Anda di halaman 1dari 10

K.D 3.

1 memahami jenis jenis pajak dan ketentuan umum dan tata cara perpajakan
K.D 3.2 memerapkan permohonan Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP)
K.D 4.1 mengelompokan jenis jenis pajak dan tata cara perpajakan
K.D 4.2 membuat surat permohonan Nomor Wajdib Pajak (NPWP)

Pengertian pajak

Undang-Undang No. 28 Tahun 2007 tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan (KUP),
pajak adalah kontribusi wajib kepada negara yang terutang oleh orang pribadi atau badan yang
bersifat memaksa berdasarkan undang-undang, dengan tidak mendapatkan imbalan secara
langsung dan digunakan untuk keperluan negara bagi sebesar-besarnya kemakmuran rakyat.

Dari pengertian di atas dapat disimpulkan jika pajak merupakan kontribusi yang harus
dilaksanakan wajib pajak. Namun, siapakah wajib pajak itu? Pasal 1 angka 2 UU KUP
menjelaskan bahwa wajib pajak adalah orang pribadi atau badan, meliputi pembayar pajak,
pemotong pajak, dan pemungut pajak, yang mempunyai hak dan kewajiban perpajakan sesuai
dengan ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan.

Sistem Pemungutan Pajak

Sistem pemungutan pajak dapat dibagi menjadi tiga sistem (Mardiasmo, 2011: 7), yaitu sebagai
berikut :

1. Official Assessment system

Adalah suatu sistem pemungutan yang memberi wewenang kepada pemerintah (fiskus) untuk
menentukan besarnya pajak yang terutang oleh Wajib Pajak.

2. Self Assessment System

Adalah suatu sistem pemungutan yang memberi wewenang sepenuhnya kepada Wajib Pajak
untuk menghitung, memperhitungkan, membayar, dan melaporkan sendiri besarnya pajak yang
terutang.

3. With Holding System

Adalah suatu sistem pemungutan yang memberi wewenang kepada pihak ketiga (bukan fiskus
dan bukan Wajib Pajak yang bersangkutan) untuk menentukan besarnya pajak yang terutang oleh
Wajib Pajak.
Fungsi pajak

Fungsi pajak secara umum ada 4, yakni :

1. Fungsi anggaran (budgetair) sebagai sumber dana bagi pemerintah, untuk membiayai
pengeluaran-pengeluarannya.
2. Fungsi mengatur (regulerend) sebagai alat pengatur atau melaksanakan pemerintah
dalam bidang sosial ekonomi.
3. Stabilitas, pajak sebagai penerimaan negara dapat digunakan untuk menjalankan
kebijakan-kebijakan pemerintah. 
4. Redistribusi Pendapatan, penerimaan negara dari pajak digunakan untuk membiayai
pengeluaran umum dan pembangunan nasional sehingga dapat membuka kesempatan
kerja dengan tujuan untuk meningkatkan pendapatan masyarakat. 

Manfaat Pajak

Jenis-jenis pajak di Indonesia sangat banyak seperti pajak bumi dan bangunan (PBB), pajak
penghasilan (PPh), pajak pertambahan nilai (PPN) serta pajak daerah. Kenapa kita harus
membayar pajak? Apa sebenarnya manfaat pajak bagi masyarakat?

Pajak merupakan sumber utama penerimaan negara. Tanpa pajak, sebagian besar kegiatan negara
sulit untuk dapat dilaksanakan. Penggunaan uang pajak meliputi mulai dari belanja pegawai
sampai dengan pembiayaan berbagai proyek pembangunan. Pembangunan sarana umum seperti
jalan-jalan, jembatan, sekolah, rumah sakit/puskesmas, kantor polisi dibiayai dengan
menggunakan uang yang berasal dari pajak.

Uang pajak juga digunakan untuk pembiayaan dalam rangka memberikan rasa aman bagi seluruh
lapisan masyarakat. Setiap warga negara mulai saat dilahirkan sampai dengan meninggal dunia,
menikmati fasilitas atau pelayanan dari pemerintah yang semuanya dibiayai dengan uang yang
berasal dari pajak.

Pajak digunakan untuk mensubsidi barang-barang yang sangat dibutuhkan masyarakat dan juga
membayar utang negara ke luar negeri. Pajak juga digunakan untuk membantu UMKM baik
dalam hal pembinaan dan modal.

