id
SKRIPSI
Oleh :
Nama : Mike Susanto
NPM : 11.13031.0143/P
Jurusan : Akuntansi
Bidang Konsentrasi : Akuntansi Manajemen
SKRIPSI
Oleh :
Nama : Mike Susanto
NPM : 11.13031.0143/P
Jurusan : Akuntansi
Bidang Konsentrasi : Akuntansi Manajemen
“Saya yang bertanda tangan di bawah ini menyatakan bahwa skripsi ini telah
ditulis dengan sunguh-sunguh dan tidak ada bagian yang merupakan penjiplakan
karya yang lain seperti dimaksud dalam buku pedoman penyusunan skripsi
Jurusan Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Islam Kadiri. Apabila
dikemudian hari terbukti bahwa pernyataan ini tidak benar, maka saya sanggup
menerima hukuman/sanksi sesuai peraturan yang berlaku”
Mike Susanto
Penerapan Biaya Kualitas Dengan Metode Zero Defect
Guna Meningkatkan Laba Perusahaan
(Studi Kasus Pada Perusahaan Mebel Sri Rejeki Nganjuk)
Oleh :
Oleh :
Mengetahui :
Dekan Fakultas Ekonomi
Universitas Islam Kadiri
MOTTO
PERSEMBAHAN
Skripsi ini saya persembahkan kepada:
menyelesaikan skripsi ini sebagai salah satu syarat guna memperoleh gelar sarjana
ilmu ekonomi akuntansi. Skripsi ini diberi judul “Penerapan Biaya Kualitas
Dengan Metode Zero Defect Guna Meningkatkan Laba Perusahaan (Studi Kasus
bimbingan, dan motivasi dalam penulisan skripsi ini. Maka dengan penuh rasa
hormat dan rendah hati, peneliti menyampaikan banyak terima kasih yang
sebesar-besarnya kepada :
1. Bapak Dr. Ir. H Abdul Talkah, MM., selaku Rektor Universitas Islam
Kadiri.
7. Kepada kedua orang tua, kakak, dan adik saya yang telah banyak
membantu dan memberi semangat serta doa, sehingga skripsi ini dapat
skripsi ini.
Peneliti merasa bahwa apa yang disajikan dalam penulisan ini tidak
terlepas dari kekurangan, oleh karena itu segala saran dan kritik yang membangun
akan peneliti terima dengan senang hati. Hal tersebut tidak lain adalah untuk
Akhirnya semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi kita semua, amin.
Penulis
Mike Susanto
DAFTAR ISI
BAB I : PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah....................................................................................... 1
1.2 Batasan Masalah................................................................................................... 3
1.3 Rumusan Masalah................................................................................................. 3
1.4 Tujuan Penelitian.................................................................................................. 3
1.5 Manfaat Penelitian................................................................................................ 4
BAB V : PENUTUP
5.1 Kesimpulan.......................................................................................................... 61
5.2 Saran.................................................................................................................... 62
DAFTAR PUSTAKA................................................................................................ 63
LAMPIRAN 1............................................................................................................ 64
LAMPIRAN 2............................................................................................................ 65
LAMPIRAN 3............................................................................................................ 66
DAFTAR TABEL
PENDAHULUAN
berupa persaingan. Salah satu usaha yang dilakukan perusahaan agar dapat
kecil maupun besar jika ingin sukses dan mampu bertahan harus memiliki
adanya produk yang berkualitas rendah dan semua biaya-biaya yang terkait
mengharuskan tidak ada produk yang rusak. Konsep dari standar kerusakan
biaya kegagalan secara terus menerus dan mencari cara untuk meningkatkan
produk, dan biaya lain-lain yang berhubungan dengan biaya kualitas. Kualitas
produk yang baik secara tidak langsung dapat meningkatkan pangsa pasar dan
pendapatan dan biaya, perbandingan yang tepat atas pendapatan dan biaya
tergambar dalam laporan laba rugi. Penyajian laba melalui laporan tersebut
kebutuhan mebel. Produk yang diproduksi meliputi meja, kursi, sofa, bufet,
masih terjadinya sejumlah tertentu produk rusak yang akan diproduksi dan
dijual. Dengan masih adanya produk yang rusak tersebut perusahaan masih
menanggung biaya pengerjaan ulang suatu produk dan biaya-biaya lain yang
zero defect yang dibandingkan dengan nilai penjualan, data yang dianalisis
adalah laporan biaya kualitas dan laporan laba rugi periode 2011 sampai
2013.
a. Manfaat Operasional
b. Manfaat Akademik
LANDASAN TEORI
kualitas produk.
dihasilkan.
