Anda di halaman 1dari 254

Ketentuan

Umum dan
Tata Cara
Perpajakan
Bahan Bahasan

Pengantar Perpajakan Ketetapan Pajak

NPWP dan Pengukuhan


PKP
Penagihan Pajak
SPT
Sengketa Pajak
Pembayaran Pajak

Pembukuan dan Imbalan Bunga


Pencatatan

Tindak Pidana di
Pemeriksaan Pajak Bidang Perpajakan
Pengantar
Perpajakan
DASAR HUKUM
• Pasal
23A UUD 1945 yang berbunyi “Pajak
dan pungutan lain yang bersifat memaksa
untuk keperluan negara diatur dengan
undang-Undang”

• Hukum Pajak merupakan keseluruhan


peraturan ttg kewenangan pemerintah
mengambil kekayaan seseorang dan
menyerahkan kembali ke masyarakat
melalui kas negara.
HUKUM PAJAK

Kumpulan peraturan-peraturan yang


mengatur hubungan antara pemerintah
sebagai pemungut pajak dan rakyat
sebagai pembayar pajak
KEDUDUKAN HUKUM PAJAK DLM SISTEM
HUKUM INDONESIA
Definisi Pajak

kontribusi wajib kepada negara yang


terutang oleh orang pribadi atau badan yang
bersifat memaksa berdasarkan Undang-
Undang, dengan tidak mendapatkan imbalan
secara langsung dan digunakan untuk
keperluan negara bagi sebesar-besarnya
kemakmuran rakyat

(UU KUP No. 28 tahun 2007 Pasal 1 (1))


Ciri-ciri Pajak

• Kontribusi, Prestasi, Iuran yang dibayarkan kepada penguasa / Negara (yang berhak
memungut pajak hanyalah Negara)
• Berdasarkan Undang-undang serta aturan pelaksanaannya (dapat dipaksakan)
• Tanpa jasa timbal (kontraprestasi) dari Negara yang secara langsung dapat
ditunjukkan
• Digunakan untuk membiayai rumah tangga Negara, yaitu pengeluaran umum yang
bermanfaat bagi masyarakat luas.
Fungsi Pajak

1. Fungsi Budgeter (penerimaan)


sebagai sumber dana yang diperuntukkan bagi
pembiayaan pengeluaran - pengeluaran
pemerintah. Misal: dimasukkannya pajak
dalam APBN sebagai penerimaan dalam negeri
2. Fungsi Reguler (mengatur)
sebagai alat untuk mengatur atau
melaksanakan kebijakan dibidang sosial dan
ekonomi. Misal: pajak yang tinggi dikenakan
kepada minuman keras, dengan tujuan untuk
mengurangi konsumsi minuman keras
3. Redistribusi
Unsur Pemerataan dan Keadilan dalam
Masyarakat
Contoh: Pengenaan tarif progresif PPh Orang
Pribadi

4. Demokrasi
Sistem gotong royong membiayai negara untuk
meningkatkan pelayanan kepada Wajib Pajak
Asas-asas
Pemungutan Pajak

1. Equality (Keseimbangan)

Pemungutan pajak harus bersifat adil dan


merata, yaitu pajak dikenakan kepada orang
pribadi yang harus sebanding dengan
kemampuan membayar pajak atau ability to pay
dan sesuai dengan manfaat yang diterima

ECCE
Equality, Certainly, Convenience, Eficiency
Asas-asas Pemungutan Pajak
(Four Maxims of Adam Smith)

2. Certainly (Kepastian Hukum)

Penetapan pajak itu tidak ditentukan sewenang-


wenang. Wajib Pajak harus mengetahui secara
jelas dan pasti besarnya pajak yang terutang,
kapan harus dibayar serta batas waktu
pembayaran. Oleh karena itu pemungutan pajak
harus berdasarkan Undang-undang.

ECCE
Equality, Certainly, Convenience, Eficiency
Asas-asas Pemungutan Pajak
(Four Maxims of Adam Smith)

3. Convenience ( Kenyamanan)

Pemungutan pajak harus “nyaman” bagi Wajib


Pajak Baik terkait dengan waktu dan tempat
pembayaran maupun pelaporan, pelayanan dll

ECCE
Equality, Certainly, Convenience, Eficiency
Asas-asas Pemungutan Pajak
(Four Maxims of Adam Smith)

4. Eficiency (Efisien)

Secara ekonomi bahwa biaya pemungutan dan


biaya pemenuhan kewajiban pajak bagi Wajib
Pajak diharapkan seminimum mungkin

ECCE
Equality, Certainly, Convenience, Eficiency
Teori-teori
Pemungutan Pajak

Teori Asuransi

Dalam perjanjian asuransi diperlukan


pembayaran premi. Premi tersebut
dimaksudkan sebagai pembayaran atas usaha
melindungi orang dari segala kepentingannya,
misalnya keselamatan atau keamanan harta
bendanya
Teori asuransi ini menyamakan pembayaran
pajak dengan pembayaran premi.
Teori-teori
Pemungutan Pajak

Teori Kepentingan

Memperhatikan beban pajak yang harus


dipungut dari masyarakat. Pembebanan ini
harus didasarkan pada kepentingan setiap
orang pada tugas pemerintah termasuk
perlindungan jiwa dan hartanya
Oleh karena itu, pengeluaran Negara untuk
melindunginya dibebankan pada masyarakat
Teori-teori
Pemungutan Pajak

Teori Gaya Pikul

Dasar keadilan pemungutan pajak terletak


dalam jasa-jasa yang diberikan oleh Negara
kepada masyarakat berupa perlindungan jiwa
dan harta bendanya
Oleh karena itu, untuk kepentingan
perlindungan, maka masyarakat akan
membayar pajak menurut gaya pikul
seseorang (sesuai dg penghasilan &
pengeluaran)
Teori-teori
Pemungutan Pajak

Teori Bakti (teori kewajiban pajak mutlak)

berdasarkan pada pertimbangan bahwa


Negara mempunyai hak mutlak untuk
memungut pajak
Di lain pihak, masyarakat menyadari bahwa
pembayaran pajak sebagai suatu kewajiban
untuk membuktikan tanda baktinya terhadap
Negara
Dengan demikian, dasar hukum pajak terletak
pada hubungan masyarakat dengan Negara
Teori-teori
Pemungutan Pajak

Teori Asas Daya Beli

Berkaitan dengan kemampuan masyarakat


saat melakukan transaksi jual beli (PPN dan
PPnBM)
Sistem Pemungutan
Pajak

A. OFFICIAL ASSESSMENT SYSTEM (ex: PBB)


- Fiskus berwenang menentukan besarnya pajak terutang
- WP bersifat pasif
- Utang pajak timbul setelah diterbitkan surat ketetapan pajak
oleh fiskus
B. SELF ASSESSMENT SYSTEM (ex: PPh, PPN)
- Wewenang
- Kepercayaan diberikan kepada
- Tanggung jawab wajib pajak
C. WITHHOLDING SYSTEM (PPh 21,22,23,etc)
Wewenang diberikan kepada pihak ketiga untuk
memotong/memungut besarnya pajak terutang oleh WP
Stelsel Pajak
Cara pemungutan
pajak
A. STELSEL NYATA (RIIL STELSEL)
- Penggunaan pajak berdasarkan obyek (penghasilan yang nyata)
- Pemungutan dilakukan pada akhir tahun pajak
B. STELSEL FIKTIF (FICTIVE STELSEL)
Pengenaan pajak berdasarkan suatu anggapan yang diatur Undang-undang
C. STELSEL CAMPURAN
Kombinasi antara stelsel nyata dengan stelsel fiktif
Tarif Pajak

1. Tarif sebanding / proporsional


Tarif berupa persentase yang tetap, terhadap
berapapun jumlah yang dikenai pajak
sehingga besarnya pajak yang terutang
proporsional terhadap besarnya nilai yang
dikenai pajak
Contoh:
Untuk penyerahan Barang Kena Pajak di
dalam daerah pabean akan dikenakan Pajak
Pertambahan Nilai sebesar 10%
Tarif Pajak

2. Tarif tetap
Tarif berupa jumlah yang tetap (sama)
terhadap berapapun jumlah yang dikenai pajak
sehingga besarnya pajak yang terutang tetap
Contoh :
Besarnya tarif Bea Materai Rp 10.000
Tarif Pajak

3. Tarif progresif
Persentase tarif yang digunakan semakin besar
bila jumlah yang dikenai pajak semakin besar
Tarif Pajak

4. Tarif degresif
Persentase tarif yang digunakan semakin kecil
bila jumlah yang dikenai pajak semakin besar
HUKUM PAJAK

HUKUM FORMAL HUKUM MATERIAL

- UU KUP - UU PPh - UU BPHTB


- UU PPSP - UU PPN/PPnBM - UU Bea Meterai
- UU PBB
Hukum Pajak
Material

Hukum Pajak yang memuat:


• norma norma yang menerangkan keadaan-
keadaan, perbuatan-perbuatan dan peristiwa-
peristiwa hukum yang harus dikenakan pajak
(Objek)
• siapa-siapa yang harus dikenakan pajak
(Subjek)
• berapa besarnya pajak (Tarif dan Perhitungan)
• kapan terutang dan hapusnya utang pajak
Sistematika
Hukum Pajak

• Hukum pajak formal


memuat bentuk / tata cara untuk mewujudkan
hukum pajak materiil menjadi kenyataan,
hukum pajak formal ini memuat:
Tata cara penetapan utang pajak
Hak-hak fiskus untuk mengawasi WP
mengenai keadaan, perbuatan dan peristiwa
yang dapat menimbulkan utang pajak
Kewajiban WP, misal penyelenggaraan
pembukuan / pencatatan dan hak-hak Wajib
Pajak mengajukan keberatan dan banding
Contoh: UU KUP
Jenis Pajak
Berdasarkan
Golongan

• Pajak Langsung
Pajak yang harus dipikul sendiri oleh Wajib
Pajak dan tidak dapat dibebankan atau
dilimpahkan kepada orang lain
Contoh: Pajak Penghasilan
• Pajak Tidak Langsung
Pajak yang pembebanannya dapat
dilimpahkan kepada pihak lain
Contoh: Pajak Pertambahan Nilai
Jenis Pajak berdasarkan
Wewenang Pemungut

• Pajak Pusat
pajak yang dipungut oleh pemerintah pusat dan digunakan
untuk membiayai rumah tangga negara
Contoh: PPh, PPN
• Pajak Daerah
pajak yang dipungut oleh Pemerintah Daerah dan digunakan
untuk membiayai rumah tangga daerah
Pajak Daerah terdiri atas :
• Pajak Propinsi, contoh: Pajak Kendaraan Bermotor dan
Kendaraan di Atas Air, Pajak Bahan Bakar Kendaraan
Bermotor
• Pajak Kabupaten/Kota, contoh: Pajak Hotel, Pajak
Restoran, Pajak Hiburan, Pajak Reklame
Jenis Pajak
berdasarkan Sifat

• Pajak Subjektif
Yaitu pajak yang berpangkal atau berdasarkan
pada subjeknya, dalam arti memperhatikan
keadaan diri Wajib Pajak
Contoh: PPh
• Pajak Objektif

Yaitu pajak yang berpangkal pada objeknya, tanpa


memperhatikan keadaan diri Wajib Pajak
Contoh: PPN dan PPnBM
Perlawanan
terhadap Pajak

• Perlawanan Pasif

Berupa hambatan yang mempersulit pemungutan


pajak dan mempunyai hubungan erat dengan
struktur ekonomi (inisiatif bukan dr WP)

• Perlawanan Aktif

Secara nyata terlihat pada semua usaha dan


perbuatan yang secara langsung ditujukan kepada
pemerintah (fiskus) dengan tujuan untuk
menghindari pajak, bisa dalam bentuk Tax
Avoidance dan Tax Evasion
PERPAJAKAN DI
INDONESIA
• Bea Meterai Tahun 1921
• Ordonansi Pajak Perseroan 1925 Official Assessment System

• Ordonansi Pajak Kekayaan 1932 Menghitung Pajak Sendiri (MPS) UU No. 8 Tahun 1967
Menghitung Pajak Orang (MPO) PP No.11 Tahun 1967
• Ordonansi Pajak Pendapatan 1944

Reformasi Perpajakan 1983

MPS DAN MPO (UU 8 / 1967)

Self Assessment System


PENAFSIRAN HUKUM PAJAK

1. Penafsiran Historis
Penafsiran UU dengan melihat sejarah dibuatnya UU tersebut.
2. Penafsiran Sistematik
Penafsiran ketentuan dengan mengaitkannya dengan ketentuan
(pasal-pasal) lain dalam UU tersebut atau dari UU lainnya.
3. Penafsiran Otentik
Penafsiran ketentuan dalam UU dengan melihat yang telah dijelaskan
dalam UU tersebut.
4. Penafsiran Tata Bahasa
Penafsiran ketentuan dalam UU berdasarkan bunyi kata-kata secara
keseluruhan dalam kalimat-kalimat yang disusun.
Perpajakan di
Indonesia
Sistem Pemungutan Pajak
Wewenang untuk menentukan besarnya
pajak yang terhutang ada pada pihak
aparat pajak.
Official Assessment
1983 Wajib pajak bersifat pasif.
System
Hutang pajak timbul setelah dikeluarkan
Surat Ketetapan Pajak oleh aparat pajak.
Wewenang untuk menentukan besarnya
pajak yang terhutang ada pada wajib pajak
sendiri.
Self Assessment
1983 Wajib pajak aktif.
System
Pihak aparat perpajakan tidak ikut
campur melainkan hanya mengawasi.
kewenangan untuk menentukan besarnya
pajak terhutang ada pada pihak ketiga
Withholding system yang bukan wajib pajak dan bukan aparat
pajak
DASAR HUKUM UU Nomor 6 Tahun 1983
Ketentuan Umum dan Tata Cara
Perpajakan
UU Nomor 9 Tahun 1994
Perubahan Pertama
KETENTUAN UMUM
UU Nomor 16 Tahun 2000
DAN
Perubahan Kedua
TATA CARA PERPAJAKAN
UU Nomor 28 Tahun 2007
Perubahan Ketiga
Undang-Undang Nomor 6 Tahun 1983 Perpu Nomor 5 Tahun 2008
Perubahan Keempat
tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara
Perpajakan sebagaimana telah beberapa UU Nomor 16 Tahun 2009
kali diubah terakhir dengan (stdtd) Penetapan Perpu Nomor 5 Tahun 2008
Undang-Undang Nomor 16 Tahun 2009
UU Nomor 11 Tahun 2020
Tentang Cipta Kerja
UTANG PAJAK

Timbulnya:
- SECARA FORMAL : Utang pajak timbul karena Surat
Ketetapan Pajak (OFFICIAL ASSESSMENT)
- SECARA MATERIAL : Utang pajak timbul karena Undang –
Undang (SELF ASSESSMENT)

Hapusnya:
1. PEMBAYARAN : Pelunasan ke kas negara
2. KOMPENSASI : Kelebihan dari pembayaran pajak lainnya
3. PEMBEBASAN : Surat Keterangan Bebas
4. DALUWARSA : Setelah 5 tahun
5. PENGHAPUSAN : Keadaan keuangan WP
Ciri dan corak sistem
pemungutan pajak di
Indonesia setelah UU 6
Tahun 1983

a. bahwa pemungutan pajak merupakan perwujudan dari pengabdian kewajiban dan peran serta Wajib
Pajak untuk secara langsung dan bersamasama melaksanakan kewajiban perpajakan yang
diperlukan untuk pembiayaan negara dan pembangunan nasional;
b. tanggung jawab atas kewajiban pelaksanaan pajak, sebagai pencerminan kewajiban di bidang
perpajakan berada pada anggota masyarakat Wajib Pajak sendiri. Pemerintah, dalam hal ini aparat
perpajakan sesuai dengan fungsinya berkewajiban melakukan pembinaan, penelitian dan
pengawasan terhadap pelaksanaan kewajiban perpajakan Wajib Pajak berdasarkan ketentuan yang
digariskan dalam peraturan perundang undangan perpajakan;
c. anggota masyarakat Wajib Pajak diberi kepercayaan untuk dapat melaksanakan kegotongroyongan
nasional melalui sistem menghitung, memperhitungkan, dan membayar sendiri pajak yang
terhutang ( self assesment ), sehingga melalui sistem ini pelaksanaan administrasi perpajakan
diharapkan dapat dilaksanakan dengan lebih rapi, terkendali, sederhana dan mudah untuk dipahami
oleh anggota masyarakat Wajib Pajak.
Posyandu, Imunisasi Fasilitas & Infrastruktur Subsidi Pangan & BBM Dana Alokasi Umum

APBN YANG SEBAGIAN BESAR


PEMILIHAN UMUM
Pelayanan kesehatan DARI PAJAK DIGUNAKAN UNTUK
MEMBIAYAI PENYELENGGARAAN
PEMERINTAHAN & PEMBANGUNAN

Pertahanan &
Penegakan Hukum Keamanan

Penanggulan Kelestarian
Transportasi masal
Pendidikan Kelestarian LH Bencana Budaya
Self Assesment
System
Subyek Pajak NPWP/
Mendaftar Diri NPPKP

Menghitung
SPT
Memperhitungkan

Wajib Pajak Menyetor SSP

Obyek Pajak Melapor SPT


Ketentuan Formal Ketentuan Material 40
Self Assessment

Kewajiban mendaftarkan
NPWP dan pengukuhan PKP
Sesuai

Pembukuan & pencatatan


DJP
Pembayaran pajak UU Pajak Tidak Sesuai
WP
Pelaporan pajak

Tanpa menetapkan jumlah


Menggantungkan pajak yang terutang
adanya SKP
(1) Setiap WP wajib membayar pajak yang terutang sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan
perpajakan, dengan tidak menggantungkan pada adanya Surat Ketetapan Pajak.
(2) Jumlah Pajak yang terutang menurut Surat Pemberitahuan yang disampaikan oleh WP adalah jumlah pajak
yang terutang sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan.
(3) Apabila Direktur Jenderal Pajak mendapatkan bukti jumlah pajak yang terutang menurut SPT sebagaimana
dimaksud pada ayat (2) tidak benar, Dirjen Pajak menetapkan jumlah pajak yang terutang
Pelaporan pajak

Kewajiban mendaftarkan
NPWP dan pengukuhan PKP Pembukuan & Pemeriksaan pajak
pencatatan

Pembayaran pajak
Wajib Pajak
Upaya Hukum

Penagihan pajak Penetapan &


ketetapan

Pengembalian kelebihan
pembayaran pajak
Ketentuan khusus Tindak pidana perpajakan
& penyidikan Imbalan bunga
Fase Fase self Fase Fase Fase
timbulnya assessment Pengawa Sengketa Penyeles
hak dan aian
san
kewajiban Sengketa
Ber-NPWP Pengadilan
& PKP Pemeriksaan
Berlakunya Keberatan Pajak
UU
BANDING
Pembukuan
Ketetapan Surat Kep.
Menyampai-
Hak dan Pajak Keberatan
kan SPT
kewajiban
PUTUSAN
Diperiksa ? Setuju? Setuju? BANDING
Tidak Tidak
5 Th Ya Ya
Ya
Tidak
SESI II
NPWP dan
Pengukuhan PKP
MENDAFTARKAN DIRI

adalah KEWAJIBAN
bagi setiap WAJIB PAJAK

Yaitu:
Orang pribadi atau badan yang
telah memenuhi persyaratan
subjektif maupun persyaratan
objektif berdasarkan UU PPh 1984
Sebagai pemikul beban pajak ataupun
sebagai pemotong dan/ pemungut pajak
KEWAJIBAN MENDAFTARKAN DIRI

Setiap Wajib Pajak yang telah memenuhi persyaratan subjektif dan


objektif sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan
perpajakan wajib mendaftarkan diri pada kantor Direktorat Jenderal Pajak
yang wilayah kerjanya meliputi tempat tinggal atau tempat kedudukan Wajib
Pajak dan kepadanya diberikan Nomor Pokok Wajib Pajak.
(Pasal 2 angka 1 UU KUP)

Sesuai dengan ketentuan Persyaratan bagi subjek pajak yang


mengenai subjek pajak menerima atau memperoleh penghasilan
atau diwajibkan untuk melakukan
dalam UU PPh 1984 dan pemotongan/pemungutan sesuai UU PPh
perubahannya. 1984 dan perubahannya

Kewajiban mendaftarkan diri tsb berlaku pula thd wanita kawin yg dikenai pajak
secara terpisah karena hidup terpisah berdasarkan keputusan hakim atau
dikehendaki secara tertulis berdasarkan perjanjian pemisahan penghasilan & harta.

Wanita kawin selain tsb di atas dapat mendaftarkan diri untuk memperoleh NPWP
atas namanya sendiri agar wanita kawin tsb dapat melaksanakan hak & memenuhi
kewajiban perpajakannya terpisah dari hak & kewajiban perpajakan suaminya.
S Orang yang dituju oleh Undang-
U undang untuk dikenakan pajak
B Orang tersebut merupakan pihak-pihak yang dituju
J oleh UU untuk dikenakan pajak, bisa Orang Pribadi
dan Badan (termasuk BUT)
E
K R. Mansury (1996, 33-34): Pajak Penghasilan Lanjutan

Pihak yang menjadi sasaran atau yang


P
dimaksud oleh Undang-undang untuk
A
membayar pajak atau memikul beban
J
pajak.
A
Muda Markus & Lalu Hendry Yujana (2002, 19): Pajak Penghasilan,
K Petunjuk Umum Pemajakan Bulanan dan Tahunan Berdasarkan UU
Terbaru
a. 1. orang pribadi

2. warisan yang belum


Yang terbagi
Menjadi
Subjek
Pajak b. badan

c. bentuk usaha tetap (BUT)

Ps. 2(1) UU PPh


Pembagian
Subjek Pajak

Ps. 2(2) UU PPh


Subjek Pajak
Dalam Negeri
Pasal 2 ayat (3)
orang pribadi :
- bertempat tinggal di indonesia
- berada di indonesia lebih dari 183 hari dlm
12 bulan; atau
- berada di indonesia dan mempunyai niat
bertempat tinggal di indonesia

badan
yang didirikan atau bertempat kedudukan di
indonesia

warisan yang belum terbagi


sbg satu kesatuan menggantikan yg berhak
a. kantor perwakilan negara asing
B
U b. pejabat2 perwakilan diplomatik dan konsulat atau pejabat2 lain dr
K negara asing dan orang2 yg diperbantukan kpd mereka yg bekerja pada
A dan bertp tinggal ber-sama2 mereka dg syarat:
N
 bukan WNI dan
 di Indonesia tidak menerima/memperoleh Ph di luar jabatan atau
S pekerjaannya tersebut serta
U  negara ybs memberikan perlakuan timbal balik
B
J c. organisasi-organisasi internasional dengan syarat:
E 1. Indonesia menjadi anggota organisasi tersebut; dan
K 2. tidak menjalankan usaha atau kegiatan lain untuk memperoleh
penghasilan dari Indonesia selain memberikan pinjaman kepada
P pemerintah yang dananya berasal dari iuran para anggota.
A
J d. pejabat-pejabat perwakilan organisasi internasional sebagaimana
A dimaksud pada huruf c, dengan syarat
K bukan warga negara Indonesia dan tidak menjalankan usaha, kegiatan,
atau pekerjaan lain untuk memperoleh penghasilan dari Indonesia.
Ps. 3 UU PPh
1. pembentukannya bds
ketentuan peraturan
perundang-undangan;

2. pembiayaannya bersumber dr
Kriteria Unit APBN/APBD;
Badan Peme-
rintah yang 3. penerimaannya dimasukkan
Bukan SP dlm anggaran Pemerintah Pusat
atau Pemerintah Daerah; dan

4. pembukuannya diperiksa oleh


aparat pengawasan fungsional
negara.

