Anda di halaman 1dari 15

MAKALAH PERPAJAKAN

SPT, PENYETORAN & PELAPORAN PAJAK


DOSEN PENGAMPU
IBU RACHMA NADHILA SUDIYONO, S.Ak., M.Ak.

DISUSUN OLEH
NOVI TRI ROMADHONA (2022102020)
NURBAETI (2022102046)
NURUL DWI TSORAYA (2022102015)

UNIVERSITAS INSAN PEMBANGUNAN INDONESIA


JURUSAN MANAJEMEN
2022/2023
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Negara Indonesia adalah Negara Hukum berdasarkan UUD 1945 yang menjunjung
tinggi hak dan kewajiban setiap orang. Pajak merupakan wujud dari peran serta
masyarakat dalam mendukung pembangunan dan perekonomian di Indonesia dan
menjadi salah satu kewajiban yang dapat dipaksakan penagihannya. sehingga dapat
meningkatkan kesadaran dan rasa tanggung jawab. yang berhak memungut pajak
hanyalah Negara, iuran tersebut berupa uang dan bukan barang. pajak yang di pungut
berdasarkan ketentuan UUD dan aturan pelaksanaannya tanpa jasa timbal balik dari
negara. Namun dalam membayar pajak masih banyak wajib pajak yang salah
penyetoran, misalnya lebih bayar (LB) atau kurang bayar (KB) maka wajib pajak
yang telah mempunyai NPWP perlu diberikan Surat Pemberitahuan (SPT) dan perlu
diberi himbauan.

Banyak di kalangan masyarakat yang belum mengetahui apa itu SPT dan bagaimana
cara penyetoran pajak dan pelaporan pajak dimungkinkan karena minimnya informasi
dan latar Pendidikan masyarakat yang masih rendah. Jadi dengan adanya penulisan
makalah ini, semoga menjadi informasi untuk kita semua agar bisa memahami seperti
apa itu SPT dan bagaimana cara penyetoran dan pelaporan pajak.

B. Rumusan Masalah

1. Apa yang dimaksud dengan SPT (Surat Pemberitahuan)


2. Apa yang dimaksud dengan Penyetoran Pajak
3. Apa yang dimaksud dengan Pelaporan Pajak

C. Tujuan

Mengetahui apa yang dimaksud dengan SPT, Penyetoran Pajak dan Pelaporan Pajak
BAB II
PEMBAHASAN

A .SPT (Surat Pemberitahuan)

A.1 Pengertian SPT

Surat Pemberitahuan (SPT) adalah laporan pajak yang disampaikan kepada


pemerintah Indonesia melalui Direktorat Jenderal Pajak. Ketentuan mengenai SPT
diatur dalam Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2007 tentang Ketentuan Umum dan
Tata Cara Perpajakan. Pelanggaran terhadap jatuh tempo akan berakibat pada
timbulnya sanksi administrasi berupa denda dan bunga.
secara garis besar kita dapat menyimpulkan fungsi dari SPTadalah:
 Melaporkan pelunasan atau pembayaran pajak yang sudah
dilakukan, baik secara personal maupun melalui pemotongan penghasilan 
dari perusahaan dalam jangka waktu satu tahun.
 Melaporkan harta benda yang dimiliki di luar penghasilan tetap dari
pekerjaan utama.
 Melaporkan penghasilan lainnya yang termasuk ke dalam kategori objek
pajak maupun bukan objek pajak.

A.2 Macam-Macam SPT

1. SPT Masa : surat pemberitahuan untuk suatu masa pajak

2. SPT Tahunan : surat pemberitahunan untuk suatu tahun pajak atau bagian
tahun pajak.

A.3 Fungsi SPT

1. Bagi Wajib Pajak

Bagi setiap wajib pajak, SPT memiliki fungsi sebagai suatu sarana
untuk melaporkan pertanggung jawaban atas penghitungan jumlah pajak.
Seperti pembayaran atau pelunasan pajak yang telah dilaksanakan sendiri
ataupun melalui pemotongan atau pemungutan pajak yang dilakukan oleh
pihak lain. Kemudian, penghasilan yang merupakan suatu objek pajak yang
dikenai PPh final. Serta pembayaran dari pemotongan atau pemungutan
pajak orang pribadi atau badan.