3. Untuk mengetahui besarnya biaya dengan adanya produk yang
penjualan.
jenis, yaitu:
dan gaji yang dibayarkan dalam pelatihan, biaya instruksi, biaya staf
manual instruksi.
b. Biaya desain ulang produk dan peningkatan proses, biaya ini ditujukan
alat produksi.
d. Biaya sistem informasi, biaya ini diperlukan untuk pengembangan
selama masa produksi dan secara prioritas biaya penilaian ini untuk
mencari solusinya.
ditentukan.
Biaya ini adalah kerugian yang terjadi karena adanya sisa bahan baku
dikehendaki.
d. Biaya proses
kembali.
produk
lain, yaitu:
1. Metode tradisional
rusak yang akan diproduksi dan dijual. Sebagai dasar standar kualitas,
Dalam pandangan ini tingkat optimal biaya kualitas dapat terjadi jika
tidak ada produk rusak (zero defect). Standar kerusakan nol (zero defect)
dicapai dengan hasil yang mendekati standar. Model kerusakan nol (zero
kualitas optimal seharusnya biaya kualitas tidak lebih dari 2,5% dari
penjualan.
sebagai berikut:
Tabel 2.1
Laporan Biaya Kualitas
Biaya pencegahan:
Pelatihan kualitas XXX
Rekayasa keandalan XXX
Jumlah XXX XXX %
Biaya penilaian:
Pemeriksaan bahan baku XXX
Penerimaan produk XXX
Penerimaan proses XXX
Jumlah XXX XXX %
Biaya kegagalan internal:
Sisa bahan XXX
Pengerjaan ulang XXX
Jumlah XXX XXX %
Biaya kegagalan eksternal:
Keluhan pelanggan XXX
Garansi XXX
Perbaikan XXX
Jumlah XXX XXX %
Total biaya kualitas XXX XXX %
kedalam laporan laba rugi. Dalam laporan laba rugi, biaya kualitas
Tabel 2.2
Laporan laba rugi
Penjualan XXX
Harga pokok penjualan:
Persediaan barang dagang awal XXX
Harga pokok produksi:
Biaya bahan baku XXX
Biaya tenaga kerja langsung XXX
Biaya overhead pabrik:
Biaya bahan pembantu XXX
Biaya depresiasi gedung XXX
Biaya depresiasi mesin XXX
Biaya listrik XXX
Biaya kualitas XXX
Total biaya overhead pabrik XXX
Total harga pokok produksi XXX
Persediaan barang jadi tersedia dijual XXX
Persediaan barang dagang akhir XXX
Total harga pokok penjualan XXX
Laba kotor XXX
Beban operasi:
Beban penjualan XXX
Beban administrasi dan umum XXX
Total beban operasi XXX
Laba bersih XXX
dibuat.
sebagai berikut:
keputusan manajemen.
kualitas.
4. Informasi biaya kualitas penting bagi pihak luar ketika mereka menilai
sebagai berikut:
eksternal.
nol (zero defect) biaya kualitas dapat diturunkan dengan beberapa strategi,
yaitu:
menghasilkan perbaikan.
sebagai berikut:
(defect).
4. Biaya evaluasi kualitas oleh alat pengontrol untuk figur yang akurat.
kualitas.
laba adalah kenaikan modal atau aktiva bersih yang merupakan selisih
berikut:
1. Laba kotor
Laba kotor adalah selisih antara penjualan bersih dengan harga pokok
penjualan.