Ps. 2(3) UU
Saat Mulai dan Berakhir Kewajiban
Pajak Subjektif

Suwadi - Puspa
Saat Mulai dan Berakhir Kewajiban
Pajak Subjektif

Suwadi - Puspa
MELAPORKAN USAHANYA

adalah KEWAJIBAN
bagi setiap PENGUSAHA KENA PAJAK

Yaitu:

PENGUSAHA yang menyerahkan


Barang Kena Pajak dan atau
Jasa Kena Pajak yang dikenai
pajak berdasarkan UU PPN 1984
KEWAJIBAN MELAPORKAN USAHA

Setiap Wajib Pajak sebagai Pengusaha yang dikenai pajak berdasarkan UU


PPN 1984 dan perubahannya, wajib melaporkan usahanya pada kantor
Direktorat Jenderal Pajak yang wilayah kerjanya meliputi tempat tinggal atau
tempat kedudukan Pengusaha, dan tempat kegiatan usaha dilakukan untuk
dikukuhkan menjadi Pengusaha Kena Pajak.
(Pasal 2 angka 2 UU KUP)
orang pribadi atau badan dalam Pengusaha yang melakukan penyerahan Barang
bentuk apa pun yang dalam Kena Pajak dan/atau penyerahan Jasa Kena
kegiatan usaha atau Pajak yang dikenai pajak berdasarkan Undang-
pekerjaannya menghasilkan Undang Pajak Pertambahan Nilai 1984 dan
barang, mengimpor barang, perubahannya, tidak termasuk Pengusaha Kecil
mengekspor barang, melakukan yang batasannya ditetapkan dengan Keputusan
usaha perdagangan, Menteri Keuangan, kecuali Pengusaha Kecil yang
memanfaatkan barang tidak memilih untuk dikukuhkan sebagai Pengusaha
berwujud dari luar daerah Kena Pajak. (Pasal 1 angka 15 UU PPN)
pabean, melakukan usaha jasa,
atau memanfaatkan jasa dari pengusaha yang selama satu tahun buku melakukan
luar daerah pabean. penyerahan BKP dan atau JKP dengan jumlah
(Pasal 1 angka 4 UU KUP) peredaran bruto dan atau penerimaan bruto tidak lebih
dari Rp4,8M
Ketentuan
Mengenai Jangka
Waktu
Pendaftaran

Jangka waktu pendaftaran dan pelaporan serta tata cara


pendaftaran dan pengukuhan termasuk penghapusan
Nomor Pokok Wajib Pajak dan atau pencabutan
Pengukuhan Pengusaha Kena Pajak diatur dengan
atau berdasarkan Peraturan Menteri Keuangan.
(Pasal 2 angka 5 UU KUP)

Peraturan Menteri Keuangan


Nomor 147/PMK.03/2017
NOMOR POKOK
WAJIB PAJAK
(NPWP)
adalah nomor yang diberikan kepada Wajib Pajak
sebagai sarana dalam administrasi perpajakan
yang dipergunakan sebagai tanda pengenal diri
atau identitas Wajib Pajak dalam melaksanakan
hak dan kewajiban perpajakannya.
(Pasal 1 angka 5 UU KUP)

terdiri dari 15 (lima belas) digit, yaitu 9 (sembilan) digit pertama


merupakan Kode Wajib Pajak dan 6 (enam) digit berikutnya merupakan
Kode Administrasi Perpajakan.
Peraturan Dirjen Pajak Nomor: PER-20/PJ/2013 stdtd PER-02/PJ/2018

01.234.567.8 – 999 . 000


Kode Kode
Kode WP KPP cbg
JANGKA WAKTU PENDAFTARAN DIRI
WAJIB PAJAK Peraturan Menteri Keuangan Nomor 147/PMK.03/2017

BADAN wajib mendaftarkan diri


kepadanya
diberikan
Orang pribadi yang
paling lama 1 (satu) bulan setelah NPWP
menjalankan saat usaha mulai dijalankan
usaha atau
pekerjaan bebas saat pendirian, atau saat
usaha atau pekerjaan bebas
nyata-nyata dimulai

Pekerjaan bebas : pekerjaan yg dilakukan oleh orang pribadi yg mempunyai keahlian khusus
sebagai usaha untuk memperoleh penghasilan yg tidak terikat oleh suatu hubungan kerja.
Orang pribadi yg tidak
menjalankan usaha atau
pekerjaan bebas, apabila kepadanya
wajib mendaftarkan diri diberikan
jumlah penghasilannya s/d
suatu bulan yg paling lama pada akhir bulan NPWP
disetahunkan telah berikutnya
melebihi PTKP setahun
Persyaratan NPWP
ORANG PRIBADI YANG WAJIB
MENDAFTARKAN DIRI UNTUK
MENDAPATKAN NOMOR POKOK
WAJIB PAJAK (NPWP) :
 WAJIB PAJAK ORANG PRIBADI SURAT PERNYATAAN BERMATERAI
YANG MENJALANKAN USAHA ATAU MENGENAI KEGIATAN USAHA
PEKERJAAN BEBAS ATAU PEKERJAAN BEBAS

 WAJIB PAJAK ORANG PRIBADI


YANG TIDAK MENJALANKAN USAHA KTP BAGI PENDUDUK
ATAU PEKERJAAN BEBAS, YANG INDONESIA , ATAU PASPOR
MEMPEROLEH PENGHASILAN BAGI ORANG ASING
DIATAS PENGHASILAN TIDAK KENA
PAJAK;

- AKTA NIKAH
NB:
WANITA KAWIN YG INGIN MELAKSANAKAN - NPWP SUAMI
KEWAJIBAN PERPAJAKAN SENDIRI DAPAT - SURAT PERNYATAAN BERMATERAI
MEMILIKI NPWP ATAS NAMANYA ATAU SURAT PERJANJIAN PISAH HARTA
Persyaratan NPWP
Badan Non Profit
Badan • dokumen yang menunjukkan
• akta pendirian atau dokumen identitas diri salah satu
pendirian dan perubahannya pengurus Badan: KTP dan
NPWP
• dokumen yang menunjukkan • surat pernyataan bermeterai
identitas diri salah satu dari salah satu pengurus Wajib
pengurus Badan: KTP dan Pajak Badan yang menyatakan
NPWP kegiatan yang dilakukan dan
• surat pernyataan bermeterai tempat atau lokasi kegiatan
dari salah satu pengurus Wajib tersebut
Pajak Badan yang menyatakan
kegiatan usaha yang dilakukan Bendahara
dan tempat atau lokasi kegiatan
usaha tersebut • fotokopi dokumen penunjukan
sebagai Bendahara
• fotokopi KTP orang pribadi yang
ditunjuk sebagai bendahara
CONTOH Udin bersama rekan-rekannya bermaksud
mendirikan sebuah Yayasan di bidang pendidikan.
Akte pendirian dibuat dihadapan Notaris pada
tanggal 20 Mei 2008 dengan nama Yayasan Bhakti
Utama. Kegiatan usaha baru benar benar
dilaksanakan secara aktif pada 1 November 2008.

Yayasan Bhakti Utama wajib mendaftarkan diri paling lama 1


(satu) bulan setelah saat usaha mulai dijalankan.
Saat usaha mulai dijalankan adalah saat yang terjadi lebih dulu antara saat
pendirian dan saat usaha nyata-nyata mulai dilakukan.

Saat usaha mulai dijalankan Yayasan Bhakti Utama adalah tanggal


20 Mei 2008.
Yayasan Bhakti Utama wajib mendaftarkan diri paling lama tanggal
20 Juni 2008.
JANGKA WAKTU PELAPORAN USAHA
WAJIB PAJAK Peraturan Menteri Keuangan Nomor 147/PMK.03/2017

BADAN wajib melaporkan


Sebagai usahanya untuk
Orang pribadi PENGUSAHA yang
yang dikukuhkan sebagai PKP
menyerahkan sebelum melakukan
menjalankan BKP/JKP
usaha atau penyerahan BKP dan/
pekerjaan bebas atau JKP

Tidak memilih sebagai PKP


wajib melaporkan
PENGUSAHA sampai dengan suatu bulan
usahanya untuk
KECIL dalam suatu tahun buku
dikukuhkan sebagai PKP
OMSET BKP &/ JKP>
paling lama akhir bulan
batasan yang ditentukan
berikutnya
sebagai Pengusaha Kecil
Contoh
Misalkan PT Yupiter tersebut dalam tahun buku 2017 omset penjualan
komputernya tidak lebih dari Rp 4,8 Milyar.

PT Yupiter merupakan PENGUSAHA KECIL dan memilih untuk tidak


melaporkan diri untuk dikukuhkan sebagai PKP

apabila sampai dengan suatu masa pajak dalam suatu tahun buku OMSET
BKP dan atau JKP lebih dari Rp 4,8 Milyar

PT Yupiter wajib melaporkan usahanya untuk dikukuhkan sebagai PKP


paling lambat akhir masa pajak berikutnya
NPWP dan PKP JABATAN
Pasal 2 angka 4 UU KUP

Direktur Jenderal Pajak menerbitkan Nomor Pokok Wajib


Pajak dan atau mengukuhkan Pengusaha Kena Pajak
secara jabatan, apabila Wajib Pajak tidak
melaksanakan kewajiban mendaftarkan diri dan
atau Pengusaha Kena Pajak tidak melaporkan
usahanya.

Dapat dilakukan apabila berdasarkan data yang diperoleh


atau dimiliki oleh Dirjen Pajak ternyata orang pribadi atau
badan atau Pengusaha tersebut telah memenuhi syarat
untuk memperoleh Nomor Pokok Wajib Pajak dan atau
dikukuhkan sebagai Pengusaha Kena Pajak.
Kewajiban Perpajakan untuk NPWP dan PKP JABATAN
Pasal 2 angka 4a UU KUP
Kewajiban perpajakan bagi Wajib Pajak yang diterbitkan NPWP dan/atau yang
dikukuhkan sebagai PKP secara jabatan dimulai sejak saat Wajib
Pajak memenuhi persyaratan subjektif dan objektif
sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan
perpajakan, paling lama 5 (lima) tahun sebelum
diterbitkannya Nomor Pokok Wajib Pajak dan/atau
dikukuhkannya sebagai Pengusaha Kena Pajak.

Misalnya terhadap Wajib Pajak diterbitkan Nomor Pokok Wajib


Pajak secara jabatan pada tahun 2008 dan ternyata Wajib
Pajak telah memenuhi persyaratan subjektif dan objektif
sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan
perpajakan terhitung sejak tahun 2003, kewajiban
perpajakannya timbul terhitung sejak tahun 2003.

Terhadap kekurangan pembayaran pajak sebagai akibat NPWP dan pengukuhan PKP
secara jabatan dikenai sanksi administrasi berupa bunga 2% per bulan paling lama 24
bulan dihitung sejak saat terutangnya pajak atau berakhirnya Masa Pajak, bagian Tahun
Pajak, atau Tahun Pajak sampai dengan diterbitkannya SKPKB.
(Pasal 13 ayat 2 UU KUP)
TEMPAT MENDAFTARKAN DIRI
pada kantor Direktorat Jenderal Pajak yang wilayah kerjanya meliputi

tempat tinggal WP tempat kedudukan WP dapat ditetapkan oleh


Dirjen Pajak

WP ORANG WP BADAN tempat tinggal dan tempat


kegiatan usaha dilakukan, bagi
PRIBADI WP ORANG PRIBADI
PENGUSAHA TERTENTU
selain tempat tinggal dan
tempat kedudukan WP
Pasal 2 ayat 1 dan 3 UU KUP

WP TERTENTU

Wajib Pajak orang pribadi yang mempunyai WP KPP WP Besar, Kanwil DJP
1 (satu) atau lebih tempat usaha. Jakarta Khusus, KPP Madya
(penjelasan Pasal 25 ayat 7 huruf c UU PPh)

Per Dirjen Pajak Nomor PER-28/PJ/2012 stdtd PER-15/PJ/2016


TEMPAT MENDAFTARKAN DIRI
pada kantor Direktorat Jenderal Pajak yang
wilayah kerjanya meliputi

tempat kedudukan Wajib tempat kegiatan usaha apabila


Pajak badan/ tempat tinggal WP OP melakukan kegiatan
WP orang pribadi usaha/ kantor cabang

Untuk kewajiban perpajakan: Untuk kewajiban perpajakan:


- PPh badan/PPh Orang Pribadi - PPh Pot Put
(PPh Pasal 25 dan 29) - PPN dan PPnBM
- PPh Pot Put
- PPN dan PPnBM
Kewajiban pemungutan, penyetoran dan pelaporan PPN dan PPnBM terutang
dapat dilakukan secara terpusat (sentralisasi) apabila memenuhi persyaratan
tertentu. Sedangkan untuk PPh Pasal 21 dan Pasal 26 tidak dapat dilakukan
pemusatan pemotongan, penyetoran dan pelaporan pajak terutang. (SE-
23/PJ.43/2000)
TEMPAT MENDAFTARKAN DIRI
Bagi WP OP yang berstatus sebagai
karyawan

Di KPP Domisili Melalui KPP Lokasi

Diproses sesuai ketentuan KPP yang wilayah kerjanya


yang berlaku. meliputi tempat kegiatan usaha
Pemberi Kerja/Bendaharawan
Pemerintah terdaftar.

KPP lokasi mengirimkan


permohonan pendaftaran ke
KPP Domisili.

PER-35/PJ/2013 NPWP diberikan oleh KPP


Domisili.
TEMPAT PELAPORAN KEGIATAN USAHA

pada kantor Direktorat Jenderal Pajak yang


wilayah kerjanya meliputi

tempat kegiatan Ditetapkan oleh


usaha Wajib Pajak Dirjen Pajak

PKP tertentu
BUMN;
PMA tertentu;
BUT dan orang asing tertentu;
perusahaan masuk bursa tertentu;
perusahaan besar tertentu.
Per Dirjen Pajak Nomor PER-28/PJ/2012 stdtd PER-15/PJ/2016
kewajiban memiliki npwp bagi
wajib pajak orang pribadi
pengusaha tertentu

 Penjelasan Pasal 25 ayat 7 huruf c UU PPh didefinisikan sebagai “WP OP yang


mempunyai 1 (satu) atau lebih tempat usaha.”
 PER—20/PJ/2013 stdtd PER-02/PJ/2018 Jo PMK No 147/PMK.03/2017: “WP OP
yang melakukan kegiatan usaha di bidang perdagangan atau Jasa, tidak termasuk
jasa sehubungan dengan pekerjaan bebas, pada 1 atau lebih tempat kegiatan
usaha yang berbeda dengan tempat tinggal WP.

Wajib Pajak orang pribadi pengusaha tertentu selain wajib mendaftarkan diri
pada KPP yang wilayah kerjanya meliputi tempat tinggal Wajib Pajak juga
wajib mendaftarkan diri pada KPP yang wilayah kerjanya meliputi tempat-
tempat kegiatan usaha Wajib Pajak.
(Pasal 2 ayat (4) PER—20/PJ/2013 stdtd PER-02/PJ/2018).
SANKSI BERKAITAN DENGAN KEWAJIBAN MENDAFTARKAN
DIRI DAN MELAPORKAN KEGIATAN USAHA
Administrasi Pidana
apabila WP tidak melaksanakan kewajiban Setiap orang yang dengan sengaja : a. tidak
mendaftarkan diri dan atau PKP tidak mendaftarkan diri untuk diberikan Nomor Pokok
melaporkan usahanya Wajib Pajak atau tidak melaporkan usahanya
untuk dikukuhkan sebagai Pengusaha Kena Pajak;
b. menyalahgunakan atau menggunakan tanpa
Dirjen Pajak menerbitkan NPWP dan atau hak Nomor Pokok Wajib Pajak atau Pengukuhan
Pengusaha Kena Pajak; sehingga dapat
mengukuhkan PKP secara jabatan
menimbulkan kerugian pada pendapatan negara,
dipidana dengan pidana penjara paling singkat 6
(enam) bulan dan paling lama 6 (enam) tahun
Terhadap kekurangan pembayaran pajak sebagai
dan denda paling sedikit 2 (dua) kali jumlah pajak
akibat NPWP dan pengukuhan PKP secara jabatan
terutang yang tidak atau kurang dibayar dan
dikenai sanksi administrasi berupa bunga 2% per
paling banyak 4 (empat) kali jumlah pajak
bulan paling lama 24 bulan dihitung sejak saat
terutang yang tidak atau kurang dibayar.
terutangnya pajak atau berakhirnya Masa Pajak,
bagian Tahun Pajak, atau Tahun Pajak sampai (Pasal 39 angka 1 UU KUP)
dengan diterbitkannya SKPKB.
(Pasal 13 ayat 2 UU KUP)
Perubahan Data Wajib
Pajak

Dalam hal:
• Data dan/atau informasi pada administrasi perpajakan
berbeda dengan keadaan sebenarnya; dan
• Perubahan data tidak mengakibatkan pemindahan
tempat WP terdaftar.

oleh Kepala KPP tempat WP terdaftar berdasarkan

Permohonan WP Jabatan

Pasal 9 PMK No 147/PMK/2017


Pemindahan Wajib Dalam hal WP terdaftar pindah tempat tinggal atau
Pajak tempat kedudukan atau tempat kegiatan usaha ke
wilayah kerja KPP lain

Wajib Pajak wajib mengajukan permohonan pindah Kepala KPP Secara Jabatan
dengan menyampaikan surat pernyataan pindah
beserta persyaratannya.

Ke KPP Lama Ke KPP/KP2KP Baru

Pasal 10 PMK No 147/PMK/2017


PEMINDAHAN WAJIB PAJAK
Dalam hal surat pernyataan pindah berisikan pernyataan pindah
sebagai Pengusaha Kena Pajak, maka

KPP lama menerbitkan Surat Pindah paling lama pada hari kerja
berikutnya setelah menerima surat pernyataan pindah beserta
persyaratannya secara lengkap dari PKP atau pemberitahuan adanya surat
pernyataan pindah dari KPP baru
KPP baru menerbitkan Surat Pengukuhan Pengusaha Kena Pajak dan
bila diperlukan sekaligus menerbitkan Kartu Nomor Pokok Wajib Pajak dan
Surat Keterangan Terdaftar paling lama 3 (tiga) hari kerja setelah
menerima Surat Pindah dari KPP lama

KPP lama menerbitkan Surat Pencabutan Pengukuhan Pengusaha Kena


Pajak setelah diterimanya tembusan Surat Pengukuhan Pengusaha Kena
Pajak yang diterbitkan oleh KPP baru paling lama pada hari kerja
berikutnya.
PENGHAPUSAN
NPWP

Penghapusan Nomor Pokok Wajib Pajak dilakukan dalam hal


Wajib Pajak orang pribadi meninggal dunia dan tidak meninggalkan warisan
Wanita kawin tidak dengan perjanjian pemisahan harta dan penghasilan

Warisan yang belum terbagi dalam kedudukan sebagai Subjek Pajak sudah selesai dibagi

Wajib Pajak badan yang telah dibubarkan secara resmi berdasarkan ketentuan peraturan
perundang-undangan yang berlaku

bentuk usaha tetap yang karena sesuatu hal kehilangan statusnya sebagai bentuk usaha tetap

Wajib Pajak orang pribadi lainnya yang tidak memenuhi syarat lagi sebagai Wajib Pajak

PER-20/PJ/2013 stdtd PER-02/PJ/2018


Penghapusan NPWP Penghapusan NPWP dilakukan oleh Direktur Jenderal
Pajak apabila:

a. Diajukan permohonan penghapusan NPWP oleh WP dan/atau ahli warisnya apabila WP sudah tidak
memenuhi persyaratan subjektif dan/atau objektif sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-
undangan perpajakan;
b. WP badan dilikuidasi karena penghentian atau penggabungan usaha;
c. WP bentuk usaha tetap menghentikan kegiatan usahanya di Indonesia; atau
d. Dianggap perlu oleh Direktur Jenderal Pajak untuk menghapuskan NPWP dari WP yang sudah tidak
memenuhi persyaratan subjektif dan/atau objektif sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-
undangan perpajakan.
(Pasal 2 ayat (6) UU KUP)

Termasuk wanita yang sebelumnya telah memiliki NPWP dan menikah tanpa membuat perjanjian
pemisahan harta dan penghasilan
Direktur Jenderal Pajak setelah melakukan pemeriksaan harus memberikan keputusan atas
permohonan penghapusan NPWP dalam jangka waktu 6 (enam) bulan untuk WP orang pribadi
atau 12 (dua belas) bulan untuk WP badan, sejak tanggal permohonan diterima secara lengkap.
(Pasal 2 ayat (7) UU KUP)
PENCABUTAN PKP
Direktur Jenderal Pajak karena jabatan atau atas permohonan Wajib
Pajak dapat melakukan pencabutan pengukuhan Pengusaha Kena Pajak.
(Pasal 2 angka 8 UU KUP)

Direktur Jenderal Pajak setelah melakukan pemeriksaan harus


memberikan keputusan atas permohonan pencabutan pengukuhan PKP
dalam jangka waktu 6 (enam) bulan sejak tanggal permohonan
diterima secara lengkap.
(Pasal 2 angka 9 UU KUP)

Peraturan Menteri Keuangan Nomor 147/PMK.03/2017:


> PKP pindah alamat ke wilayah kerja Kantor Pelayanan
Pajak lain;
> Sudah tidak memenuhi persyaratan sebagai Pengusaha
Kena Pajak yang jumlah peredaran dan/atau penerimaan
bruto untuk suatu tahun buku tidak melebihi batas
jumlah peredaran dan/atau penerimaan brruto untuk
Pengusaha Kecil
Menyelenggarakan
Pembukuan Atau
Pencatatan
MENYELENGGARAKAN PEMBUKUAN

adalah KEWAJIBAN

bagi setiap Wajib Pajak orang


pribadi yang melakukan kegiatan
usaha atau pekerjaan bebas*) dan
Wajib Pajak badan di Indonesia
*) kecuali yang sesuai dengan ketentuan UU PPh
diperbolehkan menghitung penghasilan neto dengan
menggunakan Norma Penghitungan Penghasilan Neto
MENYELENGGARAKAN PENCATATAN

adalah KEWAJIBAN

Bagi setiap Wajib Pajak orang pribadi


yang melakukan kegiatan usaha atau
pekerjaan bebas yang sesuai dengan
ketentuan UU PPh diperbolehkan
menghitung penghasilan neto dengan
menggunakan Norma Penghitungan
Penghasilan Neto dan Wajib Pajak orang
pribadi yang tidak melakukan kegiatan
usaha atau pekerjaan bebas.
PEMBUKUAN DAN PENCATATAN

Pembukuan adalah suatu proses pencatatan yang dilakukan secara teratur untuk
mengumpulkan data dan informasi keuangan yang meliputi harta, kewajiban,
modal, penghasilan dan biaya, serta jumlah harga perolehan dan
penyerahan barang atau jasa, yang ditutup dengan menyusun laporan
keuangan berupa neraca dan laporan laba rugi untuk periode Tahun Pajak
tersebut .
(Pasal 1 angka 29 UU KUP)

Pencatatan terdiri atas data yang dikumpulkan secara teratur tentang peredaran
atau penerimaan bruto dan/atau penghasilan bruto sebagai dasar untuk
menghitung jumlah pajak yang terutang termasuk penghasilan yang bukan
objek pajak dan/atau yang dikenai pajak yang bersifat final.
(Pasal 28 angka 9 UU KUP)
YANG WAJIB PEMBUKUAN
Pasal 28 angka 1 dan 2 UU KUP

Wajib Pajak Badan


Wajib Pajak Orang Pribadi yang melakukan
kegiatan usaha atau pekerjaan bebas,
kecuali yang sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan perpajakan diperbolehkan
menghitung penghasilan neto dengan
menggunakan Norma Penghitungan Penghasilan
Neto
YANG TIDAK WAJIB PEMBUKUAN TETAPI WAJIB
MENYELENGGARAKAN PENCATATAN

Pasal 28 angka 2 UU KUP)


1
Wajib Pajak orang pribadi yang melakukan kegiatan usaha atau
pekerjaan bebas yang sesuai dengan ketentuan perundang-undangan
perpajakan diperbolehkan menghitung penghasilan neto dengan
menggunakan Norma Penghitungan Penghasilan Neto.
(Pasal 14 ayat 2 UU PPh)
Wajib Pajak orang pribadi yang peredaran brutonya dalam satu tahun
kurang dari Rp4.800.000.000,00 (enam ratus juta rupiah), boleh menghitung
penghasilan neto dengan menggunakan Norma Penghitungan Penghasilan
Neto, dengan syarat memberitahukan kepada Direktur Jenderal Pajak dalam
jangka waktu 3 (tiga) bulan pertama dari tahun pajak yang bersangkutan.

Wajib Pajak orang pribadi yang tidak melakukan kegiatan usaha atau
2
pekerjaan bebas.
WP Orang Pribadi yang tidak memilih
menyelenggarakan pembukuan
Wajib Pajak Orang Pribadi yang menjalankan usaha atau pekerjaan
bebas yang menghitung penghasilan neto usaha atau pekerjaan
bebasnya dengan menggunakan Norma Penghitungan Penghasilan Neto

wajib memberitahukan mengenai penggunaan Norma


Penghitungan kepada Direktur Jenderal Pajak paling lama
3 (tiga) bulan sejak awal tahun pajak yang bersangkutan
Pemberitahuan penggunaan Norma Penghitungan Penghasilan Neto
yang disampaikan dalam jangka waktu tersebut dianggap disetujui
kecuali berdasarkan hasil pemeriksaan ternyata Wajib Pajak Orang
Pribadi tidak memenuhi persyaratan untuk menggunakan Norma
Penghitungan Penghasilan Neto
Wajib Pajak Orang Pribadi yang tidak memberitahukan kepada Direktur
Jenderal Pajak sesuai dengan jangka waktu tersebut dianggap
memilih menyelenggarakan pembukuan
PER-17/PJ/2015
KETENTUAN MENGENAI PEMBUKUAN
Pasal 28 UU KUP
1 harus diselenggarakan dengan memperhatikan itikad baik dan
mencerminkan keadaan atau kegiatan usaha yang sebenarnya; ayat 3
2 harus diselenggarakan di Indonesia dengan menggunakan huruf Latin,
angka Arab, satuan mata uang Rupiah, dan disusun dalam bahasa
Indonesia atau dalam bahasa asing yang diizinkan oleh Menteri
Keuangan;ayat 4
3 diselenggarakan dengan prinsip taat asas dan dengan stelsel akrual atau
stelsel kas; ayat 5
4 Perubahan terhadap metode pembukuan dan atau tahun buku, harus
mendapat persetujuan dari Direktur Jenderal Pajak;ayat 6
5 Pembukuan sekurang-kurangnya terdiri dari catatan mengenai harta,
kewajiban, modal, penghasilan dan biaya, serta penjualan dan pembelian,
sehingga dapat dihitung besarnya pajak yang terutang;ayat 7
6 Pembukuan dengan menggunakan bahasa asing dan mata uang selain
Rupiah dapat diselenggarakan oleh Wajib Pajak setelah mendapat izin
Menteri Keuangan; ayat 8
PRINSIP TAAT ASAS

prinsip yang sama digunakan dalam metode


pembukuan dengan tahun-tahun sebelumnya,
untuk mencegah penggeseran laba atau rugi

misalnya dalam penerapan : Stelsel pengakuan


penghasilan; Tahun buku; Metode penilaian
persediaan; Metode penyusutan dan amortisasi
STELSEL AKRUAL DAN STELSEL KAS

Stelsel akrual adalah suatu metode penghitungan


penghasilan dan biaya dalam arti penghasilan diakui pada
waktu diperoleh dan biaya diakui pada waktu terutang. Jadi
tidak tergantung kapan penghasilan itu diterima dan kapan
biaya itu dibayar tunai.

