Anda di halaman 1dari 16

NAMA : SYAIKHUR ROHMAN

NIM : 190301180
KELAS : MANAJEMEN 2 C SORE

SISTEM PERPAJAKAN DIINDONESIA

Defini Pajak

Defini Pajak Menurut Prof. Dr. Rochmat Soemitro, S.H.: iuran rakyat kepada kas
negara berdasarkan undang-undang (yang dapat dipaksakan) dengan tidak mendapat jasa
timbal (kontraprestasi), yang langsung dapat ditunjukkan dan yang digunakan untuk
membayar pengeluaran umum

Ciri-ciri Pajak

Ciri-ciri pajak adalah sebagai berikut :

1. Kontribusi, Prestasi, Iuran yang dibayarkan kepada penguasa / Negara (yang


berhak memungut pajak hanyalah Negara)

2. Berdasarkan Undang-undang serta aturan pelaksanaannya ( dapat dipaksakan

3. Tanpa jasa timbal ( kontraprestasi ) dari Negara yang secara langsung dapat
ditunjukkan

4. Digunakan untuk membiayai rumah tangga Negara, yaitu pengeluaran umum yang
bermanfaat bagi masyarakat luas

Fungi Pajak

Fungsi pajak dibagi menjadi dua yaitu:

1. Fungsi Budgeter
sebagai sumber dana yang diperuntukkan bagi pembiayaan pengeluaran -
pengeluaran pemerintah. Misal: dimasukkannya pajak dalam APBN sebagai penerimaan
dalam negeri

2. Fungsi Reguler (mengatur)


sebagai alat untuk mengatur atau melaksanakan kebijakan dibidang sosial dan
ekonomi. Misal: pajak yang tinggi dikenakan kepada minuman keras, dengan tujuan untuk
mengurangi konsumsi minuman keras

Teori-teori Pemungutan Pajak


1.Teori Bakti (teori kewajiban pajak mutlak)
2. Teori Asuransi
3. Teori Kepentingan
4. Teori Gaya Pikul
5. Teori Asas Daya Beli
Sistem Pemungutan Pajak
1. Official Assessment System
2. Witholding Tax
3. Self Assessment System
Stelsel Pajak
Stelsel Nyata  berdasarkan jumlah yang telah diketahui

Stelsel Fiktif  berdasarkan anggapan


Stelsel Campuran  berdasarkan anggapan pada awalnya kemudian dihitung
kembali di akhir berdasarkan jumlah yang sebenarnya
Tarif Pajak
1. Tarif sebanding / proporsional
2. Tarif tetap
3. Tarif progresif
4. Tarif degresif
5.
Hukum Pajak
Kumpulan peraturan-peraturan yang mengatur hubungan antara pemerintah sebagai
pemungut pajak dan rakyat sebagai pembayar pajak.
Sistematika Hukum Pajak
1. hukum pajak materiil : contoh: uu pph, uu ppn
2. hukum pajak formal : contoh: uu kup

Azas Pajak

1. Equity : Adil

Equality Pemungutan pajak harus bersifat adil dan merata, yaitu pajak dikenakan
kepada orang pribadi yang harus sebanding dengan kemampuan membayar pajak
atau ability to pay dan sesuai dengan manfaat yang diterima

Adil dimaksudkan bahwa setiap Wajib Pajak menyumbangkan uang untuk


pengeluaran pemerintah sebanding dengan kepentingannya dan manfaat yang
diminta

2. Certainty : ada kepastian hukum

Certainty Penetapan pajak itu tidak ditentukan sewenang-wenang Oleh karena itu,
Wajib Pajak harus mengetahui secara jelas dan pasti besarnya pajak yang terutang,
kapan harus dibayar serta batas waktu pembayaran

3. Economic : Efisien

Economy Secara ekonomi bahwa biaya pemungutan dan biaya pemenuhan


kewajiban pajak bagi Wajib Pajak diharapkan seminimum mungkin, demikian pula
beban yang dipikul Wajib Pajak

