Anda di halaman 1dari 11

KELOMPOK 2

Nama Anggota Kelompok :


1.Paulinus Wandi
2.Febiola Fitry Meliana
3.Paula Fungmoi
4.Selia Wati
Pengertian Pajak Menurut Para Ahli
•Pajak merupakan salah satu hal penting bagi setiap negara. Semakin banyak
orang yang membayar pajak, maka semakin banyak pula fasilitas dan
infrastruktur yang akan dibangun. Oleh karena itu, pajak adalah ujung tombak
pembangunan bagi negara. Dalam undang-undang ketentuan umum dan tata
cara perpajakan disebutkan bahwa pajak adalah kontribusi wajib kepada
negara yang tertuang oleh orang pribadi atau badan yang sifatnya memaksa
berdasarkan undang-undang. Berikut pengertian pajak menurut para ahli:
•MJH Smeets
•Pajak adalah prestasi kepada pemerintah yang tertuang melalui norma-norma
umum. Pajak dapat dipaksakan tanpa adanya kontrasepsi untuk membiayai
pengeluaran pemerintah.
• Cort Vander Linden Pajak
• menurut Cort Vander Linden adalah sumbangan pada keuangan
umum negara yang tidak bergantung pada jasa khusus dari seorang
penguasa.
• Djajaningrat
• Djajaningrat mengemukakan bahwa pajak adalah sebuah
kewajiban dalam memberikan sebagian harta kekayaan seseorang
kepada negara karena suatu keadaan, kejadian, perbuatan yang
memberikan suatu kedudukan tertentu. Iuran tersebut bukanlah
suatu hukuman tetapi sebuah kewajiban dengan berdasarkan
peraturan yang ditetapkan oleh pemerintah dan sifatnya memaksa.
Tujuan pajak adalah untuk memelihara kesejahteraan masyarakat.
Rochmat Soemitro
Menurut Rochmat Soemitro, pajak adalah iuran rakyat kepada kas
negara berdasarkan undang-undang yang dapat dipaksakan tanpa
mendapatkan jasa timbal balik. Pajak digunakan untuk membayar
pengeluaran umum. Lebih lanjut dikatakan bahwa pajak adalah
peralihan kekayaan dari pihak rakyat kepada kas negara untuk
membiayai pengeluaran rutin. Kelebihan pajak digunakan untuk
tabungan masyarakat yang menjadi sumber utama pembiayaan
investasi publik.
Jenis-Jenis Pajak
Setelah mengetahui apa yang dimaksud dengan pajak beserta manfaatnya,
Taxmates perlu tahu jenis-jenis pajak yang wajib dibayarkan. Pajak memiliki
beberapa jenis yang dapat didasarkan oleh lembaga pemungut pajak juga
sifatnya. Jenis pajak berdasarkan lembaga pemungutnya, terbagi menjadi dua: 
1. Pajak Pusat adalah pajak yang dipungut oleh negara atau pemerintah pusat.
Sebagian besar dari pajak pusat dikelola oleh Direktorat Jenderal Pusat (DJP) -
Kementerian Keuangan. Pajak Pusat meliputi : 
 Pajak Penghasilan (PPh)
 Pajak Pertambahan Nilai (PPN)
 Pajak Penjualan atas Barang Mewah (PPnBM)
 Bea Meterai
 Pajak Bumi dan Bangunan (PBB)
2. Pajak Daerah adalah pajak yang pemungutannya dilakukan oleh Pemerintah Daerah di tingkat
Provinsi dan Kabupaten/Kota. Pajak daerah meliputi : 
Pajak Kendaraan Bermotor
Bea Balik Nama Kendaraan Bermotor
Pajak Bahan Bakar Kendaraan Bermotor
Pajak Air Permukaan
Pajak Rokok
Pajak Kabupaten yang terdiri dari:
Pajak Hotel
Pajak Restoran
Pajak Hiburan
Pajak Penerangan Jalan
Pajak Mineral Bukan Logam dan Batuan
Pajak Parkir
Pajak Air Tanah
Pajak Sarang Burung Walet
Pajak Bumi dan Bangunan Pedesaan dan Perkotaan
Bea Perolehan Hak Atas Tanah dan/atau Bangunan  
Sementara itu, berdasarkan sifatnya, jenis pajak dibagi menjadi dua, yakni: 
1. Pajak Langsung.
Pajak yang dikenakan pada wajib pajak secara berkala baik perorangan maupun
badan usaha. 
(Contoh = Pajak Penghasilan dan Pajak Bumi dan Bangunan)
2. Pajak Tidak Langsung  
Pajak yang diberikan oleh wajib pajak bila melakukan peristiwa atau perbuatan
tertentu. 
(Contoh = Pajak Penjualan atas Barang Mewah)
 