Stelsel kas adalah suatu metode yang penghitungannya


didasarkan atas penghasilan yang diterima dan biaya yang
dibayar secara tunai.
Menurut stelsel ini, penghasilan baru dianggap sebagai penghasilan,
bila benar-benar telah diterima tunai dalam suatu periode tertentu,
serta biaya baru dianggap sebagai biaya, bila benar-benar telah dibayar
tunai dalam suatu periode tertentu.
STELSEL KAS UNTUK PENGHITUNGAN PPh
Pemakaian stelsel kas murni dapat mengakibatkan penghitungan yang
mengaburkan terhadap penghasilan, yaitu besarnya penghasilan dari
tahun ke tahun dapat disesuaikan dengan mengatur penerimaan kas
dan pengeluaran kas.
Oleh karena itu untuk penghitungan Pajak Penghasilan dalam
memakai stelsel kas harus memperhatikan hal-hal antara lain sbb:

Penghitungan jumlah penjualan dalam suatu periode harus meliputi


seluruh penjualan, baik yang tunai maupun yang bukan. Dalam
menghitung harga pokok penjualan harus diperhitungkan seluruh
pembelian dan persediaan.
Dalam memperoleh harta yang dapat disusutkan dan hak-hak yang
dapat diamortisasi, biaya-biaya yang dikurangkan dari penghasilan
hanya dapat dilakukan melalui penyusutan dan amortisasi.
Pemakaian stelsel kas harus dilakukan secara taat asas (konsisten).

stelsel campuran
PEMBUKUAN DALAM BAHASA ASING DAN MATA UANG SELAIN RUPIAH (Per. Menkeu
No: 196/PMK.03/2007 stdtd PMK No 123/PMK.03/2019)

Dapat diselenggarakan oleh Wajib Pajak:


Wajib Pajak dalam rangka Penanaman Modal Asing
Wajib Pajak dalam rangka Kontrak Karya yang beroperasi berdasarkan kontrak dengan Pemerintah RI sebagaimana
dimaksud dalam ketentuan peraturan perundang-undangan pertambangan selain pertambangan minyak dan gas bumi;
Wajib Pajak Kontraktor Kontrak Kerja Sama yang beroperasi berdasarkan ketentuan peraturan perundang-undangan
pertambangan minyak dan gas bumi;
Kontrak Investasi Kolektif (KIK) yang memerlukan reksadana dalam denominasi satuan mata uang Dollar Amerika
Serikat dan telah memperoleh Surat Pemberitahuan Efektif Pernyataan Pendaftaran dari Badan Pengawas Pasar Modal –
Lembaga Keuangan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan pasar modal;
bentuk usaha tetap
WP yg mendaftarkan emisi sahamnya baik sebagian maupun seluruhnya di bursa efek luar negeri;
Wajib Pajak yang berafiliasi langsung dengan perusahaan induk di luar negeri, yaitu perusahaan anak (subsidiary
company) yang dimiliki dan/atau dikuasasi oleh perusahaan induk (parent company) di luar negeri yang mempunyai
hubungan istimewa.
Wajib Pajak yang menyajikan laporan keuangan dalam mata uang fungsionalnya menggunakan satuan mata uang Dolar
Amerika Serikat sesuai dengan Standar Akuntansi Keuangan yang berlaku di Indonesia.
PEMBUKUAN DALAM BAHASA ASING DAN MATA UANG SELAIN RUPIAH
(Per. Menkeu No: 196/PMK.03/2007 stdtd PMK No 123/PMK.03/2019)
Penyelenggaraan pembukuan dengan menggunakan bahasa Inggris
dan satuan mata uang Dollar AS oleh WP harus terlebih dahulu
mendapat izin tertulis dari Menteri Keuangan, kecuali bagi WP
dalam rangka Kontrak Karya atau WP dalam rangka Kontraktor
Kontrak Kerja Sama;
Izin tertulis dapat diperoleh WP dengan mengajukan surat
permohonan kepada Kepala Kanwil, paling lambat 3 (tiga)
bulan:
 sebelum tahun buku yang diselenggarakan dengan
menggunakan bahasa Inggris dan satuan mata uang
Dollar AS tersebut dimulai; atau
 sejak tanggal pendirian bagi WP baru untuk Bagian
Tahun Pajak atau Tahun Pajak pertama.
Kepala Kantor Wilayah atas nama Menteri Keuangan memberikan
keputusan atas permohonan dimaksud paling lama 1 (satu) bulan
sejak permohonan dari WP diterima secara lengkap;

Apabila jangka waktu tsb telah lewat dan belum ada keputusan
maka permohonan dianggap diterima dan Kepala Kantor Wilayah
atas nama Menkeu menerbitkan keputusan pemberian izin.
KETENTUAN MENGENAI PENCATATAN
Pasal 28 UU KUP
1
harus diselenggarakan dengan memperhatikan itikad baik dan
mencerminkan keadaan atau kegiatan usaha yang sebenarnya
2
harus diselenggarakan di Indonesia dengan menggunakan huruf Latin,
angka Arab, satuan mata uang Rupiah, dan disusun dalam bahasa
Indonesia atau dalam bahasa asing yang diizinkan oleh Menteri Keuangan
3 Pencatatan terdiri dari data yang dikumpulkan secara teratur tentang
peredaran atau penerimaan bruto dan atau penghasilan bruto sebagai
dasar untuk menghitung jumlah pajak yang terutang, termasuk
penghasilan yang bukan objek pajak dan atau yang dikenakan pajak yang
bersifat final
PENYIMPANAN DOKUMEN
Pasal 28 angka 11 UU KUP
Buku, catatan, dan dokumen yang menjadi dasar
pembukuan atau pencatatan dan dokumen lain termasuk
hasil pengolahan data dari pembukuan yang dikelola
secara elektronik atau secara program aplikasi on-
line wajib disimpan selama 10 (sepuluh) tahun di
Indonesia, yaitu di tempat kegiatan atau tempat
tinggal Wajib Pajak orang pribadi, atau di tempat
kedudukan Wajib Pajak badan.

Kurun waktu 10 (sepuluh) tahun penyimpanan buku,


catatan, dan dokumen yang menjadi dasar pembukuan atau
pencatatan adalah sesuai dengan ketentuan yang mengatur
mengenai batas daluwarsa penyidikan tindak pidana di
bidang perpajakan. Penyimpanan buku, catatan, dan
dokumen yang menjadi dasar pembukuan atau pencatatan
dan dokumen lain termasuk yang diselenggarakan secara
program aplikasi on-line harus dilakukan dengan
memperhatikan faktor keamanan, kelayakan, dan kewajaran
penyimpanan.
SANKSI BERKAITAN DENGAN KEWAJIBAN
PEMBUKUAN DAN PENCATATAN
ADMINISTRASI PIDANA
apabila kewajiban sebagaimana Pasal 39 ayat 1 UU KUP
dimaksud dalam Pasal 28 Setiap orang yang dengan sengaja:
(Pembukuan) atau Pasal 29 f. memperlihatkan pembukuan, pencatatan, atau dokumen lain
(Pemeriksaan) tidak dipenuhi, yang palsu atau dipalsukan seolah-olah benar atau tidak
sehingga tidak dapat diketahui menggambarkan keadaan yg sebenarnya; g. tidak
besarnya pajak yang terutang menyelenggarakan pembukuan atau pencatatan, tidak
memperlihatkan atau tidak meminjamkan buku, catatan, atau
berupa kenaikan sebesar :50 % dokumen lainnya; h. tidak menyimpan buku, catatan, atau
dari PPh yang tidak atau kurang dokumen yang menjadi dasar pembukuan atau pencatatan dan
dibayar;100 % dari PPh yang dokumen lain termasuk hasil pengolahan data dari pembukuan
tidak atau kurang dipotong, yang dikelola secara elektronik atau diselenggarakan secara
tidak atau kurang dipungut, program aplikasi on-line di Indonesia sebagaimana dimaksud
tidak atau kurang disetorkan, dalam Pasal 28 ayat (11);
dan dipotong atau dipungut sehingga dapat menimbulkan kerugian pd pendapatan negara
tetapi tidak atau kurang
disetorkan;100 % dari PPN dan dipidana dengan pidana penjara paling singkat 6 (enam) bulan
PPnBM yang tidak atau kurang dan paling lama 6 (enam) tahun dan denda paling sedikit 2
dibayar (dua) kali jumlah pajak terutang yang tidak atau kurang
dibayar dan paling banyak 4 (empat) kali jumlah pajak terutang
Pasal 13 (1) d jo Pasal 13 (3) yang tidak atau kurang dibayar.
UU KUP
SESI III
SPT
MENGISI DAN MENYAMPAIKAN SPT

adalah KEWAJIBAN
bagi setiap WAJIB PAJAK

surat yang oleh Wajib Pajak digunakan


untuk MELAPORKAN penghitungan dan atau
pembayaran pajak, objek pajak dan/atau
bukan objek pajak dan/atau harta dan
kewajiban, sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan perpajakan.
SPT Definisi SPT

surat yang oleh Wajib Pajak digunakan untuk melaporkan penghitungan


dan atau pembayaran pajak, objek pajak dan/atau bukan objek pajak
dan/atau harta dan kewajiban, sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan perpajakan. (Pasal 1 angka 11 UU KUP)

SPT Masa SPT Tahunan


yaitu Surat Pemberitahuan untuk yaitu Surat Pemberitahuan
suatu Masa Pajak, terdiri dari: untuk suatu Tahun Pajak atau
bagian Tahun Pajak meliputi:
PPh Pasal 21 dan Pasal 26
PPh Pasal 22 -SPT Tahunan PPh WP Badan
PPh Pasal 23 dan Pasal 26 (SPT 1771 dan SPT 1771$)
PPh Pasal 25 -SPT Tahunan PPh WP Orang
PPh Pasal 4 ayat 2 Pribadi (SPT 1770, 1770S
PPh Pasal 15 dan 1770SS)
PPN (Form 1111) -SPT Tahunan Pembetulan
PPN bagi Pemungut (Form
1107 PUT)
SPT Kewajiban penyampaian SPT
Setiap Wajib Pajak wajib mengisi Surat Pemberitahuan dengan benar, lengkap, dan
jelas, dalam bahasa Indonesia dengan menggunakan huruf Latin, angka Arab,
satuan mata uang Rupiah, dan menandatangani serta menyampaikannya ke kantor
Direktorat Jenderal Pajak tempat Wajib Pajak terdaftar atau dikukuhkan atau tempat
lain yang ditetapkan oleh Direktur Jenderal Pajak.
{Pasal 3 ayat 1 UU KUP}
Penandatanganan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat dilakukan secara
biasa, dengan tanda tangan stempel, atau tanda tangan elektronik atau
digital, yang semuanya mempunyai kekuatan hukum yang sama, yang tata cara
pelaksanaannya diatur dengan atau berdasarkan Peraturan Menteri Keuangan.
{Pasal 3 ayat 1b UU KUP}
Wajib Pajak yang telah mendapat izin Menteri Keuangan untuk menyelenggarakan
pembukuan dengan menggunakan bahasa asing dan mata uang selain Rupiah,
wajib menyampaikan Surat Pemberitahuan dalam bahasa Indonesia dengan
menggunakan satuan mata uang selain Rupiah yang diizinkan, yang pelaksanaannya
diatur dengan atau berdasarkan Peraturan Menteri Keuangan. (Pasal 3 ayat 1b UU
KUP)
Wajib Pajak mengambil sendiri Surat Pemberitahuan di tempat yang ditetapkan oleh Direktur Jenderal
Pajak atau mengambil dengan cara lain yang tata cara pelaksanaannya diatur dengan atau berdasarkan
Peraturan Menteri Keuangan. (Pasal 3 ayat 2 UU KUP)
SPT Penandatangan SPT
Wajib Pajak wajib mengisi dan menyampaikan Surat
Pemberitahuan dengan benar, lengkap, jelas, dan
menandatanganinya.{Pasal 4 ayat (1) UU tentang KUP}
Surat Pemberitahuan WP Dalam hal Wajib Pajak menunjuk seorang kuasa
badan harus ditandatangani dengan surat kuasa khusus untuk mengisi dan
oleh pengurus atau menandatangani Surat Pemberitahuan, surat kuasa
direksi. (Pasal 4 ayat 2 UU khusus tersebut harus dilampirkan pada Surat
KUP) Pemberitahuan. (Pasal 4 ayat 3 UU KUP)

yaitu yang tercantum harus memenuhi syarat sbb: (PMK:229/PMK.03/2014)


namanya dalam -memiliki NPWP;
susunan pengurus -telah menyampaikan SPT Tahunan PPh Tahun Pajak terakhir;
yang tertera dalam -menguasai ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan;
akte pendirian maupun dan
akte perubahan -memiliki Surat Kuasa Khusus dari WP yang memberi kuasa
- Tidak pernah dipidana di bidang perpajakan
Dalam hal seorang kuasa bukan konsultan pajak dibuktikan dengan kepemilikan sertifikat brevet
atau ijazah pendidikan formal di bidang perpajakan yg diterbitkan oleh perguruan tinggi negeri atau
swasta dg status terakreditasi A, sekurang-kurangnya DIII, sertifikat konsultan pajak.
Dalam hal konsultan pajak dibuktikan dg kepemilikan Surat Izin Praktik yg diterbitkan Dirjen Pajak
dan dilengkapi dg Surat Pernyataan sbg Konsultan Pajak.
SPT DIANGGAP TIDAK DISAMPAIKAN {Pasal 3 ayat (7) UU
KUP}
Surat Pemberitahuan dianggap tidak disampaikan apabila:
a Surat Pemberitahuan tidak ditandatangani;
b Surat Pemberitahuan tidak sepenuhnya dilampiri keterangan
dan/atau dokumen sebagaimana diatur Peraturan Menteri Keuangan ;
SPT Tahunan Pajak PPh WP yang wajib menyelenggarakan pembukuan harus dilampiri dengan
laporan keuangan berupa neraca dan laporan laba rugi serta keterangan lain yang
diperlukan untuk menghitung besarnya Penghasilan Kena Pajak. (Ps. 4 angka 4 UU KUP)
Dalam hal laporan keuangan diaudit oleh Akuntan Publik tetapi tidak dilampirkan pada SPT,
SPT dianggap tidak lengkap dan tidak jelas, sehingga SPT dianggap tidak disampaikan.
{Pasal 4 angka 4b UU KUP}
Dalam hal WP menunjuk seorang kuasa dengan surat kuasa khusus untuk mengisi dan
menandatangani SPT, surat kuasa khusus tersebut harus dilampirkan pada SPT. (Ps. 4
angka 3 UU KUP)
c Surat Pemberitahuan yang menyatakan lebih bayar disampaikan
setelah 3 (tiga) tahun sesudah berakhirnya Masa Pajak, bagian
Tahun Pajak atau Tahun Pajak, dan Wajib Pajak telah ditegur
secara tertulis; atau

d Surat pemeriksaan
Pemberitahuan disampaikan setelah Dirjen Pajak melakukan
atau menerbitkan surat ketetapan pajak.
Penjelasan: SPT yang dianggap tidak disampaikan tersebut dianggap sebagai data perpajakan.
cara penyampaian spt SPT

Disampaikan Secara diberi bukti penerimaan oleh


langsung petugas yang ditunjuk

Disampaikan melalui tanda bukti bukti


pos tercatat pengiriman surat

Disampaikan melalui
tanda bukti bukti
jasa ekspedisi atau
pengiriman surat
jasa kurir
Saluran tertentu:
Website DJP, website penyalur
kepada WP diberikan Bukti
spt elektronik, saluran suara
Penerimaan Elektronik
digital, jaringan komunikasi
data khusus, saluran lain
Peraturan Menteri Keuangan Nomor 243/PMK.03/2014 stdd PMK No. 9/PMK.09/2018
SPT MASA DAN SPT TAHUNAN YANG
WAJIB DILAPORKAN DALAM BENTUK

DOKUMEN ELEKTRONIK
SPT YANG WAJIB
DISAMPAIKAN MELALUI

SALURAN
TERTENTU
SPT MASA YANG WAJIB DISAMPAIKAN DALAM BENTUK
DOKUMEN ELEKTRONIK

PPh Pasal PPh Pasal


21/26 23/26

PPN& Semua
PPnBM Jenis

Dengan kriteria…..
WAJIB MENYAMPAIKAN SPT DALAM BENTUK
DOKUMEN
ELEKTRONIK BILA….

SPT Masa PPh Pemotongan PPh 21 Pegawai Tetap/Pensiun LEBIH


Pasal 21/26
DARI
/ASN/TNI-POLRI/Pensiunannya/THT/JHT Berkala

20
Pemotongan PPh 21 selain Pegawai
Tetap dengan jumlah dokumen bukti potong

Pemotongan PPh 21 Final dengan DALAM


jumlah dokumen bukti potong
SATU
Penyetoran PPh 21 dengan jumlah MASA
Surat Setoran Pajak/Bukti Penerimaan Negara
PAJAK
WAJIB MENYAMPAIKAN SPT DALAM BENTUK
DOKUMEN ELEKTRONIK
BILA….

20
LEBIH DARI
SPT Masa PPh
Pasal 23/26 Menerbitkan Bukti Potong
PPh pasal 23 dan/atau Pasal 26
DALAM SATU
MASA PAJAK

LEBIH DARI

Dasar Pengenaan Pajak 100


(bruto) dalam satu bukti potong
JUTA
RUPIAH
WAJIB MENYAMPAIKAN SPT DALAM BENTUK
DOKUMEN ELEKTRONIK
BILA….

SPT MASA
PPN & PPnBM Bagi seluruh
PENGUSAHA KENA PAJAK

bagi
PEMUNGUT PPN
Kecuali Bendahara Pemerintah
WAJIB MENYAMPAIKAN SPT DALAM BENTUK
DOKUMEN ELEKTRONIK
BILA….

Semua Jenis
Bagi Seluruh WP
SPT Masa Di KPP Madya, KPP di Lingkungan
Kanwil Khusus, dan KPP LTO

WP Pernah Lapor
SPT dalam bentuk
Elektronik sebelumnya
WAJIB MENYAMPAIKAN SPT DALAM BENTUK
DOKUMEN ELEKTRONIK
BILA….

SPT Tahunan Bagi Seluruh WP di KPP Madya, KPP di


Lingkungan Kanwil Khusus, dan KPP LTO

Bagi WP Pernah Lapor


SPT dalam bentuk elektronik sebelumnya

WP yang menggunakan
Jasa Konsultan Pajak

Laporan Keuangannya
diaudit oleh Akuntan Publik

Bagi WP yang termasuk Wajib Menyampaikan SPT


Masa PPh 21/26, 23/26 dan PPN dalam
bentuk elektronik
SPT YANG WAJIB DISAMPAIKAN MELALUI

SALURAN TERTENTU
Berlaku bagi Wajib Pajak Badan yang diwajibkan
menyampaikan SPT dalam bentuk elektronik untuk:

SPT Masa PPh


Pasal 21/26
SPT YANG WAJIB DISAMPAIKAN MELALUI

SALURAN TERTENTU
Berlaku bagi Pengusaha Kena Pajak yang diwajibkan
menyampaikan SPT dalam bentuk elektronik untuk:

SPT Masa
PPN dan PPnBM
BATAS WAKTU PENYAMPAIAN SPT
{Pasal 3 ayat 3 UU KUP}

untuk Surat Pemberitahuan Masa, paling lama 20 (dua puluh)


hari setelah akhir Masa Pajak;
untuk Surat Pemberitahuan Tahunan Pajak Penghasilan Wajib
Pajak orang pribadi, paling lama 3 (tiga) bulan setelah
akhir Tahun Pajak; atau
untuk Surat Pemberitahuan Tahunan Pajak Penghasilan Wajib
Pajak badan, paling lama 4 (empat) bulan setelah akhir
Tahun Pajak.
Wajib Pajak dengan kriteria tertentu dapat melaporkan
beberapa Masa Pajak dalam 1 (satu) Surat Pemberitahuan
Masa. (Pasal 3 ayat 3a)

antara lain WP usaha kecil dapat WP dengan


a. menyampaikan SPT Masa PPh Pasal 25 untuk beberapa kriteria tertentu
Masa Pajak sekaligus dgn syarat pembayaran seluruh dan tata cara
pajak yg wajib dilunasi menurut SPT Masa tsb pelaporannya
dilakukan sekaligus paling lama dalam Masa Pajak
yang terakhir; dan/atau diatur dengan
b. menyampaikan SPT Masa selain huruf a untuk atau berdasarkan
beberapa Masa Pajak sekaligus dgn syarat Peraturan Menteri
pembayaran untuk masing-masing Masa Pajak Keuangan.
dilakukan sesuai batas waktu untuk Masa Pajak ybs.
Batas Waktu Penyampaian SPT
Disampaikan Jenis Setoran
PPh Pasal 4 ayat (2) yang dipotong oleh Pemotong Pajak Penghasilan
PPh Pasal 4 ayat (2) yang harus dibayar sendiri oleh Wajib Pajak
PPh Pasal 15 yang dipotong oleh Pemotong PPh
PPh Pasal 15 yang harus dibayar sendiri
PPh Pasal 21 yang dipotong oleh Pemotong PPh
PPh Pasal 23 dan PPh Pasal 26 yang dipotong oleh Pemotong PPh
PPh Pasal 25
PPh Pasal 22 atas penyerahan bahan bakar minyak, gas, dan pelumas
paling lama 20 (dua kepada penyalur/agen atau industri yang dipungut oleh Wajib Pajak badan
puluh) hari setelah yang bergerak dalam bidang produksi bahan bakar minyak, gas, dan
Masa Pajak berakhir pelumas
PPh pasal 22 yang pemungutannya dilakukan oleh Wajib Pajak badan
tertentu sebagai Pemungut Pajak
Batas Waktu Penyampaian SPT

PN yang terutang atas kegiatan membangun sendiri


PPN yang terutang atas pemanfaatan BKP tidak
berwujud dan/atau JKP dari luar Daerah Pabean
harus disetor oleh orang pribadi atau badan yang
memanfaatkan BKP tidak berwujud dan/atau JKP dari
paling lama akhir bulan
luar Daerah Pabean
berikutnya setelah Masa
PPN atau PPN dan PPnBM yang pemungutannya
Pajak berakhir
dilakukan oleh Bendahara Pemerintah atau instansi
Pemerintah yang ditunjuk
PPN atau PPN dan PPnBM yang pemungutannya
dilakukan oleh Pemungut PPN selain Bendahara
Pemerintah atau instansi Pemerintah yang ditunjuk
paling lama pada hari
PPh Pasal 22, PPN atau PPN dan PPnBM atas impor
kerja terakhir minggu
yang dipungut oleh DJBC
berikutnya
paling lama 14 (empat
belas) hari setelah Masa PPh Pasal 22 yang dipungut oleh bendahara
Pajak berakhir
SPT Sanksi karena tidak memenuhi kewajiban penyampaian SPT
ADMISNISTRASI PIDANA
Apabila SPT tidak disampaikan dalam Setiap orang yg karena kealpaannya: a. tidak
jangka waktunya atau batas waktu menyampaikan SPT; atau b. menyampaikan SPT, tetapi
isinya tidak benar atau tidak lengkap, atau
perpanjangan penyampaian SPT, dikenai
melampirkan keterangan yg isinya tidak benar
sanksi administrasi berupa denda sehingga dapat menimbulkan kerugian pada
sebesar Rp500.000,00 untuk SPT Masa pendapatan negara dan perbuatan tsb merupakan
PPN, Rp100.000,00 untuk SPT Masa perbuatan setelah perbuatan yg pertama kali
lainnya, dan sebesar Rp1.000.000,00 untuk sebagaimana dimaksud dalam Pasal 13A, didenda
SPT Tahunan PPh WP badan serta sebesar paling sedikit 1 kali jumlah pajak terutang yg tidak atau
Rp100.000,00 untuk SPT Tahunan PPh WP kurang dibayar dan paling banyak 2 kali jumlah pajak
orang pribadi. (Pasal 7 UU KUP) terutang yg tidak atau kurang dibayar, atau dipidana
kurungan paling singkat 3 bulan atau paling lama 1
Apabila SPT tidak disampaikan dalam tahun. (Pasal 38 UU KUP)
jangka waktunya dan setelah ditegur
secara tertulis tidak disampaikan pada Setiap orang yg dgn sengaja: c. tidak menyampaikan
waktunya sebagaimana ditentukan dalam SPT; d. menyampaikan SPT dan/atau keterangan yg
Surat Teguran; maka jumlah pajak yang isinya tidak benar atau tidak lengkap; sehingga dapat
kurang dibayar/disetor ditagih dengan menimbulkan kerugian pada pendapatan negara
SKPKB ditambah sanksi administrasi dipidana dgn pidana penjara paling singkat 6 bulan dan
paling lama 6 tahun dan denda paling sedikit 2 kali
berupa kenaikan sebesar 50% untuk
jumlah pajak terutang yg tidak atau kurang dibayar dan
PPh, 100% untuk PPh PotPut, 100% untuk paling banyak 4 kali jumlah pajak terutang yg tidak atau
PPN dan PPnBM. (Pasal 13 ayat 3 UU KUP) kurang dibayar. (Pasal 39 UU KUP)
PIDANA KEALPAAN TIDAK MENYAMPAIKAN SPT
Setiap orang yang karena kealpaannya:
a. tidak menyampaikan Surat Pemberitahuan; atau
b. menyampaikan Surat Pemberitahuan, tetapi isinya tidak benar
atau tidak lengkap, atau melampirkan keterangan yang isinya
tidak benar sehingga dapat menimbulkan kerugian pada
pendapatan negara dan perbuatan tersebut merupakan perbuatan
setelah perbuatan yang pertama kali sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 13A, didenda paling sedikit 1 (satu) kali jumlah pajak
terutang yang tidak atau kurang dibayar dan paling banyak 2
(dua) kali jumlah pajak terutang yang tidak atau kurang
dibayar, atau dipidana kurungan paling singkat 3 (tiga) bulan
atau paling lama 1 (satu) tahun. (Pasal 38 UU KUP)