2. Bagi Pengusaha Kena Pajak

Bagi pengusaha kena pajak atau PKP, SPT memiliki fungsisebagai


suatu sarana untuk melaporkan danmempertanggungjawabkan kewajiban
pajaknya. Dimana inimeliputi setiap perhitungan jumlah PPN dan PPnBM.
Terkaitdengan hal pengkreditan Pajak Masukan (PM) terhadap Pajak
Keluaran (PK). Serta melalui pemungutan pajak oleh pihak lain dalam satu
masa pajak sesuai dengan ketentuan perundang-undangan perpajakan yang
berlaku.

3. Bagi Pemotong atau Pemungut Pajak

SPT ini memiliki fungsi sebagai sarana untuk melaporkan pajaknya.


Serta memberikan pertanggungjawaban ataskewajiban pajaknya. Yaitu
pajak yang telah dipotong atau yangtelah dipungut oleh pihak lain serta
penyetorannya.

4. Bagi Petugas Pajak

Bagi petugas pajak, SPT memiliki fungsi sebagai suatusarana untuk


menguji kepatuhan wajib pajak. Hal ini ditujukandalam rangka
melaksanakan serta menjalankan fungsi pengawasan.

A.4 Sanksi Terlambat atau Tidak Menyampaikan SPT

Sistem perpajakan Indonesia menganut sistem self assessment, namun


apabila kewajiban tidak dilaksanakan oleh Wajib Pajak (WP) dengan baik, akan
dikenakan sanksi sesuai aturan yang berlaku. Tujuan pengenaan sanksi tersebut
adalah untuk meningkatkan kepatuhan Wajib Pajak dalam menjalankan
kewajibannya.

A.5 Bentuk dan Isi SPT

Berdasarkan Peraturan Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor


9/PMK.03/2018 tentang Perubahan Atas Peraturan Menteri Keuangan Nomor
243/PMK.03/2014 Tentang SuratPemberitahuan, bentuk SPT terbagi menjadi
dua, yakni dalam bentuk hardcopy (formulir dalam bentuk kertas) dan dokumen
elektronik.

Isi SPT Tahunan PPh menurut Peraturan Menteri Keuangan


nomor243/PMK.03/2014 harus memuat data:

 jenis pajak
 nama Wajib Pajak dan Nomor Pokok Wajib Pajak
 Masa Pajak, Bagian Tahun Pajak, atau Tahun Pajak yang
bersangkutan
 tanda tangan Wajib Pajak atau kuasa Wajib Pajak
 jumlah peredaran usaha
 jumlah penghasilan, termasuk penghasilan yang bukanmerupakan
objek pajak
 jumlah Penghasilan Kena Pajak
 jumlah pajak yang terutang
 jumlah kredit pajak
 jumlah kekurangan atau kelebihan pajak
 jumlah harta dan kewajiban
 tanggal pembayaran Pajak Penghasilan Pasal 29 dan
 data lainnya yang terkait dengan kegiatan usaha Wajib Pajak

A.6 Pembetulan SPT

Pembetulan SPT adalah permohonan oleh wajib untuk merevisi laporan atas penghitungan
dan pembayaran pajak sesuai denganketentuan peraturan perpajakan. Pembetulan SPT bisa
saja terjadi ketika SPT tahunan yang dilaporkan ada yang ingin direvisi untuk tahun pajak
yang sama. Pembetulan SPT Tahunan ini berlaku untuk setiap pajak yang ingin direvisi
seperti Pajak Penghasilan(PPh) pasal 21, PPh Pasal 22, PPh Pasal 23

Cara melakukan pembetulan SPT yaitu sebagai berikut :


1) Pastikan masuk sistem Tentu saja, untuk membetulkan SPT, pemberitahuan
awalmu harus diterima dulu.
2) Lakukan pembetulan Setelah memastikan SPT lama diterima, saatnyamengisi SPT
yang baru. Pembetulan ini bisa kamulakukan dengan menulis formulir seperti
biasanya.
3) Kirimkan formulir pada KPP Kirim dokumen pembetulan SPT pada Kantor
Pelayanan Pajak.

Ada dua pilihan mengirimkannya,yakni secara online dan offline


 Secara online
Jika ingin melakukan pembetulan dari jarak jauh,melansir Direktorat Jenderal
Pajak , buka saja aplikasi DJP Online. Setelah itu, pilih menu “SPT Tahunan”
dan isi “Pembetulan ke-1”.
 Secara offline
Jika secara offline, datanglah ke KPP tempatmu terdaftar. Formulirmu akan
diproses di sana.