Dengan demikian jelas bahwa peranan penerimaan pajak bagi suatu negara menjadi sangat
dominan dalam menunjang jalannya roda pemerintahan dan pembiayaan pembangunan. Di
samping fungsi budgeter (fungsi penerimaan) di atas, pajak juga melaksanakan fungsi
redistribusi pendapatan dari masyarakat yang mempunyai kemampuan ekonomi yang lebih tinggi
kepada masyarakat yang kemampuannya lebih rendah.

Oleh karena itu tingkat kepatuhan Wajib Pajak dalam melaksanakan kewajiban perpajakannya
secara baik dan benar merupakan syarat mutlak untuk tercapainya fungsi redistribusi pendapatan.
Sehingga pada akhirnya kesenjangan ekonomi dan sosial yang ada dalam masyarakat dapat
dikurangi secara maksimal.
Pajak tidak cukup hanya dimengerti, namun lebih dalam harus dipelajari dan dipahami secara
komprehensif dari aspek hukum pajak, dasar pengenaan pajak, penetapan pajak, sengketa pajak,
dan hak-hak wajib pajak.

Selain untuk kesadaran pribadi, belajar pajak juga memberikan manfaat lain akan makna
sebenarnya dari pajak, fungsi pajak, sanksi bagi pelanggar dan semua yang berkaitan dengan
perpajakan. 

Permohonan Nomor Wajib Pajak (NPWP)


Menurut Pasal 1 ayat (2) UU No 16 tahun 2009, Wajib Pajak adalah orang pribadi atau badan,
meliputi pembayar pajak, pemotong pajak, dan pemungut pajak, yang mempunyai hak dan
kewajiban perpajakan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan.

Sedangkan pengeritan NPWP dijabarkan dalam Pasal 1 ayat (6). 

Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP) adalah nomor yang diberikan kepada Wajib Pajak sebagai
sarana dalam administrasi perpajakan yang dipergunakna sebagai tanda pengenal diri atau
identitas Wa

Kategori Wajib Pajak Orang Pribadi

Wajib pajak terbagi dalam dua kelompok besar, yakni Wajib Pajak Orang Pribadi dan Wajib
Pajak Badan. Masing-masing kelompok memiliki kategori tertentu.

Kategori Wajib Pajak Orang Pribadi


Kategori Wajib Pajak badan

Wajib pajak badan adalah wajib pajak berupa perusahaan atau memiliki badan hukum. Daftar
kategorinya sebagai berikut.

Sistem Pemungutan Pajak

Sistem pemungutan pajak di Indonesia Menurut buku Perpajakan, Suatu Pengantar oleh Lazarus
Ramandey, setidaknya terdapat tiga sistem pemungutan pajak di Indonesia, yaitu: Baca juga:
Mengapa Negara Memungut Pajak dari Warga Negaranya?
1. Official Assessment System
Sistem pemungutan pajak ini memberikan wewenang kepada pemerintah untuk menentukan
besarnya pajak yang terutang oleh wajib pajak. Dengan demikian, wajib pajak pada sistem ini
bersifat pasif karena hanya menunggu penyampaian utang pajak yang diteapkan oleh institusi
pemungut pajak. Ciri-ciri dari sistem pemungutan pajak official assessment adalah: Pemerintah
berwenang menentukan besarnya pajak terutang. Wajib pajak bersifat pasif. Utang pajak timbul
setelah dikeluarkan surat ketetapan pajak oleh pemerintah. Contohnya, pajak bumi dan bangunan
(PBB) di mana pemerintah menerbitkan surat ketetapan pajak yang berisi rincian besaran PBB
terutang setiap tahunnya.
2. Self Assessment System
Sistem pemungutan pajak ini memberikan wewenang, kepercayaan, tanggung jawab kepada
wajib pajak untuk menghitung, memperhitungkan, membayar, dan melaporkan sendiri besaran
pajaknya kepada pemerintah. Bagaimana sistem pemungutan pajak di Indonesia? Lihat Foto
Bagaimana sistem pemungutan pajak di Indonesia
Karena besaran pajak terutang ditetapkan oleh wajib pajak, maka peran pemerintah atau institusi
pemungut pajak hanya mengawasi melalui serangkaian tindakan pengawasan atau penegakkan
hukum. Ciri-ciri dari sistem pemungutan pajak self assessment adalah: Wewenang untuk
menentukan besarnya pajak terutang ada pada wajib pajak. Wajib pajak bersifat aktif.
Pemerintah tidak ikut campur dan hanya mengawasi. Contohnya, pajak pembelian barang (PPN)
dan pajak penghasilan (PPh) dimana wajib pajak wajib melaporkan PPh dan PPN ke pemerintah
melalui sistem administrasi online oleh pemerintah. Baca juga: Cara Daftar DJP Online untuk
Lapor SPT dan Bayar Pajak .