Wajib Pajak yang karena kealpaannya tidak menyampaikan Surat Pemberitahuan


atau menyampaikan Surat Pemberitahuan, tetapi isinya tidak benar atau tidak
lengkap, atau melampirkan keterangan yang isinya tidak benar sehingga dapat
menimbulkan kerugian pada pendapatan negara, tidak dikenai sanksi
pidana apabila kealpaan tersebut pertama kali dilakukan
oleh Wajib Pajak dan Wajib Pajak tersebut wajib melunasi kekurangan
pembayaran jumlah pajak yang terutang beserta sanksi administrasi berupa
kenaikan sebesar 200% (dua ratus persen) dari jumlah pajak yang kurang dibayar
yang ditetapkan melalui penerbitan Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar. (Pasal
13A UU KUP) DIHAPUS
YANG TIDAK DIKENAI SANKSI ADMINISTRASI
BERUPA DENDA KARENA TIDAK MEMENUHI
KEWAJIBAN PENYAMPAIAN SPT (Pasal 7 ayat 2 UU KUP)
SPT tidak disampaikan dalam jangka waktunya dikenakan sanksi
administrasi berupa denda Rp500.000,00 untuk SPT Masa PPN, Rp100.000,00
untuk SPT Masa lainnya, dan sebesar Rp1.000.000,00 untuk SPT Tahunan
PPh WP badan serta sebesar Rp100.000,00 untuk SPT Tahunan PPh WP orang
pribadi. (Pasal 7 UU KUP Perubahan)

tidak dilakukan terhadap


a. Wajib Pajak orang pribadi yang telah meninggal dunia;
b. Wajib Pajak orang pribadi yang sudah tidak melakukan
kegiatan usaha atau pekerjaan bebas;
c. Wajib Pajak orang pribadi yang berstatus sebagai warga
negara asing yang tidak tinggal lagi di Indonesia;
d. Bentuk Usaha Tetap yang tidak melakukan kegiatan lagi di
Indonesia;
e. Wajib Pajak badan yang tidak melakukan kegiatan usaha lagi
tetapi belum dibubarkan sesuai dengan ketentuan yang berlaku;
f. Bendahara yang tidak melakukan pembayaran lagi;
g. Wajib Pajak yang terkena bencana, yang ketentuannya diatur
dengan Peraturan Menteri Keuangan; atau
h. Wajib Pajak lain yang diatur dengan atau berdasarkan
Peraturan Menteri Keuangan.
Hak WP berkaitan dengan SPT
penyampaian SPT

1 Memperpanjang jangka waktu


penyampaian SPT;
(Pasal 3 ayat 4 UU KUP)

2 Membetulkan SPT;
(Pasal 8 ayat 1 dan ayat 6 UU KUP)

3 Mengungkapkan ketidakbenaran
pengisian SPT;
(Pasal 8 ayat 3 dan ayat 4 UU KUP)
SPT Memperpanjang Jangka Waktu
Penyampaian SPT

Wajib Pajak dapat memperpanjang jangka waktu


penyampaian Surat Pemberitahuan Tahunan Pajak
Penghasilan sebagaimana dimaksud pada ayat (3) untuk
paling lama 2 (dua) bulan dengan cara menyampaikan
pemberitahuan secara tertulis atau dengan cara lain
kepada Direktur Jenderal Pajak yang ketentuannya diatur
dengan atau berdasarkan Peraturan Menteri Keuangan.
(Pasal 3 ayat (4) UU KUP)
Apabila WP baik orang pribadi maupun badan ternyata tidak dapat menyampaikan SPT
dalam jangka waktunya karena luasnya kegiatan usaha dan masalah-masalah teknis
penyusunan laporan keuangan, atau sebab lainnya sehingga sulit untuk memenuhi
batas waktu penyelesaian dan memerlukan kelonggaran dari batas waktu yang telah
ditentukan, WP dapat memperpanjang penyampaian SPT Tahunan PPh dengan cara
menyampaikan pemberitahuan secara tertulis atau dengan cara lain misalnya dengan
pemberitahuan secara elektronik kepada Dirjen Pajak.
Pemberitahuan harus disertai dengan penghitungan sementara pajak yang terutang
dalam 1 (satu) Tahun Pajak dan Surat Setoran Pajak sebagai bukti pelunasan
kekurangan pembayaran pajak yang terutang, yang ketentuannya diatur dengan
atau berdasarkan Peraturan Menteri Keuangan. (Pasal 3 ayat 5 UU KUP)
SPT Akibat administratif penundaan
penyampaian SPT

Dalam hal Wajib Pajak diperbolehkan menunda penyampaian Surat


Pemberitahuan dan ternyata penghitungan sementara pajak yang terutang
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 ayat (5) kurang dari jumlah pajak
yang sebenarnya terutang atas kekurangan pembayaran pajak
tersebut, dikenai bunga sebesar 2% (dua persen) per
bulan yang dihitung dari saat berakhirnya batas waktu penyampaian Surat
Pemberitahuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 ayat (3) huruf b dan
huruf c sampai dengan tanggal dibayarnya kekurangan pembayaran
tersebut dan bagian dari bulan dihitung penuh 1 (satu) bulan.
(Pasal 19 ayat 3 UU KUP)
CONTOH
PT ABC setelah menyampaikan pemberitahuan tertulis
menunda jangka waktu penyampaian SPT Tahunan PPh Badan
Tahun 2008 (Tahun Takwim) sampai dengan tanggal 30 Juni
2009 dengan perhitungan sementara pajak terutang
sebesar Rp100juta dan kredit pajak Rp80juta. Kekurangan
pajak (PPh Pasal 29) sebesar Rp20juta dilunasi pada
tanggal 25 April 2009.
PT ABC menyampaikan SPT sesungguhnya pada tanggal 30
Juni 2009 dengan jumlah pajak yang terutang sebesar
Rp120juta. Kekurangan pembayaran dilunasi tanggal 28
Juni 2004.

Dari kasus di atas maka PT ABC dikenakan bunga


sebesar:
2% x 2 x Rp20.000.000,00 = Rp800.000,00
Jumlah bulan dihitung sejak 1 Mei 2009 – 28 Juni 2009
= 2 bulan.
Membetulkan SPT
Wajib Pajak dengan kemauan sendiri dapat membetulkan Surat
Pemberitahuan yang telah disampaikan dengan menyampaikan
pernyataan tertulis, dengan syarat Direktur Jenderal Pajak
belum melakukan tindakan pemeriksaan.
(Pasal 8 ayat 1 UU KUP Perubahan)
Dalam hal pembetulan Surat Pemberitahuan sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) menyatakan rugi atau lebih bayar, pembetulan
Surat Pemberitahuan harus disampaikan paling lama 2 (dua)
tahun sebelum daluwarsa penetapan.
(Pasal 8 ayat 1a UU KUP Perubahan)

pada saat Surat Pasal 13 angka (1) “Dalam


Pemberitahuan Pemeriksaan jangka waktu 5 (lima) tahun
Pajak disampaikan kepada setelah saat terutangnya pajak
Wajib Pajak, wakil, kuasa, atau berakhirnya Masa Pajak,
pegawai, atau anggota bagian Tahun Pajak, atau Tahun
keluarga yang telah dewasa Pajak, Direktur Jenderal Pajak
dari Wajib Pajak. dapat menerbitkan Surat
Ketetapan Pajak Kurang Bayar…”
Akibat administratif pembetulan SPT Tahunan
Dalam hal Wajib Pajak membetulkan sendiri Surat Pemberitahuan
Tahunan yang mengakibatkan utang pajak menjadi lebih besar,
kepadanya dikenai sanksi administrasi berupa bunga sebesar 2%
(dua persen) per bulan atas jumlah pajak yang kurang dibayar,
dihitung sejak saat penyampaian Surat Pemberitahuan berakhir
sampai dengan tanggal pembayaran, dan bagian dari bulan
dihitung penuh 1 (satu) bulan. (Pasal 8 ayat 2 UU KUP)

CONTOH
PT ABC membetulkan sendiri SPT Tahunan PPh Tahun 2008 pada
tanggal 20 Februari 2010, yang semula menyatakan jumlah pajak
terutang sebesar Rp100juta dan kredit pajak sebesar Rp80juta,
dibetulkan seharusnya jumlah pajak terutang sebesar Rp130juta
dan kredit pajak tetap. Kekurangan pembayaran pajak sebesar
Rp30juta dibayar pada tanggal 18 Februari 2010.

Dari kasus di atas maka PT ABC dikenai sanksi


administrasi berupa bunga sebesar:
2% x 10 x Rp30.000.000,00 = Rp6.000.000,00
Jumlah bulan dihitung sejak 1 Mei 2009 – 20 Februari
2010 = 10 bulan.
Akibat administratif pembetulan SPT Masa
Dalam hal Wajib Pajak membetulkan sendiri Surat Pemberitahuan
Masa yang mengakibatkan utang pajak menjadi lebih besar,
kepadanya dikenai sanksi administrasi berupa bunga sebesar 2%
(dua persen) per bulan atas jumlah pajak yang kurang dibayar,
dihitung sejak jatuh tempo pembayaran sampai dengan tanggal
pembayaran, dan bagian dari bulan dihitung penuh 1 (satu)
bulan. (Pasal 8 ayat 2a UU KUP)

CONTOH
PT ABC membetulkan sendiri SPT Masa PPN Masa Januari 2008 pada
tanggal 20 November 2008, yang semula menyatakan jumlah Pajak
Keluaran yang harus dipungut sendiri sebesar Rp100juta dan
kredit pajak Rp80juta, dibetulkan seharusnya jumlah Pajak
Keluaran yang harus dipungut sendiri sebesar Rp130juta dan
kredit pajak tetap. Kekurangan pembayaran pajak sebesar
Rp30juta dibayar pada tanggal 18 November 2008.

Dari kasus di atas maka PT ABC dikenai sanksi


administrasi berupa bunga sebesar:
2% x 10 x Rp30.000.000,00 = Rp6.000.000,00
Jumlah bulan dihitung sejak 16 Februari 2008 – 18
November 2008 = 10 bulan.
Membetulkan SPT Tahunan karena
kompensasi kerugian (Pasal 8 ayat 6 UU KUP)
Wajib Pajak dapat membetulkan Surat Pemberitahuan Tahunan
yang telah disampaikan, dalam hal Wajib Pajak menerima surat
ketetapan pajak, Surat Keputusan Keberatan, Surat Keputusan
Pembetulan, Putusan Banding, atau Putusan Peninjauan Kembali
Tahun Pajak sebelumnya atau beberapa Tahun Pajak sebelumnya,
yang menyatakan rugi fiskal yang berbeda dengan rugi fiskal
yang telah dikompensasikan dalam Surat Pemberitahuan Tahunan
yang akan dibetulkan tersebut, dalam jangka waktu 3 (tiga)
bulan setelah menerima surat ketetapan pajak, Surat Keputusan
Keberatan, Surat Keputusan Pembetulan, Putusan Banding, atau
Putusan Peninjauan Kembali, dengan syarat Direktur Jenderal
Pajak belum melakukan tindakan pemeriksaan.

Dalam hal WP membetulkan SPT lewat jangka waktu 3 (tiga) bulan atau
WP tidak mengajukan pembetulan sebagai akibat adanya surat ketetapan pajak,
SK Keberatan, SK Pembetulan, Putusan Banding, atau Putusan Peninjauan Kembali Tahun
Pajak sebelumnya atau beberapa Tahun Pajak sebelumnya, yang menyatakan rugi fiskal
yang berbeda dengan rugi fiskal yang telah dikompensasikan dalam SPT Tahunan PPh,
Dirjen Pajak akan memperhitungkannya dalam menetapkan kewajiban
perpajakan WP.
Mengungkapkan ketidakbenaran pengisian SPT

Walaupun telah dilakukan tindakan pemeriksaan, tetapi belum


dilakukan tindakan penyidikan mengenai adanya ketidakbenaran
yang dilakukan Wajib Pajak sebagaimana dimaksud dalam Pasal 38,
terhadap ketidakbenaran perbuatan Wajib Pajak tersebut tidak
akan dilakukan penyidikan, apabila Wajib Pajak dengan kemauan
sendiri mengungkapkan ketidakbenaran perbuatannya tersebut
dengan disertai pelunasan kekurangan pembayaran jumlah pajak
yang sebenarnya terutang beserta sanksi administrasi berupa
denda sebesar 150% (seratus lima puluh persen) dari jumlah
pajak yang kurang dibayar.
{Pasal 8 angka 3 UU KUP}BERUBAH

”Setiap orang yang karena kealpaannya:


a. tidak menyampaikan Surat Pemberitahuan;
atau
b. menyampaikan Surat Pemberitahuan, tetapi
isinya tidak benar atau tidak lengkap, atau
melampirkan keterangan yang isinya tidak
benar ...”
Mengungkapkan ketidakbenaran pengisian SPT

Walaupun Direktur Jenderal Pajak telah melakukan pemeriksaan, dengan


syarat Direktur Jenderal Pajak belum menerbitkan surat ketetapan pajak,
Wajib Pajak dengan kesadaran sendiri dapat mengungkapkan dalam
laporan tersendiri tentang ketidakbenaran pengisian Surat Pemberitahuan
yang telah disampaikan sesuai keadaan yang sebenarnya, yang dapat
mengakibatkan:
a. pajak-pajak yang masih harus dibayar menjadi lebih besar atau lebih
kecil; b. rugi berdasarkan ketentuan perpajakan menjadi lebih kecil atau
lebih besar; c. jumlah harta menjadi lebih besar atau lebih kecil; atau d.
jumlah modal menjadi lebih besar atau lebih kecil dan proses pemeriksaan
tetap dilanjutkan.

(Pasal 8 ayat 4 UU KUP)

Pajak yang kurang dibayar yang timbul sebagai akibat dari pengungkapan
ketidakbenaran pengisian Surat Pemberitahuan sebagaimana dimaksud pada ayat (4)
beserta sanksi administrasi berupa kenaikan sebesar 50% (lima puluh persen) dari
pajak yang kurang dibayar, harus dilunasi oleh Wajib Pajak sebelum laporan tersendiri
dimaksud disampaikan.
(Pasal 8 ayat 5 UU KUP)
WAJIB PAJAK TERTENTU YANG DIKECUALIKAN DARI
KEWAJIBAN MENYAMPAIKAN SURAT PEMBERITAHUAN

Dikecualikan dari kewajiban menyampaikan SPT


Masa PPh Pasal 25.

Wajib Pajak Orang Pribadi yang tidak menjalankan usaha atau


melakukan pekerjaan bebas, WP dengan angsuran PPh Ps 25 Nihil.

Dikecualikan dari kewajiban menyampaikan SPT


Tahunan PPh maupun SPT Masa PPh Pasal 25.

WP Orang Pribadi yang dalam satu Tahun Pajak


menerima atau memperoleh penghasilan neto tidak
melebihi PTKP.

PMK NO.243/PMK.03/2014 stdd PMK No. 9/PMK.09/2018


PENGECUALIAN
KEWAJIBAN LAPOR NIHIL

SPT Masa PPh Pasal 21/26

SPT Masa PPN Put 1107

Surat Setoran Pajak


Sebagai Pelaporan SPT Masa PPh 25 Nihil
Tidak Wajib
Lapor SPT Masa PPh 21/26
Bagi Pemotong PPh Pasal 21/26

Nihil
Tidak Terdapat Karyawan

Terdapat Karyawan, tetapi tidak ada


pembayaran gaji

Penghasilan Seluruh
Karyawan di Bawah PTKP
Tetap Wajib
Lapor SPT Masa PPh 21/26
Bagi Pemotong PPh Pasal 21/26

Nihil
Bila Nihil yang dikarenakan adanya Surat
Keterangan Domilisi (Certificate of
Domicile)
Bila terdapat PPh Pasal 21/26 final
Khusus SPT Masa PPh 21/26 untuk masa
Desember
Tidak Wajib
SPT Masa PPN Put
Lapor Bagi pemungut (Bendahara Pemerintah/BUMN /K3S)
1107
Bila Tidak Terdapat Transaksi yang Wajib
Dipungut
Penyerahan yang tidak terutang
PPN&/PPnBM
Penyerahan yang dibebaskan
PPN&/PPnBM
Penyerahan yang tidak dipungut
PPN&/PPnBM
Tidak Wajib
SPT Masa PPh 25 Nihil
Lapor Bagi WP Pengusaha Tertentu, SPT Tahunan Nihil/LB, WP
Baru, WP Masuk Bursa, WP Bank, dan SGU

Bila perhitungan Angsuran PPh pasal 25


Dinyatakan Nihil pada:
Bagi pemungut (Bendahara Pemerintah/BUMN /K3S)
SPT Tahunan PPh Sebelumnya
Laporan Berkala
Laporan Keuangan Triwulanan
Perhitungan Wajib Pajak Tertentu
pembayaran pajak
MEMBAYAR DAN MENYETOR PAJAK
YANG TERUTANG

adalah KEWAJIBAN

bagi setiap WAJIB PAJAK

dengan menggunakan Surat Setoran Pajak


ke kas negara
Sarana pembayaran
atau penyetoran
pajak

Surat Setoran Pajak (SSP)


adalah bukti pembayaran atau penyetoran pajak yang telah dilakukan dengan
menggunakan formulir atau telah dilakukan dengan cara lain ke kas negara
melalui tempat pembayaran yang ditunjuk oleh Menteri Keuangan.
(Pasal 1 angka 14 UU KUP)

Surat Setoran Pajak berfungsi sebagai bukti pembayaran pajak apabila


telah disahkan oleh Pejabat kantor penerima pembayaran yang berwenang
atau apabila telah mendapatkan validasi, yang ketentuannya diatur dengan
atau berdasarkan Peraturan Menteri Keuangan.
(Pasal 10 ayat 1a UU KUP)
Jatuh tempo
pembayaran pajak

1 Menteri Keuangan menentukan tanggal jatuh tempo pembayaran dan penyetoran pajak yang terutang untuk
suatu saat atau Masa Pajak bagi masing-masing jenis pajak, paling lama 15 (lima belas) hari setelah saat
terutangnya pajak atau berakhirnya Masa Pajak.(Pasal 9 ayat 1 UU KUP)
2 Kekurangan pembayaran pajak yang terutang berdasarkan Surat Pemberitahuan Tahunan Pajak Penghasilan
harus dibayar lunas sebelum Surat Pemberitahuan Pajak Penghasilan disampaikan. (Pasal 9 ayat 2 UU KUP)
3 Surat Tagihan Pajak, Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar, serta Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar Tambahan,
dan Surat Keputusan Keberatan, Surat Keputusan Pembetulan, Putusan Banding, serta Putusan Peninjauan
Kembali, yang menyebabkan jumlah pajak yang harus dibayar bertambah, harus dilunasi dalam jangka waktu 1
(satu) bulan sejak tanggal diterbitkan. (Pasal 9 ayat 3 UU KUP)
Bagi WP usaha kecil dan WP di daerah tertentu, jangka waktu pelunasan sebagaimana dimaksud pada ayat (3) dapat
diperpanjang paling lama menjadi 2 (dua) bulan yang ketentuannya diatur dengan atau berdasarkan Peraturan Menteri
Keuangan.(Pasal 9 ayat 3a UU KUP)

Dirjen Pajak atas permohonan WP dapat memberikan persetujuan untuk mengangsur


atau menunda pembayaran pajak termasuk kekurangan pembayaran sebagaimana dimaksud
pada ayat (2) paling lama 12 (dua belas) bulan, yang pelaksanaannya diatur dengan
atau berdasarkan Peraturan Menteri Keuangan. (Pasal 9 ayat 4 UU KUP)
Batas Waktu Pembayaran Pajak Untuk Masa Pajak

Paling Lama Jenis Setoran


PPh Pasal 4 ayat (2)
PPh Pasal 15
PPh Pasal 21
Tanggal 10 bulan PPh Pasal 23 dan PPh Pasal 26
berikutnya PPh Pasal 22 atas penyerahan bahan bakar minyak, gas, dan
pelumas kepada penyalur/agen atau industri
PPh pasal 22 yang dipungut WP badan tertentu sebagai
Pemungut Pajak
PPh Pasal 4 ayat (2) yang harus dibayar sendiri oleh Wajib Pajak
PPh Pasal 15 yang harus dibayar sendiri
PPh Pasal 25
Tanggal 15 bulan
PPN atas pemanfaatan BKP tidak berwujud dan/atau JKP
berikutnya
dari luar Daerah Pabean
PPN atau PPN dan PPnBM oleh Pemungut PPN selain Bendahara
Pemerintah atau instansi Pemerintah yang ditunjuk
PMK Nomor: PMK Nomor: 242/PMK.03/2014
Batas Waktu Pembayaran Pajak Untuk Masa Pajak

Disetor Paling Lama Jenis Setoran


Bersamaan dengan
PPh Pasal 22, PPN atau PPN dan PPnBM atas impor
pembayaran BM
Dalam Jangka waktu PPh Pasal 22, PPN atau PPN dan PPnBM atas impor yang
satu hari setelah dipungut oleh Direktorat Jenderal Bea dan Cukai
pemungutan
PPh Pasal 22 yang dipungut oleh bendahara
Pada hari yang sama PPN atau PPN dan PPnBM yang pemungutannya dilakukan
oleh Pejabat Penandatangan SPM sebagai Pemungut PPN
PPN atau PPN dan PPnBM yang pemungutannya dilakukan
Tanggal tujuh bulan
oleh Bendahara Pemerintah atau instansi Pemerintah yang
berikutnya
ditunjuk
Pada akhir masa pajak PPh Pasal 25 bagi Wajib Pajak dengan kriteria tertentu
terakhir sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 ayat (3b) UU KUP
Sebelum SPT SPT Masa PPN
disampaikan SPT Tahunan
Pembayaran Pajak

Jika hari hari libur termasuk hari Sabtu atau hari libur nasional

libur termasuk hari yang diliburkan untuk penyelenggaraan Pemilihan


Umum yang ditetapkan oleh Pemerintah dan cuti bersama
secara nasional yang ditetapkan oleh Pemerintah
pembayaran atau penyetoran pajak dapat dilakukan pada hari
kerja berikutnya

Tempat menggunakan Surat Setoran Pajak ke kas negara melalui tempat


Pembayar pembayaran yang diatur dengan atau berdasarkan Peraturan
Menteri Keuangan
an
dilakukan di Kantor Pos atau bank yang ditunjuk oleh Menteri
Keuangan
Mengangsur atau
Menunda Pembayaran
PPh Tahunan Pasal 9 ayat (4) UU KUP

 Direktur Jenderal Pajak atas permohonan Wajib Pajak dapat memberikan persetujuan untuk
mengangsur atau menunda pembayaran pajak termasuk kekurangan pembayaran yang
terutang berdasarkan SPT Tahunan PPh paling lama 12 (dua belas) bulan, yang pelaksanaannya
diatur dengan atau berdasarkan PMK
 Permohonan diajukan paling lama 9 (sembilan) hari kerja sebelum saat jatuh tempo
pembayaran utang pajak berakhir disertai alasan dan jumlah pembayaran pajak yang dimohon
diangsur atau ditunda, kecuali karena keadaan di luar kekuasaannya
 surat keputusan berupa menerima seluruhnya, menerima sebagian, atau menolak, paling lama
7 (tujuh) hari kerja setelah tanggal diterimanya permohonan

PMK Nomor: PMK Nomor: 242/PMK.03/2014


Mengangsur atau
Menunda Pembayaran
PPh Tahunan Pasal 9 ayat (4) UU KUP

 Apabila jangka waktu tersebut telah lewat, Direktur Jenderal Pajak tidak memberi suatu
keputusan, permohonan Wajib Pajak dianggap diterima
 Terhadap utang pajak yang telah diterbitkan surat keputusan tidak dapat lagi diajukan
permohonan untuk mengangsur atau menunda pembayaran
 Terhadap Wajib Pajak yang diperbolehkan mengangsur atau menunda pembayaran pajak juga
dikenai sanksi administrasi berupa bunga sebesar 2% perbulan dari jumlah pajak yang masih harus
dibayar dan bagian dari bulan dihitung penuh satu bulan berdasarkan ketentuan Pasal 19 ayat (2)
UU KUP

PMK Nomor: PMK Nomor: 242/PMK.03/2014


Sanksi administrasi untuk keterlambatan pembayaran/ penyetoran
pajak terutang pada suatu masa pajak

Pembayaran atau penyetoran pajak sebagaimana dimaksud dalam ayat (1),


yang dilakukan setelah tanggal jatuh tempo pembayaran atau penyetoran
pajak, dikenai sanksi administrasi berupa bunga sebesar 2%
(dua persen) per bulan yang dihitung dari tanggal jatuh tempo
pembayaran sampai dengan tanggal pembayaran, dan bagian dari bulan
dihitung penuh 1 (satu) bulan.
(Pasal 9 ayat 2a UU KUP)

Contoh:
Angsuran masa PPh Pasal 25 Tahun 2008 sejumlah Rp10juta per bulan.
Angsuran Masa Pajak Mei Tahun 2008 dibayar tanggal 18 Juni 2008 dan dilaporkan
tanggal 19 Juni 2008. Tanggal 15 Juli 2008 diterbitkan Surat Tagihan Pajak.
Sanksi bunga dalam STP dihitung 1 (satu) bulan = 1x 2% x
Rp10.000.000,00 = Rp200.000,00
Sanksi administrasi untuk keterlambatan pembayaran pajak yang
terutang berdasarkan SPT Tahunan PPh
Atas pembayaran atau penyetoran pajak sebagaimana dimaksud pada
ayat (2) yang dilakukan setelah tanggal jatuh tempo penyampaian
Surat Pemberitahuan Tahunan, dikenai sanksi administrasi berupa
bunga sebesar 2% (dua persen) per bulan yang dihitung mulai dari
berakhirnya batas waktu penyampaian Surat Pemberitahuan Tahunan
sampai dengan tanggal pembayaran, dan bagian dari bulan dihitung
penuh 1 (satu) bulan.
(Pasal 9 ayat 2b UU KUP)

Contoh:
SPT Tahunan PPh badan Tahun Pajak 2008 PT ABC yang melaporkan PPh terutang
sebesar Rp100juta dengan kredit pajak sebesar Rp80juta disampaikan tanggal 10 Mei
2009. Pajak yang kurang dibayar sebesar Rp20juta dibayar pada tanggal 9 Mei 2009.
Disamping dikenai sanksi administrasi karena terlambat menyampaikan SPT, atas
keterlambatan pembayaran pajak yang kurang dibayar tersebut dikenai sanksi
administrasi berupa bunga 2% dengan masa 1 bulan (1 Mei 2009 – 9 Mei 2009):
1x 2% x Rp20.000.000,00 = Rp400.000,00
Sanksi administrasi karena pajak yang masih harus dibayar dalam SKPKB,
SKPKBT, SK Pembetulan, SK Keberatan, Putusan Banding atau Putusan PK
tidak/kurang dibayar

Apabila Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar atau Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar Tambahan, serta
Surat Keputusan Pembetulan, Surat Keputusan Keberatan, Putusan Banding atau Putusan Peninjauan
Kembali, yang menyebabkan jumlah pajak yang masih harus dibayar bertambah, pada saat jatuh tempo
pelunasan tidak atau kurang dibayar, atas jumlah pajak yang tidak atau kurang
dibayar itu dikenai sanksi administrasi berupa bunga sebesar 2% (dua
persen) per bulan untuk seluruh masa, yang dihitung dari tanggal jatuh
tempo sampai dengan tanggal pelunasan atau tanggal diterbitkannya
Surat Tagihan Pajak, dan bagian dari bulan dihitung penuh 1 (satu)
bulan.
(Pasal 19 ayat 1 UU KUP)
Contoh Jumlah pajak yang masih harus dibayar berdasarkan Surat
Ketetapan Pajak Kurang Bayar sebesar Rp10.000.000,00 yang
diterbitkan tanggal 7 Oktober 2008, dengan batas akhir
pelunasan tanggal 6 November 2008. Jumlah pembayaran
sampai dengan tanggal 6 November 2008 Rp6.000.000,00.

