Anda di halaman 1dari 4

SISTEM DAN TEORI PEMUNGUTAN PAJAK

I. SISTEM PEMUNGUTAN PAJAK pada umumnya ada 3(tiga) system yaitu:

1. OFFICIAL ASSESSMENT SYSTEM adalah suatu system pemungutan yang memberi


wewenang kepada pemerintah (fiskus) untuk menentukan besarnya pajak yang terutang
oleh Wajib Pajak yang ciri-cirinya yaitu:
a. Wewenang untuk menentukan besarnya pajak terutang ada pada fiskus.
b. Wajib pajak bersifat pasif
c. Utang pajak timbul setelah dikeluarkan surat ketetapan pajak oleh fiskus.

2. SELF ASSESSMENT SYSTEM Adalah suatu system pemungutan pajak yang memberi
wewenang kepada wajib pajak untuk menentukan sendiri besarnya pajak yang terutang
yang cirinya:
a. Wewenang untuk menentukan besarnya pajak terutang ada pada Wajib Pajak
sendiri.
b. Wajib Pajak Aktif, mulai menghitung,menyetor dan melaporkan sendiri pajak yang
terutang.
c. Fiskus tidak ikut campur dan hanya mengawasi.

3. WITHHOLDING SYSTEM adalah suatu system pemungutan pajak yang meberi wewenag
kepada pihak ketiga(bukan fiskus dan Wajib Pajak yang bersangkutan) untuk memotong
atau memungut pajak yang terutang oleh Wjib Pajak. Cirinya yaitu yang berwenang
memotong atau memungut pajak yang terutang pada pada pihak ketiga, yaitu pihak lain
selain fiskus dan Wajib Pajak.

Tata cara pemungutan Pajak antara lain:

1. Stelsel Pajak yaitu pemungutan pajak dapat dilakukan berdasarkan 3 stelsel:


A. Stelsel Nyata (Riel stelsel) yaitu Pengenaaan pajak didasarkan pada objek(Penghasilan yang
nyata ) sehinggga pemungutannya baru dapat dilakukan pada akhir Tahun Pajak, yakni
stelah penghasilan yang sesungguhnya diketahui. Stelsel nyata mempunyai kelebihan atau
kekuramgan.kelebihan ini adalah pajak yang dikenakan lebih realistis. Sementara
kelemahannya adalah pajak baru dapat pada akhir periode (setelah Penghasilan yang
sesungguhnya diketahui).

B. Stelsel Anggapan (Fictieve stelsel) Pengenaan pajak didsarkan pada suatu anggapan yang
diatur oleh undang-undang misalnya penghasilan suatu tahun diangggap sama dengan
tahun sebelumnya sehinggga pada awal tahun pajak sudah dapat ditetapkan besarnya pajak
yang terutang untuk tahun pajak berjalan. Kelebihan nya adalah apajak dapat dibayar
selama tahun tahun berjalam tanpa harus menunggu pada akhir tahun. Adapun
kelemahannya adalah pajak yang dibayar tidak berdasarkan pada keadaan sesungguhnya.
C. Stelsel Campuran merupakan kombinasi antara stelsel nyata dan stelsel anggran . Pada awal
tahun, besarnya pajak yang dihitung berdasarkan suatu anggapan , kemudian pada akhir
tahun besarnya pajak disesuaikan dengan keadaan yang sebenarnya . Bila besarnya pajak
menurut kenyataan lebih besar daripada pajak menurut anggapan maka Wajib Pajak harus
menambah, sebaliknya jika lebih kecil kelebihannya dapat dimnta kembali.

2. Asas Pemungutan Pajak terdirid dari:

A. Azas Domisili (asas tempat tinggal) Negara berhak mengenakan pajak atas seluruh
penghasilan Wajib Pajak yang bertempat tingggal diwilayahnya, baik penghasilanyang
berasal dari dalam maupun luar negeri. Asas ini berlaku untuk Wajib Pajak dalam Negeri.

B. Asas Sumber yaitu Negara mengenakan pajak penghasilan yang bersumber di wilayah

memperhatikan tempat tinggal Wajib pajak.

C. Asas Kebangsaan yaitu Pengenaan pajak yang dihubungkan dengan kebangsaan suatu
negara.

Asas Pemungutan Pajak menurut Adam Smith didasarkan pada :

1. Equility yaitu Pemungutan pajak harus bersifat final adil dan merata
2. Certainty yaitu Penertapan pajak itu tidak ditentukan seweang-wenang.
3. Convenience yaitu kapan WP itu harus membayar paja sebaiknya sesuai dengan saat tidak
menyulitkan WP
4. Economy yaitu secara ekonomi bahwa biya pemungutan dan biaya pemenuhan kewajiban
pajak WP diharapkan seminimum mungkin.

