Anda di halaman 1dari 26

Asas utama yang paling sering digunakan oleh negara

sebagai landasan untuk memungut pajak adalah:

1. Asas Negara Tempat Tinggal


2. Asas Negara Asal (Negara
Sumber)
3. Asas Kebangsaan
Asas Negara Tempat Tinggal atau Asas domisili atau asas
kependudukan (domicile/residence principle)
Asas Negara tempat tinggal mengandung arti bahwa Negara tempat
seseorang bertempat tinggal, tanpa memandang kewarganegaraannya,
mempunyai hak yang tak terbatas untuk memungut pajak terhadap orang-
orang itu atas semua pendapatan yang mereka peroleh tanpa menghiraukan
dimana pendapatan itu diperoleh.
Asas Negara Asal (Negara Sumber)
Asas Negara sumber mendasarkan pemajakan pada tempat dimana sumber itu berada, seperti
adanya suatu perusahaan, kekayaan atau tempat kegiatan disuatu Negara. Negara dimana
sumber itu berada mempunyai wewenang untuk mengenakan pajak atas hasil yang keluar dari
sumber itu.
Asas Kebangsaan atau Asas Nasionalitas atau disebut juga asas
Asas ini mendasarkan pengenaan pajak seseorang pada status kewarganegaraannya. Jadi pemajakan dilakukan
Kewarganegaraan (nationality/citizenship principle) :
oleh Negara asal wajib pajak. Yang dikenakan pajak adalah semua orang yang mempunyai kewarganegaraan
Negara tersebut, tanpa memandang tempat tinggalnya. Apabila asas ini digunakan oleh suatu Negara maka
sasaran pengenaan pajaknya adalah seluruh penghasilan dan kekayaan dari manapun asalnya.
Agar pelaksanaan pemungutan pajak dapat berjalan dengan baik, adil dan lancar,
tidak mengganggu kepentingan masyarakat, sekaligus membawa hasil yang baik
bagi kas Negara, pemungutan pajak dilaksanakan dengan asas sebagai berikut :

1. Asas Yuridis
2. Asas Ekonomis
3. Asas Finansial
Asas Yuridis
Menurut asas ini hukum pajak harus dapat memberikan
jaminan hukum yang perlu untuk menyatakan keadilan
yang tegas, baik untuk Negara dan warganya. Oleh
Karena itu mengenai pajak di Negara hokum harus
diatur dengan undang-undang.
.
Asas Ekonomis
Pemungutan pajak jangan hanya ditekankan semata-mata pada fungsi budgeter, dengan
menekankan jumlah yang optimal tanpa memperhatikan keadaan masyarakat, sisi keadilan
dan kesanggupan masyarakat, tentu hal itu akan sangat memberatkan masyarakat.
Asas Finansial :

Disini fungsi pajak yang terpenting adalah fungsi budgeter, yakni


memasukan uang sebanyak-banyaknya ke kas Negara. Sehubungan
dengan itu maka agar hasil pemungutan pajak itu besar maka biaya
pemungutannya harus sekecil-kecilnya.
SISTEM PEMUNGUTAN PAJAK

1. Official Assesment system


2. Self Assessment System
3. With Holding System
Official Assesment system
Adalah suatu sistem pemungutan yang memberi wewenang kepada pemerintah (fiskus) untuk menentukan besarnya pajak yang
terutang oleh wajib pajak.
ciri-cirinya :
1. Wewenang untuk menentukan besarnya pajak terutang ada pada fiskus
2. Wajib pajak bersifat pasif
3. Utang pajak timbul setelah dikeluarkan surat ketetapan pajak oleh fiskus
Self Assessment System

Adalah suatu sistem pemungutan pajak yang memberi wewenang kepada wajib pajak untuk menentukan sendiri besarnya pajak yang
terutang.
ciri-cirinya adalah :
1. wewenang untuk menentukan besarnya pajak terutang ada pada wajib
pajak sendiri
2. wajib pajak aktif mulai dari menghitung, menyetor dan melaporkan
sendiri pajak yang terutang.
3. fiskus tidak ikut campur dan hanya mengawasi.
With Holding System

Adalah suatu sistem pemungutan pajak yang memberi wewenang kepada pihak ketiga (bukan fiskus dan
bukan wajib pajak yang bersangkutan untuk menentukan besarnya pajak yang terutang oleh wajib pajak.
ciri-cirinya adalah wewenang menentukan besarnya pajak yang terutang ada pada pihak ketiga pihak
selain fiskus dan wajib pajak.
Pemungutan pajak dapat dilakukan berdasarkan 3 stelsel :

