Anda di halaman 1dari 59

SISTEM PAJAK DI

INDONESIA

UNISMA 45 BEKASI
Pajak dan Akuntansi

 Jelaskan dari mana Anda menghitung


beban pajak penghasilan dalam laporan
laba rugi?
 Jelaskan apa saja yang dimasukkan
dalam catatan atas laporan keuangan
yang menjelaskan tentang beban pajak
dan aktiva/utang pajak tangguhan.
 Jelaskan dari mana angka utang pajak
atau pajak dibayar dimuka yang muncul
dalam neraca perusahaan 31/12/2006
Definisi Pajak

 Menurut Prof. Dr. Rochmat Soemitro,


S.H.: iuran rakyat kepada kas negara
berdasarkan undang-undang (yang
dapat dipaksakan) dengan tidak
mendapat jasa timbal (kontraprestasi),
yang langsung dapat ditunjukkan dan
yang digunakan untuk membayar
pengeluaran umum
Ciri-ciri Pajak
1. Kontribusi, Prestasi, Iuran yang dibayarkan
kepada penguasa / Negara (yang berhak
memungut pajak hanyalah Negara)
2. Berdasarkan Undang-undang serta aturan
pelaksanaannya ( dapat dipaksakan
3. Tanpa jasa timbal ( kontraprestasi ) dari
Negara yang secara langsung dapat
ditunjukkan
4. Digunakan untuk membiayai rumah tangga
Negara, yaitu pengeluaran umum yang
bermanfaat bagi masyarakat luas
Fungsi Pajak

 Reguler  mengatur

 Budgeter  anggaran negara


Fungsi Pajak

 Fungsi Budgeter
sebagai sumber dana yang diperuntukkan bagi
pembiayaan pengeluaran - pengeluaran
pemerintah. Misal: dimasukkannya pajak
dalam APBN sebagai penerimaan dalam negeri
 Fungsi Reguler (mengatur)
sebagai alat untuk mengatur atau
melaksanakan kebijakan dibidang sosial dan
ekonomi. Misal: pajak yang tinggi dikenakan
kepada minuman keras, dengan tujuan untuk
mengurangi konsumsi minuman keras
Azas pajak

 Equity : Adil
 Economic : Efisien
 Convinience : Mudah
 Certainty : ada kepastian hukum
Asas-asas Pemungutan Pajak
(Four Maxims of Adam Smith)
1. Equality

Pemungutan pajak harus bersifat adil dan


merata, yaitu pajak dikenakan kepada orang
pribadi yang harus sebanding dengan
kemampuan membayar pajak atau ability to pay
dan sesuai dengan manfaat yang diterima
Adil dimaksudkan bahwa setiap Wajib Pajak
menyumbangkan uang untuk pengeluaran
pemerintah sebanding dengan kepentingannya
dan manfaat yang diminta
Asas-asas Pemungutan Pajak
(Four Maxims of Adam Smith)
2. Certainty

Penetapan pajak itu tidak ditentukan sewenang-


wenang
Oleh karena itu, Wajib Pajak harus mengetahui
secara jelas dan pasti besarnya pajak yang
terutang, kapan harus dibayar serta batas waktu
pembayaran
Asas-asas Pemungutan Pajak
(Four Maxims of Adam Smith)
3. Convenience

Kapan Wajib Pajak itu harus membayar pajak


sebaiknya sesuai dengan saat-saat yang tidak
menyulitkan Wajib Pajak.
Sebagai contoh pada saat Wajib Pajak
memperoleh penghasilan. Sistem pemungutan ini
disebut Pay as You Earn
Asas-asas Pemungutan Pajak
(Four Maxims of Adam Smith)
4. Economy

Secara ekonomi bahwa biaya pemungutan dan


biaya pemenuhan kewajiban pajak bagi Wajib
Pajak diharapkan seminimum mungkin, demikian
pula beban yang dipikul Wajib Pajak
Teori-teori Pemungutan
Pajak
Teori Asuransi

