Anda di halaman 1dari 13

MAKALAH SEMINAR AKUNTANSI KEUANGAN

(PSAK 65 “LAPORAN KEUANGAN KONSOLIDASI”


dan PSAK 68 “NILAI WAJAR”)

DISUSUN OLEH

KELOMPOK V

FRANSISKA F.N.GERE (15023000067)

BEATRIKS OWA (15023000089)

THALYA GRESILIANA U. DACRUZ (15023000060)

MEISSY ROSARIA A.DORE (15023000124)

MARIANUS DHAWU (15023000104)

YOSEPHINA OLLYNA MESTER (15023000148)

FREDERIKUS NGGAGUR (1502300050)

FREDERIKUS HERMANUS BAWA (15023000103)

WINDA LESTARI (15023000054)

ENINDA TRIANA (15023000163)

1
DAFTAR ISI
PSAK 65 ......................................................................................................................................................... 3
LAPORAN KEUANGAN KONSOLIDASI ............................................................................................................ 3
A. Pengertian Laporan Keuangan Konsolidasi ....................................................................................... 3
C. Teknik dan Prosedur Laporan Keuangan Konsolidasi ........................................................................... 5
D. Prinsip Konsolidasian ............................................................................................................................ 5
Ilustrasi Skenario Laporan Konsolidasian.............................................................................................. 6
PSAK 68 ......................................................................................................................................................... 7
NILAI WAJAR ................................................................................................................................................. 7
PEMBAHASAN ............................................................................................................................................... 7
A. Defenisi Nilai Wajar........................................................................................................................... 7
B. Aset dan Liabilitas ............................................................................................................................. 8
C. Transaksi ........................................................................................................................................... 8
D. Pelaku Pasar ...................................................................................................................................... 9
E. Harga ................................................................................................................................................. 9
F. Penerapan pada Aset Nonkeuangan................................................................................................. 9
Penerapan pada Liabilitas dan Instrumen Ekuitas Milik Entitas Sendiri ............................................. 10
KESIMPULAN ............................................................................................................................................... 12

2
PSAK 65

LAPORAN KEUANGAN KONSOLIDASI

A. Pengertian Laporan Keuangan Konsolidasi

PSAK 65 tentang Laporan Keuangan Konsolidasian telah disahkan oleh Dewan Standar
Akuntansi Keuangan pada tanggal 19 Desember 2013. Contoh yang disampaikan dalam PSAK
65 ini merupakan contoh-contoh yang diadopsi dari IFRS 10 Consolidated Financial Statements.
Penerapan contoh tersebut perlu memperhatikan kesesuaian dengan praktik di
Indonesia.Pernyataan ini tidak wajib diterapkan untuk unsur yang tidak material.

Berdasarkan Pasal 1 angka 10 UU RI Nomor 40 Tahun 2007, peleburan (konsolidasi)


adalah perbuatan hukum yang dilakukan oleh dua perseroan terbatas atau lebih, untuk
meleburkan diri dengan cara mendirikan satu perseroan tebatas yang baru yang karena hukum
memperoleh akitva dan pasiva dari perseroan terbatas yang meleburkan diri dan status badan
hukum perseroan tebatas yang meleburkan diri berakhir karena hukum. Sementara Pasal 1 angka
PP Nomor 27 Tahun 1998, peleburan (konsolidasi), adalah perbuatan hukum yang dilakukan
oleh dua perseroan terbatas atau lebih untuk meleburkan diri dengan cara membentuk satu
perseroan terbatas baru dan masing-masing perseroan terbatas yang meleburkan diri menjadi
bubar.

Laporan Keuangan Konsolidasi adalah Laporan yang menyajikan posisi keuangan dan
hasil operasi untuk induk perusahaan (entitas pengendali) dan satu atau lebih anak perusahaan
(entitas yang dikendalikan) seakan-akan entitas-entitas individual tersebut merupakan satu
entitas atau perusahaan satu perusahaan. Laporan Keuangan Konsolidasi diperlukan apabila
salah satu perusahaan yang bergabung memiliki kontrol terhadap perusahaan lain, dan sebaliknya
laporan keuangan konsolidasi tidak diperlukan apabila satu perusahaan tidak memiliki kontrol
terhadap perusahaan lain. Artinya, jika tidak memiliki hak kendali (control) yang lebih, maka
mereka adalah badan usaha (entity) mandiri, artinya mereka masing-masing akan membuat
laporan keuangan yang sendiri-sendiri dan tidak mungkin untuk digabungkan, ditambahkan atau
yang sejenisnya. Jadi, tidak ada maksud untuk membuat sebuah laporan keuangan konsolidasi.

