upah industri atau upah yang dibayarkan secara
bulanan
5. Imbalan kepada bukan pegawai, antara lain berupa honorarium, komisi, fee, dan
imbalan sejenis dengan nama dan dalam bentuk apapun sebagai imbalan
sehubungan dengan pekerjaan, jasa, dan kegiatan yang dilakukan
6. Imbalan kepada peserta kegiatan, antara lain berupa uang saku, uang
representasi, uang rapat, honorarium, hadiah atau penghargaan dengan nama
dan dalam bentuk apapun, dan imbalan sejenis dengan nama apapun.

2. Subjek yang dikenakan PPh 21

Jenis PPh 21 ini dikenakan pada wajib orang pribadi yang menerima
penghasilan seperti penjelasan definisi PPh tersebut. Kategori subjek yang dikenakan
PPh 21 ini seperti pegawai, bukan pegawai, penerima pensiun maupun pesangon,
anggota dewan komisaris, mantan pekerja dan peserta kegiatan.
2. Subjek Pemotong PPh 21
Namun jenis PPh yang dibebankan atau dikenakan wajib pajak orang pribadi
tersebut tidak dibayarkan sendiri oleh yang bersangkutan. Akan tetapi jenis PPh 21 ini
dipotong atau dipungut oleh perusahan/pemberi kerja melalui pemotongan pajak PPh
Pasal 21.
Pihak pemotong/perusahaan/pemberi kerja kemudian menyetorkan atau
membayarkan PPh 21 yang dipotong dari wajib pajak orang pribadi yang memperoleh
penghasilan kena pajak tersebut ke kas negara. Berikutnya, sebagai pihak yang
dipungut PPh Pasal 21, akan memperoleh bukti pemotongan PPh Pasal 21 dari pihak
yang memotong penghasilan tersebut.

G. Perdagangan Internasional dan Pembangunan Ekonomi


Perdagangan internasional merupakan suatu aktivitas berdagang yang
dilakukan oleh dua negara yang berbeda. Perdagangan internasional dapat disebut
pula sebagai international trade dan telah ada sejak pertengahan abad. Lebih
jelasnya, perdagangan internasional ini dapat terjadi ketika ada kegiatan
perdagangan yang dilakukan oleh dua negara berbeda dan tentu saja kegiatan
tersebut telah disetujui oleh keduanya.
Pembangunan ekonomi adalah suatu proses kenaikan pendapatan total
dan pendapatan perkapita dengan memperhitungkan adanya pertumbuhan
penduduk dan disertai dengan perubahan fundamental dalam struktur ekonomi suatu
negara dan pemerataan pendapatan bagi penduduk suatu negara.
Pembangunan ekonomi tak dapat lepas dari pertumbuhan ekonomi,
pembangunan ekonomi mendorong pertumbuhan ekonomi dan sebaliknya,
pertumbuhan ekonomi memperlancar proses pembangunan ekonomi.

H. Pasar Valuta Asing Dan Nilai Tukar (KURS)


Kurs dengan valuta asing (valas) merupakan suatu nilai pertukaran uang
dengan yang lain. Hanya saja yang membedakan dalam segi perdagangannya,
dimana valas merupakan alat pembayaran yang sah di negara lain. Sedangkan kurs
merupakan perbedaan nilai mata uang antara negara satu dengan negara yang
lainnya. Namun demikian, valas dan kurs merupakan suatu kesatuan untuk
menambah pendapatan negara di dalam perekonomian internasional.

I. Menghitung Penentuan Nilai Tukar

Anda mungkin juga menyukai