ASAS PEMUNGUTAN PAJAK DAPAT PULA DIBAGI DALAM:

1. Asas Menurut Falsafah Hukum: Untyk menyatakan keadilan kepada hak negara untuk meungut
pajak, muncul beberaoa terori yaitu:

a. Teori Asuransi yaitu Dalam perjanjian asurani diperlukan pembayaran premi atas usaha
melindungi orang dari segala kepentingan.
b. Teori Kepentingan yaitu memperhatikan beban pajak yang harus dipungut dari masyarakat
didasarkan pada kepentingan setiap orang termasuk perlindungan jiwa dan hartanya.
c. Teori Gaya Pikul yaitu bahwa dasarr keadilan pajak terletak dalam jasa-jasa yang diberikan
oelh negara kepada masyarakat akan membayar pajak menurut gaya pikul seseorang.
d. Teori Bakti yaitu mendasarkan bahwa negara mempunyai hak mutlak untuk memungut
pajak
Bahwa msyarakat menyadari bahwa membayar pajak sebagai suatu kewajiban untuk
membuktikan tanda baktinya terhadap negara.
e. Teori Asas Daya Beli yaitu bahwa penyelenggara kepentingan masyarakat yang dianggap
sebagai dasar keadilan emungut pajak yang bukan kepentingan individu atau negara

2. Asas Yuridis yaitu dalam menyatakan suatu keadilan, hokum pajak harus memberikan jaminan
hokum kepada negara atau warganya. Oleh karena itu pemunutan pajak harus didasarkan pada
undang-undang. Yaitu UUD pasal 23 ayat 2 dan UUD pasal 23A.
3. Asas Ekonomis yaitu lebih menekankan pada pemikiran bahwa negara menghendaki agar
kehidupan ekonomi masyarakat terus meningkat . untuk itu pemungutan pajak harus
diupayakan tidak menghambat kelancaranekonomi sehingga kehidupanekonomi tidak
terganggu.

II. Asas keadilan dalam prinsip perundang-undang perpajakan maupun dalam hal pelaksaannya
harus dipegang walaupun keadilan itu sangat relatif.
Menurut Richard dan Peggy Musgrave bahwa terdapat dua macam azas keadilan:
1. Benefit Principle yaitu system perpajakan yang adil ,setiap pajak harus membyara
sejalan dengan manfaat yang dinikmati dari pemerintah.Pendekatan ini disebut
Revenuu and Expenditure Approach.
2. Ability Priciple yaitu pendekatan ini menyarankan agar pajak dibebankan kepada Wajib
Pajak atas dasar kemampuan membayar.

Perbedaan lainya masalah keadilan dalam pemungutan pajak, dibeadakan dalam :


a. Keadilan Horizontal yaitu Pemungutan pajak adil secara horizontal , apabila beban
pajaknya sama atas semua WP yang memperoleh penghasilan yang sama dengan jumlah
tanggungan yangsama, tanpa membedakan jenis penghasilan atau sumber penghasilan.

b. Keadilan Vertikal n yaitu keadilan dapat dirumuskan bahwa pemungutan pajak adil,
jika orang dalam keadaan ekonomis yang sama dikenakan pajak yang sama demikian
sebaliknya.

III. SYARAT PEMUNGUTAN PAJAK.

Agar pemungutan pajak tidak menimbulkan hambatan atau perlawanan maka pemungutan pajak harus
memenuhi syarat sebagai berikut:

1. Pemungutan Pajak Harus Adil(Syarat Keadilan) sesuai dengan tujuan hokum yaini mencapai
keadialan, maka undang-undang mapun pelaksanaan pemungutan harus adil antara WP
diberikan Hak dan kewajiban sebagai Wajib Pajak
2. Pemungutan Pajak Harus Berdasarkan Undang-Undang yaitu secara Yuridis UU pajak berdasrkan
UUD 1945 pasal 23A hal ini memberikan jaminan hokum untuk menyatakan keadilan, baik bagi
negara maupun warganya(WP)
3. Tidak menganggu Perekonomian (syarat Wkonomis) Yaitu Pemungutan tidak boleh mengggangu
kelancaran kegiatan produksi maupun perdagangan sehinggga tidak menimbulkan kelesuan
prekonomian masyarakat.
4. Pemungutan Pajak Harus Efisien(Sayarat Finacial) yaitu sesuai fungsi Budgetair baiaya
pemungutan pajak harus lebih rendah dari hasil pemungutannnya.
5. Sistem Pemungutan Pajak harus Sederhana yaitu akan memudahkan dan mendorong
masyarakat dalam memenuhi kewajiban perpajakan.
IV. MACAM MACAM TARIF PAJAK;

Ada 4 macam tariff pajak yaitu:

1. Tarif Sebanding/Proporsional(A proportional tax rate) yaitu tariff berupa persentase yang tetap
terhadap berapa pun jumlah yang dikenai pajak sehingga besarnya pajak yang terutang
proporsional pada besarnya nilai dikenai pajak contoh PPN 10%
2. Tarif Tetap (a Fixed tax rate) yaitu tariff beruapa jumlah yang tetap terhadap berapaun jumlah
yangkenai pajaksehingga besarnya paja yang terutang tetap contoh besarnyat tariff Bea Meterai
Rp.10.000,- dan tariff PPh Badan
3. Tarif Progresif (a progressive tax rate) yaitu persentase tariff yang digunakab semakin besar bila
jumlah yang dikenai pajaka semakin besar. Contoh tariff Pajak Orang pribadi:
Lapisan Penghasilan Kena Pajak (PKP) Tarif Pajak
Sampai dengan Rp.50.000.000,-………………………………………….. 5%
Diatas Rp.50.000.000 sd/d Rp.250.000.000………………………… 15%
Diatas Rp. 250.000.000 sd.Rp.500.000.000,-…………………………… 25%
Diatas Rp.500.000.000 sampai seterusnya……………………………… 30%

Untuk Badan tariff pajak ((PPh pasal 17 UU 36/2008)


Tahun 2009………………28%
Tahun 2010 s/d 2019.. 25%
Thun 2020 sd 2021…… 22%
Tahun 2022 ……………. 20%.

Anda mungkin juga menyukai