Pada tanggal 1 Desember 2008 diterbitkan Surat Tagihan Pajak dengan perhitungan sebagai berikut:
Pajak yang masih harus dibayar =Rp10.000.000,00
Dibayar sampai dengan jatuh tempo pelunasan =Rp 6.000.000,00 (-)
Kurang dibayar =Rp 4.000.000,00
Bunga 1 (satu) bulan (1 x 2% x Rp4.000.000,00) =Rp80.000,00

Dalam hal terhadap Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar sebagaimana tersebut,
Wajib Pajak membayar Rp10.000.000,00 pada tanggal 3 Desember 2008 dan
pada tanggal 5 Desember 2008 diterbitkan Surat Tagihan Pajak, sanksi
administrasi berupa bunga dihitung sebagai berikut:

Pajak yang masih harus dibayar =Rp10.000.000,00


Dibayar sampai dengan jatuh tempo pelunasan =Rp10.000.000,00 (-)
Kurang dibayar =Rp 0,00
Bunga 1 (satu) bulan (1 x 2% x Rp10.000.000,00) =Rp200.000,00
Sanksi administrasi karena mengangsur atau menunda pembayaran pajak

Dalam hal Wajib Pajak diperbolehkan mengangsur atau menunda pembayaran pajak juga
dikenai sanksi administrasi berupa bunga sebesar 2% (dua persen) per bulan dari
jumlah pajak yang masih harus dibayar dan bagian dari bulan dihitung penuh 1
(satu) bulan.
(Pasal 19 ayat 2 UU KUP)

Contoh:
Wajib Pajak menerima Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar sebesar Rp1.120.000,00 yang diterbitkan pada tanggal 2 Januari
2009 dengan batas akhir pelunasan tanggal 1 Februari 2009. Wajib Pajak tersebut diperbolehkan untuk mengangsur
pembayaran pajak dalam jangka waktu 5 (lima) bulan (dimulai tgl 28 Februari 2009) dengan jumlah yang tetap sebesar
Rp224.000,00. Sanksi administrasi berupa bunga untuk setiap angsuran dihitung sbb:
angsuran ke-1 : 2% x Rp1.120.000,00 = Rp22.400,00.
angsuran ke-2 : 2% x Rp896.000,00 = Rp17.920,00.
angsuran ke-3 : 2% x Rp672.000,00 = Rp13.440,00.
angsuran ke-4 : 2% x Rp448.000,00 = Rp8.960,00.
angsuran ke-5 : 2% x Rp224.000,00 = Rp4.480,00.

Apabila Wajib Pajak di atas diperbolehkan untuk menunda pembayaran pajak sampai dengan tanggal 30 Juni 2009. Sanksi
administrasi berupa bunga atas penundaan pembayaran Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar tersebut sebesar 5 x 2% x
Rp1.120.000,00 = Rp112.000,00.
Sanksi pidana tidak menyetorkan pajak yang
telah dipotong atau dipungut

Setiap orang yang dengan sengaja tidak menyetorkan pajak yang


telah dipotong atau dipungut sehingga dapat menimbulkan
kerugian pada pendapatan negara dipidana dengan pidana
penjara paling singkat 6 (enam) bulan dan paling lama 6
(enam) tahun dan denda paling sedikit 2 (dua) kali jumlah
pajak terutang yang tidak atau kurang dibayar dan paling
banyak 4 (empat) kali jumlah pajak terutang yang tidak atau
kurang dibayar.
(Pasal 39 ayat 1 huruf i UU KUP)

Pidana sebagaimana dimaksud pada ayat (1) ditambahkan 1


(satu) kali menjadi 2 (dua) kali sanksi pidana apabila
seseorang melakukan lagi tindak pidana di bidang perpajakan
sebelum lewat 1 (satu) tahun, terhitung sejak selesainya
menjalani pidana penjara yang dijatuhkan.
(Pasal 39 ayat 2 UU KUP)
PENETAPAN DAN
KETETAPAN
PENETAPAN

Setiap Wajib Pajak wajib membayar pajak yang


terutang sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan perpajakan, dengan tidak
menggantungkan pada adanya surat ketetapan
pajak.
(Pasal 12 ayat 1 UU KUP)

Jumlah Pajak yang terutang menurut Surat


Pemberitahuan yang disampaikan oleh Wajib
Pajak adalah jumlah pajak yang terutang
sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan perpajakan.
(Pasal 12 ayat 2 UU KUP)
PENETAPAN

PT XYZ adalah WP badan yang melakukan kegiatan usaha perdagangan


barang-barang elektronik. PT XYZ melaporkan seluruh penghasilan yang
diperoleh selama tahun 2008 dan kredit pajaknya dalam SPT PPh badan
Tahun 2008, dengan perincian sbb:
Penghasilan Neto: Rp1.000.000.000,00
PPh terutang Rp 282.500.000,00
Kredit Pajak Rp 202.500.000,00
Pajak yang kurang dibayar Rp 80.000.000,00

jumlah pajak yang Pembayaran oleh WP tanpa didahului


terutang sesuai dengan surat ketetapan pajak, yaitu
dengan ketentuan melalui pemotongan/pemungutan pihak
peraturan ketiga dan dibayar sendiri.
perundang-undangan
perpajakan
KETETAPAN
Apabila Direktur Jenderal Pajak mendapatkan
bukti jumlah pajak yang terutang menurut Surat
Pemberitahuan sebagaimana dimaksud pada ayat
(2) tidak benar, Direktur Jenderal Pajak
menetapkan jumlah pajak yang terutang.
(Pasal 12 ayat 3 UU KUP)

KETETAPAN Berdasarkan hasil


pemeriksaan atau
keterangan lain
Surat
Ketetapan
Pajak
Contoh
PT XYZ adalah WP badan yang melakukan kegiatan usaha perdagangan
barang-barang elektronik. PT XYZ melaporkan seluruh penghasilan yang
diperoleh selama tahun 2008 dan kredit pajaknya dalam SPT PPh badan
Tahun 2008, dengan perincian sbb:
Penghasilan Neto: Rp1.000.000.000,00
PPh terutang Rp 282.500.000,00
Kredit Pajak Rp 202.500.000,00
Pajak yang kurang dibayar Rp 80.000.000,00

Apabila berdasarkan hasil pemeriksaan bahwa pajak yang


dihitung dan dilaporkan PT XYZ dalam SPT PPh Tahun 2008
tidak benar, misalnya pembebanan biaya ternyata melebihi
yang sebenarnya sehingga PPh terutang kurang dilaporkan.

maka Direktur Jenderal Pajak menetapkan besarnya Surat


pajak yang terutang sebagaimana mestinya menurut Ketetapan
ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan. Pajak
SURAT KETETAPAN PAJAK

Surat ketetapan pajak adalah surat


ketetapan yang meliputi Surat
Ketetapan Pajak Kurang Bayar, Surat
Ketetapan Pajak Kurang Bayar
Tambahan, Surat Ketetapan Pajak
Nihil, atau Surat Ketetapan Pajak
Lebih Bayar.
(Pasal 1 angka 15 UU KUP)
Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar
(SKPKB)

Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar adalah surat


ketetapan pajak yang menentukan besarnya jumlah
pokok pajak, jumlah kredit pajak, jumlah kekurangan
pembayaran pokok pajak, besarnya sanksi
administrasi, dan jumlah pajak yang masih harus
dibayar.
(Pasal 1 angka 16 UU KUP)

JUMLAH POKOK PAJAK Rp10.000.000,00


JUMLAH KREDIT PAJAK Rp 6.000.000,00
JUMLAH KEKURANGAN PEMBAYARAN POKOK PAJAK Rp 4.000.000,00
BESARNYA SANKSI ADMINISTRASI Rp 2.000.000,00
JUMLAH PAJAK YANG MASIH HARUS DIBAYAR Rp 6.000.000,00
PENERBITAN SKPKB Pasal 13 (1) UU KUP
Dalam jangka waktu 5 (lima tahun) setelah saat terutangnya pajak atau
berakhirnya Masa Pajak, bagian Tahun Pajak atau Tahun Pajak, Direktur
Jenderal Pajak dapat menerbitkan Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar dalam
hal-hal sebagai berikut :

a. apabila berdasarkan hasil pemeriksaan atau keterangan lain pajak yang terutang
tidak atau kurang dibayar;
b. apabila Surat Pemberitahuan tidak disampaikan dalam jangka waktu sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 3 ayat (3) dan setelah ditegur secara tertulis tidak disampaikan
pada waktunya sebagaimana ditentukan dalam Surat Teguran;
c. apabila berdasarkan hasil pemeriksaan atau keterangan lain mengenai PPN dan
PPnBM ternyata tidak seharusnya dikompensasikan selisih lebih pajak atau tidak
seharusnya dikenai tarif 0 % (nol persen);
d. apabila kewajiban sebagaimana dimaksud dalam Pasal 28 atau Pasal 29 tidak
dipenuhi, sehingga tidak dapat diketahui besarnya pajak yg terutang.
e. apabila kepada Wajib Pajak diterbitkan Nomor Pokok Wajib Pajak dan/atau
dikukuhkan sebagai Pengusaha Kena Pajak secara jabatan sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 2 ayat (4a).
PENERBITAN SKPKB Pasal 13 (1) huruf a
UU KUP
a
apabila berdasarkan hasil pemeriksaan atau keterangan lain
pajak yang terutang tidak atau kurang dibayar;

Jumlah kekurangan pajak yang terutang dalam Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a dan huruf e ditambah dengan
sanksi administrasi berupa bunga sebesar 2 % (dua
persen) per bulan paling lama 24 (dua puluh empat)
bulan, dihitung sejak saat terutangnya pajak atau berakhirnya Masa
Pajak, bagian Tahun Pajak, atau Tahun Pajak sampai dengan diterbitkannya
Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar. {Pasal 13 (2) UU KUP}
Contoh: SPT PPh badan Tahun 2008 (Tahun Takwim) dilakukan
pemeriksaan dan diterbitkan SKPKB tanggal 20 Desember 2009.

Berakhirnya Terbit
tahun pajak SKPKB

31/12/08 1/1/09 12 bulan 20/12/09


Contoh
PT XYZ adalah WP badan yang melakukan kegiatan usaha perdagangan
barang-barang elektronik, menyampaikan SPT PPh badan Tahun 2008 (tahun
takwim) pada tgl 30 April 2009, dengan perincian sbb:
Penghasilan Neto Rp1.000.000.000,00
PPh terutang Rp 282.500.000,00
Kredit Pajak Rp 202.500.000,00
Pajak yang kurang dibayar Rp 80.000.000,00
Kekurangan (PPh Pasal 29) tersebut dibayar tgl 29 April 2009.

Apabila berdasarkan hasil pemeriksaan ternyata Penghasilan Neto


seharusnya adalah Rp1.100.000.000,00 sehingga PPh terutang seharusnya
adalah Rp312.500.000,00.
Jumlah Pokok Pajak Rp312.500.000,00
DJP
menerbitkan Jumlah Kredit Pajak Rp282.500.000,00
SKPKB
Jumlah Kekurangan Pokok Pajak Rp 30.000.000,00
tanggal 10
Oktober Sanksi administrasi (bunga 10 bulan) Rp 6.000.000,00
2009
Jumlah pajak yang masih harus dibayar Rp 36.000.000,00
PENERBITAN SKPKB Pasal 13 (1) huruf b
UU KUP
b apabila Surat Pemberitahuan tidak disampaikan dalam jangka waktu
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 ayat (3) dan setelah ditegur secara
tertulis tidak disampaikan pada waktunya sebagaimana ditentukan dalam
Surat Teguran;
Jumlah pajak dalam Surat Ketetapan Pajak Kurang
Bayar sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b,
huruf c, dan huruf d ditambah dengan sanksi
administrasi berupa kenaikan sebesar :
a. 50 % (lima puluh persen) dari Pajak Penghasilan yang
tidak atau kurang dibayar dalam satu Tahun Pajak;
b. 100 % (seratus persen) dari Pajak Penghasilan yang
tidak atau kurang dipotong, tidak atau kurang
dipungut, tidak atau kurang disetor, dan dipotong
atau dipungut tetapi tidak atau kurang disetor; atau
c. 100 % (seratus persen) dari Pajak Pertambahan Nilai
Barang dan Jasa dan Pajak Penjualan Atas Barang
Mewah yang tidak atau kurang dibayar.
{Pasal 13 (3) UU KUP}
Contoh
PT ABC adalah WP badan yang bergerak di bidang jasa konstruksi. Sampai
dengan tanggal 30 April 2009, PT ABC belum menyampaikan SPT Tahunan
PPh badan tahun 2008. Oleh KPP diterbitkan Surat Teguran pd tgl 20 Mei
2009 agar menyampaikan SPT dimaksud paling lambat tgl 3 Juni 2009. PT
ABC baru menyampaikan SPT tersebut tgl 5 Juni 2009, dengan perincian sbb:
Rugi (Rp200.000.000,00)
PPh terutang Rp --
Kredit Pajak Rp --
Pajak yang kurang dibayar Rp --
Apabila setelah dilakukan pemeriksaan ternyata menunjukan laba neto
sebesar Rp100juta sehingga PPh terutang seharusnya adalah
Rp12.500.000,00.

DJP Jumlah Pokok Pajak Rp12.500.000,00


menerbitkan Jumlah Kredit Pajak Rp --
SKPKB
tanggal 10 Jumlah Kekurangan Pokok Pajak Rp12.500.000,00
Desember Sanksi administrasi (50%) Rp 6.250.000,00
2009
Jumlah pajak yang masih harus dibayar Rp18.750.000,00
PENERBITAN SKPKB Pasal 13 (1) huruf c
UU KUP
c apabila berdasarkan hasil pemeriksaan atau keterangan
lain mengenai Pajak Pertambahan Nilai dan Pajak
Penjualan Atas Barang Mewah ternyata tidak seharusnya
dikompensasikan selisih lebih pajak atau tidak
seharusnya dikenakan tarif 0 % (nol persen);

Jumlah pajak dalam Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar sebagaimana


dimaksud pada ayat (1) huruf b, huruf c, dan huruf d ditambah dengan
sanksi administrasi berupa kenaikan sebesar :… c. 100 % (seratus
persen) dari Pajak Pertambahan Nilai Barang
dan Jasa dan Pajak Penjualan Atas Barang Mewah
yang tidak atau kurang dibayar.
{Pasal 13 (3) UU KUP}
Contoh
PT PQR adalah pabrikan tekstil yang sudah dikukuhkan sebagai Pengusaha
Kena Pajak, melaporkan SPT Masa PPN Desember 2008 dengan rincian sbb:
Pajak Keluaran Rp200.000.000,00
Pajak Masukan Rp230.000.000,00
Kurang/(Lebih) bayar (Rp30.000.000,00)
Atas kelebihan tersebut dikompensasikan ke Masa Januari 2009.
Apabila berdasarkan hasil pemeriksaan, Pajak Keluaran adalah sebesar
Rp220juta sehingga terdapat jumlah yang tidak seharusnya dikompensasi,

DJP Jumlah Pokok Pajak Rp220.000.000,00


menerbitkan Jumlah Kredit Pajak (Rp230.000.000,00)
SKPKB
tanggal 10 Jumlah Lebih bayar (Rp10.000.000,00)
Desember Dikompensasikan ke Masa Jan’09 Rp 30.000.000,00
2009
Jumlah kekurangan Pokok Pajak Rp 20.000.000,00
Sanksi adm. Pasal 13 (3) c (100%) Rp 20.000.000,00
Jumlah pajak yang masih harus dibayar Rp 40.000.000,00
PENERBITAN SKPKB Pasal 13 (1) huruf d
UU KUP
d
apabila kewajiban sebagaimana dimaksud dalam Pasal 28 atau Pasal 29
tidak dipenuhi sehingga tidak dapat diketahui besarnya pajak yang terutang.
Ketentuan mengenai Kewajiban WP ketika dilakukan
PEMBUKUAN pemeriksaan
Jumlah pajak dalam Surat Ketetapan Pajak Kurang
Bayar sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b,
huruf c, dan huruf d ditambah dengan sanksi
administrasi berupa kenaikan sebesar :
a. 50 % (lima puluh persen) dari Pajak Penghasilan yang
tidak atau kurang dibayar dalam satu Tahun Pajak;
b. 100 % (seratus persen) dari Pajak Penghasilan yang
tidak atau kurang dipotong, tidak atau kurang
dipungut, tidak atau kurang disetorkan, dan dipotong
atau dipungut tetapi tidak atau kurang disetorkan;
c. 100 % (seratus persen) dari Pajak Pertambahan Nilai
Barang dan Jasa dan Pajak Penjualan Atas Barang
Mewah yang tidak atau kurang dibayar.
{Pasal 13 (3) UU KUP}
contoh PT XYZ adalah WP badan yang melakukan kegiatan usaha
perdagangan barang-barang elektronik, menyampaikan
SPT PPh badan Tahun 2011 (tahun takwim) pada tgl 30
April 2012, dengan perincian sbb:
Penghasilan Neto Rp1.000.000.000,00
Apabila ketika dilakukan pemeriksaan
ternyata PT XYZ tidak meminjamkan PPh terutang Rp 250.000.000,00
buku2, catatan2 serta dokumen yang Kredit Pajak Rp 202.500.000,00
menjadi dasar pengisian SPT
Pajak yang kurang dibayar Rp 47.500.000,00
sehingga pajak terutang tidak dapat
dihitung. Berdasarkan data yang ada Kekurangan (PPh Pasal 29) tersebut dibayar tgl 29 April
2012.
DJP menetapkan Penghasilan Neto
sebesar Rp1,1milyar.

DJP Jumlah Pokok Pajak Rp275.000.000,00


menerbitkan Jumlah Kredit Pajak Rp250.000.000,00
SKPKB Jumlah Kekurangan Pokok Pajak Rp 25.000.000,00
tanggal 10
Sanksi adm. Pasal 13 (3) huruf a (50%) Rp 12.500.000,00
Oktober
2012 Jumlah yang masih harus dibayar Rp 37.500.000,00
PENERBITAN SKPKB Pasal 13 (1) huruf e
UU KUP
e
apabila kepada Wajib Pajak diterbitkan Nomor Pokok Wajib Pajak dan/atau
dikukuhkan sebagai Pengusaha Kena Pajak secara jabatan sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 2 ayat (4a).

Jumlah kekurangan pajak yang terutang dalam Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a dan huruf e ditambah
dengan sanksi administrasi berupa bunga
sebesar 2 % (dua persen) per bulan paling lama
24 (dua puluh empat) bulan, dihitung sejak saat terutangnya
pajak atau berakhirnya Masa Pajak, bagian Tahun Pajak, atau Tahun Pajak
sampai dengan diterbitkannya Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar.

{Pasal 13 (2) UU KUP}


Contoh
CV PQR adalah pengusaha di bidang perdagangan barang elektronik yang mulai
berusaha sejak awal Januari 2007, tetapi belum mendaftarkan diri sampai dengan
tanggal 10 Oktober 2009 ketika Dirjen Pajak menerbitkan NPWP secara jabatan.
Berdasarkan data yang ada, diperoleh penghasilan neto selama tahun 2007 adalah sbb:
Penghasilan Neto Rp1.000.000.000,00
PPh terutang Rp 282.500.000,00
Kredit Pajak Rp 0,00
Pajak yang kurang dibayar Rp 282.500.000,00
Atas kekurangan pembayaran PPh badan tahun 2007 sebagai akibat
penerbitan NPWP secara jabatan, Dirjen Pajak dapat menerbitkan SKPKB.
Misalkan diterbitkan tgl 10 Oktober 2009 maka SKPKB tersebut adalah sbb:
Jumlah Pokok Pajak Rp282.500.000,00
Jumlah Kredit Pajak Rp 0,00
Jumlah Kekurangan Pokok Pajak Rp282.500.000,00
Sanksi administrasi (bunga 22 bulan) Rp124.300.000,00
Jumlah pajak yang masih harus dibayar Rp406.800.000,00
DALUWARSA PENERBITAN SKPKB Pasal 13 UU KUP

(1) Dalam jangka waktu 5 (lima) tahun setelah


saat terutangnya pajak atau berakhirnya Masa Pajak,
bagian Tahun Pajak, atau Tahun Pajak, Direktur
Jenderal Pajak dapat menerbitkan Surat Ketetapan
Pajak Kurang Bayar…”
(4) Besarnya pajak yang terutang yang diberitahukan oleh Wajib Pajak
dalam Surat Pemberitahuan menjadi pasti sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan apabila dalam
jangka waktu 5 (lima) tahun sebagaimana dimaksud
pada ayat (1), setelah saat terutangnya pajak atau berakhirnya Masa
Pajak, bagian Tahun Pajak, atau Tahun Pajak, tidak diterbitkan
surat ketetapan pajak.
(5) Walaupun jangka waktu 5 (lima) tahun sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
telah lewat, Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar tetap dapat diterbitkan ditambah
sanksi administrasi berupa bunga sebesar 48 % dari jumlah pajak yg tidak atau
kurang dibayar, apabila Wajib Pajak setelah jangka waktu tersebut dipidana karena
melakukan tindak pidana di bidang perpajakan atau tindak pidana lainnya yang
dapat menimbulkan kerugian pada pendapatan negara berdasarkan putusan
pengadilan yg telah memperoleh kekuatan hukum tetap.
contoh

31/12 1/1/ 31/12 1/1/


/2008 2009 /2013 2014

Saat
terutang PPh
badan tahun SKPKB tetap dapat
jangka waktu 5 diterbitkan apabila WP
pajak 2008
(lima) tahun Dirjen melakukan tindak
dengan
tahun Pajak dapat pidana yang
takwim menerbitkan SKPKB menimbulkan kerugian
negara berdasarkan
putusan hakim
dengan
sanksi adm.
bunga 48%
Surat Ketetapan
Pajak Kurang Bayar
Tambahan (SKPKBT)

Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar Tambahan adalah


surat ketetapan pajak yang menentukan tambahan atas
jumlah pajak yang telah ditetapkan.
(Pasal 1 angka 17 UU KUP)

JUMLAH PAJAK Rp10.000.000,00


JUMLAH PAJAK YANG TELAH DITETAPKAN Rp 6.000.000,00
TAMBAHAN JUMLAH PAJAK Rp 4.000.000,00
BESARNYA SANKSI ADMINISTRASI Rp 4.000.000,00
TAMBAHAN JUMLAH PAJAK YANG MASIH
HARUS DIBAYAR Rp 8.000.000,00
PENERBITAN Pasal 15 UU KUP
ayat 1 SKPKBT
Direktur Jenderal Pajak dapat menerbitkan Surat
Ketetapan Pajak Kurang Bayar Tambahan dalam
jangka waktu 5 (lima) tahun setelah saat
terutangnya pajak atau berakhirnya Masa Pajak,
bagian Tahun Pajak, atau Tahun Pajak apabila
ditemukan data baru yang mengakibatkan
penambahan jumlah pajak yang terutang setelah
dilakukan tindakan pemeriksaan dalam rangka
penerbitan Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar
Tambahan.
Apabila skp terdahulu terbit
termasuk data
sudah pernah berdasarkan pemeriksaan maka
baru adalah
diterbitkan dilakukan pemeriksaan ulang. Apabila
data yang
surat ketetapan skp terbit berdasarkan keterangan lain
semula belum
pajak maka dilakukan pemeriksaan, bukan
terungkap
pemeriksaan ulang
DATA BARU

Yang dimaksud dengan data baru adalah data atau keterangan


mengenai segala sesuatu yang diperlukan untuk menghitung
besarnya jumlah pajak yang terutang yang oleh Wajib Pajak
belum diberitahukan pada waktu
penetapan semula, baik dalam Surat
Pemberitahuan dan lampiran-lampirannya maupun
dalam pembukuan perusahaan yang diserahkan pada
waktu pemeriksaan.
(Penjelasan Pasal 15 UU KUP)
DATA BARU
(Penjelasan Pasal 15 UU KUP)
Selain itu, yang termasuk dalam data baru adalah data yang
semula belum terungkap, yaitu data yang:
a. tidak diungkapkan oleh Wajib Pajak dalam Surat Pemberitahuan beserta
lampirannya (termasuk laporan keuangan); dan/atau
b. pada waktu pemeriksaan untuk penetapan semula Wajib Pajak tidak
mengungkapkan data dan/atau memberikan keterangan lain secara benar,
lengkap, dan terinci sehingga tidak memungkinkan fiskus dapat
menerapkan ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan dengan
benar dalam menghitung jumlah pajak yang terutang.