B.Penyetorat Pajak

B.1 Pengertian Penyetoran pajak

Penyetoran pajak adalah pemenuhan kewajiban perpajakan yang dilaksanakan


oleh wajib pajak dalam rangka self assessment system adalah kegiatan menghitung
dan memperhitungkan pajak yang terutang, menyetorkan pajak dan melaporkan pajak
yang telah disetorkan beserta perhitungannya. Pajak juga merupakan sumber
penghasilan penting negara yang berasal dari rakyat. Karena pajak merupakan sumber
pendapatan negara yang sangat penting, maka pajak dipungut dari warga Negara
Indonesia dan menjadi salah satu kewajiban yang dapat dipaksakan penagihannya.

B.2 Definisi pajak dan unsur pajak

Ada beberapa macan pengertian dan definisi pajak, namun pada hakekatnya maksud
dan tujuan dari pajak itu seragam. Menurut Pasal 1 Undang-Undang Nomor 16 tahun
2009 tentang KUP berbunyi:

“Pajak adalah kontribusi wajib kepada negara yang terutang oleh orang pribadi atau
badan yang bersifat memaksa berdasarkan Undang-Undang, dengan tidak
mendapatkan imbalan secara langsung dan digunakan untuk keperluan negara bagi
sebesar-besarnya untuk kemakmuran rakyat.”
pajak adalah iuran kepada negara (yang dapat dipaksakan) yang terutang oleh yang
wajib membayarnya menurut peraturan-peraturan, dengan tidak mendapat prestasi
kembali yang langsung dapat ditunjuk, dan yang gunanya adalah untuk membiayai
pengeluaran-pengeluaran umum berhubungan dengan tugas negara yang
menyelenggarakan pemerintahan. Pajak sebagai suatu kewajiban menyerahkan
sebagian dari kekayaan ke kas negara yang disebabkan suatu keadaan, kejadian, tetapi
bukan sebagi hukum, menurut peraturan yang ditetapkan pmerintah serta dapat
dipaksakan, tetapi tidak ada jasa timbal balik dari negara secara langsung, untuk
memelihara kesejahteraan masyarakat.

Dari definisi tersebut, dapat disimpulkan bahwa pajak memiliki unsur-unsur:

1. Iuran dari rakyat kepada negara Yang berhak memungut pajak hanyalah
negara. Iuran tersebut berupa uang (bukan barang).

2. Berdasarkan undang-undang Pajak dipungut berdasarkan atau dengan


kekuatan undang-undang serta aturan pelaksanaannya.

3. Tanpa jasa timbal atau kontraprestasi dari negara yang secara langsung
dapat ditunjuk. Dalam pembayaran pajak tidak dapat ditunjukkan adanya
kontraprestasi individual oleh pemerintah.

B.3 Mekanisme pembayaran pajak

1. Membayar sendiri pajak yang terutang

Pembayaran angsuran PPH setiap bulan (PPH Pasal 25) pembayaran PPH
Pasal 25 yaitu pembayaran pajak secara angsuran. Hal ini dimaksudkan unruk
meringankan beban wajib pajak dalam melunasi pajak yang terutang dalam
satu tahun pajak. Wajib pajak diwajibkan untuk mengansur pajak yang akan
terutang pada akhir tahun dengan membayar sendiri angsuran pajak tersebut
setiap bulan.

2. Pemotongan/Pemungutan Pajak

Selain pembayaran bulanan yang dilakukan sendiri, ada pembayaran bulanan


yang dilakukan dengan mekanisme pemotongan/pemungutan yang dilakukan
oleh pihak pemberi penghasilan. Pihak pemberi penghasilan adalah pihak yang
ditunjuk berdasarkan ketentuan perpajakan untuk memotong/memungut ,
antara lain yang ditunjuk tersebuat adalah badan Pemerintahan, Subjek Pajak
Badan Dalam Negri, penyelenggaraan kegiatan, bentuk usaha tetap atau
perwakilan perusaan luar negri.