Dalam perjanjian asuransi diperlukan


pembayaran premi. Premi tersebut
dimaksudkan sebagai pembayaran atas usaha
melindungi orang dari segala kepentingannya,
misalnya keselamatan atau keamanan harta
bendanya
Teori asuransi ini menyamakan pembayaran
pajak dengan pembayaran premi
Teori-teori Pemungutan
Pajak
Teori Kepentingan

Memperhatikan beban pajak yang harus


dipungut dari masyarakat. Pembebanan ini
harus didasarkan pada kepentingan setiap
orang pada tugas pemerintah termasuk
perlindungan jiwa dan hartanya
Oleh karena itu, pengeluaran Negara untuk
melindunginya dibebankan pada masyarakat
Teori-teori Pemungutan
Pajak
Teori Gaya Pikul

Dasar keadilan pemungutan pajak terletak


dalam jasa-jasa yang diberikan oleh Negara
kepada masyarakat berupa perlindungan jiwa
dan harta bendanya
Oleh karena itu, untuk kepentingan
perlindungan, maka masyarakat akan
membayar pajak menurut gaya pikul
seseorang
Teori-teori Pemungutan
Pajak
Teori Bakti (teori kewajiban pajak mutlak)

berdasarkan pada pertimbangan bahwa


Negara mempunyai hak mutlak untuk
memungut pajak
Di lain pihak, masyarakat menyadari bahwa
pembayaran pajak sebagai suatu kewajiban
untuk membuktikan tanda baktinya terhadap
Negara
Dengan demikian, dasar hukum pajak terletak
pada hubungan masyarakat dengan Negara
Teori-teori Pemungutan
Pajak
Teori Asas Daya Beli

Mendasarkan bahwa penyelenggaraan


kepentingan masyarakat yang dianggap
sebagai dasar keadilan pemungutan pajak,
sehingga lebih menitikberatkan pada fungsi
mengatur
Sistem Pemungutan Pajak
 Official Assessment System
Sistem ini merupakan sistem
pemungutan pajak yang memberi
wewenang kepada pemerintah ( fiskus )
untuk menentukan besarnya pajak yang
terutang
Sistem Pemungutan Pajak
 Self Assessment System
Sistem ini merupakan sistem
pemungutan pajak yang memberi
wewenang, kepercayaan dan tanggung
jawab kepada Wajib Pajak untuk
menghitung, memperhitungkan,
membayar dan melaporkan sendiri
besarnya pajak yang harus dibayar
Sistem Pemungutan Pajak
 Witholding Tax
Sistem ini merupakan sistem pemungutan
pajak yang memberi wewenang kepada pihak
ketiga untuk memotong atau memungut
besarnya pajak yang terutang oleh Wajib
Pajak
Stelsel Pajak
 Stelsel Nyata  berdasarkan jumlah yang
telah diketahui
 Stelsel Fiktif  berdasarkan anggapan
 Stelsel Campuran  berdasarkan
anggapan pada awalnya kemudian
dihitung kembali di akhir berdasarkan
jumlah yang sebenarnya
Tarif Pajak

1. Tarif sebanding / proporsional


Tarif berupa persentase yang tetap, terhadap
berapapun jumlah yang dikenai pajak
sehingga besarnya pajak yang terutang
proporsional terhadap besarnya nilai yang
dikenai pajak
Contoh:
Untuk penyerahan Barang Kena Pajak di
dalam daerah pabean akan dikenakan Pajak
Pertambahan Nilai sebesar 10%
Tarif Pajak
2. Tarif tetap
Tarif berupa jumlah yang tetap (sama)
terhadap berapapun jumlah yang dikenai pajak
sehingga besarnya pajak yang terutang tetap
Contoh :
Besarnya tarif Bea Materai untuk cek dan bilyet
giro dengan nilai nominal berapapun adalah
Rp 3.000
Tarif Pajak
3. Tarif progresif
Persentase tarif yang digunakan semakin besar
bila jumlah yang dikenai pajak semakin besar

Menurut kenaikan persentase tarifnya, tarif progresif


dibagi:
a. Tarif progresif progresif: kenaikan persentase
semakin besar
b. Tarif progresif tetap: kenaikan persentase tetap
c. Tarif progresif degresif: kenaikan persentase
semakin kecil
Tarif Pajak

