DISUSUN OLEH
NOVI TRI ROMADHONA (2022102020)
NURBAETI (2022102046)
NURUL DWI TSORAYA (2022102015)
A. Latar Belakang
Negara Indonesia adalah Negara Hukum berdasarkan UUD 1945 yang menjunjung
tinggi hak dan kewajiban setiap orang. Pajak merupakan wujud dari peran serta
masyarakat dalam mendukung pembangunan dan perekonomian di Indonesia dan
menjadi salah satu kewajiban yang dapat dipaksakan penagihannya. sehingga dapat
meningkatkan kesadaran dan rasa tanggung jawab. yang berhak memungut pajak
hanyalah Negara, iuran tersebut berupa uang dan bukan barang. pajak yang di pungut
berdasarkan ketentuan UUD dan aturan pelaksanaannya tanpa jasa timbal balik dari
negara. Namun dalam membayar pajak masih banyak wajib pajak yang salah
penyetoran, misalnya lebih bayar (LB) atau kurang bayar (KB) maka wajib pajak
yang telah mempunyai NPWP perlu diberikan Surat Pemberitahuan (SPT) dan perlu
diberi himbauan.
Banyak di kalangan masyarakat yang belum mengetahui apa itu SPT dan bagaimana
cara penyetoran pajak dan pelaporan pajak dimungkinkan karena minimnya informasi
dan latar Pendidikan masyarakat yang masih rendah. Jadi dengan adanya penulisan
makalah ini, semoga menjadi informasi untuk kita semua agar bisa memahami seperti
apa itu SPT dan bagaimana cara penyetoran dan pelaporan pajak.
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan
Mengetahui apa yang dimaksud dengan SPT, Penyetoran Pajak dan Pelaporan Pajak
BAB II
PEMBAHASAN
2. SPT Tahunan : surat pemberitahunan untuk suatu tahun pajak atau bagian
tahun pajak.
Bagi setiap wajib pajak, SPT memiliki fungsi sebagai suatu sarana
untuk melaporkan pertanggung jawaban atas penghitungan jumlah pajak.
Seperti pembayaran atau pelunasan pajak yang telah dilaksanakan sendiri
ataupun melalui pemotongan atau pemungutan pajak yang dilakukan oleh
pihak lain. Kemudian, penghasilan yang merupakan suatu objek pajak yang
dikenai PPh final. Serta pembayaran dari pemotongan atau pemungutan
pajak orang pribadi atau badan.
jenis pajak
nama Wajib Pajak dan Nomor Pokok Wajib Pajak
Masa Pajak, Bagian Tahun Pajak, atau Tahun Pajak yang
bersangkutan
tanda tangan Wajib Pajak atau kuasa Wajib Pajak
jumlah peredaran usaha
jumlah penghasilan, termasuk penghasilan yang bukanmerupakan
objek pajak
jumlah Penghasilan Kena Pajak
jumlah pajak yang terutang
jumlah kredit pajak
jumlah kekurangan atau kelebihan pajak
jumlah harta dan kewajiban
tanggal pembayaran Pajak Penghasilan Pasal 29 dan
data lainnya yang terkait dengan kegiatan usaha Wajib Pajak
Pembetulan SPT adalah permohonan oleh wajib untuk merevisi laporan atas penghitungan
dan pembayaran pajak sesuai denganketentuan peraturan perpajakan. Pembetulan SPT bisa
saja terjadi ketika SPT tahunan yang dilaporkan ada yang ingin direvisi untuk tahun pajak
yang sama. Pembetulan SPT Tahunan ini berlaku untuk setiap pajak yang ingin direvisi
seperti Pajak Penghasilan(PPh) pasal 21, PPh Pasal 22, PPh Pasal 23
B.Penyetorat Pajak
Ada beberapa macan pengertian dan definisi pajak, namun pada hakekatnya maksud
dan tujuan dari pajak itu seragam. Menurut Pasal 1 Undang-Undang Nomor 16 tahun
2009 tentang KUP berbunyi:
“Pajak adalah kontribusi wajib kepada negara yang terutang oleh orang pribadi atau
badan yang bersifat memaksa berdasarkan Undang-Undang, dengan tidak
mendapatkan imbalan secara langsung dan digunakan untuk keperluan negara bagi
sebesar-besarnya untuk kemakmuran rakyat.”
pajak adalah iuran kepada negara (yang dapat dipaksakan) yang terutang oleh yang
wajib membayarnya menurut peraturan-peraturan, dengan tidak mendapat prestasi
kembali yang langsung dapat ditunjuk, dan yang gunanya adalah untuk membiayai
pengeluaran-pengeluaran umum berhubungan dengan tugas negara yang
menyelenggarakan pemerintahan. Pajak sebagai suatu kewajiban menyerahkan
sebagian dari kekayaan ke kas negara yang disebabkan suatu keadaan, kejadian, tetapi
bukan sebagi hukum, menurut peraturan yang ditetapkan pmerintah serta dapat
dipaksakan, tetapi tidak ada jasa timbal balik dari negara secara langsung, untuk
memelihara kesejahteraan masyarakat.