Adapun maksud dan tujuan Laporan Keuangan Konsolidasi disusun, yaitu agar dapat
memberikan gambaran yang obyektif dan sesuai atas keseluruhan posisi dan aktivitas dari satu
perusahaan (economic entity) yang terdiri atas sejumlah perusahaan yang berhubungan istimewa,
dimana laporan konsolidasi keuangan diharapkan tidak boleh menyesatkan pihak-pihak yang
berkepentingan dan harus didasarkan pada substansi atas peristiwa ekonomi juga. Dalam PSAK
No.65, Paragraf 4 penyajian Laporan Keuangan Konsolidasi oleh induk Perusahaan bertujuan
untuk memberikan informasi kepada para pemakai Laporan Keuangan mengenai data keuangan

3
dari suatu kelompok perusahaaan dalam kelompok tersebut merupakan suatu entitas hukum yang
terpisah satu sama lain. Dalam menyusun laporan keuangan konsolidasi, laporan keuangan bank
dan anak perusahaan digabungkan satu persatu dengan menjumlahkan unsure-unsur yang sejenis
dari asset, kewajiban, ekuitas, pendapatan dan beban. Agar laporan keuangan konsolidasi dapat
menyajikan informasi keuangan dari kelompok perusahaan tersebut sebagai satu kesatuan
ekonomi, maka perlu dilakukan langkah-langkah berikut:

1. Transaksi dan saldo resiprokal antara induk perusahaan dan anak perusahaan harus
dieliminasi
2. Keuntungan dan kerugian yang belum direalialisasi, yang timbul dari transaksi antara
bank dan anak perusahaan harus dieliminasi
3. Untuk tujuan konsolidasi, tanggal laporan keuangan anak perusahaan pada dasarnya
harus sama dengan tanggal laporan keuangan bank. Apabila tanggal laporan keuangan
tersebut berbeda maka laporan keuangan konsolidasi per tanggal laporan keuangan bank
masih dapat dilakukan sepanjang:
4. Perbedaan tanggal pelaporan tersebut tidak lebih dari 3 bulan
5. Peristiwa atau transaksi material yang terjadi diantara tanggal pelaporantersebut
diungkapkan dalam catatan atas laporan keuangan konsolidasi.
6. Laporan keuangan konsolidasi disusun dengan menggunakan kebijakan akuntansi yang
sama untuk transaksi, peristiwa dan keadaan yang sama atau sejenis.
7. Hak minoritas (minority interest) harus disajikan tersendiri dalam neraca konsolidasi
antara kewajiban dan modal sedangkan hak minoritas dalam laba disajikan dalam laporan
laba rugi konsolidasi.

B. Tujuan dan Manfaat Laporan Keuangan Konsolidasi

Tujuan Laporan Keuangan Konsolidasi

Maksud dan tujuan penyusunan Laporan Keuangan Konsolidasi, yaitu agar dapat
memberikan gambaran yang obyektif dan sesuai atas keseluruhan posisi dan aktivitas dari satu
perusahaan (economic entity) yang terdiri atas sejumlah perusahaan yang berhubungan istimewa,
dimana laporan konsolidasi keuangan diharapkan tidak boleh menyesatkan pihak-pihak yang
berkepentingan dan harus didasarkan pada substansi atas peristiwa ekonomi juga.