4. Convinience : Mudah

Convenience Kapan Wajib Pajak itu harus membayar pajak sebaiknya sesuai
dengan saat-saat yang tidak menyulitkan Wajib Pajak. Sebagai contoh pada saat
Wajib Pajak memperoleh penghasilan. Sistem pemungutan ini disebut Pay as You
Earn
Jenis Pajak Berdasarkan Golongan

1. Pajak Langsung

Pajak yang harus dipikul sendiri oleh Wajib Pajak dan tidak dapat dibebankan atau
dilimpahkan kepada orang lain

Contoh: Pajak Penghasilan

2. Pajak Tidak Langsung


Pajak yang pembebanannya dapat dilimpahkan kepada pihak lain

Contoh: Pajak Pertambahan Nilai

Jenis Pajak berdasarkan Wewenang Pemungut

1. Pajak Pusat

pajak yang dipungut oleh pemerintah pusat dan digunakan untuk membiayai rumah
tangga negara

Contoh: PPh, PPN

2. Pajak Daerah
pajak yang dipungut oleh Pemerintah Daerah dan digunakan untuk membiayai
rumah tangga daerah

Pajak Daerah terdiri atas :

 Pajak Propinsi, contoh: Pajak Kendaraan Bermotor dan Kendaraan di Atas


Air, Pajak Bahan Bakar Kendaraan Bermotor

 Pajak Kabupaten/Kota, contoh: Pajak Hotel, Pajak Restoran, Pajak Hiburan,


Pajak Reklame
Jenis Pajak berdasarkan Sifat

1. Pajak Subjektif

Yaitu pajak yang berpangkal atau berdasarkan pada subjeknya, dalam arti
memperhatikan keadaan diri Wajib Pajak

Contoh: PPh

2. Pajak Objektif
Yaitu pajak yang berpangkal pada objeknya, tanpa memperhatikan keadaan diri
Wajib Pajak
Contoh: PPN dan PPnBM

Perlawanan terhadap Pajak

1. Perlawanan Pasif
Berupa hambatan yang mempersulit pemungutan pajak dan mempunyai hubungan
erat dengan struktur ekonomi

2. Perlawanan Aktif
Secara nyata terlihat pada semua usaha dan perbuatan yang secara langsung
ditujukan kepada pemerintah (fiskus) dengan tujuan untuk menghindari pajak, bisa
dalam bentuk Tax Avoidance dan Tax Evasion

Hutang Pajak

 Hukum materiil

 Hukum formal

 Saat timbul hutang pajak

 Materiil : saat diberlakukannya UU

 Formal : saat ditagih / ditetapkan oleh fiskus

 Berakhirnya utang pajak


 Pembayaran

 Kompensasi

 Daluwarsa

 Pembebasan / penghapusan

Jenis Pajak

 Pemungut

 Pajak pusat

 Pajak daerah

 Sifat

 Pajak subyektif

 Pajak obyektif

 Golongannya

 Pajak langsung

 Pajak tidak langsung

Pajak WP Pribadi

 Pajak penghasilan terkait dengan pekerjaan

 Pajak atas penghasilan yang diterima oleh WP Pribadi  sewa, rpyalti, bunga,
penghasilan dari luar negeri, jasa, hadiah, transaksi saham

 Pajak WP orang pribadi menjalankan usaha

 Pajak WP Pribadi memiliki lebih dari satu sumber penghasilan

Pajak Perusahaan

 Pajak penghasilan perusahaan


 Pajak pihak ketiga

 PPN dan PPnBM

 Pajak Lain-lain

Pajak Penghasilan

 Pajak atas penghasilan perusahaan yang dipotong oleh pihak ketiga :

 PPh pasal 22

 PPh pasal 23

 Pajak penghasilan yang diangsur oleh perusahaan

 PPh pasal 25

 Pajak atas penghasilan perusahaan yang diperhitungkan setiap akhir tahun pajak

 PPh pasal 29

Pajak Yang Telah Dipotong Pihak Lain

 Peraturan pajak mengharuskan pihak pembayar untuk memotong pajak atas


penghasilan yang diterima (PPh 23)

 Penghasilan sewa

 Penghasilan royalty

 Penghasilan jasa, bunga, deviden

 Pajak yang dipotong dapat bersifat final dan tidak fidak final

 Pajak final : pajak yang dipotong tidak boleh diperhitungkan sebagai kredit
pajak dan penghasilan tersebut tidak dimasukkan dalam SPT.