Walaupun Wajib Pajak telah memberitahukan data dalam Surat Pemberitahuan atau
mengungkapkannya pada waktu pemeriksaan, tetapi apabila memberitahukannya
atau mengungkapkannya dengan cara sedemikian rupa sehingga membuat fiskus
tidak mungkin menghitung besarnya jumlah pajak yang terutang secara benar
sehingga jumlah pajak yang terutang ditetapkan kurang dari yang seharusnya, hal
tersebut termasuk dalam pengertian data yang semula belum terungkap.
Data yang semula
belum terungkap
misalnya
Dalam Surat Pemberitahuan dan atau laporan keuangan tertulis adanya
biaya iklan Rp10.000.000,00 sedangkan sesungguhnya biaya tersebut
terdiri dari Rp5.000.000,00 biaya iklan di media masa dan
Rp5.000.000,00 sisanya adalah sumbangan atau hadiah.

Apabila pada saat penetapan semula Wajib Pajak tidak


mengungkapkan perincian tersebut sehingga fiskus
tidak melakukan koreksi atas pengeluaran berupa
sumbangan atau hadiah, sehingga pajak yang terutang
tidak dapat dihitung secara benar, maka data mengenai
pengeluaran berupa sumbangan atau hadiah tersebut
adalah tergolong data yang semula belum terungkap.
Data yang semula
belum terungkap
misalnya
Dalam Surat Pemberitahuan dan atau laporan keuangan disebutkan
pengelompokan harta tetap yang disusutkan tanpa disertai dengan
perincian harta pada setiap kelompok yang dimaksud, demikian pula pada
saat pemeriksaan untuk penetapan semula Wajib Pajak tidak
mengungkapkan perincian tersebut, sehingga fiskus tidak dapat meneliti
kebenaran pengelompokan dimaksud.
Dalam pengelompokan tersebut sesungguhnya terdapat kesalahan,
misalnya harta yang seharusnya termasuk dalam kelompok harta berwujud
bukan bangunan kelompok 3 namun dikelompokkan ke dalam kelompok 2.

Oleh karena pada saat penetapan semula Wajib Pajak


tidak mengungkapkan perincian yang dimaksud maka tidak
dilakukan koreksi atas kesalahan pengelompokan harta
tersebut, dan sebagai akibatnya pajak yang terutang
tidak dapat dihitung secara benar. Apabila kemudian
diketahui adanya kesalahan, maka data pengelompokan
harta tersebut adalah data yang semula belum terungkap.
Data yang semula
belum terungkap
misalnya
Pengusaha Kena Pajak melakukan pembelian sejumlah barang dari
Pengusaha Kena Pajak lain dan atas pembelian tersebut oleh Pengusaha
Kena Pajak penjual diterbitkan Faktur Pajak. Barang-barang tersebut
sebagian digunakan untuk kegiatan yang mempunyai hubungan langsung
dengan kegiatan usahanya dan sebagian yang lain tidak mempunyai
hubungan langsung. Seluruh Faktur Pajak tersebut dikreditkan sebagai
Pajak Masukan oleh Pengusaha Kena Pajak pembeli.
Apabila pada saat penetapan semula Pengusaha Kena
Pajak tidak mengungkapkan perincian penggunaan barang
tersebut dengan benar sehingga tidak dilakukan koreksi
atas pengkreditan Pajak Masukan tersebut, dan sebagai
akibatnya PPN yang terutang tidak dapat dihitung
secara benar, maka apabila kemudian diketahui adanya
data atau keterangan tentang kesalahan mengkreditkan
Pajak Masukan yang tidak mempunyai hubungan langsung
dengan kegiatan usaha dimaksud, data atau keterangan
tersebut merupakan data yang semula belum terungkap.
Penerbitan SKPKBT
Pasal 15 UU KUP

ayat 2
Jumlah kekurangan pajak yang terutang dalam Surat
Ketetapan Pajak Kurang Bayar Tambahan ditambah dengan
sanksi administrasi berupa kenaikan sebesar
100% (seratus persen) dari jumlah kekurangan pajak tersebut.
ayat 3
Kenaikan sebagaimana dimaksud dalam ayat (2) tidak dikenakan
apabila Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar Tambahan itu
diterbitkan berdasarkan keterangan tertulis
dari Wajib Pajak atas kehendak sendiri, dengan
syarat Direktur Jenderal Pajak belum mulai melakukan tindakan
pemeriksaan dalam rangka penerbitan Surat Ketetapan Pajak Kurang
Bayar Tambahan.
Contoh
Terhadap SPT PPh Pasal 23 Masa Desember 2008 a/n PT FGH telah dilakukan
pemeriksaan dan diterbitkan SKPKB tanggal 10 Oktober 2009 dengan
perincian sbb:
Jumlah Pokok Pajak Rp100.000.000,00
Jumlah Kredit Pajak Rp 90.000.000,00
Jumlah Kekurangan Pokok Pajak Rp 10.000.000,00
Sanksi adm. bunga Pasal 13 (2) Rp 2.000.000,00
Jumlah yang masih harus dibayar Rp 12.000.000,00
Pada bulan Mei 2010 ditemukan data baru berupa objek PPh Pasal 23 yang
belum dipotong oleh PT FGH dan seharusnya dilaporkan dalam SPT Masa
Desember 2008 dengan jumlah pokok pajak Rp20juta. Sehingga seharusnya
jumlah pokok pajak pada Masa Des’08 adalah Rp120juta.
DJP Jumlah Pajak Rp120.000.000,00
menerbitkan Jumlah Pajak yang telah ditetapkan Rp100.000.000,00
SKPKBT Tambahan Jumlah Pajak Rp 20.000.000,00
tanggal 25 Besarnya sanksi administrasi (100%) Rp 20.000.000,00
Mei 2010 Tambahan jumlah pajak yang
masih harus dibayar Rp 40.000.000,00
DALUWARSA Pasal 15 UU KUP
ayat 1 PENERBITAN SKPKBT
Direktur Jenderal Pajak dapat menerbitkan Surat Ketetapan Pajak Kurang
Bayar Tambahan dalam jangka waktu 5 (lima) tahun
setelah saat terutangnya pajak atau berakhirnya Masa Pajak, bagian Tahun
Pajak, atau Tahun Pajak apabila ditemukan data baru yang mengakibatkan
penambahan jumlah pajak yang terutang setelah dilakukan tindakan
pemeriksaan dalam rangka penerbitan Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar
Tambahan.
ayat 4
Apabila jangka waktu 5 (lima) tahun sebagaimana dimaksud pada ayat
(1) telah lewat, Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar Tambahan
tetap dapat diterbitkan ditambah sanksi administrasi berupa bunga
sebesar 48% (empat puluh delapan persen) dari jumlah pajak yang tidak
atau kurang dibayar, dalam hal Wajib Pajak setelah jangka
waktu 5 (lima) tahun tersebut dipidana karena melakukan tindak
pidana di bidang perpajakan atau tindak pidana lainnya yang dapat
menimbulkan kerugian pada pendapatan negara berdasarkan putusan
pengadilan yang telah mempunyai kekuatan hukum tetap.
contoh

31/12 1/1/ 31/12 1/1/


/2008 2009 /2013 2014

Saat
terutang PPh
badan tahun SKPKBT tetap dapat
jangka waktu 5 (lima) tahun
pajak 2008 diterbitkan apabila WP
Dirjen Pajak dapat
dengan melakukan tindak
menerbitkan SKPKBT setelah
tahun pidana yang
dilakukan pemeriksaan apabila
takwim menimbulkan kerugian
atas PPh badan tahun pajak
negara berdasarkan
2008 yang sudah diterbitkan
putusan hakim
skp ditemukan data baru
dengan
sanksi adm.
bunga 48%
SURAT KETETAPAN PAJAK LEBIH BAYAR
(SKPLB)

Surat Ketetapan Pajak Lebih Bayar adalah


surat ketetapan pajak yang menentukan jumlah
kelebihan pembayaran pajak karena jumlah
kredit pajak lebih besar daripada pajak yang
terutang atau seharusnya tidak terutang.
(Pasal 1 angka 19 UU KUP)

PAJAK YANG TERUTANG Rp10.000.000,00


JUMLAH KREDIT PAJAK Rp16.000.000,00
JUMLAH KELEBIHAN PEMBAYARAN PAJAK Rp6.000.000,00
PENERBITAN SKPLB Pasal 17 UU KUP
ayat 1
Direktur Jenderal Pajak setelah melakukan
pemeriksaan, menerbitkan Surat Ketetapan Pajak Lebih
Bayar apabila jumlah kredit pajak atau jumlah pajak yang
dibayar lebih besar daripada jumlah pajak yang terutang.
ayat 2
Berdasarkan permohonan Wajib Pajak, Direktur Jenderal
Pajak, setelah meneliti kebenaran pembayaran
pajak, menerbitkan Surat Ketetapan Pajak Lebih Bayar
apabila terdapat pembayaran pajak yang seharusnya tidak
terutang, yang ketentuannya diatur dengan atau
berdasarkan Peraturan Menteri Keuangan.
ayat 3
Surat Ketetapan Pajak Lebih Bayar masih dapat diterbitkan
lagi apabila berdasarkan hasil pemeriksaan
dan/atau data baru ternyata pajak yang lebih dibayar
jumlahnya lebih besar daripada kelebihan pembayaran pajak
yang telah ditetapkan.
PENERBITAN SKPLB Pasal 17 UU KUP
ayat 1
Direktur Jenderal Pajak setelah melakukan pemeriksaan,
menerbitkan Surat Ketetapan Pajak Lebih Bayar apabila
jumlah kredit pajak atau jumlah pajak yang dibayar lebih
besar daripada jumlah pajak yang terutang.

untuk PPh, jumlah kredit pajak lebih besar dari jumlah pajak yang terutang,
untuk PPN, jumlah kredit pajak lebih besar dari jumlah pajak yang terutang.
Jika terdapat pajak yang dipungut oleh Pemungut PPN, jumlah pajak yang
terutang dihitung dengan cara jumlah Pajak Keluaran dikurangi dengan pajak
yang dipungut oleh Pemungut PPN tersebut

untuk PPnBM, jumlah pajak yang dibayar lebih besar daripada jumlah pajak
yang terutang.

SKPLB tersebut diterbitkan setelah dilakukan pemeriksaan atas SPT yang disampaikan WP
yang menyatakan kurang bayar, nihil, atau lebih bayar yang tidak disertai dengan permohonan
pengembalian kelebihan pembayaran pajak. Apabila WP setelah menerima SKPLB dan
menghendaki pengembalian kelebihan pembayaran pajak, wajib mengajukan permohonan
tertulis sebagaimana dimaksud dalam Pasal 11 ayat (2).
Contoh
PT XYZ adalah WP badan yang melakukan kegiatan usaha perdagangan
barang-barang elektronik, menyampaikan SPT PPh badan Tahun 2008 (tahun
takwim) pada tgl 30 April 2009, dengan perincian sbb:
Penghasilan Neto Rp1.000.000.000,00
PPh terutang Rp 282.500.000,00
Kredit Pajak (Rp 202.500.000,00)
Pajak yang kurang dibayar Rp 80.000.000,00
Kekurangan (PPh Pasal 29) tersebut dibayar tgl 29 April 2009.

Apabila berdasarkan hasil pemeriksaan ternyata Penghasilan Neto


seharusnya adalah Rp900.000.000,00 sehingga PPh terutang seharusnya
adalah Rp252.500.000,00.

Pajak Yang Terutang Rp252.500.000,00


DJP
menerbitkan Jumlah Kredit Pajak (Rp282.500.000,00)
SKPLB Jumlah Kelebihan Pembayaran Pajak (Rp 30.000.000,00)
SURAT KETETAPAN PAJAK NIHIL (SKPN)

Surat Ketetapan Pajak Nihil adalah surat ketetapan


pajak yang menentukan jumlah pokok pajak sama besarnya
dengan jumlah kredit pajak atau pajak tidak terutang
dan tidak ada kredit pajak.
(Pasal 1 angka 18 UU KUP)

POKOK PAJAK Rp10.000.000,00


JUMLAH KREDIT PAJAK Rp10.000.000,00
PAJAK NIHIL Rp --

POKOK PAJAK Rp --
JUMLAH KREDIT PAJAK Rp --
PAJAK NIHIL Rp --
PENERBITAN SKPN Pasal 17A UU KUP

Direktur Jenderal Pajak setelah melakukan


pemeriksaan, menerbitkan Surat Ketetapan Pajak Nihil
apabila jumlah kredit pajak atau jumlah pajak yang
dibayar sama dengan jumlah pajak yang terutang, atau
pajak tidak terutang dan tidak ada kredit pajak atau
tidak ada pembayaran pajak.

untuk Pajak Penghasilan, jumlah kredit pajak sama


dengan jumlah pajak yang terutang atau pajak tidak
terutang dan tidak ada kredit pajak;

untuk Pajak Pertambahan Nilai, jumlah kredit pajak


sama dengan jumlah pajak yang terutang, atau pajak
tidak terutang dan tidak ada kredit pajak.

untuk PPnBM, jumlah pajak yang dibayar sama dengan


jumlah pajak yang terutang atau pajak tidak terutang
dan tidak ada pembayaran pajak.
Contoh
PT JKL adalah WP badan yang melakukan kegiatan usaha industri garmen
menyampaikan SPT PPh badan Tahun 2008 (tahun takwim) pada tgl 30 April
2009 yang menyatakan rugi, dengan perincian sbb:
Rugi Neto Rp1.000.000.000,00
PPh terutang Rp --
Kredit Pajak Rp --
Pajak yang kurang/(lebih) dibayar Rp Nihil

Apabila berdasarkan hasil pemeriksaan ternyata rugi neto seharusnya


adalah Rp400.000.000,00 dan PPh terutang tetap nihil.

DJP menerbitkan SKPN


Pokok Pajak Rp --
Jumlah Kredit Pajak Rp --
Pajak Nihil Rp --
SURAT TAGIHAN PAJAK
(STP)

Surat Tagihan Pajak adalah surat


untuk melakukan tagihan pajak
dan/atau sanksi administrasi
berupa bunga dan/atau denda.
(Pasal 1 angka 20 UU KUP)

Surat Tagihan Pajak mempunyai kekuatan hukum


yang sama dengan surat ketetapan pajak.
(Pasal 14 angka 2 UU KUP)
sehingga dalam hal penagihannya dapat juga dilakukan dengan
Surat Paksa.
PENERBITAN STP Pasal 14 (1) UU KUP
Direktur Jenderal Pajak dapat menerbitkan Surat Tagihan Pajak apabila :
a Pajak Penghasilan dalam tahun berjalan tidak atau kurang dibayar;
dari hasil penelitian terdapat kekurangan pembayaran pajak sebagai
b akibat salah tulis dan/atau salah hitung;
c Wajib Pajak dikenai sanksi administrasi berupa denda dan/atau bunga;

d pengusaha yang telah dikukuhkan sebagai Pengusaha Kena Pajak, tetapi tidak
membuat faktur pajak atau membuat faktur pajak, tetapi tidak tepat waktu;
pengusaha yang telah dikukuhkan sebagai PKP yang tidak mengisi faktur pajak
e secara lengkap sebagaimana dimaksud dalam Pasal 13 ayat (5) UU PPN 1984
dan perubahannya, selain: 1. identitas pembeli sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 13 ayat (5) huruf b UU PPN 1984 dan perubahannya; atau 2. identitas
pembeli serta nama dan tandatangan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 13
ayat (5) huruf b dan huruf g UU PPN 1984 dan perubahannya, dalam hal
penyerahan dilakukan oleh PKP pedagang eceran;
f PKP melaporkan faktur pajak tidak sesuai dengan masa penerbitan faktur
pajak; atau

g PKP yang gagal berproduksi dan telah diberikan pengembalian Pajak Masukan
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9 ayat (6a) UU PPN 1984 dan perubahannya.
PENERBITAN STP Pasal 14 UU KUP

surat untuk melakukan tagihan pajak

a Pajak Penghasilan dalam tahun berjalan tidak atau kurang


dibayar;

b dari hasil penelitian terdapat kekurangan pembayaran pajak


sebagai akibat salah tulis dan/atau salah hitung;

serangkaian Jumlah kekurangan pajak yang terutang dalam


kegiatan yang STP sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a
dilakukan untuk dan huruf b ditambah dengan sanksi
menilai kelengkapan administrasi berupa bunga
pengisian Surat
sebesar 2% (dua persen) per
Pemberitahuan dan
lampiran- bulan untuk paling lama 24 (dua
lampirannya puluh empat) bulan, dihitung sejak saat
termasuk penilaian terutangnya pajak atau berakhirnya Masa Pajak,
tentang kebenaran bagian Tahun Pajak, atau Tahun Pajak sampai
penulisan dan dengan diterbitkannya STP.
penghitungannya.
(Pasal 14 ayat (3) UU KUP)
Contoh
PPh Pasal 25 Tahun 2008 setiap bulan sebesar Rp100.000.000,00 jatuh
tempo tiap tanggal 15. Bulan Juni 2008, dibayar tepat waktu sebesar
Rp40.000.000,00.

Pajak Penghasilan dalam tahun berjalan kurang dibayar sebesar Rp60juta.

Atas kekurangan PPh Pasal 25 tersebut diterbitkan


STP pada tanggal 18 September 2008 dengan
penghitungan sbb:

Kekurangan bayar PPh Pasal 25 bulan Juni 2008 Rp60.000.000,00


Bunga = 3 x 2% x Rp60.000.000,00 Rp 3.600.000,00
Jumlah yang harus dibayar Rp63.600.000,00

1 Juli 2008 – 18 September 2008 = 3 bulan


Contoh
SPT Tahunan PPh tahun 2008 (tahun takwim) yang
disampaikan pada tanggal 31 Maret 2009 setelah dilakukan
penelitian ternyata terdapat salah hitung yang
menyebabkan PPh kurang bayar sebesar Rp1.000.000,00.

Atas kekurangan PPh tersebut diterbitkan STP pada


tanggal 12 Juni 2009 dengan penghitungan sbb:

- Kekurangan bayar PPh Rp1.000.000,00


- Bunga = 6 x 2% x Rp1.000.000,00= Rp 120.000,00
- Jumlah yang harus dibayar Rp1.120.000,00

1 Januari 2009 – 12 Juni 2009 = 6 bulan


PENERBITAN STP Pasal 14 UU KUP

surat untuk melakukan tagihan sanksi administrasi


berupa bunga
Pasal 8 ayat 2 KUP: dalam hal WP membetulkan sendiri SPT Tahunan yg
mengakibatkan utang pajak menjadi lebih besar;
Pasal 8 ayat 2a KUP: dalam hal WP membetulkan sendiri SPT Masa yg
mengakibatkan utang pajak menjadi lebih besar;
Pasal 9 ayat 2a KUP : pembayaran atau penyetoran pajak yang terutang dalam
suatu Masa Pajak dilakukan setelah tanggal jatuh tempo;
Pasal 9 ayat 2b KUP : pembayaran atau penyetoran kekurangan pajak yang
terutang berdasarkan SPT Tahunan PPh dilakukan setelah tanggal jatuh tempo
penyampaian SPT Tahunan
Pasal 19 ayat 1 KUP: dalam hal jumlah pajak yang masih harus dibayar menurut
ketetapan, pada saat jatuh tempo tidak atau kurang dibayar;
Pasal 19 ayat 2 KUP: dalam hal WP diperbolehkan mengangsur atau menunda
pembayaran pajak;
Pasal 19 ayat 3 KUP: dalam hal WP menunda penyampaian SPT Tahunan yang
penghitungan sementara pajak yang terutang kurang dari jumlah pajak yang
sebenarnya terutang.
Pasal 14 ayat 1 huruf g: PKP yang gagal berproduksi dan telah diberikan
pengembalian Pajak Masukan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9 ayat (6a) UU
PPN 1984 dan perubahannya.
CONTOH
PT ABC membetulkan sendiri SPT Tahunan PPh Tahun 2008 pada
tanggal 20 Februari 2010, yang semula menyatakan jumlah pajak
terutang sebesar Rp100juta dan kredit pajak sebesar Rp80juta,
dibetulkan seharusnya jumlah pajak terutang sebesar Rp130juta
dan kredit pajak tetap. Kekurangan pembayaran pajak sebesar
Rp30juta dibayar pada tanggal 18 Februari 2010.

Dari kasus di atas maka PT ABC dikenai sanksi


administrasi berupa bunga sesuai dengan Pasal 8 ayat
2 UU KUP sebesar:
2% x 10 x Rp30.000.000,00 = Rp6.000.000,00
Jumlah bulan dihitung sejak 1 Mei 2009 – 20 Februari
2010 = 10 bulan.

DJP menerbitkan STP untuk


menagih sanksi administrasi
berupa bunga tersebut
PENERBITAN STP Pasal 14 UU KUP

surat untuk melakukan tagihan sanksi administrasi


berupa denda
Pasal 14 ayat 1 huruf d: pengusaha yang telah dikukuhkan sebagai Pengusaha
Kena Pajak, tetapi tidak membuat faktur pajak atau membuat faktur pajak, tetapi
tidak tepat waktu;
Pasal 14 ayat 1 huruf e: pengusaha yang telah dikukuhkan sebagai PKP yang tidak
mengisi faktur pajak secara lengkap sebagaimana dimaksud dalam Pasal 13 ayat
(5) UU PPN 1984 dan perubahannya, selain: 1. identitas pembeli sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 13 ayat (5) huruf b UU PPN 1984 dan perubahannya; atau
2. identitas pembeli serta nama dan tandatangan sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 13 ayat (5) huruf b dan huruf g UU PPN 1984 dan perubahannya, dalam hal
penyerahan dilakukan oleh PKP pedagang eceran;
Pasal 14 ayat 1 huruf f: PKP melaporkan faktur pajak tidak sesuai dengan masa
penerbitan faktur pajak; atau
Terhadap Pengusaha atau PKP tsb, selain wajib menyetor pajak yang terutang, dikenai
sanksi administrasi berupa denda sebesar 2% (dua persen) dari Dasar
Pengenaan Pajak. (Pasal 14 ayat 4 UU KUP)
Pasal 7 ayat 1 KUP yaitu sanksi administrasi berupa denda apabila SPT tidak
disampaikan dalam jangka waktunya;
Contoh
Pengusaha Kena Pajak A pada tanggal 30 Mei 2008 menyerahkan Barang
Kena Pajak dengan harga jual Rp10juta kepada Pengusaha Kena Pajak B.
Pelunasan dilakukan oleh A pada tanggal 2 Juli 2008 dan bersamaan dengan
itu PKP A menerbitkan Faktur Pajak Standar tertanggal 2 Juli 2008.

PKP A terlambat membuat Faktur Pajak Standar yang


seharusnya paling lambat tanggal 30 Juni 2008.