B.4 Fungsi pajak

Fungsi pajak menurut Rahman (dalam Nurhidayah, 2015), yaitu:

 Fungsi Anggaran: sebagai sumber pendapatan negara, pajak berfungsi untuk


membiayai pengeluaran-pengeluaran negara. Biaya tersebut digunakan untuk
menjalankan tugas rutin negara dan untuk melaksanakan pembangunan.
 Fungsi Mengatur: melalui kebijaksanaan pajak, pemerintah dapat mengatur
pertumbuhan ekonomi. Dengan fungsi mengatur, pajak dapat digunakan
sebagai alat untuk mencapai tujuan.
 Fungsi Stabilitas: pemerintah memiliki dana yang berasal dari pajak untuk
menjalankan kebijakan yang berhubungan dengan stabilitas harga sehingga
inflasi dapat dikendalikan.
 Fungsi Retribusi Pendapatan: pajak yang sudah dipungut oleh negara dari
masyarakat akan digunakan untuk membiayai semua kepentingan umum,
termasuk juga untuk membiayai pembangunan sehingga dapat membuka
kesempatan kerja, yang pada akhirnya akan dapat meningkatkan pendapatan
masyarakat

B.5 Syarat Pemungutan Pajak dan Tarif Pajak

 Pemungutan Pajak harus adil (Syarat Keadilan)


 Pemungutan pajak harus berdasarkan undang-undang (Syarat Yuridis)
 Tidak mengggang perekonomian (Syarat Ekonomis)
 Pemungutan pajak harus efisien (Syarat finansial)
 Sistem pumungutan pajak harus lebih sederhana

B.6 Batas Waktu Pembayaran Pajak

Batas waktu pembayaran pajak yang ditentukan Undang-Undang Ketentuan Umum


dan Tata cara perpajakan:
1) Kekurangan pembayaran pajak berdasarka SPT Tahunan paling lambat
sebelum SPT disampaikan.
2) Kekurangan pembayayran pajak berdasarkan SPT masa ditentukan oleh
mentri keuangan paling lambat 1 (satu) hari setelah saat terutang pajak
atau berakhirnya Masa Pajak.

B.7 Keterlambatan Pembayaran Pajak

Apabila wajib pajak tidak melakukan pembayaran pajak sesuai dengan ketentuan
yang berlaku, maka dapat dikenakan sanksi administrasi berupa bunga 2% dan
kenaikan 100%. Sanksi terlambat membayar pajak dibagi menjadi terlambat
membayar pajak atas SPT masa dan terlambar membayar pajak atas SPT tahunan.
Sanksi atas keterlambatan tersebut diterbitkan dengan Surat Tagihan Pajak.

C . Pelaporan Pajak

C.1 Pengertian Pelaporan Pajak

SPT Adalah Laporan wajib pajak (WP) atas pembayaran pajak penghasilan, atau
istilah dari surat yang oleh WP digunakan untuk melaporkan perhitungan dan
pembayaran pajak, objek pajak atau bukan objek pajak. Dalam pelaporan pajak, wajib
Pajak orang pribadi atau badan, baik yang melakukan pembayaran pajak sendiri maupun
yang ditunjuk sebagai Pemotong atau Pemungut PPh, sebagaimana dimaksud dalam Pasal
2 ayat (1), ayat (2), ayat (3), ayat (4), ayat (5), ayat (6), ayat (7), ayat (11), dan ayat (12)
wajib menyampaikan Surat Pemberitahuan masa paling lama 20 tahun hari setelah masa
Pajak berakhir.

A. Pengusaha Kena Pajak wajib melaporkan PPN dan PPnBM yang telah disetor
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 ayat 13 dan ayat (13),serta Pasal 2A,
dengan menggunakan Surat Pemberitahuan masa PPN( ke kantor Pelayanan
Pajak tempat Pengusaha kena Pajak dikukuhkan, paling lama akhir bulan
berikutnya setelah masa Pajak berakhir.
B. Orang pribadi atau badan yang bukan Pengusaha kena Pajak wajib melaporkan
Pajak Pertambahan nilai yang telah disetor sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 2 ayat (13) dengan menggunakan lembar ketiga Surat Setoran Pajak ke
kantor Pelayanan Pajak yang wilayahnya meliputi tempat bangunan tersebut,
paling lama akhir bulan berikutnya setelah masa Pajak berakhir.
C. Orang pribadi atau badan yang bukan Pengusaha kena Pajak wajib melaporkan
Pajak Pertambahan nilai yang telah disetor sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 2 ayat (13) dengan menggunakan lembar ketiga Surat Setoran Pajak ke
kantor Pelayanan Pajak yang w ilayahnya meliputi tempat tinggal orang
pribadi atau tempat kedudukan badan tersebut, paling lama akhir bulan
berikutnya setelah saat terutangnya pajak.
D. Pemungut Pajak sebagaimana dimaksud dalam Pasal ayat 2 ayat (9) wajib
melaporkan hasil pemungutannya secara mingguan paling lama pada hari
kerja terakhir minggu berikutnya.
E. Pemungut Pajak sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 ayat (10) wajib
melaporkan hasil pemungutannya paling lama 14 hari setelah masa Pajak
berakhir.
F. Pemungut PPN Wajib melaporkan PPN atau PPN dan PPnBM yang telah
disetor sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 ayat (14) dan ayat (15) ke kantor
pelayanan pajak tempat pemungut PPN terdaftar paling lama akhir bulan
berikutnya setelah masa berakhir.
G. Wajib Pajak dengan kriteria tertentu sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2
(16) dan ayat (17) yang melaporkan beberapa masa Pajak dalam satu Surat
Pemberitahuan masa, wajib menyampaikan Surat Pemberitahuan masa paling
lama 20 tahun hari setelah berakhirnya masa Pajak terakhir