1. Iuran dari rakyat kepada negara Yang berhak memungut pajak hanyalah
negara. Iuran tersebut berupa uang (bukan barang).
3. Tanpa jasa timbal atau kontraprestasi dari negara yang secara langsung
dapat ditunjuk. Dalam pembayaran pajak tidak dapat ditunjukkan adanya
kontraprestasi individual oleh pemerintah.
Pembayaran angsuran PPH setiap bulan (PPH Pasal 25) pembayaran PPH
Pasal 25 yaitu pembayaran pajak secara angsuran. Hal ini dimaksudkan unruk
meringankan beban wajib pajak dalam melunasi pajak yang terutang dalam
satu tahun pajak. Wajib pajak diwajibkan untuk mengansur pajak yang akan
terutang pada akhir tahun dengan membayar sendiri angsuran pajak tersebut
setiap bulan.
2. Pemotongan/Pemungutan Pajak
Apabila wajib pajak tidak melakukan pembayaran pajak sesuai dengan ketentuan
yang berlaku, maka dapat dikenakan sanksi administrasi berupa bunga 2% dan
kenaikan 100%. Sanksi terlambat membayar pajak dibagi menjadi terlambat
membayar pajak atas SPT masa dan terlambar membayar pajak atas SPT tahunan.
Sanksi atas keterlambatan tersebut diterbitkan dengan Surat Tagihan Pajak.
C . Pelaporan Pajak
SPT Adalah Laporan wajib pajak (WP) atas pembayaran pajak penghasilan, atau
istilah dari surat yang oleh WP digunakan untuk melaporkan perhitungan dan
pembayaran pajak, objek pajak atau bukan objek pajak. Dalam pelaporan pajak, wajib
Pajak orang pribadi atau badan, baik yang melakukan pembayaran pajak sendiri maupun
yang ditunjuk sebagai Pemotong atau Pemungut PPh, sebagaimana dimaksud dalam Pasal
2 ayat (1), ayat (2), ayat (3), ayat (4), ayat (5), ayat (6), ayat (7), ayat (11), dan ayat (12)
wajib menyampaikan Surat Pemberitahuan masa paling lama 20 tahun hari setelah masa
Pajak berakhir.
A. Pengusaha Kena Pajak wajib melaporkan PPN dan PPnBM yang telah disetor
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 ayat 13 dan ayat (13),serta Pasal 2A,
dengan menggunakan Surat Pemberitahuan masa PPN( ke kantor Pelayanan
Pajak tempat Pengusaha kena Pajak dikukuhkan, paling lama akhir bulan
berikutnya setelah masa Pajak berakhir.
B. Orang pribadi atau badan yang bukan Pengusaha kena Pajak wajib melaporkan
Pajak Pertambahan nilai yang telah disetor sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 2 ayat (13) dengan menggunakan lembar ketiga Surat Setoran Pajak ke
kantor Pelayanan Pajak yang wilayahnya meliputi tempat bangunan tersebut,
paling lama akhir bulan berikutnya setelah masa Pajak berakhir.
C. Orang pribadi atau badan yang bukan Pengusaha kena Pajak wajib melaporkan
Pajak Pertambahan nilai yang telah disetor sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 2 ayat (13) dengan menggunakan lembar ketiga Surat Setoran Pajak ke
kantor Pelayanan Pajak yang w ilayahnya meliputi tempat tinggal orang
pribadi atau tempat kedudukan badan tersebut, paling lama akhir bulan
berikutnya setelah saat terutangnya pajak.
D. Pemungut Pajak sebagaimana dimaksud dalam Pasal ayat 2 ayat (9) wajib
melaporkan hasil pemungutannya secara mingguan paling lama pada hari
kerja terakhir minggu berikutnya.
E. Pemungut Pajak sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 ayat (10) wajib
melaporkan hasil pemungutannya paling lama 14 hari setelah masa Pajak
berakhir.
F. Pemungut PPN Wajib melaporkan PPN atau PPN dan PPnBM yang telah
disetor sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 ayat (14) dan ayat (15) ke kantor
pelayanan pajak tempat pemungut PPN terdaftar paling lama akhir bulan
berikutnya setelah masa berakhir.
