Wewenang dalam menentukan besarnya pajak terhutang ada di tangan wajib pajak itu sendiri.
Wajib pahak aktif dalam menjalankan kewajiban pajaknya, mulai dari menghitung pajak sendiri, menyetor
pajaknya, dan melaporkan pajak terhutangnya.
Dalam sistem ini, pemerintah tidak perlu mengeluarkan surat ketetapan pajak setuap saat kecuali adanya
kasus-kasus tertentu saja seperti wajib pahak terlambat melaporkan atau membayar pajak terhutang atau
terdapat pajak yang seharisnya dibayar tetapi tidak dibayar.
Keunggulan :
Wajib pajak yang bersangkutan tidak perlu lagi repot-repot menghitung dan menyetorkan pajaknya
karena pekerjaan tersebut sudah dijalankan oleh pihak ketiga.
Kelemahan :
Uang pajak yang telah dipungut oleh pihak ketiga memiliki resiko tidak disetorkan. Pihak ketiga
tersebut bisa saja menggunakan uang pajak yang dipunggutnya untuk hal lain.
Contoh :
Pemotongan penghasilan karyawan yang dilakukan oleh bendahara suatu perusahaan. Dalam
sistem ini keryawan tidak usah pergi ke kantor pajak untuk membayar pajak tersebut.
DASAR PEMUNGUTAN PAJAK
1. Stelsel Nyata
Pengenaan Pajak didasarkan pada objek penghasilan yang nyata, pemungutan dilakukan pada akhir
tahun pajak setelah penghasilan sesungguhnya diketahui. Pajak lebih realistis tapi baru dapat
dikenakan di akhir periode.
3. Stelsel Campuran
2. Asas Kebangsaan, Pengenaan pajak pada 6. Asas Finansial, Setiap wajib pajak akan dikenakan
setiap orang yang lahir dan tinggal di Indonesia. pajak berdasarkan kondisi finansial yang bersangkutan.
Tarif
Tarif pajak berupa angka yang Persenatse tertentu yang sifatnya tetap
Proporsional berapapun jumlah dasar pengenaan pajaknya.