Manfaat Laporan Keuangan Konsolidasi

Diantara manfaat disusunnya Laporan Keuangan Konsolidasi adalah:

1. Untuk kepentingan jangka panjang, efek anak perusahaan terhadap induk


2. Memberikan informasi terkini bagi manajemen induk perusahaan tehadap kinerja grup
(anak) perusahaan.

4
Keterbatasan Laporan Keuangan Konsolidasi

Disamping memiliki manfaat, Laporan Keuangan Konsolidasi juga memiliki beberapa


keterbatasan, diantaranya:

1. Kinerja keuangan anggota perusahaan yang tidak bagus akan tertutupi


2. Rasio keuangan tidak mencerminkan rasio keuangan perusahaan
3. Ketidaktepatan penyusunan rekening akuntansi seluruh perusahaan
4. Kekurang lengkapan catatan laporan keuangan perusahaan individu

C. Teknik dan Prosedur Laporan Keuangan Konsolidasi

Prosedur Konsolidasi diatur dalam PSAK No. 4 (Paragraf 8,21 & 23) antara lain
dinyatakan bahwa dalam menyusun Laporan Keuangan Konsolidasi Laporan Keuangan Induk
Perusahaan (Parent Company) dan Anak Perusahaan (Subsidary Company) digabungkan satu
persatu dengan menggabungkan unsur-unsur yang sejenis dari Aktiva, Kewajiban, Ekuitas,
Pendapatan dan Beban.

Adapun prosedur penyusunan Laporan Keuangan Konsolidasi Dijelaskan lebih terperinci


lagi, yaitu:

1. Mempersiapkan kertas kerja penyusunan laporan keuangan konsolidasi


2. Memasukkan laporan keuangan meliputi laporan laba rugi, laporan laba ditahan dan
neraca masing-masing perusahaan induk dan anak pada kolomnya masing-masing.
3. Jika ada kesalahan-kesalahan pada laporan keuangan induk atau anak (seperti koreksi
terhadap pencatatan investasi dengan metode biaya dikonversi ke metode ekuitas) perlu
dibuatkan jurnal penyesuaian (diposting ke buku besar perusahaan induk atau anak).
4. Memasukkan jurnal eliminasi dalam kertas kerja.

D. Prinsip Konsolidasian

Prinsip konsolidasian adalah menyajikan laporan keuangan perusahaan induk dan entitas
anak yang dikendalikannya seolah-olah mereka adalah sebuah entitas tunggal. Arti tunggal
artinya laporan tersebut benar-benar menjadi satu, tidak terpisah-pisah lagi. Jika Anda pernah
melihat laporan segmen operasi sebuah usaha yang menyajikan pemisahan angka, maka laporan
konsolidasi merupakan kebalikannya.Perusahaan bisa melaporkan laporan keuangan dengan
prinsip konsolidasian jika memenuhi beberapa syarat seperti:

1. Memiliki satu atau lebih entitas anak (anak usaha) yang ditunjukkan dengan kepemilikan
modal saham.
2. Laporan keuangan anak usaha bisa dikonsolidasi jika kepemilikan saham lebih dari 50%
jika kepemilikan entitas anak kurang dari 50% namun perusahaan induk bersifat
mengendalikan, maka laporan keuangan bisa dikonsolidasi.

5
Ilustrasi Skenario Laporan Konsolidasian

Perusahaan INDUK mempunyai struktur anak sebagai berikut:

1. Anak A dengan saham 80% (20% milik publik)


2. Anak B dengan saham 45% (namun mengendalikan)
3. Anak C dengan saham 10% (tidak mengendalikan)

Maka Laporan Keuangan Konsolidasian Perusahaan Induk akan menggabungkan seluruh


angka laporan keuangan Anak A dan Anak B ke dalam laporan keuangan konsolidasiannya.
Angka laporan keuangan yang dimasukkan termasuk: aset, liabilitas, ekuitas, laba rugi, dan arus
kasnya. Sementara itu porsi pemilik lainnya akan disebut sebagai Kepentingan Non Pengendali
di bagian pos Ekuitas dan Laba/Rugi.

Maka ilustrasi Laporan Konsolidasian contoh di atas:

Aset: Seluruh aset INDUK (termasuk 100% aset A + 100% aset B + termasuk 10% C)

Liabilitas: Seluruh liabilitas INDUK (termasuk 100% liabilitas A + 100% liabilitas B)

Ekuitas: Ekuitas pemilik induk (termasuk 100% ekuitas A + 100% ekuitas B)

KNP (20% ekuitas A milik publik + 55% ekuitas B milik investor lain)

Laba/Rugi:

Pendapatan: seluruh pendapat induk (termasuk 100% A + 100% B) dst ke bawah

Laba kotor: (termasuk 100% A + 100% B)

Bagian penghasilan (rugi) komprehensif lain dari entitas asosiasi: 10% C

Laba: 100% A + 100% B + 10% C

Laba Pemilik Induk (termasuk 80% A + 45% B + 10% C)

KNP (20% A + 55% B)

Jika ada perusahaan induk mempunyai anak, anaknya mempunyai cucu, lalu cucunya
mempunyai cicit usaha, dan cicitnya mempunyai anak-cicit lagi, maka semuanya akan
dikonsolidasikan jika memang bersifat mengendalikan. Di posisi perusahaan paling induk hanya
tersedia satu angka konsolidasian mengikuti sifat-sifat seperti di atas.