3. With Holding System Sistem pemungutan pajak ini memberikan wewenang kepada pihak
ketiga untuk memotong dan memungut besarnya pajak yang terutang oleh wajib pajak. Sistem
pemungutan pajak ini disebut juga dengan jenis pajak potong pungut dan dinilai adil bagi
masyarakat. Ciri-ciri dari sistem pemungutan pajak with holding system adalah: Pihak ketiga
berwenang menentukan besarnya pajak terutang. Menerbitkan bukti potong atau bukti pungut
bagi wajib pajak yang sudah melunasi pajak terutang. Contohnya, pemotongan penghasilan
karyawan oleh bendahara instansi di mana bukti pemotongan tersebut akan dilampirkan bersama
Surat Pemberitahuan Tahunan (SPT) PPh atau SPT Masa PPN.

Syarat-syarat Pemberlakuan Pemungutan Pajak

Persyaratan perpajakan tersebut merupakan prinsip dasar yang harus ada dalam setiap kegiatan
perpajakan khususnya di Indonesia. Setidaknya terdapat 5 persyaratan dalam pemberlakuan
pemungutan pajak di Indonesia, diantaranya adalah :

1. Dalam hal keadilan (pajak harus adil) 

Sistem pemungutan pajak harus berdasarkan peraturan perundang-undangan dan keadilan dalam
pelaksanaan pemungutan pajak. Landasan keadilan disini  merupakan syarat yang harus dipenuhi
untuk mencapai keadilan sosial yang dimaksud, yaitu wajib Pajak mempunyai hak dan
kewajiban yang telah diatur didalam undang-undang, setiap warga negara yang menjadi wajib
pajak harus membayar pajaknya, serta adanya sanksi untuk pelaku pelanggaran pajak.

2. Dalam hal yuridis (perpajakan harus berdasarkan hukum)

Sistem perpajakan diharuskan untuk selalu berdasarkan hukum yang berlaku seperti apa yang
telah  tercantum dalam Undang-Undang No. 28 Tahun 2007 yang mengatur tentang ketentuan
perpajakan umum. Kenapa tercantum dalam Undang-undang ? Karena  hanya melalui peraturan
perundang-undangan berupa undang-undang sajalah pemerintah dengan mudah dapat
memberikan perlindungan hukum bagi kegiatan perpajakan.

3. Dalam hal ekonomis (pajak tidak akan mempengaruhi perekonomian nasional)

Sistem perpajakan tidak boleh mengganggu kegiatan ekonomi yang malah dapat mengakibatkan
keterpurukan ataupun penurunan ekonomi nasional, seperti misal dalam kasus pajak tidak
diperbolehkan mengganggu produksi atau kegiatan perdagangan yang sedang berlangsung.

4. Dalam hal finansial (perpajakan harus efisien) 

Sistem pemungutan pajak yang ada harus dilakukan secara efisien dan efektif sehingga nantinya 
hasil yang diperoleh dari perpajakan pun akan maksimal. Secara efisien disini berarti mempunyai
maksud bahwa pemungutan pajak harus dilakukan dengan mudah, tepat sasaran, tepat waktu dan
biaya minimal. Sedangkan secara efektif disini berarti mempunyai maksud bahwa pemungutan
pajak harus bisa membawa hasil yang sesuai dengan perhitungan yang telah dilakukan. Dan
secara langsung dalam syarat ini juga berkaitan dengan pengelolaan biaya pemungutan pajak
harus lebih kecil daripada pemasukan pajak yang diterima kas negara.

5. Dalam hal sederhana (sistem pajak harus sederhana)

Sistem penagihan dan pengelolaan pajak harus sederhana dan mudah dipahami oleh wajib pajak.
Sistem pemungutan pajak yang sederhana akan membantu wajib pajak melaporkan pajaknya dan
mendorong masyarakat untuk memenuhi kewajiban perpajakannya. Maka dari itu penerimaan
pajak nasional akan terus menerus meningkat.

