1. Asas Yuridis
2. Asas Ekonomis
3. Asas Finansial
Asas Yuridis
Menurut asas ini hukum pajak harus dapat memberikan
jaminan hukum yang perlu untuk menyatakan keadilan
yang tegas, baik untuk Negara dan warganya. Oleh
Karena itu mengenai pajak di Negara hokum harus
diatur dengan undang-undang.
.
Asas Ekonomis
Pemungutan pajak jangan hanya ditekankan semata-mata pada fungsi budgeter, dengan
menekankan jumlah yang optimal tanpa memperhatikan keadaan masyarakat, sisi keadilan
dan kesanggupan masyarakat, tentu hal itu akan sangat memberatkan masyarakat.
Asas Finansial :
Adalah suatu sistem pemungutan pajak yang memberi wewenang kepada wajib pajak untuk menentukan sendiri besarnya pajak yang
terutang.
ciri-cirinya adalah :
1. wewenang untuk menentukan besarnya pajak terutang ada pada wajib
pajak sendiri
2. wajib pajak aktif mulai dari menghitung, menyetor dan melaporkan
sendiri pajak yang terutang.
3. fiskus tidak ikut campur dan hanya mengawasi.
With Holding System
Adalah suatu sistem pemungutan pajak yang memberi wewenang kepada pihak ketiga (bukan fiskus dan
bukan wajib pajak yang bersangkutan untuk menentukan besarnya pajak yang terutang oleh wajib pajak.
ciri-cirinya adalah wewenang menentukan besarnya pajak yang terutang ada pada pihak ketiga pihak
selain fiskus dan wajib pajak.
Pemungutan pajak dapat dilakukan berdasarkan 3 stelsel :
Dalam hal ini lahirnya utang pajak menurut ajaran formal terjadi karena undang-undang sebagai akibat
perbuatan manusia, yakni perbuatan dari aparatur pajak untuk mengeluarkan Surat Ketetapan Pajak.
Hal yang dapat menghapuskan utang pajak adalah :
1. Pembayaran
2. Kompensasi Utang
3. Pembebasan Utang
4. Pembatalan atau batal demi hukum
5. Daluwarsa.
Pembayaran :
Pembayaran lunas terhadap suatu utang umumnya dapat menghapuskan utang. Hal yang seperti itu juga berlaku dalam perikatan pajak.
Apabila utang pajak dibayar lunas, maka hapuslah utang pajak tersebut.
Kompensasi Utang
Dalam hal terdapat kelebihan pembayaran pajak, misalnya yang disebabkan oleh berbagai hal seperti perubahan peraturan, adanya pemberian pengurangan, kekeliruan pembayaran dan lainnya maka kelebihan pembayaran pajak itu menjadi hak wajib pajak.
Dalam hal demikian, kelebihan pembayaran pajak itu dapat direstitusikan (dikembalikan) kepada wajib pajak, dikompensasikan (diperhitungkan) dengan utang pajak untuk tahun pajak berikutnya.
Pembebasan utang
Peniadaan utang dalam perikatan perdata dapat dilakukan oleh kreditur terhadap utang debitur dengan alasan-alasan tertentu yang dikehendaki kreditur dan disetujui debitur.
Dalam hal utang pajak, peniadaan utang hanya dapat dilakukan dengan adanya keputusan administrasi di bidang pajak.
Pembatalan
Dalam perikatan pajak, musnahnya barang sebagai objek pajak tidak dengan sendirinya menghapuskan utang pajak
Pajak yang terutang hanya dapat dihapuskan dengan adanya Surat Keputusan dari Direktur Jendral Pajak. Dalam perikatan pajak juga tidak dikenal adanya perikatan yang batal demi hukum, melainkan harus ada pembatalan. Juga, kesalahan tulis atau kesalahan hitung didalam Surat Ketetapan Pajak yang bersangkutan tidak batal dengan sendirinya melainkan dapat dibatalkan dan diganti dengan yang baru dan benar.
Daluwarsa
Dalam hal pajak dikenal adanya daluwarsa yang lemah, yaitu lampaunya waktu yang ditentukan mengakibatkan terhapusnya kewenangan untuk menagih pajak, sementara hak untuk mengenakan pajak tidak pernah daluwarsa. Disamping itu dikenal daluwarsa yang kuat, yakni daluwarsa yang mengakibatkan hilangnya kewenangan dari Direktur Jendral Pajak.
QUIZ :
1. Jelaskan persepsi saudara tentang asas yang paling tepat digunakan oleh negara sebagai landasan untuk memungut pajak?
2. Apakah Official Assesment system masih diperlukan dalam penerapan sistem pemungutan pajak di Indonesia? Jelaskan pendapat saudara.
3. Salah satu hal yang dapat menghapuskan utang pajak adalah kompensasi hutang. Apakah hal tersebut telah diterapkan dengan baik terhadap adanya kelebihan pembayaran pajak oleh wajib pajak?