C.2 Syarat-syarat dalam Pembayaran dan Pelaporan Pajak

Tidaklah mudah untuk membebankan pajak pada masyarakat Bila terlalu tinggi,
masyarakat akan enggan membayar pajak. namun bila terlalu rendah,maka pembangunan
tidak akan berjalan karena dana yang kurang. agar tidak menimbulkan berbagai masalah,
maka pemungutan pajak harus memenuhi persyaratan yaitu :

1.Pemungutan pajak harus adil Seperti halnya hukum pajak pun mempunyai tujuan untuk
menciptakan keadilan dalam hal pemungutan pajak. adil dalam perundang-undangan maupun
adil dalam pelaksanaannya. Contohnya :

 Dengan mengatur hak dan kewajiban para wajib pajak.


 Pajak diberlakukan bagi setiap warga negara yang memenuhi syarat sebagai wajib
pajak.
 Sanksi atas pelanggaran pajak diberlakukan secara umum sesuai dengan berat
ringannnya pelanggaran.

2. Pengaturan pajak harus berdasarkan UU

Sesuai dengan Pasal 31 yang berbunyi ; “Pajak dan pungutanyang bersifat untuk
keperluan negara diatur dengan undang-undang”,ada beberapa hal yang perlu diperhatikan
dalam penyusunan UU tentang pajak, yaitu

 Pemungutan pajak yang dilakukan oleh negara yang berdasarkan UU tersebut harus
dijamin kelancarannya
 Jaminan hukum bagi para wajib pajak untuk tidak diperlakukan secara umum.
 Jaminan hukum akan terjaganya kerahasiaan bagi para wajib pajak.

3. Pungutan pajak tidak mengganggu perekonomian pemungutan pajak harus diusahakan


sedemikian rupa agar tidak mengganggu kondisi perekonomian, baik kegiatan produksi,
perdagangan,maupun jasa.

4. Pemungutan pajak harus efisien Biaya-biaya yang dikeluarkan dalam rangka pemungutan
pajak harus diperhitungkan. Jangan sampai pajak yang diterima lebih rendah daripada biaya
pengurusan pajak tersebut. Oleh karena itu, sistem pemungutan pajak harus sederhana dan
mudah untuk dilaksanakan. Dengan demikian, wajib pajak tidak akan mengalami kesulitan
dalam pembayaran pajak baik dari segi penghitungan maupun dari segi waktu.

5. Sistem pemungutan pajak harus sederhana bagaimana pajak dipungut akan sangat
menentukan keberhasilan dalam pungutan pajak. Sistem yang sederhana akan memudahkan
wajib pajak dalam menghitung beban pajak yang harus dibiayai sehingga akan memberikan
dapat positif bagi para wajib pajak untuk meningkatkan kesadaran dalam pembayaran pajak.
Sebaliknya, jika sistem pemungutan pajak rumit, orang akan semakin enggan membayar
pajak. Contoh:

 Bea materai disederhanakan dari 167 macam tarif menjadi 2 macam tarif.
 Tarif PPN yang beragam disederhanakan menjadi hanya satu tarif, yaitu 10%
 Pajak perseorangan untuk badan dan pajak pendapatan untuk perseorangan
disederhanakan menjadi pajak penghasilan (PPh) yang berlaku bagi badan maupun
perseorangan (pribadi).