Dengan sejumlah persyaratan yang ada, maka setiap aktivitas dalam pemungutan pajak ini akan
diwajibkan untuk menerapkan setiap persyaratan tersebut, karena jika tidak ada ketentuan
tersebut maka pemungutan pajak yang terjadi akan sangat mudah mengalami kendala bahkan
sampai melenceng dari target pajaknya. 
Asas Pemungutan Pajak

Asas pemungutan pajak adalah dasar serta pedoman yang digunakan oleh pemerintah saat
membuat peraturan atau melakukan pemungutan pajak. Pajak merupakan salah satu sumber
pendapatan suatu negara. Artinya, negara memiliki hak untuk memungut pajak dari warga
negaranya. Namun, negara juga tidak boleh semena-mena dalam hal pemungutan pajak. Dalam
hal pemungutan pajak, negara hendaknya mengikuti asas-asas pemungutan pajak. Dikutip dari
Buku Ekonomi untuk SMA dan MA karangan Alam S (2014), ada tiga asas pemungutan pajak,
termasuk asal pemungutan pajak di Indonesia. Baca juga: Indeks Harga: Definisi, Jenis, Tujuan,
dan Perhitungannya Pertama yakni asas domisili, artinya pajak akan dikenakan ke seseorang
apabila orang yang bersangkutan merupakan berdomisili di negara tersebut. Sesuai dengan
namanya, pajak dikenakan untuk seseorang atau badan usaha berdasarkan tempat tinggal. Objek
pajak wajib dikenakan pajak tanpa memandang apakah ia warga negara Indonesia atau warga
negara asing. Kedua yakni asas pemungutan pajak berdasarkan sumber. Artinya pengenaan pajak
dilakukan dari sumber-sumber yang berada di suatu negara. Contohnya pemerintah Indonesia
menerapkan pajak tenaga kerja asing, karena pekerja asing tersebut mendapatkan sumber
penghasilan dari Indonesia. Baca juga: Pengertian Pendapatan Nasional, Rumus, dan Manfaatnya
Ketiga yakni asas pemungutan pajak berdasarkan kebangsaan. Landasan pengenaan pajak adalah
status kewarganegaraan dari orang atau badan yang memiliki penghasilan. Sebagai contoh,
pemerintah Indonesia mengharuskan perusahaan yang terdaftar di Indonesia untuk membayar
pajak, meski perusahaan tersebut beroperasi di luar negeri. Sebagai informasi, suatu negara bisa
menganut lebih dari satu asas pajak. Merujuk pada UU Nomor 10 Tahun 1994, disebutkan
bahwa pemerintah Indonesia menganut asas pemungutan pajak berdasarkan domisili dan sumber
(asas pemungutan pajak di Indonesia).

Teori Pemungutan Pajak


Pada hakikatnya, pemerintah memiliki hak khusus untuk menjalankan negara berdasarkan
ketentuan undang-undang. Termasuk dalam hal pajak, ada kewenangan tertentu dalam
melakukan pemungutannya.

Menurut Dr. Alexander Thian dalam buku Hukum Pajak (2021), ada lima teori pemungutan
pajak yang berlaku di antaranya asuransi, kepentingan, wajib pajak mutlak, daya beli, dan
pembenaran pajak menurut Pancasila.

Ilustrasi membayar pajak. Foto: Shutter Stock

1. Teori asuransi

Pajak diibaratkan sebagai premi asuransi yang harus dibayar oleh setiap orang karena
mendapatkan perlindungan atas hak-haknya. Dalam hal ini, pembayar pajak disamakan dengan
pihak tertanggung, sedangkan negara disamakan dengan pihak penanggung.
Dalam perjanjian asuransi, hubungan prestasi dan kontraprestasi itu terjadi secara langsung.
Adanya pembayar premi berhubungan langsung dengan hak tertanggung untuk menerima ganti
rugi bila terjadi evenement.

Sebaliknya, hak penanggung untuk menerima pembayaran premi diimbangi dengan adanya
kewajiban untuk membayar ganti rugi bila terjadi evenement. Kedua kondisi tersebut saling
berkaitan satu sama lain.

2. Teori Kepentingan (Aequivalentie)

Dalam teori ini, besaran pajak disesuaikan dengan besarnya kepentingan wajib pajak yang
dilindungi. Jadi, semakin besar kepentingan yang dilindungi, semakin besar pula pajak yang
harus dibayar.

3. Teori Kewajiban Pajak Mutlak

Teori ini sama seperti orgaan teory yang dicetuskan oleh Otto Von Gierke. Dalam gagasannya,
Otto mengatakan bahwa negara merupakan suatu kesatuan yang saling terikat dengan setiap
warga.Tanpa ada “orgaan” atau lembaga, individu tidak mungkin bisa hidup. Lembaga dapat
membebani setiap anggota masyarakatnya dengan kewajiban membayar pajak dan kewajiban
ikut mempertahankan hidup atau negara.