4. Tarif degresif
Persentase tarif yang digunakan semakin kecil
bila jumlah yang dikenai pajak semakin besar
HUKUM PAJAK

Kumpulan peraturan-peraturan yang


mengatur hubungan antara pemerintah
sebagai pemungut pajak dan rakyat
sebagai pembayar pajak
Sistematika Hukum Pajak
 Hukum pajak materiil
Memuat norma-norma yang menerangkan
keadaan, perbuatan, peristiwa hukum
yang dikenakan pajak (objek-objek), siapa
yang dikenakan pajak (subjek), berapa
besar pajak yang dikenakan, segala
sesuatu tentang timbul dan hapusnya
utang pajak dan hubungan hukum antara
pemerintah dan Wajib Pajak
Contoh: UU PPh, UU PPN
Sistematika Hukum Pajak
 Hukum pajak formal
memuat bentuk / tata cara untuk mewujudkan
hukum pajak materiil menjadi kenyataan,
hukum pajak formal ini memuat:
 Tata cara penetapan utang pajak
 Hak-hak fiskus untuk mengawasi WP
mengenai keadaan, perbuatan dan peristiwa
yang dapat menimbulkan utang pajak
 Kewajiban WP, misal penyelenggaraan
pembukuan / pencatatan dan hak-hak Wajib
Pajak mengajukan keberatan dan banding
Contoh: UU KUP
Jenis Pajak Berdasarkan
Golongan
 Pajak Langsung
Pajak yang harus dipikul sendiri oleh Wajib
Pajak dan tidak dapat dibebankan atau
dilimpahkan kepada orang lain
Contoh: Pajak Penghasilan
 Pajak Tidak Langsung
Pajak yang pembebanannya dapat
dilimpahkan kepada pihak lain
Contoh: Pajak Pertambahan Nilai
Jenis Pajak berdasarkan
Wewenang Pemungut
 Pajak Pusat
pajak yang dipungut oleh pemerintah pusat dan digunakan untuk
membiayai rumah tangga negara
Contoh: PPh, PPN
 Pajak Daerah
pajak yang dipungut oleh Pemerintah Daerah dan digunakan untuk
membiayai rumah tangga daerah
Pajak Daerah terdiri atas :
 Pajak Propinsi, contoh: Pajak Kendaraan Bermotor dan
Kendaraan di Atas Air, Pajak Bahan Bakar Kendaraan Bermotor
 Pajak Kabupaten/Kota, contoh: Pajak Hotel, Pajak Restoran,
Pajak Hiburan, Pajak Reklame
Jenis Pajak berdasarkan
Sifat
 Pajak Subjektif
Yaitu pajak yang berpangkal atau berdasarkan
pada subjeknya, dalam arti memperhatikan
keadaan diri Wajib Pajak
Contoh: PPh
 Pajak Objektif

Yaitu pajak yang berpangkal pada objeknya,


tanpa memperhatikan keadaan diri Wajib Pajak
Contoh: PPN dan PPnBM
Perlawanan terhadap Pajak
 Perlawanan Pasif

Berupa hambatan yang mempersulit pemungutan


pajak dan mempunyai hubungan erat dengan
struktur ekonomi
 Perlawanan Aktif

Secara nyata terlihat pada semua usaha dan


perbuatan yang secara langsung ditujukan kepada
pemerintah (fiskus) dengan tujuan untuk
menghindari pajak, bisa dalam bentuk Tax
Avoidance dan Tax Evasion
Hutang pajak
 Hukum materiil
 Hukum formal

 Saat timbul hutang pajak


 Materiil : saat diberlakukannya UU
 Formal : saat ditagih / ditetapkan oleh fiskus
 Berakhirnya utang pajak
 Pembayaran
 Kompensasi
 Daluwarsa
 Pembebasan / penghapusan
Jenis pajak
 Pemungut
 Pajak pusat
 Pajak daerah
 Sifat
 Pajak subyektif
 Pajak obyektif
 Golongannya
 Pajak langsung
 Pajak tidak langsung
KUP
UU 28/2007
WP FISKUS