G. Wajib Pajak dengan kriteria tertentu sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2
(16) dan ayat (17) yang melaporkan beberapa masa Pajak dalam satu Surat
Pemberitahuan masa, wajib menyampaikan Surat Pemberitahuan masa paling
lama 20 tahun hari setelah berakhirnya masa Pajak terakhir
Tidaklah mudah untuk membebankan pajak pada masyarakat Bila terlalu tinggi,
masyarakat akan enggan membayar pajak. namun bila terlalu rendah,maka pembangunan
tidak akan berjalan karena dana yang kurang. agar tidak menimbulkan berbagai masalah,
maka pemungutan pajak harus memenuhi persyaratan yaitu :
1.Pemungutan pajak harus adil Seperti halnya hukum pajak pun mempunyai tujuan untuk
menciptakan keadilan dalam hal pemungutan pajak. adil dalam perundang-undangan maupun
adil dalam pelaksanaannya. Contohnya :
Sesuai dengan Pasal 31 yang berbunyi ; “Pajak dan pungutanyang bersifat untuk
keperluan negara diatur dengan undang-undang”,ada beberapa hal yang perlu diperhatikan
dalam penyusunan UU tentang pajak, yaitu
Pemungutan pajak yang dilakukan oleh negara yang berdasarkan UU tersebut harus
dijamin kelancarannya
Jaminan hukum bagi para wajib pajak untuk tidak diperlakukan secara umum.
Jaminan hukum akan terjaganya kerahasiaan bagi para wajib pajak.
4. Pemungutan pajak harus efisien Biaya-biaya yang dikeluarkan dalam rangka pemungutan
pajak harus diperhitungkan. Jangan sampai pajak yang diterima lebih rendah daripada biaya
pengurusan pajak tersebut. Oleh karena itu, sistem pemungutan pajak harus sederhana dan
mudah untuk dilaksanakan. Dengan demikian, wajib pajak tidak akan mengalami kesulitan
dalam pembayaran pajak baik dari segi penghitungan maupun dari segi waktu.
5. Sistem pemungutan pajak harus sederhana bagaimana pajak dipungut akan sangat
menentukan keberhasilan dalam pungutan pajak. Sistem yang sederhana akan memudahkan
wajib pajak dalam menghitung beban pajak yang harus dibiayai sehingga akan memberikan
dapat positif bagi para wajib pajak untuk meningkatkan kesadaran dalam pembayaran pajak.
Sebaliknya, jika sistem pemungutan pajak rumit, orang akan semakin enggan membayar
pajak. Contoh:
Bea materai disederhanakan dari 167 macam tarif menjadi 2 macam tarif.
Tarif PPN yang beragam disederhanakan menjadi hanya satu tarif, yaitu 10%
Pajak perseorangan untuk badan dan pajak pendapatan untuk perseorangan
disederhanakan menjadi pajak penghasilan (PPh) yang berlaku bagi badan maupun
perseorangan (pribadi).
1. Pembayaran atau pelunasan pajak yang telah dilaksanakan sendiri dan atau melalui
pemotongan atau pemungutan pihak lain dalam satu tahun pajak atau bagian Tahun
Pajak.
2. Penghasilan yang merupakan objek pajak dan/atau bukan objek pajak.
3. Harta dan kewajiban.
4. Fungsi pelaporan pajak bagi Badan juga berfungsi sebagai pembayaran dari
pemotong atau pemungut tentang pemotongan atau pemungutan Badan lain dalam
satu masa pajak.
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Adapun Pelaporan Pajak Adalah Laporan wajib pajak (WP) atas pembayaran pajak
penghasilan, atau istilah dari surat yang oleh WP digunakan untuk melaporkan
perhitungan dan pembayaran pajak, objek pajak atau bukan objek pajak. Dalam
pelaporan pajak, wajib Pajak orang pribadi atau badan, baik yang melakukan
pembayaran pajak sendiri maupun yang ditunjuk sebagai Pemotong atau Pemungut
PPh, sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 ayat (1), ayat (2), ayat (3), ayat (4), ayat
(5), ayat (6), ayat (7), ayat (11), dan ayat (12) wajib menyampaikan Surat
Pemberitahuan masa paling lama 20 tahun hari setelah masa Pajak berakhir.
B. SARAN
https://www.academia.edu/55514953/
MAKALAH_TENTANG_SPT_DAN_SSP
https://www.academia.edu/18483671/Pembayaran_dan_Pelaporan_Pajak
http://repositori.ukdc.ac.id/126/2/bab%20I%20%2B%20bab%20II
%20yanuar.pdf