2. Laba usaha
Laba usaha adalah selisih laba kotor dan beban usaha. Laba usaha adalah
3. Laba bersih
sebagai berikut:
a. Pendapatan (revenue)
Pendapatan (revenue) adalah aliran masuk atau kenaikan lain aktiva suatu
penyerahan jasa, atau dari kegiatan lain yang merupakan kegiatan utama
badan usaha.
b. Beban (expense)
c. Keuntungan (gain)
d. Kerugian (losses)
a. Besarnya perusahaan
b. Umur perusahaan
pertumbuhan laba.
d. Tingkat penjualan
tinggi.
Semakin besar perubahan laba masa lalu, semakin tidak pasti laba yang
pengambilan keputusan.
menjalankan perusahaan.
laba perusahaan
merupakan salah satu teknik yang perlu dilakukan mulai dari sebelum proses
(zero defect) secara tepat dan efektif dapat berdampak pada tingkat kegagalan
defect) merupakan tujuan jangka panjang, jika kerusakan nol bisa dicapai
penilaian saja. Para ahli menyatakan bahwa tingkat kualitas optimal tidak
boleh lebih dari batas toleransi sebesar 2,5 % dari penjualan, standar 2,5%
yang tepat untuk setiap elemen biaya secara individual. Anggaran dapat
secara individual sehingga biaya kualitas total yang dianggarkan tidak lebih
dari 2,5% dari penjualan. Hal tersebut dapat digunakan sebagai umpan balik
Gambar 2.1
Skema kerangka pikir
Biaya Kualitas
Zero Defect
Laba
METODE PENELITIAN
lingkup dalam penelitian ini hanya mencakup pada penerapan biaya kualitas
berdasarkan metode zero defect, data yang digunakan adalah laporan biaya
Peneliti memilih lokasi penelitian pada UD. Sri Rejeki yang beralamat
b. Pada perusahaan tersebut terdapat kasus yang sesuai dengan judul yang
diteliti.
Sumber data yang digunakan dalam penelitian ini berupa data primer. Data
primer yang digunakan dalam penelitian ini berupa data tentang sejarah
1. Data Kualitatif
Data kualitatif yang digunakan dalam penelitian ini adalah data mengenai
2. Data Kuantitatif
Data kuantitatif yang digunakan dalam penelitian ini adalah data harga
jual produk, laporan biaya kualitas, dan laporan laba rugi periode tahun
a. Wawancara
tentang jenis produk yang diproduksi, proses produksi, dan harga jual
produk.
b. Dokumentasi
a. Biaya kualitas
b. Zero defect
c. Laba
a. Biaya kualitas
Biaya kualitas adalah biaya-biaya yang terjadi atau mungkin akan terjadi
c. Laba
akuntansi.
berikut :
aktual perusahaan.
Format laporan laba rugi yang di dalamnya terdapat biaya kualitas yaitu
sebagai berikut:
PT. X
Laporan Laba Rugi
Untuk tahun yang berakhir 31 Desember 200X
Penjualan XXX
Harga pokok penjualan:
Persediaan barang dagang awal XXX
Harga pokok produksi:
Biaya bahan baku XXX
Biaya tenaga kerja langsung XXX
Biaya overhead pabrik:
Biaya bahan pembantu XXX
Biaya depresiasi gedung XXX
Biaya depresiasi mesin XXX
Biaya listrik XXX
Biaya kualitas XXX
Total biaya overhead pabrik XXX
Total harga pokok produksi XXX
Persediaan barang jadi tersedia dijual XXX
Persediaan barang dagang akhir XXX
Total harga pokok penjualan XXX
Laba kotor XXX
Beban operasi:
Beban penjualan XXX
Beban administrasi dan umum XXX
Total beban operasi XXX
Laba bersih XXX
BAB IV
kebutuhan mebel. Pada mulanya perusahaan ini memulai usaha dalam skala
kecil, yaitu dari lingkup usaha keluarga. Perusahaan ini didirikan oleh
1988 perusahaan resmi memiliki badan hukum, yaitu dengan nomor SIUP
Timur serta mampu bertahan pada saat krisis moneter tahun 1998.
Perusahaan Sri Rejeki hingga kini masih tetap bertahan, untuk itu
usahanya tidak hanya pada bidang mebel saja tetapi juga membuka usaha
511.3/621/411.504/2008.