PENDAFTARAN
PEMERIKSAAN

KEBERATAN
PEMBUKUAN

PENETAPAN

PEMBAYARAN
KEP KEBERATAN

BANDING
BPP
PELAPORAN KEP BANDING

MA
PAJAK WP PRIBADI

 Pajak penghasilan terkait dengan pekerjaan


 Pajak atas penghasilan yang diterima oleh
WP Pribadi  sewa, rpyalti, bunga,
penghasilan dari luar negeri, jasa, hadiah,
transaksi saham
 Pajak WP orang pribadi menjalankan usaha
 Pajak WP Pribadi memiliki lebih dari satu
sumber penghasilan
PAJAK PERUSAHAAN

 Pajak penghasilan perusahaan


 Pajak pihak ketiga
 PPN dan PPnBM
 Pajak Lain-lain
PAJAK PENGHASILAN
 Pajak atas penghasilan perusahaan yang
dipotong oleh pihak ketiga :
 PPh pasal 22
 PPh pasal 23
 Pajak penghasilan yang diangsur oleh
perusahaan
 PPh pasal 25
 Pajak atas penghasilan perusahaan yang
diperhitungkan setiap akhir tahun pajak
 PPh pasal 29
PAJAK YANG TELAH
DIPOTONG PIHAK LAIN
 Peraturan pajak mengharuskan pihak pembayar untuk
memotong pajak atas penghasilan yang diterima (PPh
23)
 Penghasilan sewa
 Penghasilan royalty
 Penghasilan jasa, bunga, deviden
 Pajak yang dipotong dapat bersifat final dan tidak fidak
final
 Pajak final : pajak yang dipotong tidak boleh diperhitungkan
sebagai kredit pajak dan penghasilan tersebut tidak
dimasukkan dalam SPT.
 Pajak tidak final : potongan pajak dimasukkan sebagai kredit
pajak dan penghasilannya dimasukkan dalam SPT
PAJAK YANG TELAH
DIPOTONG PIHAK LAIN
 Pajak final : sering tidak dimasukkan dalam
pencatatan sehingga akan dicatat pendapatan
sebesar nilai setelah pajak
 Misal untuk pendapatan bunga deposito sering langsung
dimasukkan setelah pajak
 Pajak tidak final : pajak yang dibayar dicatat
sebagai pembayaran pajak dimuka
Kas 940.000
Pajak dibayar dimuka PPh 23 60.000
Pendapatan sewa
1.000.000
PAJAK YANG DIANGSUR (PPh 25)
 Perusahaan setiap bulan harus mengangsur pajak.
 Angsuran diperhitungkan dari pajak tahun sebelumnya
(untuk perusahaan baru ada cara perhitungan sendiri)
 Angsuran pajak akan dicatat sebagai pembayaran pajak
dimuka dan akan diperhitungkan dalam pajak akhir
tahun
Pajak dibyr dimuka PPh 25 2.000.000
Kas 2.000.000
PAJAK PERUSAHAAN
 Pajak perusahaan secara keseluruhan akan dihitung
pada akhir tahun.
 Pajak penghasilan dihitung dari Penghasilan kena pajak
dikalikan dengan tarif pajak yang berlaku.
 Penghasilan kena pajak dihitung dari laba sebelum pajak
(dihasilkan dari pembukuan akuntansi) kemudian
dikoreksi / direkonsiliasi.
 Koreksi dan rekonsiliasi fiskal diperlukan karena terdapat
perbedaan aturan antara akuntansi dan pajak dalam
mengukur pendapatan dan beban.
KOREKSI FISKAL
 Perbedaan antara pajak dan akuntansi diklasifikasikan
menjadi dua :
 Perbedaan permanen : perbedaan secara subtantif sehingga
perbedaan ini selamanya akan muncul
 Sumbangan
 Pemberian natura kepada karyawan
 Beban yang tidak terkait dengan kegiatan memperoleh,
menagih dan memelihara pendapatan
 Penghasilan yang telah dikenakan pajak final, dll
 Perbedaan temporer : perbedaan waktu pengakuan,
sehingga secara total tidak terjadi perbedaan namun