 Pajak tidak final : potongan pajak dimasukkan sebagai kredit pajak dan
penghasilannya dimasukkan dalam SPT
 Pajak final : sering tidak dimasukkan dalam pencatatan sehingga akan dicatat
pendapatan sebesar nilai setelah pajak

 Misal untuk pendapatan bunga deposito sering langsung dimasukkan setelah


pajak

 Pajak tidak final : pajak yang dibayar dicatat sebagai pembayaran pajak dimuka

Kas 940.000

Pajak dibayar dimuka PPh 23 60.000

Pendapatan sewa 1.000.000

Pajak Yang Diangsur (Pph 25)

 Perusahaan setiap bulan harus mengangsur pajak.

 Angsuran diperhitungkan dari pajak tahun sebelumnya (untuk perusahaan baru ada
cara perhitungan sendiri)

 Angsuran pajak akan dicatat sebagai pembayaran pajak dimuka dan akan
diperhitungkan dalam pajak akhir tahun

Pajak dibyr dimuka PPh 25 2.000.000

Kas 2.000.000

Pajak Perusahaan

 Pajak perusahaan secara keseluruhan akan dihitung pada akhir tahun.

 Pajak penghasilan dihitung dari Penghasilan kena pajak dikalikan dengan tarif pajak
yang berlaku.

 Penghasilan kena pajak dihitung dari laba sebelum pajak (dihasilkan dari
pembukuan akuntansi) kemudian dikoreksi / direkonsiliasi.

 Koreksi dan rekonsiliasi fiskal diperlukan karena terdapat perbedaan aturan antara
akuntansi dan pajak dalam mengukur pendapatan dan beban.
Koreksi Fiksal

 Perbedaan antara pajak dan akuntansi diklasifikasikan menjadi dua :

 Perbedaan permanen : perbedaan secara subtantif sehingga perbedaan ini


selamanya akan muncul

 Sumbangan

 Pemberian natura kepada karyawan

 Beban yang tidak terkait dengan kegiatan memperoleh, menagih dan


memelihara pendapatan

 Penghasilan yang telah dikenakan pajak final, dll

 Perbedaan temporer : perbedaan waktu pengakuan, sehingga secara total


tidak terjadi perbedaan namun pengakuan pendapatan / beban dalam satu
periode terdapat perbedaan.

 Beban depresiasi / amortisasi

PAJAK PENGHASILAN

 Pajak terutang dalam satu tahun (dalam akuntansi disebut beban pajak kini) dihitung
dari Penghasilan kena pajak dikalikan dengan tarif.

 Pajak terutang dalam satu tahun pajak ini dikurangi dengan pajak yang telah dibayar
dimuka akan menghasilkan pajak kurang bayar PPh 29.

 PPh 29 merupakan utang pajak penghasilan yang akan muncul di neraca perusahaan
pada akhir tahun pelaporan.

 Jurnal yang dibutuhkan adalah

Beban pajak (hasil perhit fiskal) 20.000.000

Pajak dibayar dimuka (22.23,25) 15.000.000

Utang pajak penghasilan (29) 5.000.000


 Utang PPh 29 dibayar paling lambat tgl 25 bulan ketiga setelah tahun pajak

Akutansi Pajak Penghasilan

1. Atas perbedaan temporer yang ada, akan diperhitungkan nilai Aktiva / Utang pajak
tangguhan.

2. Beda temporer x tarif pajak = Aktiva / utang pajak tangguhan

3. Jurnal yang dibutuhkan untuk pengakuan aktiva pajak misalnya

 Aktiva pajak tangguhan 500.000

 Beban / penghasilan pajak 500.000

4. Total beban pajak yang muncul di laba rugi :

 Pajak kini (pajak terutang menurut SPT)

 Ditambah atau dikurangi perubahan dari pajak tangguhan yang disebabkan


karena adanya perbedaan temporer

Pajak Penghasilan Pihak Ketiga

1. Atas pembayaran yang dilakukan kepada pihak ketiga, jika jumlah yang dibayarkan
merupakan penghasilan kepada pihak lain yang harus dipotong pajaknya.