Lokasi perusahaan Sri Rejeki terbagi dua, yaitu untuk pusat produksi
sebenarnya juga tidak jauh dari tempat produksi yaitu di Desa Sumengko
lebih murah.
b. Tenaga kerja
c. Transportasi
lain:
a. Lembaga keuangan
kontinuitas perusahaan.
penjualan.
perusahaan Sri Rejeki adalah unit usaha dagang atau UD, dengan nomor
SIUP 511.3/621/411.504/2008.
4.1.5 Struktur Organisasi
Gambar 4.1
Struktur Organisasi
UD. Sri Rejeki
Pimpinan
Perusahaan
1. Pimpinan Perusahaan
2. Kabag. Pemasaran
3. Kabag. Personalia
4. Kabag. Produksi
pemilik perusahaan.
keseluruhan.
yang diperlukan.
b. Sub bagian perakitan
Ini merupakan bagian selanjutnya dari bagian di atas, disini kayu yang
bagian finishing.
5. Kabag. Keuangan
oleh perusahaan.
4.1.6 Personalia
1. Jumlah Karyawan
Pada saat ini tenaga kerja yang dimiliki oleh perusahaan Sri Rejeki
keterampilannya.
Ketentuan jam dan hari kerja yang ditetapkan perusahaan, antara lain:
produksi barang yang dihasilkan. Dan yang kedua adalah bulanan untuk
Keuangan.
karena dengan adanya bahan baku yang mencukupi dan memenuhi syarat
maka proses produksi bisa berjalan lancar sesuai dengan yang direncanakan.
Bahan baku utama yang dibutuhkan perusahaan adalah kayu jati. Meskipun
sekarang ini untuk memperoleh bahan baku utama tersebut mulai ada
kendala, yaitu sulitnya mencari bahan baku kayu jati dan bila ada mungkin
harganya relatif mahal. Perusahaan tetap memilih kayu jati sebagai bahan
mebel yang lebih baik. Kebutuhan bahan baku perusahaan Sri Rejeki
a. Kayu
b. Kain
c. Busa
Tabel 4.1
UD. Sri Rejeki
Persediaan Akhir Bahan Baku
1. Proses penggergajian
lanjut.
2. Proses perakitan
Pada proses ini bahan baku kayu yang sudah diolah atau dipotong oleh
mebel yang diinginkan. Dalam tahap ini dapat dikatakan juga bahwa
c. Pengecatan pada tahap ini terdiri dari dua proses, yaitu dasaran dan
dihasilkan oleh perusahaan mebel Sri Rejeki selama tahun 2011 – 2013
Tabel 4.2
Hasil dan Penjualan Produk Tahun 2011
Tabel 4.4
Hasil dan Penjualan Produk Tahun 2013
Gambar 4.2
Hasil Produksi
3. Politur doff
3. Ukir Bunga
2. Full Busa
2. Full Busa
2. Full Busa
2. Ukiran
2. Dua pintu
3. Ukiran
tiga tahun, yaitu tahun 2011 sampai dengan 2013 adalah sebagai berikut:
1. Biaya pencegahan
alat-alat produksi.
2. Biaya penilaian
Biaya penilaian yang ada pada perusahaan Sri Rejeki adalah biaya
yang selesai.