pengakuan pendapatan / beban dalam satu periode terdapat
perbedaan.
 Beban depresiasi / amortisasi
PAJAK PENGHASILAN
 Pajak terutang dalam satu tahun (dalam akuntansi disebut beban
pajak kini) dihitung dari Penghasilan kena pajak dikalikan dengan
tarif.
 Pajak terutang dalam satu tahun pajak ini dikurangi dengan pajak
yang telah dibayar dimuka akan menghasilkan pajak kurang bayar
PPh 29.
 PPh 29 merupakan utang pajak penghasilan yang akan muncul di
neraca perusahaan pada akhir tahun pelaporan.
 Jurnal yang dibutuhkan adalah
Beban pajak (hasil perhit fiskal) 20.000.000
Pajak dibayar dimuka (22.23,25) 15.000.000
Utang pajak penghasilan (29)
5.000.000
 Utang PPh 29 dibayar paling lambat tgl 25 bulan ketiga setelah
tahun pajak
AKUNTANSI
PAJAK PENGHASILAN
 Atas perbedaan temporer yang ada, akan
diperhitungkan nilai Aktiva / Utang pajak tangguhan.
 Beda temporer x tarif pajak = Aktiva / utang pajak
tangguhan
 Jurnal yang dibutuhkan untuk pengakuan aktiva pajak
misalnya
 Aktiva pajak tangguhan 500.000
 Beban / penghasilan pajak 500.000
 Total beban pajak yang muncul di laba rugi :
 Pajak kini (pajak terutang menurut SPT)
 Ditambah atau dikurangi perubahan dari pajak tangguhan
yang disebabkan karena adanya perbedaan temporer
PAJAK PENGHASILAN
PIHAK KETIGA
 Atas pembayaran yang dilakukan kepada pihak ketiga,
jika jumlah yang dibayarkan merupakan penghasilan
kepada pihak lain yang harus dipotong pajaknya.
 Perusahaan memiliki kewajiban memotong pajak atas
penghasilan pihak ketiga.
 Penghasilan tersebut diantaranya :
 PPh 21 : atas penghasilan yang diterima oleh pekerja
 PPh23 : atas penghasilan sewa, royalty, deviden
 PPh26 : atas penghasilan yang diterima oleh WP Luar Negeri
 PPh pasal 4 ayat 2 (bunga tabungan, deposito)
PAJAK PENGHASILAN
PIHAK KETIGA
 Pajak yang dipotong bukan merupakan pajak
perusahaan tetapi pajak pihak ketiga.
 Pihak ketiga dapat mengkreditkan pajak yang telah
dipotong jika pajak yang dipotong bukan pajak final.
 Pencatatan yang dibuat saat memotong pajak
 Beban gaji 1.000.000
 Utang PPh 21 karyawan
50.000
 Kas
950.000
 Perusahaan harus menyetorkan dan melaporkan pajak
yang dipotong.
PPN
 PPN = pajak pertambahan nilai
 PPN dikenakan atas setiap penyerahan barang kena
pajak yang dilakukan oleh Pengusaha Kena Pajak.
 PPN dikenakan pada setiap level distributor
 PPN akan ditambahkan dari harga jual, sehingga jumlah
yang dibayar oleh konsumen adalah harga jual ditambah
dengan PPN.
 PPN yang dibayar oleh konsumen akan dicatat sebagai
PPN keluaran
PPN
 Pencatatan saat penjualan
 Piutang dagang 330.000
 Penjualan
300.000
 PPN keluaran 30.000
 Pada saat melakukan pembelian barang atau barang
yang yang dipergunakan untuk produksi perusahaan
harus membayar PPN kepada suplier.
 PPN yang dibayarkan pada saat pembelian disebut
sebagai PPN masukan
PPN
 Pencatatan saat penjualan
 Piutang dagang 330.000
 Penjualan
300.000
 PPN keluaran 30.000
 Pada saat melakukan pembelian barang atau barang
yang yang dipergunakan untuk produksi perusahaan
harus membayar PPN kepada suplier.