Sistem Pajak Di Indonesia

Di Indonesia, sistem pemungutan pajak yang berlaku ada tiga jenis,


antara lain:
Self Assessment System.
Official Assessment System.
Withholding System.
1. Self Assessment System
Self assessment system adalah, sistem pemungutan pajak yang membebankan penentuan
besaran pajak yang perlu dibayarkan kepada wajib pajak. Artinya, sistem ini memberikan
kepercayaan kepada wajib pajak untuk menghitung, membayar, dan melaporkan besaran
pajaknya ke Kantor Pelayanan Pajak (KPP) atau melalui sistem administrasi online yang telah
dibuat oleh pemerintah. Nah, peran pemerintah dalam sistem pemungutan pajak ini, adalah
mengawasi wajib pajak. Jenis self assessment system ini, diterapkan pada jenis pajak pusat.
Advertisement Contoh jenis pajak yang menggunakan self assessment system, adalah Pajak
Pertambahan Nilai (PPN) dan Pajak Penghasilan (PPh). Sistem ini mulai diberlakukan di
Indonesia setelah masa reformasi pajak pada 1983 dan masih berlaku hingga saat ini. Namun,
terdapat konsekuensi dalam sistem pemungutan pajak ini. Sebab, wajib pajak memiliki
wewenang menghitung sendiri besaran pajak terutang yang perlu dibayarkan, maka wajib pajak
biasanya akan mengusahakan untuk menyetorkan pajak sekecil mungkin. Adapun, ciri-ciri
sistem self assessment, antara lain: Penentuan besaran pajak terutang dilakukan oleh wajib
pajak itu sendiri. Wajib pajak berperan aktif dalam menuntaskan kewajiban pajaknya mulai dari
menghitung, membayar, hingga melaporkan pajak. Pemerintah tidak perlu mengeluarkan surat
ketetapan pajak, kecuali  jika wajib pajak telat lapor, telat bayar pajak terutang, atau terdapat
pajak yang seharusnya wajib pajak bayarkan namun tidak dibayarkan.
2. Official Assessment System
Sistem pemungutan pajak yang satu ini, adalah sistem yang memberikan
wewenang penentuan besarnya pajak terutang pada fiskus atau aparat perpajakan
sebagai pemungut pajak. Dalam official assessment system, wajib pajak bersifat
pasif dan pajak terutang baru ada setelah fiskus mengeluarkan surat ketetapan
pajak. Di Indonesia, sistem pemungutan pajak ini diterapkan dalam pelunasan
Pajak Bumi Bangunan (PBB), serta jenis pajak daerah lainnya. Dalam pembayaran
PBB misalnya, KPP adalah pihak yang mengeluarkan surat ketetapan pajak berisi
besaran PBB terutang. Jadi, wajib pajak tidak perlu menghitung pajak terutang,
melainkan membayar PBB berdasarkan Surat Pembayaran Pajak Terutang (SPPT)
yang dikeluarkan oleh KPP tempat objek pajak terdaftar. Sistem pemungutan pajak
ini, memiliki ciri-ciri sebagai berikut: Besarnya pajak terutang dihitung oleh
petugas pajak. Wajib pajak sifatnya pasif dalam perhitungan pajak mereka. Pajak
terutang ada setelah petugas pajak menghitung pajak yang terutang dan
menerbitkan surat ketetapan pajak. Pemerintah memiliki hak penuh dalam
menentukan besarnya pajak yang wajib dibayarkan.
3. Withholding System
Pada sistem pemungutan pajak jenis withholding system, besaran pajak dihitung
oleh pihak ketiga yang bukan wajib pajak dan bukan juga aparat pajak/fiskus.
Contoh pemungutan pajak yang menggunakan withholding system, adalah
pemotongan penghasilan karyawan yang dilakukan oleh bendahara instansi
terkait. Jadi, karyawan sebagai wajib pajak tidak perlu lagi pergi ke KPP untuk
membayarkan pajak tersebut. Adapun, jenis pajak yang dikumpulkan dengan
sistem pemungutan pajak ini, antara lain PPh Pasal 21, PPh Pasal 22, PPh Pasal
23, PPh Final Pasal 4 ayat (2) dan PPN. Sebagai bukti atas pelunasan pajak
dengan menggunakan withholding system, biasanya berupa bukti potong atau
bukti pungut. Dalam beberapa kasus tertentu, bisa juga menggunakan Surat
Setoran Pajak (SSP). Dalam sistem pemungutan pajak ini, bukti potongan
tersebut nantinya akan dilampirkan bersama SPT Tahunan PPh/SPT Masa PPN
dari wajib pajak yang bersangkutan.

Anda mungkin juga menyukai