Apabila keterlambatan tersebut diketahui DJP misal


melalui pemeriksaan, maka PKP A dikenai sanksi
administrasi berupa denda sebesar 2% x DPP

DJP menerbitkan
STP

2% x Rp10.000.000,00 = Rp200.000,00
PENERBITAN STP Catatan Pasal 14 (1) UU KUP

e. pengusaha yang telah dikukuhkan sebagai PKP yang tidak mengisi faktur pajak
secara lengkap sebagaimana dimaksud dalam Pasal 13 ayat (5) UU PPN 1984 dan
perubahannya, selain: 1. identitas pembeli sebagaimana dimaksud dalam Pasal
13 ayat (5) huruf b UU PPN 1984 dan perubahannya; atau 2. identitas pembeli
serta nama dan tandatangan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 13 ayat (5)
huruf b dan huruf g UU PPN 1984 dan perubahannya, dalam hal penyerahan
dilakukan oleh PKP pedagang eceran;

Merupakan Terhadap Pengusaha atau Pengusaha Kena Pajak tersebut


Faktur Pajak masing-masing, selain wajib menyetor pajak yang
Sederhana terutang, dikenai sanksi administrasi berupa denda
sebesar 2% (dua persen) dari Dasar Pengenaan Pajak.
berdasarkan RUU
Perubahan (Pasal 14 ayat 5 UU KUP)
ketiga PPN
(yang belum
berlaku)
PENERBITAN
Catatan STP Pasal 14 UU KUP

Pasal 14 ayat 1 huruf g:


PKP yang gagal berproduksi dan telah
diberikan pengembalian Pajak Masukan
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9 ayat
(6a) UU PPN 1984 dan perubahannya.
Terhadap Pengusaha Kena Pajak sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) huruf g dikenai sanksi administrasi
berupa bunga sebesar 2% (dua persen) per bulan dari
jumlah pajak yang ditagih kembali, dihitung dari
tanggal penerbitan Surat Keputusan Pengembalian
Kelebihan Pembayaran Pajak sampai dengan tanggal
penerbitan Surat Tagihan Pajak, dan bagian dari
bulan dihitung penuh 1 (satu) bulan.
(Pasal 14 ayat 5 UU KUP)

Merupakan RUU PPN Perubahan ketiga yang belum


diberlakukan!!!
Permohonan pengembalian
kelebihan pembayaran
pajak
(RESTITUSI)
KELEBIHAN PEMBAYARAN PAJAK
DALAM SURAT PEMBERITAHUAN TERDAPAT PEMBAYARAN
PAJAK YANG SEHARUSNYA
PAJAK YANG TERUTANG < KREDIT PAJAK TIDAK TERUTANG

Kredit Pajak untuk PPh adalah pajak yang Pajak yang telah dibayar oleh WP
dibayar sendiri oleh WP (+) pokok pajak yang yang bukan merupakan objek pajak
terutang dalam STP karena PPh dalam tahun yang terutang atau kesalahan
berjalan tidak atau kurang dibayar (+) pajak pemotongan atau pemungutan yang
yang dipotong atau dipungut (+) ditambah mengakibatkan pajak yang dipotong
dengan pajak atas penghasilan yang dibayar atau dipungut lebih besar daripada
atau terutang di luar negeri (-) pengembalian pajak yang seharusnya dipotong atau
pendahuluan kelebihan pajak. dipungut berdasarkan ketentuan
peraturan perundang-undangan
Kredit Pajak untuk PPN adalah Pajak perpajakan atau bukan merupakan
Masukan yang dapat dikreditkan setelah objek pajak. (PMK No. 187/PMK.03/2015)
dikurangi dengan pengembalian pendahuluan
kelebihan pajak atau setelah dikurangi Pembayaran dapat diminta
dengan pajak yang telah dikompensasikan. kembali dengan mengajukan
permohonan.
Permohonan restitusi dilakukan melalui SPT
Pasal 17B, Pasal 17C, dan Pasal 17D UU KUP Pasal 17 ayat 2 UU KUP
Alur Restitusi
17C KUP, 17D KUP,
9 (4c) PPN
15 hari
1 bln
3 bln 1 bln
Penelitian SKPPKP
TPT
SPT LB KP2KP
SKPKPP
1 bln
SPMKP
Pos/Kurir
e-filing
12 bln 1 bln
Pemeriksaan SKPLB

Selain 17C KUP, 17D


KUP, 9 (4c) PPN
17C KUP, 17D KUP, 9 (4c) PPN
tanpa permohonan
Pengembalian Pendahuluan
Ketentuan Khusus

tidak disertai
permohonan
Pengembalian ditindaklanjuti
Pendahuluan dengan
Pemeriksaan
WP Kriteria tidak disertai
Tertentu/ WP permohonan (Pasal 17 ayat (1)
menyampaikan
Persyaratan restitusi UU KUP)
Tertentu/PKP SPT LB Pasal 17B UU KUP
Berisiko Rendah
ditindaklanjuti
disertai
dengan
permohonan
restitusi Pemeriksaan
Pasal 17B UU KUP
(Pasal 17 B UU KUP)
Yang berhak memperoleh
pengembalian pendahuluan

Direktur Jenderal Pajak menerbitkan Surat Keputusan Pengembalian Pendahuluan


Kelebihan Pajak (SKPPKP) setelah melakukan penelitian atas permohonan pengembalian
kelebihan pembayaran pajak dari:

Wajib Pajak Wajib Pajak Pengusaha Kena Pajak


Kriteria Tertentu Persyaratan Tertentu Berisiko Rendah
(WP Patuh) (WP Restitusi Kecil) (PKP Berisiko Rendah)
|Pasal 17C UU KUP| |Pasal 17D UU KUP| |Pasal 9 ayat (4c) UU PPN|
Wajib Pajak Kriteria Tertentu

KRITERIA
ditetapkan sebagai Wajib Pajak Kriteria Tertentu

tepat waktu tidak mempunyai laporan keuangan tidak pernah dipidana atas
diaudit oleh KAP/ tindak pidana di bidang
menyampaikan SPT tunggakan pajak perpajakan berdasarkan
lembaga pengawas
untuk semua keuangan pemerintah putusan pengadilan yang
jenis pajak* dengan opini WTP 3 tahun telah mempunyai kekuatan
berturut-turut hukum tetap dalam jangka
waktu 5 (lima) tahun
terakhir
Wajib Pajak Persyaratan Tertentu

WAJIB PAJAK
Persyaratan Tertentu
meliputi:

WP OP WP OP
WP Badan PKP
usahawan non-usahawan
SPT Tahunan SPT Masa PPN
SPT Tahunan (misal:karyawan)
PPh LB restitusi LB restitusi
PPh LB restitusi SPT Tahunan
maksimal 1 M maksimal 1 M
maksimal 100jt PPh LB restitusi
PKP Berisiko Rendah

PENGUSAHA KENA PAJAK


yang dapat ditetapkan sebagai PKP Berisiko Rendah

meliputi:

perusahaan PKP yang telah PKP yang telah Pabrikan/produsen PKP yang
perusahaan yang saham ditetapkan ditetapkan sebagai yang memiliki memenuhi Wajib
yang sahamnya mayoritasnya sebagai Operator Ekonomi tempat untuk Pajak Persyaratan
diperdagangkan dimiliki secara Mitra Utama Bersertifikat melakukan Tertentu
di bursa efek langsung oleh Kepabeanan (Authorized kegiatan produksi
pemerintah Economic Operator)
pusat/pemda
PKP Berisiko Rendah
KEGIATAN TERTENTU
yang harus dipenuhi untuk Pengembalian Pendahuluan PKP Berisiko Rendah

1 ekspor BKP Berwujud

4 ekspor BKP Tidak

2
Berwujud

5
penyerahan BKP/JKP
kepada Pemungut PPN

3
ekspor JKP

penyerahan BKP/JKP
yang PPN-nya tidak
dipungut
PERSYARATAN
PKP Berisiko Rendah

yang harus dipenuhi untuk ditetapkan sebagai PKP Berisiko Rendah

PKP tidak dipidana


PKP pabrikan/ PKP tidak sedang karena melakukan
merupakan produsen (yang tindak pidana di
dilakukan
Pengusaha Kena memiliki tempat bidang perpajakan
pemeriksaan
Pajak yang dapat untuk melakukan berdasarkan putusan
bukper dan/atau
ditetapkan kegiatan produksi) pengadilan yang telah
menyampaikan SPT
penyidikan
sebagai PKP mempunyai kekuatan
Masa PPN 12 bulan tindak pidana di hukum tetap dalam
Berisiko Rendah
terakhir tepat waktu bidang perpajakan jangka waktu 5 (lima)
tahun terakhir
Permohonan RESTITUSI oleh WP SELAIN WP dgn kriteria (Pasal 17B
tertentu dan WP yg memenuhi persyaratan tertentu; UU KUP)

Dirjen Pajak setelah melakukan pemeriksaan atas permohonan pengembalian


kelebihan pembayaran pajak, selain permohonan pengembalian kelebihan
pembayaran pajak dari Wajib Pajak sebagaimana dimaksud dalam Pasal 17C dan
Wajib Pajak sebagaimana dimaksud dalam Pasal 17D, harus menerbitkan
surat ketetapan pajak paling lama 12 (dua belas) bulan
sejak surat permohonan diterima secara lengkap.

Ketentuan ini tidak berlaku terhadap Wajib Pajak yang sedang dilakukan
pemeriksaan bukti permulaan tindak pidana di bidang perpajakan.

Apabila pemeriksaan bukti permulaan tindak pidana di bidang perpajakan tersebut, tidak
dilanjutkan dengan penyidikan; dilanjutkan dengan penyidikan, tetapi tidak dilanjutkan
dengan penuntutan tindak pidana di bidang perpajakan; atau dilanjutkan dengan penyidikan
dan penuntutan tindak pidana di bidang perpajakan, tetapi diputus bebas atau lepas dari
segala tuntutan hukum berdasarkan putusan pengadilan yang telah mempunyai kekuatan
hukum tetap, dan dalam hal kepada Wajib Pajak diterbitkan SKPLB, kepada WP
diberikan imbalan bunga sebesar 2% (dua persen) per bulan untuk paling lama 24
(dua puluh empat) bulan, dihitung sejak berakhirnya jangka waktu 12 (dua belas) bulan
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) sampai dengan saat diterbitkan SKPLB, dan bagian
dari bulan dihitung penuh 1 (satu) bulan.
PEMERIKSAAN TERHADAP WP DENGAN KRITERIA TERTENTU DAN WP
YANG MEMENUHI PERSYARATAN TERTENTU

DJP DAPAT MELAKUKAN PEMERIKSAAN


terhadap

WP DENGAN KRITERIA TERTENTU


WP YANG MEMENUHI PERSYARATAN TERTENTU

Apabila berdasarkan hasil pemeriksaan tersebut,


Direktur Jenderal Pajak menerbitkan Surat
Ketetapan Pajak Kurang Bayar, jumlah kekurangan
pajak ditambah dengan sanksi administrasi berupa
kenaikan sebesar 100% (seratus persen) dari
jumlah kekurangan pembayaran pajak.
(Pasal 17C angka 5 UU KUP dan Pasal 17D angka 5)
Contoh
PT DEF adalah WP badan selain WP dengan kriteria tertentu dan WP yang memenuhi
persyaratan tertentu. PT DEF menyampaikan SPT Tahunan 2008 pada tanggal 30 April
2009 yang menyatakan lebih bayar dengan rincian sbb:
Penghasilan Neto Rp1.000.000.000,00
PPh terutang Rp 282.500.000,00
Kredit Pajak (Rp 482.500.000,00)
Pajak yang lebih dibayar (Rp 200.000.000,00)
Atas kelebihan tersebut WP mengajukan permohonan restitusi melalui SPT yang
disampaikan tersebut.

Terhadap SPT Tahunan PPh Tahun 2008 atas nama PT DEF, DJP harus
melakukan pemeriksaan dan paling lambat tanggal 29 April 2010
(12 bulan sejak SPT diterima secara lengkap) harus sudah
menerbitkan skp. Surat ketetapan pajak yang diterbitkan dapat
berupa SKPKB, SKPN, atau SKPLB.

Apabila sampai dengan tanggal 29 April 2010 DJP belum


menerbitkan surat ketetapan pajak maka permohonan restitusi
dianggap dikabulkan dan paling lambat tanggal 29 Mei 2010 harus
diterbitkan SKPLB.
Contoh
PT LMN adalah WP badan yang ditetapkan DJP sebagai WP dengan kriteria tertentu.
PT LMN menyampaikan SPT Tahunan 2008 pada tanggal 30 April 2009 yang
menyatakan lebih bayar dengan rincian sbb:
Penghasilan Neto Rp1.000.000.000,00
PPh terutang Rp 282.500.000,00
Kredit Pajak (Rp 482.500.000,00)
Pajak yang lebih dibayar (Rp 200.000.000,00)
Atas kelebihan tersebut WP mengajukan permohonan restitusi.
Setelah dilakukan penelitian diterbitkan SKPPKP pada tanggal 20 Juli 2009 dengan
jumlah restitusi sesuai permohonan.
Apabila misalnya DJP melakukan pemeriksaan pada tanggal 10 Agustus 2009 dan
ditemukan ketidakbenaran sehingga PPh terutang menjadi Rp312.500.000,00.

Jumlah Pokok Pajak Rp312.500.000,00


DJP
menerbitkan Jumlah Kredit Pajak (482,5juta – 200juta) Rp282.500.000,00
SKPKB Jumlah Kekurangan Pokok Pajak Rp 30.000.000,00
Sanksi adm. Pasal 17C (5) (100%) Rp 30.000.000,00
Jumlah yang masih harus dibayar Rp 60.000.000,00
Hal yang sama berlaku bagi WP yang memenuhi persyaratan tertentu.
Pasal 17E

Orang pribadi yang bukan subjek pajak dalam


negeri yang melakukan pembelian Barang Kena
Pajak di dalam daerah pabean yang tidak
dikonsumsi di daerah pabean dapat diberikan
pengembalian Pajak Pertambahan Nilai yang
telah dibayar, yang ketentuannya diatur
dengan atau berdasarkan Peraturan Menteri
Keuangan.
79

PERATURAN PELAKSANAAN UNDANG-UNDANG


CIPTA KERJA DI BIDANG
KETENTUAN UMUM DAN TATA CARA PERPAJAKAN

www.pajak.go.id
Gambaran Umum PP Nomor 9 Tahun 2021 2

PENURUNAN AMANAH
TARIF PPh 26
BUNGA OBLIGASI
PASAL 111
UU CIPTA
KERJA
PP NOMOR 94
MENGUBAH UU PPh
TAHUN 2010 PERUBAHAN
PENYESUAIAN
PP-94

UU CIPTA KERJA PASAL 112


PP NOMOR 1 PP NOMOR 9
BAGIAN UU CIPTA
TAHUN 2012 TAHUN 2021
PERPAJAKAN KERJA
PENYESUAIAN PERUBAHAN
MENGUBAH UU PPN PP-1

PASAL 113
PP NOMOR 74
UU CIPTA
TAHUN 2011 PERUBAHAN
KERJA
PENYESUAIAN
MENGUBAH UU KUP PP-74

MULAI BERLAKU PADA TANGGAL 2 FEBRUARI 2021


www.pajak.go.id
Gambaran Umum PMK Nomor 18/PMK.03/2021 3

• Pasal 2 ayat (4);


PASAL 111 • Pasal 4 ayat (1d); dan
AMANAH
UU CIPTA • Pasal 4 ayat (3) huruf f, huruf
KERJA o, dan huruf p,
UU PPh stdtd UU Cipta Kerja
MENGUBAH UU PPh

• Pasal 9 ayat (13) huruf a,


UU CIPTA KERJA PASAL 112 huruf b, huruf c, dan huruf e; AMANAH PMK NOMOR
BAGIAN UU CIPTA • Pasal 13 ayat (5a) dan ayat (8),
KERJA
18/PMK.03/2021
PERPAJAKAN UU PPN stdtd UU Cipta Kerja
MENGUBAH UU PPN

• Pasal 9 ayat (3a);


• Pasal 9 ayat (4);
• Pasal 13 ayat (6);
PASAL 113 • Pasal 14 ayat (6);
UU CIPTA • Pasal 15 ayat (5);
KERJA • Pasal 17B ayat (1a); AMANAH

• Pasal 27B ayat (8); dan


MENGUBAH UU KUP
• Pasal 44B ayat (3),
UU KUP stdtd UU Cipta Kerja

MULAI BERLAKU PADA TANGGAL 17 FEBRUARI 2021


www.pajak.go.id
Overview Peraturan Pelaksanaan Undang-Undang Cipta Kerja di Bidang KUP 80

Jumlah Amanah
No Nomor PMK Hal PMK-18 Ket
Pasal UU
PMK 226/PMK.03/2013
TATA CARA PENGHITUNGAN DAN PEMBERIAN IMBALAN Pasal 27B ayat
1 stdtd PMK BUNGA
Pasal 83-102 20 Pasal Penggantian
(8)
65/PMK.03/2018
Pasal 9 ayat
2 PMK 242/PMK.03/2014 TATA CARA PEMBAYARAN DAN PENYETORAN PAJAK Pasal 103 8 Pasal Perubahan (3a) dan Pasal
9 ayat (4)
PMK 243/PMK.03/2014 Pasal 3 ayat
3 stdd PMK SURAT PEMBERITAHUAN Pasal 104 2 Pasal Perubahan (6), Pasal 4
9/PMK.03/2018 ayat (5)

PMK 17 PMK.03/2013
Pasal
4 stdd PMK TATA CARA PEMERIKSAAN Pasal 105 19 Pasal Perubahan
17B ayat (1a)
184/PMK.03/2015
PMK 145/PMK.03/2012 Pasal 13 ayat
TATA CARA PENERBITAN SURAT KETETAPAN PAJAK DAN (6), Pasal 14
5 stdd PMK SURAT TAGIHAN PAJAK
Pasal 106 16 Pasal Perubahan
ayat (6), Pasal
183/PMK.03/2015 15 ayat (5)

TATA CARA PEMERIKSAAN BUKTI PERMULAAN TINDAK Pasal 43A ayat


6 PMK 239/PMK.03/2014 PIDANA DI BIDANG PERPAJAKAN
Pasal 107 8 Pasal Perubahan
(4)

TATA CARA PERMINTAAN PENGHENTIAN PENYIDIKAN


Pasal 44B ayat
7 PMK 55/PMK.03/2016 TINDAK PIDANA DI BIDANG PERPAJAKAN UNTUK Pasal 108 3 Pasal Perubahan
(3)
KEPENTINGAN PENERIMAAN NEGARA

www.pajak.go.id
Overview Peraturan Pelaksanaan Undang-Undang Cipta Kerja di Bidang KUP 81

NO MATERI KETENTUAN Pasal 6 PP-9 PMK-18 KET


1 Tata Cara Pemberian Imbalan Pasal 45A PP-74 Pasal 83 s.d. 1. Penyesuaian ruang lingkup dan tata cara penghitungan pemberian imbalan bunga
Bunga Pasal 102 2. Penegasan maksud tanggal penerbitan putusan Banding/Peninjauan Kembali
3. Pengaturan tata cara penyampaian permohonan imbalan bunga scr tertulis/elektronik
4. Pengaturan jangka waktu penerbitan SKPIB atau pemberitahuan SKPIB tidak diterbitkan
5. Penegasan terkait validasi pemotongan SPMIB oleh DJPb
6. Penegasan kurs penerbitan SKPIB, untuk imbalan bunga terkait pajak yang terutang
dalam Dolar Amerika Serikat
7. Penerbitan STP untuk menagih kembali IB yang seharusnya tidak diberikan.
8. Penyesuaian format dokumen terkait prosedur pemberian imbalan bunga sesuai UU
KUP stdtd UU Cipta Kerja.
2 Tata Cara Pembayaran dan Perubahan 1) Pengaturan kurs Menteri Keuangan yang digunakan saat kompensasi ke utang pajak
Penyetoran Pajak PMK-242 2) Relaksasi jangka waktu pengajuan pengangsuran/penundaan pembayaran pajak
Pasal 7, 14, 3) Perubahan syarat jaminan dalam permohonan pengangsuran/penundaan pembayaran
Pasal 103 PMK-18
21, 22, 23, 25, pajak
30 4) Lamanya pengangsuran atau penundaan pembayaran pajak
5) Penyesuaian sanksi atas pengangsuran atau penundaan pembayaran pajak
3 Surat Pemberitahuan (SPT) Perubahan Penurunan sanksi karena pembetulan SPT Masa dan SPT Tahunan
Pasal 104 PMK-18 - PMK-243
Pasal 20
4 Tata Cara Pemeriksaan Pasal 8, 14 Perubahan 1) Mengubah frasa “keterangan lain” dampak dari perubahan Pasal 13 ayat (1) huruf a
Pasal 105 PMK-18 PP-74 PMK-17 dan c UU KUP stdtd UU Cipta Kerja
Pasal 4, 5, 11, 2) Penambahan ruang lingkup pemeriksaan
13, 15, 17, 21, 3) Penyesuaian ketentuan pemeriksaan akibat dihapusnya Pasal 13A UU KUP
21A, 22, 41, 4) Perubahan dari sanksi pengungkapan ketidakbenaran
42, 43, 61, 62,
5) Penyesuaian ketentuan pemeriksaan akibat dihapusnya Pasal 13 ayat (5) dan 15 ayat (4)
64, 65, 66
6) Pemeriksaan yang ditangguhkan akibat dilakukannya pemeriksaan
www.pajak.go.id
Overview Peraturan Pelaksanaan Undang-Undang Cipta Kerja di Bidang KUP 82
NO MATERI KETENTUAN Pasal 6 PP-9 PMK-18 KET
5. Tata Cara Penerbitan SKP Pasal 14, 15, dan Perubahan 1) Penghapusan pengaturan penerbitan surat ketetapan pajak setelah WP dipidana di bidang
dan STP 63B PMK-145 perpajakan
PP-74 Pasal 2, 3, 2) Penyesuaian ruang lingkup penerbitan SKPKB terhadap PKP yang tidak melakukan
Pasal 106 PMK-18
4, 4A, 5, 7, penyerahan BKP dan/atau JKP dan/atau ekspor BKP dan/atau JKP
8, 12A, 13, 3) Penyesuaian Penerbitan SKPLB atas ketentuan Pasal 17B ayat (4) UU KUP stdtd UU Cipta
14A
Kerja
4) Penyesuaian penerbitan STP untuk menagih kembali imbalan bunga yang seharusnya tidak
diberikan kepada WP
5) Pengaturan daluwarsa penerbitan STP
6) Pengaturan penerbitan, penandatanganan, dan penyampaian SKP dan/atau STP secara
elektronik
6 Tata Cara Pemeriksaan Pasal 7, 9, 60 Perubahan 1) Pemeriksaan yang ditangguhkan akibat dilakukannya pemeriksaan Bukper
Bukti Permulaan PP-74 PMK-239 2) Menghapus ketentuan penerbitan SKPKB Pasal 13A UU KUP stdtd UU Cipta Kerja
Pasal 2, 5,
Pasal 107 PMK-18 3) Jangka waktu perpanjangan pemeriksaan bukti permulaan
15, 21A, 23,
4) Pemeriksaan Bukti Permulaan tetap dapat dilakukan meskipun telah melewati Daluwarsa
25, 30, 65,
Penetapan atau diterbitkan SKP
66
5) Menambah alternatif cara penyampaian surat pemberitahuan Bukper
6) ruang lingkup tindak pidana yang dapat dilakukan Pengungkapan Ketidakbenaran
Perbuatan.
7) Sanksi administrasi berupa denda dalam pengungkapan ketidakbenaran perbuatan diubah
menjadi 100%.
8) Pembayaran jumlah pajak yang sebenarnya terutang dan sanksi administrasinya merupakan
pemulihan kerugian pada pendapatan negara.
9) Format “Surat Pemberitahuan” dalam Pengungkapan Ketidakbenaran Perbuatan.
10)Pembayaran yang tidak memenuhi ketentuan tetap dapat diperhitungkan sebagai
pengurang kerugian pada pendapatan negara.
11)pembayaran atas pengungkapan ketidakbenaran perbuatan yang tidak memenuhi ketentuan
www.pajak.go.id
Overview Peraturan Pelaksanaan Undang-Undang Cipta Kerja di Bidang KUP 83

NO MATERI KETENTUAN Pasal 6 PP-9 PMK-18 KET


7 Permintaan Penghentian Pasal 62 Perubahan Penurunan sanksi penghentian Penyidikan yg semula 4x menjadi 3x dari jumlah pajak
Penyidikan PP-74 PMK-55 yg tidak/kurang dibayar/yg tidak seharusnya dikembalikan.
Pasal 3
Pasal 108 PMK-18
8 Pembukuan sederhana dan Pasal 10A - Kemudahan berusaha bagi WP tertentu dlm pembukuan dan pencatatan.
pencatatan. PP-74

9 Tindak Pidana di Bidang Pasal 12 - Tindak Pidana di Bidang Perpajakan: perbuatan yg diancam sanksi pidana oleh UU KUP,
Perpajakan PP-74 UU PBB, UU Bea Materai, UU PPSP, dan UU AIK.

10 Tata Cara Pemenuhan Pasal 63A, 63B - 1) Pelaksanaan hak dan pemenuhan kewajiban serta penandatanganan secara
Kewajiban Secara Elektronik PP-74 elektronik
2) Sertifikat elektronik dan penyelenggara sertifikasi elektronik
3) Kerja sama dengan pihak lain untuk menyediakan fasilitas untuk pelaksanaan hak
dan pemenuhan kewajiban secara elektronik.
4) Penerbitan, penandatanganan, dan pengiriman produk hukum secara elektronik.

www.pajak.go.id
1. PEMBUKUAN DAN PENCATATAN 84

“Ketentuan mengenai tata cara melakukan pencatatan dan kriteria tertentu sebagaimana
dimaksud pada ayat (2) dan/atau tata cara menyelenggarakan pembukuan sebagaimana
dimaksud pada ayat (3) diatur dengan Peraturan Menteri Keuangan.”

Memberikan kemudahan bagi:


 Wajib Pajak untuk dapat menyelenggarakan pembukuan dengan cara
yang sederhana;
 Wajib Pajak orang pribadi dengan kriteria tertentu dalam melakukan
pencatatan,

yang diatur dengan peraturan menteri keuangan.

DASAR HUKUM Pasal 10A PP-74/2011 stdd PP-9/2021

www.pajak.go.id
2. PEMBAYARAN 85

Mengatur kurs Menteri Keuangan yang digunakan pada saat kompensasi ke utang pajak
SKPLB SKPKPP SPMKP
USD IDR IDR
1 bulan Wajib
Pajak
kompensasi ke utang konversi dengan kurs
pajak dalam USD: MK pada tgl terbit
SKPKB - USD kurs MK yang SKPLB
digunakan yakni kurs
*Pasal 6 PMK-
tanggal SKPKPP. 244/2015
*Pasal 14 ayat (6a) PMK-
STP- USD 242/2014 stdd PMK 18/2021
SKPIB SKPPIB SPMIB
IDR IDR IDR
Wajib
1 bulan Pajak
konversi dengan kurs
kompensasi ke utang pajak KMK pada tgl terbit
SKPKB - USD dalam USD: kurs MK yang SKPLB/ SK Keberatan/ SK
digunakan yakni kurs Pembetulan/ SK Psl 36
tanggal SKPPIB. ayat (1) huruf b dan c
*Pasal 14 ayat (6b) PMK- *Pasal 92 ayat (9) PMK-
STP- USD
242/2014 stdd PMK-18/2021 18/2021 www.pajak.go.id
Pokok Pengaturan Pengangsuran atau Penundaan Pajak Terutang pada
86
SPT Tahunan

Waktu Dilampiri: Syarat jaminan: KEP persetujuan:


pengajuan:
bukti kesulitan likuiditas/ force Aset berwujud Lama angsuran
Paling lama saat
lewat jangka majeur berupa laporan yang: atau penundaan
JT penyampaian
waktu keuangan interim, laporan • dilampiri bukti paling lama s.d.
SPT Tahunan keuangan, atau catatan kepemilikannya, batas akhir
permo- • Hanya untuk angsuran
tentang peredaran atau dan penyampaian SPT
honan • Jaminan sebesar utang
pajak yang diajukan
penerimaan bruto dan/atau • tidak sedang Tahunan
angsuran penghasilan bruto. dijaminkan berikutnya

Paling lama 7 hari kerja sejak permohonan diterima

DASAR HUKUMPasal 21, 22, 23, dan 25 PMK-242/2014 stdd PMK-18/2021

www.pajak.go.id
Pokok Pengaturan Pengangsuran atau Penundaan Utang Pajak PBB dan
87
Non-PBB (Kohir)

Waktu Dilampiri: Syarat jaminan: KEP persetujuan:


pengajuan: Aset berwujud :
Paling lama bukti kesulitan likuiditas/ force • dilampiri bukti Paling lama 24
sebelum SP lewat jangka majeur berupa laporan kepemilikannya, bulan
permo- waktu keuangan interim, laporan dan
diberitahukan
honan keuangan, atau catatan • tidak sedang
oleh JSPN • Hanya untuk angsuran
kepada tentang peredaran atau dijaminkan
• Jaminan sebesar utang
Penanggung pajak yang diajukan
penerimaan bruto dan/atau
Pajak. angsuran penghasilan bruto. dan
Tidak ada tunggakan
PBB u/ utang pajak
PBB

Paling lama 7 hari kerja sejak permohonan diterima


DASAR HUKUMPasal 21, 22, 23, dan 25 PMK-242/2014 stdd PMK-18/2021

www.pajak.go.id
Penyesuaian sanksi pengangsuran atau penundaan pembayaran pajak
mengacu pada Pasal 19 ayat (2) UU KUP 88
selain:
dikenai sanksi Pasal 19 ayat (2) UU KUP stdtd UU CIKA
STP
berupa tarif bunga berdasarkan KMK tarif bunga, atas saldo
SPPT
utang pajak, dari JT pembayaran s.d. angsuran/pelunasan,
Sejak terbit KEP persetujuan SKP PBB
paling lama 24 bulan.
pengangsuran atau penundaan STP PBB
pembayaran pajak.

untuk:
dikenai sanksi Pasal 11 ayat (3) UU PBB
Pasal 30 PMK-242/2014 stdd SPPT
SKP PBB berupa bunga 2%, dari JT s.d. pembayaran, paling lama 24 bulan.
PMK-18/2021
STP PBB

Surat permohonan pengangsuran atau penundaan dapat disampaikan secara elektronik


Pasal 21 ayat (7) PMK-242 stdd PMK-18

PERALIHAN:
Permohonan pengangsuran atau penundaan pembayaran pajak yang belum diselesaikan sampai
dengan Peraturan Menteri ini berlaku, diselesaikan berdasarkan ketentuan sebagaimana diatur
dalam Peraturan Menteri Keuangan Nomor 242/PMK.03/2014 tentang Tata Cara Pembayaran dan
Penyetoran Pajak.

