Anda di halaman 1dari 3

Nama : Dhimas Rahardian Widiarto

NIM : 6311211122

Mata Kuliah : Hukum Pajak

Kelas :D

Dosen Pengampu : Zulfika Ikrardini, S.H., M. Kn

Sejarah pemungutan pajak di Indonesia dimulai sejak zaman kerajaan, dimulai dengan
pengenaan pajak atas tanah dan bangunan, yang dikenal sebagai pajak pertanahan. Pada tahun
1816, pemerintah Belanda mengatur pajak yang dikenakan kepada warga negara Indonesia, yang
disebut sebagai pajak bumi dan bangunan. Saat itu, rakyat Indonesia harus menyetor pajak
kepada pemerintah Belanda.
Pada tahun 1920, pemerintah Belanda mengatur pajak penghasilan, yang dikenal sebagai
Ordonantie op de Herziene Inkomstenbelasting. Pada tahun 1925, pemerintah Belanda mengatur
pajak perseroan, yang dikenal sebagai Ordonantie op de Vennootschapbelasting. Dalam era
penjajahan Jepang, pemerintah Jepang memungut pajak dari berbagai hasil bumi yang ada di
Indonesia.
Setelah proklamasi kemerdekaan, Indonesia mengadaptasi sistem pemungutan pajak yang
diperkenalkan oleh pemerintah Belanda. Pada tahun 1983, terjadi perubahan dari sistem
penilaian resmi (official assessment) menjadi sistem penilaian mandiri (self-assessment), di mana
wajib pajak memegang tanggung jawab penuh untuk menentukan jumlah pajak yang harus
mereka bayarkan. Pajak saat ini bersifat variabel, disesuaikan untuk setiap individu atau entitas,
termasuk pajak kendaraan bermotor, pajak pertambahan nilai, pajak bumi dan bangunan, pajak
daerah, pajak ekspor, pajak perdagangan internasional, pajak kendaraan bermotor, bea masuk,
cukai, dan pajak penjualan atas barang mewah.
Dasar hukum perpajakan Indonesia terdapat dalam Pasal 23A UUD 1945, yang
memberikan wewenang untuk memungut pajak secara wajib dan digunakan untuk mendukung
keperluan negara. Rincian lebih lanjut mengenai peraturan perpajakan diatur dalam UU No.28
tahun 2007. Pendapatan yang diperoleh dari pajak tidak hanya menjadi salah satu sumber utama
Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN), tetapi juga memberikan manfaat langsung
kepada masyarakat melalui pembangunan infrastruktur dan penyediaan fasilitas umum yang
meningkatkan kualitas hidup mereka serta memajukan pembangunan ekonomi nasional secara
berkelanjutan.Sistem pemungutan pajak merupakan suatu cara yang digunakan untuk
menghitung besarnya pajak yang perlu dibayarkan oleh Wajib Pajak kepada negara. Dengan kata
lain, sistem ini menjadi metode untuk mengelola utang pajak yang bersangkutan supaya bisa
masuk ke kas negara.
Adapun, sistem pemungutan pajak sendiri telah diatur dalam Undang-Undang Nomor 10
Tahun 1994 yang membahas dan mengatur segala hal yang berkaitan dengan subjek dan objek
pajak.
Setiap negara di dunia mempunyai sistem dan metode yang berbeda, sedangkan
Indonesia mempunyai 3 (tiga) sistem pemungutan pajak yang berlaku. Berikut ketiga sistem
tersebut beserta ciri-cirinya:

Self-Assessment Official Assessment Withholding


System System Assessment System
Pengertian *Sistem perpajakan ini yang * Sistem pemungutan pajak ini * Sistem pemungutan pajak ini
digunakan untuk yang memungkinkan pihak memberikan pengertian bahwa
menentukan besarnya pajak berwenang untuk dengan besarnya pajak akan dihitung
yang harus dibayar oleh bebas menentukan jumlah oleh pihak ketiga yang bukan
wajib pajak yang pajak yang harus dibayarkan wajib pajak atau
bersangkutan. Dalam artian kepada otoritas pajak atau petugas pajak.
lain bahwa Wajib Pajak pemungut pajak. Dalam sistem
adalah pihak yang berperan pemungutan pajak ini
aktif dalam menghitung, biasanya Wajib Pajak bersifat
membayar dan melaporkan pasif dan hutang pajak hanya
pajak kepada kantor dapat digunakan setelah
Pelayanan Pajak (KPP) atau otoritas pajak mengeluarkan
sistem administrasi online surat ketetapan pajaknya.
yang dibentuk oleh
pemerintah. Dalam hal ini
pemerintah berperan untuk
mengawasi wajib pajak .
Contoh * contohnya adalah dalam * Sistem pemungutan pajak ini * Contoh dari sistem ini
PPN dan PPh. Self biasanya dapat diterapkan adalah pemotongan
assessment system sudah pada penyelesaian Pajak Bumi penghasilan pegawai oleh
mulai masuk ke Indonesia dan Bangunan (PBB) atau bendahara instansi, sehingga
setelah era reformasi jenis pajak daerah lainnya. pegawai tidak perlu lagi ke
perpajakan pada tahun 1983 Dalam proses transaksi kantor pajak untuk
dan masih berlaku hingga pembayaran PBB, KPP membayar pajaknya.
saat ini, namun sistem biasanya berperan sebagai
perpajakan tersebut memiliki pihak yang mengeluarkan
konsekuensi karena wajib surat ketetapan pajak yang
pajak berhak menghitung memuat sejumlah PBB
jumlah pajak yang perlu terutang disetiap tahunnya,
dibayar, biasanya wajib sehingga tidak perlu lagi untuk
pajak berusaha membayar menghitung pajak yang
pajak sesedikit mungkin. terutangnya, namun cukup
dengan membayar PBB
berdasarkan Surat Pernyataan
Terutang Pajak (SPPT) yang
diterbitkan oleh KPP yang
terdaftar sebagai subjek pajak.
Ciri-ciri Ciri-ciri dari sistem Ciri-ciri dari sistem Ciri-ciri dari sistem
pemungutan pajak self- pemungutan pajak official pemungutan pajak
assessment adalah: assessment adalah: withholding assessment
1. Wajib Pajak menentukan 1.Petugas pajak berwenang adalah:
besaran pajak terutang; menghitung dan memungut 1.Wajib Pajak dan pemerintah
2.Wajib Pajak berperan aktif besaran pajak terutang; tidak berperan aktif dalam
dalam menyelesaikan 2.Wajib Pajak berperan pasif; menghitung besaran pajak;
kewajiban perpajakannya Besaran pajak akan diketahui 2.Pihak ketiga berwenang
(perhitungan, pembayaran, oleh Wajib Pajak setelah menentukan besarnya pajak
dan pelaporan); serta petugas pajak melakukan terutang; serta
3.Pemerintah tidak ikut perhitungan dan menerbitkan 3.Menerbitkan bukti
campur dan SKP; serta potong/pungut bagi Wajib
hanya mengawasi. 3.Pemerintah memiliki hak Pajak yang telah
penuh pada saat menentukan melunasi pajak terutang.
besaran pajak yang
perlu dibayarkan.

Anda mungkin juga menyukai