2. Perusahaan memiliki kewajiban memotong pajak atas penghasilan pihak ketiga.

3. Penghasilan tersebut diantaranya :

 PPh 21 : atas penghasilan yang diterima oleh pekerja

 PPh23 : atas penghasilan sewa, royalty, deviden

 PPh26 : atas penghasilan yang diterima oleh WP Luar Negeri

 PPh pasal 4 ayat 2 (bunga tabungan, deposito)

4. Atas pembayaran yang dilakukan kepada pihak ketiga, jika jumlah yang dibayarkan
merupakan penghasilan kepada pihak lain yang harus dipotong pajaknya.
5. Perusahaan memiliki kewajiban memotong pajak atas penghasilan pihak ketiga.

6. Penghasilan tersebut diantaranya :

 PPh 21 : atas penghasilan yang diterima oleh pekerja

 PPh23 : atas penghasilan sewa, royalty, deviden

 PPh26 : atas penghasilan yang diterima oleh WP Luar Negeri

 PPh pasal 4 ayat 2 (bunga tabungan, deposito)

PPN
adalah pajak yang dikenakan semua setiap pertambahan nilai dari barang atau dagang
dalam peredarannya dari produsen ke konsumen.

PPnBM
PPnBM = Pajak penjualan Barang Mewah
PPnBM tidak boleh dikreditkan dengan pajak yang lain.
Pajak Lain
1. Pajak lain yang ada dalam perusahaan :
PBB : pajak bumi dan bangunan dikenakan atas bumi dan bangunan dibayar setiap
tahun.
BPHTB : bea perolehan hak atas tanah dan bangunan dikenakan pada pembeli saat
melakukan pengalihan hak.
Pajak reklame : termasuk pajak daerah

2. Pajak lain ini akan dicatat sebagai beban pada saat terjadinya. Untuk BPHTB akan
dicatat menambah harga perolehan dari tanah dan bangunan yang dibeli

Riset Pajak
Kebijakan perpajakan :
1. Kepatuhan WP terhadap peraturan pajak Tax gap = antara potensi pajak
dengan jumlah pajak yang telah masuk baik dari sisi
2. obyek maupun subyek
3. Pengenaan pemotongan pajak
4. Pajak dan perekonomian
Riset Perusahaan
1. Pengungkapan Akuntansi Pajak penghasilan
o Disclosure cek list
o Variabel yang mempengaruhi pengungkapan
2. Rekonsiliasi fiskal:
o Penyebab Time & Permanent (tax planning)
o Potensi rekonsiliasi fiskal untuk earning management.
o Dampak Book tax gap thd nilai perusahaan
3. Penelitian atas Surat Ketetapan Pajak  riil earning management

4. Tax Shelter
5. Capital structure

o Pengaruh bunga pinjaman sebagai pengurang penghasilan sehingga


memperkecil pajak.

6. Kebijakan dividen

o Pajak atas dividen akan mempengaruhi perusahaan dalam


menetapkan kebijakan dividen.