a. Biaya sisa bahan, merupakan biaya sisa bahan baku yang tidak
Biaya kegagalan eksternal yang ada pada perusahaan Sri Rejeki adalah
Tabel 4.5
Laporan Biaya Kualitas Perusahaan Sri Rejeki
Biaya pencegahan:
Desain produk Rp 11.553.500 Rp 13.061.900 Rp 18.785.700
Pelatihan kualitas Rp 12.612.000 Rp 17.194.810 Rp 22.032.500
Pemeliharaan mesin Rp 19.222.900 Rp 23.780.230 Rp 35.129.800
Biaya penilaian:
Inspeksi bahan Rp 11.337.800 Rp 16.200.000 Rp 19.850.310
Tabel 4.6
UD. Sri Rejeki
Laporan Laba Rugi
Tahun yang berakhir 31 Desember 2011
Penjualan Rp 3.432.575.000
Harga pokok penjualan:
Persediaan barang jadi, 1 Januari 2011 Rp 67.125.000
Harga pokok produksi:
Biaya bahan baku Rp 1.508.825.000
Biaya tenaga kerja langsung Rp 562.750.000
Biaya overhead pabrik:
Biaya bahan pembantu Rp 657.193.000
Biaya depresiasi gedung Rp 24.172.500
Biaya depresiasi mesin Rp 17.450.000
Biaya pemeliharaan mesin Rp 19.222.900
Biaya desain produk Rp 1.153.500
Biaya pelatihan kerja Rp 12.612.000
Biaya inspeksi bahan Rp 11.337.800
Biaya sisa bahan Rp 6.150.440
Biaya pengerjaan ulang Rp 16.463.200
Biaya penggantian Rp 22.619.000
Biaya asuransi Rp 16.400.000
Biaya listrik Rp 19.150.000
Total biaya overhead pabrik Rp 834.324.340
Total harga pokok produksi Rp 2.905.899.340
Persediaan barang jadi tersedia dijual Rp 2.973.024.340
Persediaan barang jadi, 31 Desember 2011 Rp 50.960.000
Total Harga pokok penjualan Rp 2.922.064.340
Laba kotor Rp 510.510.660
Beban operasi:
Beban penjualan Rp 73.442.582
Beban administrasi dan umum Rp 54.077.000
Total beban operasi Rp 127.519.582
Laba operasi Rp 382.991.078
Pendapatan lain-lain (service) Rp 15.015.000
Laba bersih Rp 398.006.078
Sumber: Perusahaan Sri Rejeki
Tabel 4.7
UD. Sri Rejeki
Laporan Laba Rugi
Tahun yang berakhir 31 Desember 2012
Penjualan Rp 3.914.015.000
Harga pokok penjualan:
Persediaan barang jadi, 1 Januari 2012 Rp 50.960.000
Harga pokok produksi:
Biaya bahan baku Rp 1.731.785.000
Biaya tenaga kerja langsung Rp 647.365.000
Biaya overhead pabrik:
Biaya bahan pembantu Rp 725.738.000
Biaya depresiasi gedung Rp 24.172.500
Biaya depresiasi mesin Rp 17.450.000
Biaya pemeliharaan mesin Rp 23.780.230
Biaya desain produk Rp 13.061.900
Biaya pelatihan kerja Rp 17.194.810
Biaya inspeksi bahan Rp 16.200.000
Biaya sisa bahan Rp 7.725.920
Biaya pengerjaan ulang Rp 15.820.700
Biaya penggantian Rp 18.277.500
Biaya asuransi Rp 16.400.000
Biaya listrik Rp 19.788.600
Total biaya overhead pabrik Rp 915.610.160
Total harga pokok produksi Rp 3.294.760.160
Persediaan barang jadi tersedia dijual Rp 3.345.720.160
Persediaan barang jadi, 31 Desember 2012 Rp 64.385.000
Total Harga pokok penjualan Rp 3.281.335.160
Laba kotor Rp 632.679.840
Beban operasi:
Beban penjualan Rp 76.241.000
Beban administrasi dan umum Rp 55.527.600
Total beban operasi Rp 131.768.600
Laba operasi Rp 500.911.240
Pendapatan lain-lain (service) Rp 13.585.000
Laba bersih Rp 514.496.240
Sumber: Perusahaan Sri Rejeki
Tabel 4.8
UD. Sri Rejeki
Laporan Laba Rugi
Tahun yang berakhir 31 Desember 2013
Penjualan Rp 4.753.575.000
Harga pokok penjualan:
Persediaan barang jadi, 1 Januari 2013 Rp 64.385.000
Harga pokok produksi:
Biaya bahan baku Rp 2.096.560.000
Biaya tenaga kerja langsung Rp 784.135.000
Biaya overhead pabrik:
Biaya bahan pembantu Rp 860.288.000
Biaya depresiasi gedung Rp 24.172.500
Biaya depresiasi mesin Rp 17.450.000
Biaya pemeliharaan mesin Rp 35.129.800
Biaya desain produk Rp 18.785.700
Biaya pelatihan kerja Rp 22.032.500
Biaya inspeksi bahan Rp 19.850.310
Biaya sisa bahan Rp 4.320.660
Biaya pengerjaan ulang Rp 13.152.200
Biaya penggantian Rp 14.688.000
Biaya asuransi Rp 16.400.000
Biaya listrik Rp 21.406.670
Total biaya overhead pabrik Rp 1.067.676.340
Total harga pokok produksi Rp 3.948.371.340
Persediaan barang jadi tersedia dijual Rp 4.012.756.340
Persediaan barang jadi, 31 Desember 2013 Rp 59.015.000
Total Harga pokok penjualan Rp 3.953.741.340
Laba kotor Rp 799.833.660
Beban operasi:
Beban penjualan Rp 83.922.100
Beban administrasi dan umum Rp 57.610.411
Total beban operasi Rp 141.532.511
Laba operasi Rp 658.301.149
Pendapatan lain-lain (service) Rp 16.445.000
Laba bersih Rp 674.746.149
Sumber: Perusahaan Sri Rejeki
Dalam laporan laba rugi perusahaan Sri Rejeki di atas, yang termasuk
7. Biaya penggantian
4.2 Pembahasan
Sesuai dengan apa yang ada di teknik analisis data, maka dalam
= Rp 99.958.840 : Rp 3.432.575.000
= 2, 91 %
= Rp 112.061.060 : Rp 3.914.015.000
= 2, 86 %
= Rp 127.959.170 : Rp 4.753.575.000
= 2, 69 %
dari penjualan di atas, biaya kualitas pada tahun 2011 sebesar 2,91% dari
eksternal, hal ini bisa dilihat dengan masih adanya biaya penggantian barang
atau retur pada biaya kualitas perusahaan Sri Rejeki. Dari angka di atas
dapat diketahui perusahaan Sri Rejeki belum mencapai zero defect, karena
boleh lebih dari 2,5% dan kegagalan eksternal harus sampai pada angka nol.
Meskipun belum mencapai standar zero defect, ada kecenderungan
bahwa perusahaan mebel Sri Rejeki dapat menuju zero defect. Hal ini dapat
dilihat dari biaya kegagalan eksternal yang selalu menurun dari tahun
ke tahun, tahun 2011 sebesar Rp 22.619.000 pada tahun 2012 turun menjadi
lagi aktivitas pencegahan sebagai tindakan agar standar zero defect dapat
tercapai.
4.2.2 Penerapan biaya kualitas berdasarkan metode zero defect dengan batas
tahun 2011
= 2,5 % X Rp 3.432.575.000
= Rp 85.814.375
= 60 % X Rp 85.814.375
= Rp 51.488.625
- Biaya penilaian = 25 % dari Total biaya kualitas
= 25 % X Rp 85.814.375
= Rp 21.453.594
= 15 % X Rp 85.814.375
= Rp 12.872.156
tahun 2012
= 2,5 % X Rp 3.432.575.000
= Rp 97.850.375
= 60 % X Rp 97.850.375
= Rp 58.710.225
= 25 % X Rp 97.850.375
= Rp 24.462.594
= 15 % X Rp 97.850.375
= Rp 14.677.556
c. Perhitungan penerapan biaya kualitas berdasarkan metode zero defect
tahun 2013
= 2,5 % X Rp 3.432.575.000
= Rp 118.839.375
= 60 % X Rp 118.839.375
= Rp 71.303.625
= 25 % X Rp 118.839.375
= Rp 29.709.844
= 15 % X Rp 118.839.375
= Rp 17.825.906
zero defect, bila perusahaan Sri Rejeki melakukan investasi pada aktivitas
dengan metode zero defect sebesar 2,5% dari penjualan, maka perusahaan
dengan metode zero defect secara tepat dan efektif dapat berdampak pada
tingkat kegagalan eksternal sampai pada angka nol dan biaya kualitas dapat
tidak boleh lebih dari batas toleransi sebesar 2,5% dari penjualan.
