a.Retribusi
Retribusi pada umumnya mempunyai
hubungan langsung dengan kembalinya
prestasi (ada kontra prestasi secara langsung)
karena pembayaran tersebut ditujukan
semata-mata untuk mendapatkan sesuatu
prestasi tertentu dari pemerintah, misalnya
karcis masuk teminal, karcis masuk tol dan
lain-lain.
Pungutan retribusi di Indonesia didasarkan
pada Undang-Undang No. 28 Tahun 2009
tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah.
Dalam pasal 1 angka 6 Undang-Undang
dimaksud menyebutkan bahwa retribusi
daerah adalah pungutan daerah sebagai
pembayaran atas jasa atau pemberian izin
tertentu yang khusus di sediakan atau
diberikan oleh pemerintah daerah untuk
kepentingan orang pribadi atau badan.
b. Sumbangan
Pengertian sumbangan disini tidak boleh
dicampuradukkan dengan retribusi.
Dalam retribusi dapat ditunjuk seseorang
yang menikmati kontraprestasi secara
langsung yaitu membayar retribusi,
sedangkan pada sumbangan, yang
merasakan imbalan/manfaatnya langsung
adalah penerima sumbangan. contoh:
sumbangan bencana alam
Metode pemungutan Pajak
Metode Pemungutan pajak dapat dibagi meniadi:
3.Withholding System
Adalah suatu sistem pemungulan pajak yang
memberikan wewenang kepada pihak ketiga
untuk memotong atau memungut besarnya
pajak yang terutang oleh wajib pajak.
Tarif pajak
Pernungutan pajak tidak terlepas dari keadilan sebab
keadilan dapat menciptakan keseimbangan sosial yang
sangat penting untuk kesejahteraan masyarakat.
Dalam penetapan tarif pun harus mendasarkan pada
keadilan.
Dalam penghitungan pajak yang terutang digunakan
tarif pajak. Tarif pajak yang dimaksud adalah tarif
untuk menghitung besarnya pajak terutang ( pajak
yang harus dibayar ).
Besarnya tarif pajak dapat dinyatakan dalam
persentase. Dalam pajak penghasilan persentase
tarifnya dibedakan:
a.Tarif marginal
Persentase tarif ini berlaku untuk suatu kenaikan
dasar pengenaan pajak.
Sebagai contoh tarif PPh (perhatikan contoh tarif
progresif) bahwa tarif marginal untuk setiap
tambahan penghasilan kena pajak yang melebihi
0 sampai dengan Rp 50.000.000 sebesar 5 %
yang diikuti pula untuk setiap tambahan
penghasilan kena pajak diatas Rp50.000.000
sampai dengan Rp 500.000.000 dengan tarif
marginal l5% dan seterusnya.
b.Tarif efektif
Persentase tarif pajak yang efektif berlaku atau
harus ditetapkan atas dasar pengenaan pajak
tertentu
Sebagai contoh apabila penghasilan kena pajak
sebesar Rp 30.000.000 PPh terutang di hitung:
l0% x Rp 25.000.000 = Rp 2.500.000
l5% x Rp 5.000.000 = Rp 750.000
Total = Rp 3.250.000
Tarif efektifnya = Rp 3.250.000 x 100% =
30.000.000
= 10,83 %
Struktur tarif yang berhubungan dengan pola persen
tase tarif pajak dikenal 4 (empat) macam tarif, yaitu:
a. Tarif Proporsional/Sebanding
Tarif pajak proporsianal yaitu tarif pajak berupa
persentase terhadap jumlah berapapun yang menjadi
dasar pengenaan pajak. Sering juga disebut tarif
tunggal karena hanya menggunakan satu tarif dengan
persentase tetap.
Contoh: Tarif Pajak Pertambahan Nilai 10%, PBB 0.5%
dan BPHTB 5 %
b. Tarif Progresif
Tarif pajak progresif adalah tarif pajak yang
persentasenya meniadi lebih besar apabila jumlah
yang menjadi dasar pengenaannya semakin besar.
Misalnya tarif pajak yang berlaku di lndonesia, yailu:
Untuk Wajib Pajak Orang Pribadi:
Sampai dengan Rp 50.000.000 tarif 5%
Di atas Rp 50.000.000 sampai dengan Rp
250.000.000 tarif l5%
Di atas Rp 250.000.000 sampai dengan Rp
500.000.000 tarif 25%
Di atas Rp 500.000.000 tarif 30%
Untuk wajib pajak badan dan BUT sebelum tahun 2008:
Sampai dengan Rp 50.000.000 tarif 10%
Di atas Rp 50.000.000 s/d Rp 100.000.000 tarif l5%
Di atas Rp 100.000.000 tarif 30 %
Perubahan tarif wajib pajak badan UU PPh No. 36 tahun 2008
menjadi tarif tunggal 28% untuk tahun pajak 2009 dan 25%
untuk sesudahnya.
4. Tarif tetap
Tarif tetap adalah tarif berupa jumlah yang
tetap (sama besarnya) terhadap berapa pun
jumlah yang meniadi dasar pengenaan pajak.
Oleh karena itu besarnya pajak yang terutang
tetap. Bea meterai merupakan struktur tarif ini
Rp 3000 dan Rp 6000.
5. Tarif pajak advalorem
Tarif pajak advalorem merupakan tarif dengan
persentase tertentu atas harga barang atau nilai
suatu barang, misal tarif bea masuk sebesar 10
% dari Nilai lmpor.
Perlawanan aktif
Perlawanan aktif secara nyata terlihat pada
semua usaha dan perbuatan yang secara
langsung ditujukan kepada pemerinlah (fiskus)
dengan tujuan untuk menghindari pajak.
Diantaranya dapat dibedakan cara-cara sebagai berikut:
a. Penghindaran diri dari pajak
( Tax avoidance )
Dilakukan dengan tidak melakukan perbuatan yang
memberi alasan untuk di kenakan pajak. Penghindaran yang
dilakukan wajib pajak masih dalam kerangka peraturan
perpajakan.
Misalnya: rokok putih diganti dengan rokok tingwe supaya
tidak kena pajak rokok.
b. Pengelakan diri dari pajak
( Tax evasion )
Dilakukan dengan cara-cara yang melanggar undang-
undang dengan maksud melepaskan diri dari pajak atau
mengurangi dasar pengenaannya.
Misalnya: wajib pajak melakukan manipulasi pajak dengan
melakukan pembukuan ganda.
c. Melalaikan pajak
Dilakukan dengan cara menolak
membayar pajak yang telah ditetapkan
dan menolak memenuhi formalitas
yang harus dipenuhi.
Misalnya: Menghalangi penyitaan
dengan menyembunyikan barang-
barang yang akan di sita.
Asas dan dasar pemungutan Pajak
e. Penghapusan
Penghapusan utang pajak ini sama sifatnya dengan
pembebasan, tetapi diberikannya karena keadaan
keuangan Wajib Pajak.