Perilaku
Penghindaran pajak
Penelitian experiment
Ketaatan pajak
Etika dalam perpajakan  data primer

KUP – KEWAJIBAN PENDAFTARAN DAN LAPORAN

1. WAJIB PAJAK
Definisi (KUP, Pasal 1 ayat (2))
Wajib Pajak adalah orang pribadi atau badan, meliputi pembayar pajak, pemotong
pajak, dan pemungut pajak, yang mempunyai hak dan kewajiban perpajakan sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan
2. Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP)
NPWP adalah nomor yang diberikan kepada Wajib Pajak sebagai sarana dalam
administrasi perpajakan yang dipergunakan sebagai tanda pengenal diri atau identitas Wajib
Pajak dalam melaksanakan hak dan kewajiban perpajakannya
 NPWP terdiri dari 15 digit, yaitu 9 (sembilan) digit pertama merupakan kode Wajib
Pajak dan 6 (enam) digit berikutnya merupakan kode administrasi perpajakan
 Format NPWP adalah sebagai berikut: XX.XXX.XXX.X.XXX.XXX

3. Yang Wajib Ber-NPWP


Wajib Pajak Orang Pribadi:
a. yang menjalankan usaha atau pekerjaan bebas
b. yang memperoleh penghasilan melebihi Penghasilan Tidak Kena
Pajak (PTKP)
c. Kewajiban mendaftarkan diri berlaku pula terhadap wanita kawin
yang dikenakan pajak secara terpisah, karena hidup terpisah
berdasarkan keputusan hakim atau dikehendaki secara tertulis
berdasarkan perjanjian pemisahan penghasilan dan harta
d. Wajib Pajak orang pribadi lainnya yang memerlukan NPWP dapat
mengajukan permohonan untuk memperoleh NPWP

4. Yang Wajib ber-NPPKP


Pengusaha yang bukan pengusaha kecil yang menyerahkan Barang Kena Pajak / Jasa Kena
Pajak
Pengusaha kecil yang menyerahkan Barang Kena Pajak / Jasa Kena Pajak dan memilih
menjadi PKP (KMK No. 571/KMK.03/2003).

5. Fungsi NPWP & NPPKP


a.Fungsi NPWP:
1. Sarana dalam administrasi perpajakan
2. Tanda Pengenal diri atau identitas WP dalam melaksanakan hak dan
kewajiban perpajakannya
3. Dicantumkan dalam setiap dokumen perpajakan
4. Menjaga ketertiban dalam pembayaran pajak dan pengawasan administrasi
perpajakan
b. Fungsi NPPKP:
1. Pengawasan dalam melaksanakan hak dan kewajiban PKP di bidang PPN
dan PPn BM
2. Sebagai identitas PKP yang bersangkutan.

6. Tempat Pendaftaran NPWP & NPPKP


Setiap WP wajib mendaftarkan diri untuk memperoleh NPWP dan melaporkan diri untuk
dikukuhkan sebagai PKP ke Kantor Pelayanan Pajak (KPP) atau melalui Kantor
Penyuluhan dan Pengamatan Potensi Perpajakan (KP4) yang :
1. Wilayah kerjanya meliputi tempat tinggal (Orang Pribadi) atau tempat kedudukan
Wajib Pajak (badan)
2. Wilayah kerjanya meliputi tempat – tempat kegiatan usaha Wajib Pajak
3. Yang ditetapkan oleh Direktur Jenderal Pajak apabila dalam hal tempat tinggal atau
tempat kedudukan Wajib Pajak berada dalam dua atau lebih wilayah kerja KPP

7. Sanksi yang Berhubungan dengan NPWP DAN NPPKP


Setiap orang yang dengan sengaja tidak mendaftarkan diri atau menyalahgunakan atau
menggunakan tanpa hak NPWP atau NPPKP, sehingga dapat menimbulkan kerugian pada
pendapatan negara dipidana dengan pidana penjara paling singkat 6 bulan dan paling lama
6 tahun dan denda paling sedikit 2 kali jumlah pajak terutang yang tidak atau kurang
dibayar dan paling banyak 4 kali jumlah pajak terutang yang tidak atau kurang dibayar
(Pasal 39 (1))

8. Penghapusan NPWP
Penghapusan NPWP dilakukan dalam hal:
 diajukan permohonan penghapusan NPWP oleh WP dan/atau ahli warisnya apabila
WP sudah tidak memenuhi persyaratan subjektif dan/atau objektif;
 b. WP badan dilikuidasi karena penghentian atau penggabungan usaha;
 c. WP bentuk usaha tetap menghentikan kegiatan usahanya di Indonesia; atau
 d. dianggap perlu oleh Dirjen Pajak untuk menghapuskan NPWP dari WP yang
sudah tidak memenuhi persyaratan subjektif dan/atau objektif.