Tabel 4.9
Perbandingan Laporan Laba Rugi Tahun 2011
UD. SRI REJEKI
Laporan Laba Rugi
Tahun yang berakhir 31 Desember 2011
Sebelum menggunakan zero defect Sesudah menggunakan zero defect
Penjualan Rp 3.432.575.000 Rp 3.432.575.000
Harga pokok penjualan:
Persediaan barang jadi, 1 Januari 2011 Rp 67.125.000 Rp 67.125.000
Harga pokok produksi:
Biaya bahan baku Rp 1.508.825.000 Rp 1.508.825.000
Biaya tenaga kerja langsung Rp 562.750.000 Rp 562.750.000
Biaya overhead pabrik:
Biaya bahan pembantu Rp 657.193.000 Rp 657.193.000
Biaya depresiasi gedung Rp 24.172.500 Rp 24.172.500
Biaya depresiasi mesin Rp 17.450.000 Rp 17.450.000
Biaya asuransi Rp 16.400.000 Rp 16.400.000
Biaya listrik Rp 19.150.000 Rp 19.150.000
Biaya kualitas Rp 99.958.840 Rp 85.814.375
Total biaya overhead pabrik Rp 834.324.340 Rp 820.179.875
Total harga pokok produksi Rp 2.905.899.340 Rp 2.891.754.875
Persediaan barang jadi tersedia dijual Rp 2.973.024.340 Rp 2.958.879.875
Persediaan barang jadi, 31 Desember 2011 Rp 50.960.000 Rp 50.960.000
Total Harga pokok penjualan Rp 2.922.064.340 Rp 2.907.919.875
Laba kotor Rp 510.510.660 Rp 524.655.125
Beban operasi:
Beban penjualan Rp 73.442.582 Rp 73.442.582
Beban administrasi dan umum Rp 54.077.000 Rp 54.077.000
Total beban operasi Rp 127.519.582 Rp 127.519.582
Laba operasi Rp 382.991.078 Rp 397.135.543
Pendapatan lain-lain (service) Rp 15.015.000 Rp 15.015.000
Laba bersih Rp 398.006.078 Rp 412.150.543
Sumber: Perusahaan Sri Rejeki
InspirasiSkripsiAkuntansi.blogspot.co.id
Tabel 4.10
Perbandingan Laporan Laba Rugi Tahun 2012
UD. SRI REJEKI
Laporan Laba Rugi
Tahun yang berakhir 31 Desember 2012
Sebelum menggunakan zero defect Sesudah menggunakan zero defect
Penjualan Rp 3.914.015.000 Rp 3.914.015.000
Harga pokok penjualan:
Persediaan barang jadi, 1 Januari 2012 Rp 50.960.000 Rp 50.960.000
Harga pokok produksi:
Biaya bahan baku Rp 1.731.785.000 Rp 1.731.785.000
Biaya tenaga kerja langsung Rp 647.365.000 Rp 647.365.000
Biaya overhead pabrik:
Biaya bahan pembantu Rp 725.738.000 Rp 725.738.000
Biaya depresiasi gedung Rp 24.172.500 Rp 24.172.500
Biaya depresiasi mesin Rp 17.450.000 Rp 17.450.000
Biaya asuransi Rp 16.400.000 Rp 16.400.000
Biaya listrik Rp 19.788.600 Rp 19.788.600
Biaya kualitas Rp 112.061.060 Rp 97.850.375
Total biaya overhead pabrik Rp 915.610.160 Rp 901.399.475
Total harga pokok produksi Rp 3.294.760.160 Rp 3.280.549.475
Persediaan barang jadi tersedia dijual Rp 3.345.720.160 Rp 3.331.509.475
Persediaan barang jadi, 31 Desember 2012 Rp 64.385.000 Rp 64.385.000
Total Harga pokok penjualan Rp 3.281.335.160 Rp 3.267.124.475
Laba kotor Rp 632.679.840 Rp 646.890.525
Beban operasi:
Beban penjualan Rp 76.241.000 Rp 76.241.000
Beban administrasi dan umum Rp 55.527.600 Rp 55.527.600
Total beban operasi Rp 131.768.600 Rp 131.768.600
Laba operasi Rp 500.911.240 Rp 515.121.925
Pendapatan lain-lain (service) Rp 13.585.000 Rp 13.585.000