C.3 Fungsi Pelaporan Pajak

1. Pembayaran atau pelunasan pajak yang telah dilaksanakan sendiri dan atau melalui
pemotongan atau pemungutan pihak lain dalam satu tahun pajak atau bagian Tahun
Pajak.
2. Penghasilan yang merupakan objek pajak dan/atau bukan objek pajak.
3. Harta dan kewajiban.
4. Fungsi pelaporan pajak bagi Badan juga berfungsi sebagai pembayaran dari
pemotong atau pemungut tentang pemotongan atau pemungutan Badan lain dalam
satu masa pajak.
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN

Surat Pemberitahuan (SPT) adalah laporan pajak yang disampaikan kepada


pemerintah Indonesia melalui Direktorat Jenderal Pajak. Ketentuan mengenai SPT
diatur dalam Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2007 tentang Ketentuan Umum dan
Tata Cara Perpajakan. Pelanggaran terhadap jatuh tempo akan berakibat pada
timbulnya sanksi administrasi berupa denda dan bunga.

Sedangkan Penyetoran pajak adalah pemenuhan kewajiban perpajakan yang


dilaksanakan oleh wajib pajak dalam rangka self assessment system adalah kegiatan
menghitung dan memperhitungkan pajak yang terutang, menyetorkan pajak dan
melaporkan pajak yang telah disetorkan beserta perhitungannya.

Adapun Pelaporan Pajak Adalah Laporan wajib pajak (WP) atas pembayaran pajak
penghasilan, atau istilah dari surat yang oleh WP digunakan untuk melaporkan
perhitungan dan pembayaran pajak, objek pajak atau bukan objek pajak. Dalam
pelaporan pajak, wajib Pajak orang pribadi atau badan, baik yang melakukan
pembayaran pajak sendiri maupun yang ditunjuk sebagai Pemotong atau Pemungut
PPh, sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 ayat (1), ayat (2), ayat (3), ayat (4), ayat
(5), ayat (6), ayat (7), ayat (11), dan ayat (12) wajib menyampaikan Surat
Pemberitahuan masa paling lama 20 tahun hari setelah masa Pajak berakhir.
B. SARAN

 Penting bagi wajib pajak paham mengenai perpajakan untuk memudahkan


dalam memenuhi kewajiban perpajakannya. Diharapkan pemerintah dapat
memberikan sosialisasi perpajakan secara merata dan intensif kepada Wajib
Pajak. Pemahaman mengenai pengetahuan perpajakan dapat menumbuhkan
rasa kesadaran akan pentingnya melaksanakan kewajiban membayar pajak.
Selain itu juga dapat membantu memaksimalkan berjalannya sistem
administrasi perpajakan yang ada.

 adanya penerapan e-SPT dapat membantu Wajib Pajak dalam melakukan


pemenuhan kewajiban perpajakannya dengan cepat, tepat, dan akurat. Namun
dalam aplikasi e-SPT ini masih terdapat kekurangan seperti halnya dalam
proses impor data harta yang terkadang terdapat beberapa data yang
menyebabkan terjadinya kegagalan dalam proses impor data harta. Untuk
menghindari terjadinya kegagalan dalam proses impor data harta dapat
dilakukan pengecekan ulang terhadap penulisan data harta yang akan diimpor.
Selain itu data yang akan diimpor harus sesuai dengan format data yang
disediakan oleh Direktorat Jenderal Pajak (DJP). Diharapkan Direktorat
Jenderal Pajak (DJP) dapat menyempurnakan aplikasi e-SPT ini dengan
menampilkan secara detail apa yang menjadi kesalahan dalam penulisan data
harta yang akan diimpor, sehingga dapat meminimalkan terjadinya kesalahan
yang sama pada pengimporan data harta lainnya oleh Wajib Pajak.

 Diharapkan Wajib Pajak dapat berperan aktif dalam pemenuhan kewajiban,


memiliki kejujuran yang tinggi saat pelaporan terutangnya pajak, serta
menyadari pentingnya membayar pajak. Sesuai dengan sistem pemungutan
pajak yang berlaku yaitu Self Assessment System.
DAFTAR PUSTAKA

 Siti Kurnia Rahayu, 2017, Perpajakan (Konsep dan Aspek Formal),


Bandung: Rekayasa Sains

 https://www.academia.edu/55514953/
MAKALAH_TENTANG_SPT_DAN_SSP

 https://www.academia.edu/18483671/Pembayaran_dan_Pelaporan_Pajak

 http://repositori.ukdc.ac.id/126/2/bab%20I%20%2B%20bab%20II
%20yanuar.pdf

Anda mungkin juga menyukai