1. Stelsel Riil (Nyata)


2. Stelsel Anggapan (Fictieve stelsel)
3. Stelsel Campuran
Stelsel Riil (Nyata)
Pengenaan Pajak didasarkan pada keadaan objek yang sesungguhnya. Apabila pajak itu
dikenakan terhadap penghasilan, misalnya, maka pengenaan itu didasarkan pada
penghasilan yang sungguh-sungguh diterima atau diperoleh wajib pajak.
Stelsel Anggapan (Fictieve stelsel)
Pengenaan pajak didasarkan pada suatu anggapan hukum (fictieve) tertentu. Fictie hukum yang dipakai
misalnya mengganggap bahwa penghasilan yang diterima oleh wajib pajak adalah sama besarnya untuk
setiap tahun pajak. Oleh karena itu begitu tahun pajak berakhir dan diketahui besarnya penghasilan wajib
pajak yang bersangkutan maka sudah dapat ditentukan pajak penghasilan untuk tahun berikutnya.
Stelsel Campuran
Merupakan kombinasi antara stelsel Nyata dan stelsel anggapan, sekaligus untuk menghilangkan kelemahan-
kelemahan kedua stelsel tersebut. Dalam stelsel ini utang pajak dikenakan dengan mendasarkan stelsel fictie
pada awal masa atau tahun pajak yang merupakan ketetapan yang bersifat sementara dan kemudian setelah
masa atau tahun pajak berakhir akan dikoreksi berdasarkan keadaan penghasilan yang sesungguhnya diterima
oleh wajib pajak.
Menurut Rochmat Sumitro, utang pajak adalah utang yang
timbul secara khusus karena Negara (kreditur) terikat dan tidak
dapat memilih secara bebas siapa yang akan dijadikan
debiturnya, seperti dalam hukum perdata. Hal ini terjadi
mengingat utang pajak lahir karena undang-undang

Saat dan lahirnya utang pajak dikenal ada 2 ajaran :


Ajaran formal dan ajaran material.
Utang menurut ajaran material adalah utang pajak timbul dengan sendirinya karena
pada saat yang ditentukan oleh undang-undang sekaligus dipenuhi syarat subjek dan
syarat objek.
Menurut ajaran formal, utang pajak timbul karena undang-undang pada saat dikeluarkan Surat
Ketetapan Pajak Oleh Direktur Jendral Pajak.

Dalam hal ini lahirnya utang pajak menurut ajaran formal terjadi karena undang-undang sebagai akibat
perbuatan manusia, yakni perbuatan dari aparatur pajak untuk mengeluarkan Surat Ketetapan Pajak.
Hal yang dapat menghapuskan utang pajak adalah :
1. Pembayaran
2. Kompensasi Utang
3. Pembebasan Utang
4. Pembatalan atau batal demi hukum
5. Daluwarsa.
Pembayaran :
Pembayaran lunas terhadap suatu utang umumnya dapat menghapuskan utang. Hal yang seperti itu juga berlaku dalam perikatan pajak.
Apabila utang pajak dibayar lunas, maka hapuslah utang pajak tersebut.
Kompensasi Utang
Dalam hal terdapat kelebihan pembayaran pajak, misalnya yang disebabkan oleh berbagai hal seperti perubahan peraturan, adanya pemberian pengurangan, kekeliruan pembayaran dan lainnya maka kelebihan pembayaran pajak itu menjadi hak wajib pajak.

Dalam hal demikian, kelebihan pembayaran pajak itu dapat direstitusikan (dikembalikan) kepada wajib pajak, dikompensasikan (diperhitungkan) dengan utang pajak untuk tahun pajak berikutnya.
Pembebasan utang

Peniadaan utang dalam perikatan perdata dapat dilakukan oleh kreditur terhadap utang debitur dengan alasan-alasan tertentu yang dikehendaki kreditur dan disetujui debitur.

Dalam hal utang pajak, peniadaan utang hanya dapat dilakukan dengan adanya keputusan administrasi di bidang pajak.
Pembatalan
Dalam perikatan pajak, musnahnya barang sebagai objek pajak tidak dengan sendirinya menghapuskan utang pajak

Pajak yang terutang hanya dapat dihapuskan dengan adanya Surat Keputusan dari Direktur Jendral Pajak. Dalam perikatan pajak juga tidak dikenal adanya perikatan yang batal demi hukum, melainkan harus ada pembatalan. Juga, kesalahan tulis atau kesalahan hitung didalam Surat Ketetapan Pajak yang bersangkutan tidak batal dengan sendirinya melainkan dapat dibatalkan dan diganti dengan yang baru dan benar.
Daluwarsa
Dalam hal pajak dikenal adanya daluwarsa yang lemah, yaitu lampaunya waktu yang ditentukan mengakibatkan terhapusnya kewenangan untuk menagih pajak, sementara hak untuk mengenakan pajak tidak pernah daluwarsa. Disamping itu dikenal daluwarsa yang kuat, yakni daluwarsa yang mengakibatkan hilangnya kewenangan dari Direktur Jendral Pajak.
QUIZ :
1. Jelaskan persepsi saudara tentang asas yang paling tepat digunakan oleh negara sebagai landasan untuk memungut pajak?

2. Apakah Official Assesment system masih diperlukan dalam penerapan sistem pemungutan pajak di Indonesia? Jelaskan pendapat saudara.

3. Salah satu hal yang dapat menghapuskan utang pajak adalah kompensasi hutang. Apakah hal tersebut telah diterapkan dengan baik terhadap adanya kelebihan pembayaran pajak oleh wajib pajak?

Anda mungkin juga menyukai