Pembaca laporan keuangan, khususnya investor, harus lebih jeli melihat sifat-sifat dan
angka yang dilaporkan di atas.

6
PSAK 68

NILAI WAJAR

Entitas bisnis saat ini dituntut utuk dapat menyajikan laporan keuangan yang dapat
dibandingkan dengan laporan entitas bisnis lain, agar para pihak yang memiliki kepentingan
dalam entitas dapat menilai para entitas bisnis secara adil dan terbuka. Dalam melaksanakan hal
tersebut, setiap entitas bisnis diwajibkan untuk menggunakan sistem pencatatan laporan
keuangan yang seragam dan telah diterima oleh semua pihak, yakni PSAK. Pada era globalisasi
saat ini.
International Financial Reforting Standar (IFRS) merupakan pedoman penyusunan
laporan keuangan yang diterima secara global dan mendunai, sedangkan Pernyataan Standar
Keuangan (PSAK) merupakan pedoman standar akuntan di Indonesia untuk membuat laporan
keuangan Indonesia sebagai sebuah negara berkembang menjadi bagian dari pertumbuhan
ekonomi dunia telah merespon perubahan – perubahan sistem pelaporan keuangan terkini dengan
melakukan konvergensi IFRS. Ikatan Akuntan Indonesia (IAI) telah merencanakan PSAK ke
IFRS secara penuh pada tahun 2012 (full adoption).
Salah satu PSAK yang telah mengadopsi IFRS adalah PSAK 68 : Fair Value/ Nilai
Wajar, penerapan IFRS berarti merubah dan menyesuaikan sebagian besar prinsip dari standar
akuntansi yang sebelumnya telah berlaku berpuluh-puluh tahun. Salah satu perubahan mendasar
dari adanya adopsi IFRS tersebut adalah penggunaan Fair Value Accounting.

PEMBAHASAN

A. Defenisi Nilai Wajar

PSAK 68 memberikan defenisi seragam pada nilai wajar untuk transaksi yang mengharuskan
atau diperkenankan menggunakan pengukuran nilai wajar di PSAK lain.
Berikut ini adalah perbandingan defenisi nilai wajar antara PSAK 68 dan PSAK lainnya :

PSAK Sebelumnya PSAK 68 : Nilai Wajar


Jumlah suatu asset dipertukarkan atau Harga yang akan diterima untuk menjual
liabilitas atau diselesaikan antara pihak suatu asset atau harga yang akan dibayar
yang berkeinginan dan memiliki untuk mengalihkan suatu liabilitas dalam
pengetahuan dalam suatu transaksi yang transaksi teratur antara pelaku pada tanggal
wajar. pengukuran.

7
Nilai wajar dinilai sebagai konsep yang paling sesuai dan relevan untuk penyusunan
laporan keuangan sebuah perusahaan atau entitas bisnis sebab bisa mengambarkan nilai pasar
yang sebenarnya terjadi. Nilai wajar ini digunakan untuk mengukur: satu satu, sekelompok asset,
satu liabilitas, sekelompok liabilitas, konsiderasi bersih dari satu atau lebih asset dikurangi satu
atau lebih liabilitas terkait, satu segmen atau devisi dari sebuah entitas, satu lokasi atau wilayah
dari suatu entitas, satu keseluruhan entitas.