 PPN yang dibayarkan pada saat pembelian disebut
sebagai PPN masukan
PPN
 Pencatatan yang dilakukan pada saat melakukan
pembelian
 Pembelian / persediaan 200.000
 Pajak masukan 20.000
 Utang Dagang / kas
220.000
 Tidak semua pajak masukan boleh dikreditkan.
 Jika pajak masukan yang tidak dapat dikreditkan akan
langsung dicatat menambah harga perolehan aktiva
 Contoh PPN masukan atas pembelian kendaraan direksi.
PPN
 PPN yang dibayar oleh perusahaan adalah selisih atas
pajak keluaran dengan pajak masukan.
 Pajak keluaran > pajak masukan = perusahaan harus
membayar
 Pajak keluaran < pajak masukan = perusahaan dapat
meminta restitusi / kompensasi (diperhitungkan pada pajak
periode berikutnya).
 PPN dibayar dan dilaporkan untuk setiap masa (bulan,
maks 3 bulan), yaitu pada tgl 15 dan 20 pada masa
berikutnya.
PPN
 Pencatatan yang dilakukan pada saat pengakuan utang:
 PPN keluaran 30.000
 PPN masukan 20.000
 Utang PPN 10.000
 Pencatatan yang dilakukan pada saat pembayaran
utang
 Utang PPN 10.000
 Kas 10.000
 Jika PPN masukan lebih besar perusahaan mengajukan
permohonan untuk restitusi. Fiskus akan melakukan
pemeriksaan sebelum mengabulkan permohonan
restitusi.
PPnBM
 PPnBM = Pajak penjualan Barang Mewah
 Dikenakan hanya satu kali yaitu pada :
 Produsen penghasil barang mewah
 Importir barang mewah
 PPnBM tidak boleh dikreditkan dengan pajak yang lain.
 PPnBM akan ditambahkan dari harga jual yang telah
ditetapkan oleh produsen atau importir
 Jumlah pajak yang dibayar oleh pembeli akan dicatat
sebagai utang PPnBM.
 Utang PPnBM dibayarkan ke kas negara dan dilaporkan
kepada fiskus.
PAJAK LAIN
 Pajak lain yang ada dalam perusahaan :
 PBB : pajak bumi dan bangunan dikenakan atas bumi dan
bangunan dibayar setiap tahun.
 BPHTB : bea perolehan hak atas tanah dan bangunan
dikenakan pada pembeli saat melakukan pengalihan hak.
 Pajak reklame : termasuk pajak daerah
 Pajak lain ini akan dicatat sebagai beban pada saat
terjadinya. Untuk BPHTB akan dicatat menambah harga
perolehan dari tanah dan bangunan yang dibeli
RISET PAJAK
Riset pajak di Indonesia

 Kebijakan perpajakan :
 Kepatuhan WP terhadap peraturan pajak
 Tax gap = antara potensi pajak dengan
jumlah pajak yang telah masuk baik dari
sisi obyek maupun subyek
 Pengenaan pemotongan pajak
 Pajak dan perekonomian
Riset Perusahaan
 Pengungkapan Akuntansi Pajak
penghasilan
 Disclosure cek list
 Variabel yang mempengaruhi pengungkapan
 Rekonsiliasi fiskal:
 Penyebab Time & Permanent (tax planning)
 Potensi rekonsiliasi fiskal untuk earning
management.
 Dampak Book tax gap thd nilai perusahaan

 Penelitian atas Surat Ketetapan Pajak 


riil earning management
Tax Shelter

 Capital structure
 Pengaruh bunga pinjaman sebagai
pengurang penghasilan sehingga
memperkecil pajak.
 Kebijakan dividen
 Pajak atas dividen akan mempengaruhi
perusahaan dalam menetapkan kebijakan
dividen.
Perilaku

 Penghindaran pajak
 Penelitian experiment
 Ketaatan pajak
 Etika dalam perpajakan  data primer

Anda mungkin juga menyukai