4. Teori Daya Beli

Dalam teori ini, pajak diibaratkan sebagai pompa yang menyedot daya beli seseorang atau
masyarakat. Kemudian, daya beli tersebut akan dikembalikan lagi kepada mereka. Jadi,
sebenarnya uang yang berasal dari rakyat kelak akan dikembalikan lagi melalui saluran lain.

5. Teori Pembenaran Pajak Menurut Pancasila

Pancasila mengandung sifat kekeluargaan dan gotong royong. Ini mencakup pengorbanan
anggota masyarakat kepada sesamanya tanpa mengharapkan balasan atau imbalan.

Jenis Jenis Tarif Pajak

ada 4 jenis tarif pajak yaitu antara lain adalah tarif progresif, tarif degresif, tarif proporsional,
tarif tetap atau regresif. 
 Tarif Progresif

Dimana dalam tarif progresif, saat pemungutan pajaknya, atas persentasenya akan naik
sebanding dengan jumlah dasar pengenaan pajaknya. Di Indonesia sendiri, jenis tarif pajak inilah
yang diterapkan sebagai metode pengenaan pajak penghasilan orang pribadi. Tarif selengkapnya
dapat dilihat pada tabel dibawah ini.

Tarif Degresif

Kebalikan dengan pajak progresif, persentase pajak dengan tarif degresif yang dipungut akan
lebih kecil saat dasar pengenaan pajaknya meningkat. Dengan kata lain, persentase atas tarif
pajak akan semakin rendah atau menurun ketika dasar pengenaan pajaknya semakin besar.
Dalam praktik perundang-undangan Indonesia, tarif degresif tidak pernah diimplementasikan.
Terdapat 3 jenis tarif pajak degresif yang dibedakan oleh besaran penurunan tarifnya. Pertama,
tarif degresif proporsional yang persentase penurunannya selalu sama dan tidak terpengaruh oleh
DPP. Kedua, tarif pajak degresif-degresif yang besaran penurunannya semakin kecil jika DPP
meningkat. Terakhir, tarif pajak degresif-progresif yang persentase penurunan tarifnya
meningkat seiring dengan meningkatnya DPP. 

Tarif Proporsional

Tidak seperti tarif progresif dan tarif degresif, tarif proporsional saat pemungutan pajaknya atas
persentasenya akan tetap dan tidak terjadi perubahan terhadap keseluruhan dasar pengenaan
pajaknya. jadi bisa dibilang bahwa sebesar apapun jumlah objek pajak yang dikenakan dalam
pajak penghasilannya, persentasenya pun akan tetap sama. Dalam hal ini contohnya adalah
adanya PPN sebesar 10% dan PPB sebesar 0.5% dari apapun objek pajaknya. 

 
Tarif Regresif

Jenis tarif yang terakhir adalah tarif tetap atau tarif regresif yang dimana saat pemungutan tarif
pajaknya akan selalu tetap tanpa melihat jumlah dari keseluruhan dasar pengenaan pajaknya.
Sehingga, tarif yang dikenakan besarannya sama bagi seluruh wajib pajak. 
Tarif tetap ini juga diartikan sebagai tarif yang akan selalu sama dan sesuai dengan peraturan
yang diberlakukan oleh pemerintahan seperti contoh bea meterai dengan nilai yang sudah
ditentukan oleh pemerintahan. 
Tidak hanya secara struktural, pajak juga dibagi menjadi 2 jenis berdasarkan golongannya yaitu
pajak langsung dan tidak langsung dan berdasarkan sifat yaitu objektif dan subjektif. 
Dimana atas golongannya, pajak langsung adalah pajak yang bebannya ditanggung oleh wajib
pajak yang bersangkutan dan tidak bisa di ambil alih atau dilimpahkan kepada orang lain seperti
PPh. Serta pajak tidak langsung adalah kebalikan dari pajak langsung yaitu pajak yang bisa
dibebankan atau dialihkan kepada orang lain seperti PPN. 

Sedangkan atas sifatnya, pajak subjektif adalah pajak yang melihat dan memperhatikan keadaan
wajib pajaknya dan pemungutan pajaknya berpangkal pada subjek seperti PPh. Serta pajak
objektif merupakan kebalikan dari pajak subjektif yaitu pajak yang melihat dan memperhatikan
keadaan wajib pajaknya dan pemungutan pajaknya berpangkal pada objeknya seperti PPN dan
PPnBM. 

Anda mungkin juga menyukai