B. Aset dan Liabilitas

Pengukuran nilai wajar adalah untuk asset atau liabilities. Ketika mengukur nilai wajar,
entitasmemperhitungkan karakteristik aset atau liabilitas jika pelaku pasar akan
memperhitungkan karakteristik tersebut ketika menentukan harga aset atau liabilitas pada
tanggal pengukuran. Karakteristik tersebut misalnya : kondisi dan lokasi aset; dan pembatasan,
jika ada, atas penjualan atau penggunaan aset.
Dampak pengukuran yang timbul dari karakteristik tertentu akan berbeda tergantung pada
bagaimana karakteristik tersebut akan diperhitungkan pelaku pasar.
Aset atau liablitas yang diukur pada nilai wajar yang berdasarkan PSAK 68 dapat terdiri
salah satu sebagai berikut :

a) Aset atau liabilitas yang terdiri sendiri ( contohnya instrumen keuangan atau aset non
keuangan)

b) Sekelompok aset, sekelompok liabilitas atau sekelompok aset dan liabilitas ( contoh suatu unit
penghasil kas atau bisnis)

Entitas mengukur nilai wajar suatu asset atau liabilities menggunakan asumsi yang akan
digunakan pelaku pasar ketika menentukan harga asset atau liabilities tersebut, dengan asumsi
bahwa pelaku pasar bertindak dalam kepentingan ekonomi terbaiknya.
Entitas mengidentifikasi pelaku pasar secara umum, mempertimbangkan faktor yang spesifik
untuk.
Asset dan liabilitas
Pasar utama
Pelaku pasar yang akan melakukan transaksi

C. Transaksi

Pengukuran nilai wajar mengasumsikan bahwa aset atau liablitas dipertukarkan dalam suatu
transaksi tertaur antara pelaku pasar untuk menjual aset atau mengalihkan liabilitas pada tanggal
pengukuran berdasarkan kondisi pasar saat ini. Pengukuran nilai wajar mengasumsikan bahwa
transaksi untuk menjual aset atau mengalihkan liabilitas terjadi :

a) Di pasar utama ( principal market) untuk aset atau liabilitas tersebut,

8
b) Jika tidak terdapat pasar utama yang paling menguntungkan ( most advantegous market ) untuk
asset atau liabilitas tersebut.

Entitas tidak perlu melaksanakan pencarian menyeluruh atas semua pasar yang ada untuk
mengidentifikasi pasar utama, atau jika tidak terdapat pasar utama, pasar yang paling
menguntungkan, namun entitas memperhitungkan seluruh informasi yang sewajarnya tersedia.
Jika tidak terdapat bukti yang bertentangan, maka pasar dimana entitas umumnya melakukan
transaksi untuk menjual aset atau mengalihkan liabilitas tersebut dianggapi sebagai pasar utama,
atau jika terdapat pasar utama, pasar yang paling menguntungkan. Jika terdapat pasar utama
untuk aset dan liabilitas, maka pengukuran nilai wajar mempresentasikan harga di pasar tersebut,
bahkan jika harga di pasar yang berbeda berpotensi lebih menguntungkan pada tanggal
pengukuran.

D. Pelaku Pasar

Dalam PSAK 68 mengukur fair value/ nilai wajar, entitas menggunakan asumsi bahwa
pelaku pasar yang menentukan harga aset atau liabilitas berdasarkan kepentingan ekonomi
terbaiknya memenuhi karakteristik seperti independent (not related parties), knowledgable, able
to enter into transaction, and willing to enter.
Hal yang dipertimbangkan dalam mengidentifikasi pelaku pasar secara umum adalah:

1) Aset atau liabilitas (baik berdiri sendiri ataupun aset/liabilitas kelompok)


2) Pasar (baik pasar utama atapun pasar yang paling menguntungkan ketika pasar utama tidak
ada)
3) Pelaku pasar yang melakukan transaksi

E. Harga

Nilai wajar adalah harga yang akan diterima untuk menjual suatu asset atau harga yang akan
dibayar untuk mengalihkan suatu liabilitas dalam transaksi teratur di pasar utama ( pasar yang
paling menguntungkan) pada tanggal pengukuran berdasarkan kondisi pasar saat ini ( yaitu harga
keluaran) terlepas apakah harga tersebut dapat diobservasi secara langsung atau diestimasi
menggunakan teknik penilaian.
Harga di pasar utama ( pasar yang paling menguntungkan) yang digunakan untuk
mengukur nilai wajar asset atau liabilitas tidak disesuaikan dengan biaya transaksi (transaction
cost). Biaya transaksi dicatat sesuai dengan pernyataan lain. Biaya transaksi bukan merupakan
karakteristik suatu asset dan liabilitas.