Laba bersih Rp 514.496.240 Rp 528.706.925
Sumber: Perusahaan Sri Rejeki
InspirasiSkripsiAkuntansi.blogspot.co.id
Tabel 4.11
Perbandingan Laporan Laba Rugi Tahun 2013
UD. SRI REJEKI
Laporan Laba Rugi
Tahun yang berakhir 31 Desember 2013
Sebelum menggunakan zero defect Sesudah menggunakan zero defect
Penjualan Rp 4.753.575.000 Rp 4.753.575.000
Harga pokok penjualan:
Persediaan barang jadi, 1 Januari 2013 Rp 64.385.000 Rp 64.385.000
Harga pokok produksi:
Biaya bahan baku Rp 2.096.560.000 Rp 2.096.560.000
Biaya tenaga kerja langsung Rp 784.135.000 Rp 784.135.000
Biaya overhead pabrik:
Biaya bahan pembantu Rp 860.288.000 Rp 860.288.000
Biaya depresiasi gedung Rp 24.172.500 Rp 24.172.500
Biaya depresiasi mesin Rp 17.450.000 Rp 17.450.000
Biaya asuransi Rp 16.400.000 Rp 16.400.000
Biaya listrik Rp 21.406.670 Rp 21.406.670
Biaya kualitas Rp 127.959.170 Rp 118.839.375
Total biaya overhead pabrik Rp 1.067.676.340 Rp 1.058.556.545
Total harga pokok produksi Rp 3.948.371.340 Rp 3.939.251.545
Persediaan barang jadi tersedia dijual Rp 4.012.756.340 Rp 4.003.636.545
Persediaan barang jadi, 31 Desember 2013 Rp 59.015.000 Rp 59.015.000
Total Harga pokok penjualan Rp 3.953.741.340 Rp 3.944.621.545
Laba kotor Rp 799.833.660 Rp 808.953.455
Beban operasi:
Beban penjualan Rp 83.922.100 Rp 83.922.100
Beban administrasi dan umum Rp 57.610.411 Rp 57.610.411
Total beban operasi Rp 141.532.511 Rp 141.532.511
Laba operasi Rp 658.301.149 Rp 667.420.944
Pendapatan lain-lain (service) Rp 16.445.000 Rp 16.445.000
Laba bersih Rp 674.746.149 Rp 683.865.944
Sumber: Perusahaan Sri Rejeki
Dari perbandingan antara laporan laba rugi perusahaan mebel
perusahaan mebel Sri Rejeki juga mengalami peningkatan, yaitu pada tahun
Sri Rejeki. Hal ini dapat diketahui bahwa biaya kualitas perusahaan mebel
dapat menerapkan biaya kualitas dengan metode zero defect dan laba bersih
PENUTUP
6.1 Kesimpulan
(studi kasus pada perusahaan mebel Sri Rejeki Nganjuk) yaitu sebagai
berikut:
sebenarnya sudah cukup baik. Hal ini dapat dilihat dari besarnya
tahun 2011 sebesar 2,91%, tahun 2012 sebesar 2,86%, dan tahun 2013
bahwa perusahaan mebel Sri Rejeki belum mencapai zero defect, tetapi
zero defect sebesar 2,5% dari penjualan, maka biaya kualitas perusahaan
pada angka nol. Hal ini dikarenakan produk yang dihasilkan sudah
dikerjakan secara benar sejak awal pengerjaannya sehingga tidak perlu lagi
tahun 2013 sebesar Rp. 9.119.795. Dengan hasil ini membuktikan bahwa
6.2 Saran
defect sebesar 2,5% dari penjualan agar biaya kualitas perusahaan tidak
angka nol.
Blocher, Edward J., David E. Stout, dan Gary Cokins (2012), Manajemen
biaya : penekanan Strategis, Jakarta: Salemba Empat.
Garrison, Ray H., Eric W. Noreen, dan Peter C. Brewer (2006), Akuntansi
Manajerial, Jakarta: Salemba Empat.
Hanafi, Mamduh M., dan Abdul Halim (2007), Analisis Laporan Keuangan,
Edisi 3, Yogyakarta: UPP AMP YKPN.