9. Pencabutan NPPKP
Pencabutan pengukuhan PKP dilakukan dalam hal:
a. PKP pindah alamat ke wilayah kerja KPP lain
b. WP Badan yang telah dibubarkan secara resmi
c. PKP lainnya yang tidak memenuhi syarat lagi sebagai PKP

10. Sentralisasi & Desenstralisasi Pajak


Bila WP mempunyai beberapa tempat usaha/cabang/pabrik yang tersebar di
beberapa wilayah kerja KPP, Wajib Pajak dapat memilih melalui mekanisme
sebagai berikut:
 Sentralisasi
Pemenuhan Kewajiban PPN / PPn BM dipusatkan ke satu KPP (ijin
pemusatan PPN) yaitu Kantor Pusat (tempat kedudukan berada), sedangkan
pemenuhan kewajiban PPh pasal 25/29 tetap di kantor pusat serta
pemenuhan kewajiban PPh pasal 21/23/26/4(2) di masing-masing cabang/
tempat usaha/ pabrik
 Desentralisasi
Pemenuhan kewajiban PPN / PPn BM dan kewajiban PPh pasal
21/23/26/4(2) di masing-masing cabang/ tempat usaha/ pabrik sedangkan
pemenuhan kewajiban PPh pasal 25/29 tetap di kantor pusat

11. Penjelasan KPP dan organisasi kantor pajak


Kantor Pelayanan Pajak adalah unit kerja dari Direktorat Jenderal Pajak yang
melaksanakan pelayanan di bidang perpajakan kepada masyarakat baik yang
telah terdaftar sebagai Wajib Pajak maupun belum, di dalam lingkup wilayah
kerja Direktorat Jenderal Pajak

12. Surat Setoran Pajak (SSP)


Setelah Wajib Pajak menghitung jumlah pajak yang terutangnya, maka Wajib
Pajak harus melakukan pembayaran / penyetoran pajak yang terutang dengan
menggunakan surat setoran pajak (SSP). SSP adalah bukti pembayaran atau
penyetoran pajak yang telah dilakukan dengan menggunakan formulir atau telah
dilakukan dengan cara lain ke kas negara melalui tempat pembayaran yang
ditunjuk oleh Menteri Keuangan.

13. Pembukuan
Pembukuan adalah suatu proses pencatatan yang dilakukan secara teratur,
untuk mengumpulkan data dan informasi keuangan yang meliputi harta,
kewajiban, modal, penghasilan dan biaya, serta jumlah harga perolehan dan
penyerahan barang atau jasa, yang ditutup dengan menyusun laporan keuangan
berupa neraca dan laporan laba rugi untuk periode tahun pajak tersebut

14. Yang Wajib Menyelenggarakan Pembukuan

 Wajib Pajak Badan


Wajib Pajak Orang Pribadi yang melakukan kegiatan usaha atau pekerjaan
bebas, kecuali Wajib Pajak Orang Pribadi yang peredaran brutonya dalam
satu tahun kurang dari Rp 4.800.000.000.

15. Pencatatan
Pencatatan yaitu pengumpulan data secara teratur tentang peredaran bruto
dan atau penghasilan bruto sebagai dasar untuk menghitung jumlah pajak
yang terutang termasuk penghasilan yang bukan objek pajak dan atau yang
dikenakan pajak yang bersifat final
16. Yang Wajib Menyelenggarakan Pencatatan
Wajib Pajak orang pribadi yang melakukan kegiatan usaha atau pekerjaan
bebas yang menurut ketentuan perundang-undangan perpajakan
diperbolehkan menghitung penghasilan netto dengan menggunakan Norma
Penghitungan Penghasilan Netto
Wajib Pajak Orang Pribadi yang tidak melakukan kegiatan usaha atau
pekerjaan bebas

Anda mungkin juga menyukai