F. Penerapan pada Aset Nonkeuangan

Nilai wajar dihitung berdasarkan kemampuan pelaku pasar untuk menghasilkan manfaat
ekonomik dari penjualan aset kepada pelaku pasar yang akan menggunakan aset tersebut dengan
penggunaan terbaik dan tertinggi. Hal ini memperhitungkan:

9
penggunaan yang secara fisik dimungkinkan (physically possible);
secara hukum diizinkan (legally permissible); dan
layak secara keuangan (financially feasible).
Penggunaan tertinggi dan terbaik juga menetapkan premis penilaian (valuation premise) yang
digunakan untuk mengukur nilai wajar. Penggunaan tertinggi dan terbaik ini didasarkan pada
kondisi:
penggunaan kombinasi dengan aset atau liabilitas, yaitu ketika aset digunakan bersama dengan
aset atau liabilitas lain
penggunaan aset secara terpisah

Penerapan pada Liabilitas dan Instrumen Ekuitas Milik Entitas Sendiri

Pengukuran nilai wajar mengasumsikan bahwa liabilitas keuangan atau, liabilitas non
keuangan atau instrumen ekuitas milik entitas sendiri (contohnya kepemilikan saham yang
diterbitkan sebagai pembayaran dalam suatu kombinasi bisnis) dialihkan kepada pelaku pasar
pada tanggal pengukuran.
Penerapan pada liabilitas dan instrumen ekuitas milik entitas sendiri dalam pengukuran
nilai wajar mengasumsikan bahwa:
Liabilitas akan tetap terutang, dan tidak akan diselesaikan atau diakhiri pada tanggal pengukuran.
Instrumen ekuitas milik entitas sendiri akan tetap beredar dan tidak akan dibatalkan atau diakhiri
pada tanggal pengukuran.

A. Metode Pengukuran Nilai Wajar ( Fair Value)


Berdasarkan PSAK No. 68 tahun 2013 tentang pengukuran Nilai wajar, teknik penilaian
nilai wajar yaitu :
1. Pendekatan Pasar ( market approach)
Pendekatan pasar ( market approach) menggunakan harga dan informasi relevan lain yang
dihasilkan oleh transaksi pasar yang melibatkan asset, liabilitas, atau kelompok asset dan
liabilitas yang identik atau sebanding seperti bisnis.
2. Pendekatan Biaya ( Cost appoarch )
Pendekatan biaya ( coast approach) mencerminkan jumlah yang diburuhkan saat ini untuk
menggantikan kapasitas manfaat ( service capacity) asset ( sering disebut sebagai biaya
pengganti saat ini)
3. Pendekatan penghasilan ( income approach)
Pendekatan penghasilan ( income approach) mengkonversi jumlah masa depan ( contohnya arus
kas atau penghasilan dan beban) ke suatu jumlah tunggal saat ini (yang didiskontokan). Ketka
pendekatan penghasilan digunakan, pengukuran nilai wajar mencerminkan harapan pasar saat ini
mengenai jumlah masa depan tersebut.

B. Nilai Wajar pada Saat Pengakuan Awal


Ketika aset diperoleh atau liabilitas diambil alih dalam transaksi pertukaran untuk aset atau
liabilitas tersebut, harga transaksi adalah harga yang dibayar untuk memperoleh aset atau
diterima untuk mengambil alih liabilitas (harga masukan (entry price)). Sebaliknya, nilai wajar

10
aset atau liabilitas adalah harga yang akan diterima untuk menjual aset atau dibayar untuk
mengalihkan liabilitas (harga keluaran). Entitas tidak perlu menjual aset pada harga yang dibayar
untuk memperoleh aset tersebut. Serupa dengan hal tersebut, entitas tidak perlu mengalihkan
liabilitas pada harga yang diterima untuk mengambil alih liabilitas tersebut.
Ketika menentukan apakah nilai wajar pada saat pengakuan awal adalah sama dengan harga
transaksi, entitas memperhitungkan faktor yang spesifik atas transaksi dan aset atau liabilitas
tersebut. Paragraf PP04 menjelaskan situasi dimana harga transaksi mungkin tidak
merepresentasikan nilai wajar aset atau liabilitas pada saat pengakuan awal.
Jika Pernyataan lain mensyaratkan atau mengizinkan entitas untuk mengukur aset atau
liabilitas awalnya pada nilai wajar dan harga transaksi berbeda dari nilai wajar, maka entitas
mengakui keuntungan atau kerugian yang dihasilkan dalam laba rugi, kecuali dinyatakan lain
dalam Pernyataan tersebut.

C. Hirarki Nilai Wajar


Untuk meningkatkan konsistensi dan keterbandingan dalam pengukuran nilai wajar dan
pengungkapan yang terkait, Pernyataan ini menetapkan hirarki nilai wajar yang mengkategorikan
dalam tiga level (lihat paragraf 76–90) input untuk teknik penilaian yang digunakan dalam
pengukuran nilai wajar. Hirarki nilai wajar memberikan prioritas tertinggi kepada harga
kuotasian (tanpa penyesuaian) di pasar aktif untuk aset atau liabilitas yang identik (input Level 1)
dan prioritas terendah untuk input yang tidak dapat diobservasi (input Level 3).
Jika input yang dapat diobservasi membutuhkan penyesuaian menggunakan input yang
tidak dapat diobservasi dan penyesuaian tersebut menghasilkan pengukuran nilai wajar yang
secara signifikan lebih tinggi atau lebih rendah, pengukuran yang dihasilkan akan dikategorikan
dalam Level 3 hirarki nilai wajar. Sebagai contoh, jika pelaku pasar akan memperhitungkan
dampak suatu pembatasan pada penjualan aset ketika mengestimasi harga untuk aset tersebut,
entitas akan menyesuaikan harga kuotasian untuk mencerminkan dampak dari pembatasan
tersebut. Jika harga kuotasian tersebut adalah input Level 2 dan penyesuaiannya
adalah inputyang tidak dapat diobservasi yang signifikan terhadap keseluruhan pengukuran,
maka pengukuran tersebut akan dikategorikan dalam Level 3 hirarki nilai wajar.

PSAK 68 menetapkan hirarki nilai wajar yang mengelompokkan input untuk tehnik
penilaian yang digunakan dalam pengukuran nilai wajar menjadi tiga level input yaitu:

• Input Level 1 adalah harga kuotasian (tanpa penyesuaian) di pasar aktif untuk aset atau liabilitas
yang identik yang dapat diakses entitas pada tanggal pengukuran.

• Input Level 2 adalah input selain harga kuotasian yang termasuk dalam Level 1 yang dapat
diobservasi untuk aset atau liabilitas, baik secara langsung atau tidak langsung.

• Input Level 3 adalah input yang tidak dapat diobservasi untuk aset atau liabilitas.

11
KESIMPULAN

PSAK 68 mendefinisikan nilai wajar (fair value) sebagai “harga yang akan diterima
untuk menjual suatu aset atau harga yang akan dibayar untuk mengalihkan suatu liabilitas dalam
transaksi teratur antara pelaku pasar pada tanggal pengukuran”.
Dalam pengukuran nilai wajar, karakteristik aset atau liabilitas (seperti kondisi dan
lokasi, dan pembatasan) diperhitungkan jika karakteristik tersebut dipertimbangkan oleh pelaku
pasar (market participants) pada tanggal pengukuran. Pengukuran nilai wajar mengasumsikan
bahwa transaksi pertukaran terjadi dalam suatu transaksi teratur (orderly transaction) di pasar
utama (principal market), atau jika tidak ada, di pasar yang paling menguntungkan (most
advantageous market).
Teknik penilaian yang digunakan dalam mengukur nilai wajar memaksimalkan
penggunaaninput yang dapat diobservasi yang relevan dan meminimalkan
penggunaan input yang tidak dapat diobservasi. Input tersebut dikategorikan dalam tiga level
hirarki nilai wajar, yaitu:
a. Input Level 1, yaitu harga kuotasian (tanpa penyesuaian) di pasar aktif untuk aset atau
liabilitas yang identik yang dapat diakses entitas pada tanggal pengukuran.
b. Input Level 2, yaitu input selain harga kuotasian yang termasuk dalam Level 1 yang dapat
diobservasi untuk aset atau liabilitas, baik secara langsung atau tidak langsung.
c. Input Level 3, yaitu input yang tidak dapat diobservasi untuk aset atau liabilitas.

12
13

Anda mungkin juga menyukai