Pasal 112 PMK-18/2021


www.pajak.go.id
3. Surat Pemberitahuan (SPT) 89

WP dapat membetulkan SPT dengan syarat DJP belum menyampaikan:

Surat pemberitahuan Pemeriksaan (SP2) 1

Surat pemberitahuan Pemeriksaan Bukti Permulaan secara terbuka 2

Sanksi administrasi Pasal 8 UU KUP

sanksi administrasi berupa bunga sebesar tarif bunga per


bulan yang ditetapkan oleh Menteri Keuangan atas jumlah
pajak yang kurang dibayar, dihitung sejak jatuh tempo
pembayaran berakhir sampai dengan tanggal pembayaran,
dan dikenakan paling lama 24 (dua puluh empat) bulan,
serta bagian dari bulan dihitung penuh 1 (satu) bulan.

DASAR HUKUM Pasal 20 ayat (5) dan (6) PMK-243 stdtd PMK-18
www.pajak.go.id
4. Tata Cara Pemeriksaan 90

KRITERIA PEMERIKSAAN
Terdapat keterangan lain berupa data terdapat data konkret yang
konkret sebagaimana dimaksud menyebabkan pajak yang terutang
dalam Pasal 13 ayat (1) huruf a UU tidak atau kurang dibayar
KUP stdtd UU CIKA

DASAR HUKUM Pasal 4 ayat (1) huruf b dan ayat (1a), Pasal 11 huruf d angka 3), Pasal 13 huruf g, Pasal
15 ayat (4) dan (6), Pasal 17 ayat (1), Pasal 22 ayat (1) huruf d dan ayat (3), Pasal 41 ayat
(5), Pasal 42 ayat (5), Pasal 43 ayat (4) PMK-17/2013 stdtd PMK-18/2021

Pasal 13 ayat (1) huruf a UU KUP PKP tidak melakukan penyerahan


dalam UU CIKA BKP dan/atau JKP dan/atau
ekspor BKP dan/atau JKP dan
telah diberikan pengembalian
Pajak Masukan atau telah
Pasal 13 ayat (1) huruf f UU KUP mengkreditkan Pajak Masukan
stdtd UU CIKA sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 9 ayat (6e) UU PPN stdtd UU
CIKA.

DASAR HUKUM Pasal 4 ayat (1) huruf j dan


Pasal 5 ayat (4) PMK-17 stdtd PMK-18/2021
www.pajak.go.id
Pengungkapan ketidakbenaran pengisian SPT 91

Sanksi Adm Sanksi Adm


berupa berupa
denda bunga
Tarif
50% MenKeu
Aturan sebelumnya Aturan sekarang

 Sanksi administrasi berupa bunga ditambah dengan uplift factor (10%)


sebagaimana dimaksud dalam Pasal 8 ayat (5a) Undang-Undang KUP

 Untuk PPN, WP yang sedang diperiksa diperbolehkan mengkreditkan PM-nya

 Pasal 8 ayat (1), ayat (2), dan ayat (6) PP-74/2011 stdd PP-9/2021;  Penghapusan Pasal 8 ayat (7) PP-74/2011 stdd PP-9/2021
 Pasal 61 ayat (1) dan ayat (3); dan Pasal 62 ayat (5) dan ayat (7)  Penghapusan Pasal 62 ayat (7) PMK-17/2013 stdtd PMK-18/2021
PMK-17/2013 stdtd PMK-18/2021

KETENTUAN PERALIHAN
terhadap pengungkapan ketidakbenaran pengisian SPT yang diajukan sejak tanggal 2 November 2020, pengenaan sanksi
administratifnya dihitung menggunakan tarif bunga sesuai dengan KMK yang mengatur mengenai tarif bunga yang berlaku
untuk periode November 2020.

DASAR HUKUM Ketentuan Peralihan Pasal 9 PP-9/2021 dan Pasal 116 PMK- www.pajak.go.id
18/2021
Penangguhan dan Penyelesaian Pemeriksaan 92

Pemeriksaan ditangguhkan jika ditindaklanjuti dgn Pemeriksaan Bukti Permulaan Terbuka

Pemeriksaan dilanjutkan apabila Pemeriksaan dihentikan apabila:

• Wajib Pajak orang pribadi meninggal dunia; • WP mengungkapkan ketidakbenaran perbuatan Pasal 8 ayat (3) UU KUP stdtd UU
• tidak ditemukan adanya bukti permulaan; CIKA*;
• karena Pasal 44A UU KUP stdtd UU CIKA selain daluwarsa peristiwa; • WP mengajukan Pasal 44B UU KUP stdtd UU CIKA*;
atau • Telah daluwarsa peristiwa sebagiaman dimaksud Pasal 44A UU KUP
• Terdapat putusan pengadilan yang telah mempunyai kekuatan hukum • Terdapat Putusan Pengadilan atas tindak pidana di bidang perpajakan yang telah
tetap yang memutus bebas atau lepas dari segala tuntutan hukum mempunyai kekuatan hukum tetap yang menyatakan bahwa Wajib Pajak terbukti
dan salinan putusan pengadilan tersebut telah diterima oleh Direktur secara sah dan meyakinkan bersalah dan salinan Putusan Pengadilan tersebut
Jenderal Pajak. telah diterima oleh Direktur Jenderal Pajak.
Pemeriksaan ditangguhkan jika ditindaklanjuti dgn Pemeriksaan Bukti Permulaan Tertutup dan dilanjutkan dengan Penyidikan

Pemeriksaan dilanjutkan apabila Pemeriksaan dihentikan apabila:


• karena Pasal 44A UU KUP stdtd UU CIKA selain daluwarsa • WP mengajukan Pasal 44B UU KUP stdtd UU CIKA*;
peristiwa; atau • Telah daluwarsa peristiwa sebagaiman dimaksud Pasal 44A UU KUP stdtd UU
• Terdapat putusan pengadilan yang telah mempunyai CIKA
kekuatan hukum tetap yang memutus bebas atau lepas • Terdapat Putusan Pengadilan atas tindak pidana di bidang perpajakan yang telah
dari segala tuntutan hukum dan salinan putusan mempunyai kekuatan hukum tetap yang menyatakan bahwa Wajib Pajak
pengadilan tersebut telah diterima oleh Direktur Jenderal terbukti secara sah dan meyakinkan bersalah dan salinan Putusan Pengadilan
Pajak. tersebut telah diterima oleh Direktur Jenderal Pajak.
LHP dasar SKP/STP LHP Sumir
Dikecualikan dari *
DASAR HUKUM penghentian pemeriksaan
• Pasal 12 PP-74/2011 stdd PP-9/2021 jika masih menunjukkan
• Pasal 21, Pasal 21A, Pasal 22, Pasal 64 ayat (1), Pasal 65, dan Pasal 66 PMK-17 stdtd PMK-18/2021 adanya kelebihan
pembayaran pajak
5. TATA CARA PENERBITAN SURAT KETETAPAN PAJAK DAN SURAT 93
TAGIHAN PAJAK
1. Dihapusnya ketentuan Pasal 13 ayat (5) dan Pasal 15 ayat (4) UU KUP stdtd UU CIKA
Pengaturan mengenai pidana pajak yang telah diputus tetap dapat diterbitkan ketetapan pajak dihapus.
Aturan sebelumnya:
Direktur Jenderal Pajak tetap dapat menerbitkan SKPKB atau SKPKBT walaupun jangka waktu 5 (lima) tahun telah
lewat, dalam hal Direktur Jenderal Pajak menerima Putusan Pengadilan yang telah memperoleh kekuatan hukum
tetap terhadap WP yang dipidana karena melakukan tindak pidana di bidang perpajakan atau tindak pidana lainnya
yang dapat menimbulkan kerugian pada pendapatan negara.

2. Menyesuaikan dengan Perubahan Pasal 13 ayat (1) UU KUP stdtd UU CIKA Menyesuaikan perubahan ketentuan
Pasal 14 ayat (5b) dan Pasal 14 ayat (5c)
SKPKB diterbitkan dalam hal terdapat pajak yang tidak atau kurang dibayar berdasarkan Hasil Pemeriksaan atas UU KUP stdtd UU CIKA.
Pengusaha Kena Pajak tidak melakukan penyerahan BKP dan/atau JKP dan/atau ekspor BKP dan/atau JKP dan
telah diberikan pengembalian Pajak Masukan atau telah mengkreditkan Pajak Masukan sebagaimana dimaksud
• Direktur Jenderal Pajak dapat menerbitkan Surat
dalam Pasal 9 ayat (6e) UU PPN stdtd UU CIKA.
Aturan sebelumnya:
Tagihan Pajak (STP) dalam jangka waktu 5 tahun.
Diterbitkan STP • Dikecualikan dari ketentuan jangka waktu
penerbitan sebagaimana dimaksud di atas:
3. Menyesuaikan perubahan ketentuan Pasal 17B ayat (4) UU KUP stdtd UU CIKA a. STP bunga penagihan
b. STP denda penagihan Pasal 25 ayat (9) (50%)
SKPLB dapat diterbitkan dari hasil pemeriksaan yang dilanjutkan karena: c. STP denda penagihan Pasal 27 ayat (5d) (100%)
• Pengungkapan ketidakbenaran perbuatan WP Pasal 8 ayat (3) UU KUP stdtd UU CIKA.
• Penghentian penyidikan Pasal 44B UU KUP stdtd UU CIKA.
Sepanjang masih terdapat kelebihan pembayaran pajak
Menyesuaikan dengan UU Administrasi
4. Menyesuaikan dengan ketentuan Pasal 14 ayat (1) UU KUP stdtd UU CIKA Pemerintahan dalam UU CIKA
Penerbitan STP untuk menagih kembali imbalan bunga yang seharusnya tidak diberikan kepada WP, Mengatur penerbitan, penandatanganan, dan
untuk memberikan kepastian hukum dan kemudahan administrasi atas penagihan atas imbalan bunga
penyampaian SKP dan/atau STP secara elektronik.
yang seharusnya tidak diberikan kepada Wajib Pajak yang selama ini pengaturannya belum jelas.
Dasar Hukum: Pasal 14 PP-74/2011 stdd PP-9/2021, Pasal 2, 4A, 7, 12, 14A PMK-145/2012 stdtd PMK-18/2021
www.pajak.go.id
Pengenaan Sanksi Administratif sejak Berlakunya UU Cipta Kerja 94

KETENTUAN PERALIHAN
a. terhadap skp atau STP yang diterbitkan sejak tanggal 2 November 2020 yang memuat sanksi administratif
berupa bunga, yang penghitungan sanksi administratifnya dimulai sebelum tanggal 2 November 2020,
pengenaan sanksi administratifnya dihitung menggunakan tarif bunga sesuai dengan KMK yang mengatur
mengenai tarif bunga yang berlaku untuk periode November 2020.
b. terhadap sanksi administratif sebagaimana dimaksud dalam Pasal 14 ayat (4) UU KUP stdtd UU CIKA yang
dikenakan melalui STP yang diterbitkan sejak tanggal 2 November 2020, pengenaan sanksi administratifnya
sebesar 1%.
c. terhadap pembayaran kembali Pajak Masukan yang telah dikembalikan atau telah dikreditkan oleh PKP yang
tidak melakukan penyerahan BKP dan/atau JKP dan/atau ekspor BKP dan/atau JKP yang seharusnya dibayar
kembali sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9 ayat (6e) UU PPN stdtd UU CIKA, yang telah melewati batas
waktu pembayaran kembali sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9 ayat (6f) UU PPN stdtd UU CIKA, dan
belum dilakukan pembayaran kembali sampai dengan tanggal 2 November 2020, atas Pajak Masukannya
diterbitkan SKPKB sebagaimana dimaksud dalam Pasal 13 ayat (1) huruf f UU KUP stdtd UU CIKA.

DASAR HUKUM Ketentuan Peralihan Pasal 9 PP-9/2021, Pasal 113 dan Pasal 116 PMK-
18/2021
www.pajak.go.id
6. PEMERIKSAAN BUKTI PERMULAAN TINDAK PIDANA DI BIDANG PERPAJAKAN 95

Menghapus 01 Penyesuaian Jangka Menegaskan ketentuan 03


peralihan atas pemeriksaan
Ketentuan Waktu Perpanjangan bukti permulaan yang telah
Penerbitan SKPKB Pemeriksaan Bukti mendapat persetujuan
Permulaan perpanjangan jangka waktu
Pasal 13 A UU KUP
stdd UU CIKA Pemeriksaan Bukti Permulaan yang
24 bulan telah mendapat persetujuan
perpanjangan jangka waktu sebelum
Ketentuan penerbitan SKPKB Pasal Peraturan Menteri berlaku,
13A UU KUP stdtd UU CIKA sebagai diselesaikan sesuai dengan
salah satu bentuk tindak lanjut ketentuan PMK-239/2014.
Pemeriksaan Bukti Permulaan 12 bulan
dihapus.
02
Dasar Hukum : Pasal 60 ayat (7) PP-74/2011
Dasar Hukum : Pasal 5 ayat (4) PMK-239 stdd
stdd PP-9/2021, Pasal 30 ayat (1) huruf c PMK- Dasar Hukum : Pasal 114 PMK-18/2021
PMK-18/2021
239 stdd PMK 18/2021

KETENTUAN PERALIHAN DASAR HUKUM Ketentuan Peralihan Pasal 114 PMK-18/2021

Pemeriksaan Bukper yang telah mendapat persetujuan perpanjangan jangka waktu sebelum PMK ini berlaku, diselesaikan sesuai
jangka waktu yang ditentukan dalam persetujuan perpanjangan dimaksud berdasarkan ketentuan sebagaimana diatur dalam PMK
239/PMK.03/2014. www.pajak.go.id
Pemeriksaan Bukti Permulaan Tindak Pidana di Bidang Perpajakan 96

04 06
Menegaskan bahwa Menambahkan ketentuan
Menegaskan bahwa
pemeriksaan Bukti bahwa surat pemberitahuan
pemeriksaan Bukti
Permulaan Tetap Dapat Pemeriksaan Bukti
Permulaan tetap dapat
dilakukan meskipun telah Permulaan dapat
dilakukan meskipun telah
melewati daluwarsa disampaikan secara
diterbitkan SKP sepanjang
penetapan elektronik
dilakukan terhadap data
baru
Dalam hal terdapat indikasi pidana, Untuk memberikan kemudahan
pemeriksaan bukper dapat Untuk memberikan kepastian bagi Wajib Pajak dan menyesuaikan
dilakukan meskipun telah melewati hukum bagi Wajib Pajak dengan UU Administrasi
daluwarsa penetapan Pemerintahan. Sebelumnya hal ini
belum diatur.

05
Dasar Hukum : Pasal 2 ayat (5) PMK-239 stdd Dasar Hukum : Pasal 2 ayat (6) PMK-239 stdd Dasar Hukum : Pasal 15 ayat (4) PMK-239 stdd
PMK-18/2021 PMK-18/2021 PMK-18/2021

www.pajak.go.id
Pengungkapan Ketidakbenaran Perbuatan 97

01 03
Menegaskan ketentuan
Menegaskan batasan ruang peralihan atas pengenaan
lingkup tindak pidana di Sanksi Administrasi berupa
Penyesuaian atas perubahan denda pada pengungkapan
bidang perpajakan yang besaran Sanksi Administrasi ketidakbenaran perbuatan
dapat dilakukan terkait Pengungkapan
pengungkapan Ketidakbenaran Perbuatan
ketidakbenaran perbuatan Terhadap Pengungkapan
Ketidakbenaran Perbuatan

Terbatas pada tindak pidana di


150% yang diajukan sejak 02
November 2020, besaran
sanksi administrasi berupa
bidang perpajakan sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 38 atau denda adalah sebesar 100%
Pasal 39 ayat (1) huruf c dan d UU dari jumlah pajak yang
KUP stdtd UU CIKA.
100% kurang dibayar

02
Dasar Hukum : Pasal 7 ayat (1) PP-74/2011 stdd Dasar Hukum : Pasal 7 ayat (2) PP-74/2011 stdd
Dasar Hukum : Pasal 9 angka 2 PP-9,/2021 dan
PP-9/2021, Pasal 23 ayat (1) PMK-239 stdd PMK- PP-9/2021, Pasal 23 ayat (5) PMK-239 stdd PMK-
Pasal 116 angka 2 PMK-18/2021
18/2021 18/2021

www.pajak.go.id
Pengungkapan Ketidakbenaran Perbuatan 98

04 06
Menghapus ketentuan Menegaskan ketentuan Mengubah ketentuan
format Surat terkait pembayaran jumlah terkait pembayaran atas
Pemberitahuan dalam pajak yang sebenarnya pengungkapan
Pengungkapan terutang dan sanksi ketidakbenaran perbuatan
Ketidakbenaran Perbuatan administrasinya terkait yang tidak memenuhi
pemulihan kerugian pada ketentuan
pendapatan negara
Untuk memberikan Pembayaran jumlah pajak yang Pembayaran atas pengungkapan
kemudahan bagi Wajib Pajak sebenarnya terutang dan sanksi ketidakbenaran yang tidak memenuhi
dalam melakukan administrasi berupa denda dalam ketentuan tetap dapat
pengungkapan ketidakbenaran
pengungkapan diperhitungkan sebagai pengurang
perbuatan merupakan pemulihan kerugian pada pendapatan negara
ketidakbenaran perbuatan kerugian pada pendapatan negara pada tahap Penyidikan.

05
Dasar Hukum : Pasal 7 ayat (2) PP-74/2011 stdd Dasar Hukum : Pasal 7 ayat (2a) PP-74/2011 stdd
PP-9/2021 , Pasal 23 ayat (5) PMK-239 stdd PP-9/2021, Pasal 23 ayat (5a) PMK-239 stdd Dasar Hukum : Pasal 25 ayat (1) PMK-239 stdd
PMK-18/2021 PMK-18/2021 PMK-18/2021

www.pajak.go.id
Pengungkapan Ketidakbenaran Perbuatan 99

07 Ketentuan
Menegaskan bahwa atas Peralihan
pembayaran atas
pengungkapan Terhadap pengungkapan ketidakbenaran perbuatan
ketidakbenaran perbuatan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 8 ayat (3) UU KUP
yang tidak memenuhi
ketentuan tidak dapat
stdtd UU CIKA yang diajukan oleh Wajib Pajak sejak
dipindahbukukan atau tanggal 2 November 2020, pengenaan sanksi
diminta kembali administrasinya sesuai dengan UU KUP stdtd UU CIKA
Untuk memberikan kepastian
(100%).
hukum bagi Wajib Pajak.
Sebelumnya, ketentuan terkait hal
ini hanya mengatur bahwa atas DASAR HUKUM Ketentuan Peralihan Pasal 9 PP-9/2021 dan Pasal 116 PMK-18/2021
pembayaran tersebut tidak dapat
diminta kembali.

Dasar Hukum : Pasal 25 ayat (3) PMK-239 stdd


PMK-18/2021

www.pajak.go.id
7. Tata Cara Permintaan Penghentian Penyidikan Tindak Pidana di Bidang
100
Perpajakan untuk Kepentingan Penerimaan Negara
Dokumen terkait penghentian Penyidikan:
PENGHENTIAN PENYIDIKAN 1. Dapat dibuat dan ditandatangani secara tertulis atau
melunasi pajak yang tidak secara elektronik sesuai dengan pedoman tata naskah
atau kurang dibayar atau yang dinas yang berlaku.
tidak seharusnya dikembalikan 2. Dokumen tersebut semuanya mempunyai kekuatan
hukum yang sama.

sanksi administrasi berupa Penyampaian dokumen terkait penghentian Penyidikan:


denda sebesar 3 (tiga) kali
jumlah pajak yang tidak atau 1. Secara langsung;
kurang dibayar atau tidak 2. Melalui POS atau jasa ekspedisi dengan bukti pengiriman;
seharusnya dikembalikan atau
3. Secara elektronik.

Dasar Hukum: Pasal 62 PP-74/2011 stdd PP-9/2021, Pasal 3, dan Pasal 10A
PMK-55/2016 stdd PMK-18/2021
KETENTUAN PERALIHAN
Terhadap permintaan penghentian penyidikan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 44B UU KUP stdtd UU CIKA, yang diajukan oleh
Wajib Pajak sejak tanggal 2 November 2020, pengenaan sanksi administrasinya sesuai dengan UU KUP stdd UU CIKA (3 kali).

DASAR HUKUM Ketentuan Peralihan Pasal 9 PP-9/2021 dan Pasal 116 PMK-18/2021.
www.pajak.go.id
101
8. Tata Cara Pemberian Imbalan Bunga

RUANG LINGKUP PEMBERIAN IMBALAN BUNGA SESUAI UU KUP Stdtd UU CIKA

1 Keterlambatan Pengembalian Kelebihan Pembayaran Pajak - Pasal 11 ayat (3) UU KUP stdtd UU CIKA

2 Keterlambatan penerbitan SKPLB - Pasal 17B ayat (3) UU KUP stdtd UU CIKA

3 Keterlambatan penerbitan SKPLB - Pasal 17B ayat (4) UU KUP stdtd UU CIKA

4 Kelebihan Pembayaran Pajak karena Permohonan Keberatan, Banding, PK Dikabulkan


Sebagian/Seluruhnya - Pasal 27B ayat (1) UU KUP stdtd UU CIKA

5 Kelebihan Pembayaran Pajak karena SK Pembetulan, SK Pengurangan/Pembatalan SKP atau SK


Pengurangan/Pembatalan STP, yang Mengabulkan Sebagian/Seluruhnya Permohonan WP –
Pasal 27B ayat (3) UU KUP stdtd UU CIKA

DASAR HUKUM Pasal 45A PP-74/2011 stdd PP-9/2021, Pasal 83 PMK-18/2021


www.pajak.go.id
Tata Cara Pemberian Imbalan Bunga 102

1. Imbalan Bunga Pasal 11 (3) UU KUP-keterlambatan pengembalian kelebihan pembayaran pajak

 PBPPh, PPN & PPnBm:  PBB sektor perkebunan, perhutanan, pertambangan, lainnya:
Keterlambatan penerbitan SKPKPP/SKPPIB Keterlambatan penerbitan SKPKPP PBB
Batas waktu penerbitan SKPKPP/SKPIB, Batas waktu penerbitan SKPKPP PBB,
maksimal 1 bulan sejak: maksimal 1 bulan sejak:
1. diterima permohonan pengembalian kelebihan pembayaran pajak atas 1. Diterbitkan SKKP PBB
SKPLB Pasal 17 (1) UU KUP stdtd UU CIKA 2. Diterbitkan Keputusan Keberatan
2. diterbitkan SKPLB Pasal 17(2) atau Pasal 17B UU KUP stdtd UU CIKA 3. Putusan Banding/PK diterima kantor DJP yang melaksanakan
3. diterbitkan SKPPKP Pasal 17C atau Pasal 17D UU KUP stdtd UU CIKA, putusan
atau Pasal 9 ayat (4c) UU PPN stdtd UU CIKA 4. Diterbitkan SK Pembetulan
4. diterbitkan SK Keberatan, SK Pembetulan, SK 5. Diterbitkan SK Pengurangan/Penghapusan Sanksi Administrasi PBB
Pengurangan/Penghapusan Sanksi Administrasi, SK 6. Ditertbitkan SK Pengurangan/Pembatalan SPPT
Pengurangan/Pembatalan Ketetapan Pajak atau SKPIB 7. Diterbitkan SK Pengurangan/Pembatalan SKP PBB
5. diterima Putusan Banding atau Putusan PK oleh kantor DJP yang 8. Diterbitkan SK Pengurangan/Pembatalan STP PBB
melaksanakan putusan

DPP: jumlah kelebihan pembayaran pajak


Tarif: tarif bunga sesuai KMK, yang berlaku pada tanggal dimulai penghitungan IB
Jumlah Bulan:
Sejak batas waktu penerbitan SKPKPP, SKPPIB, atau SKPKPP PBB berakhir s.d. tanggal penerbitan SKPKPP, SKPPIB, atau SKPKPP PPB
Maksimal 24 bulan, bagian bulan dihitung penuh 1 bulan

DASAR HUKUM: Pasal 83, 84, 85, 90 PMK-18/2021


www.pajak.go.id
Tata Cara Pemberian Imbalan Bunga 103

2. Imbalan Bunga Pasal 17B (3) UU KUP stdtd UU CIKA-keterlambatan penerbitan SKPLB

3. Imbalan Bunga Pasal 17B (4) UU KUP stdtd UU CIKA-keterlambatan penerbitan SKPLB

Imbalan Bunga Pasal 17B ayat (3) UU KUP stdtd UU CIKA: Imbalan Bunga Pasal 17B ayat (4) UU KUP stdtd UU CIKA:
Ketentuan terkait jangka waktu 12 bulan tidak berlaku terhadap WP yang sedang
1. SKP atas pemeriksaan Pasal 17B diterbitkan paling lama 12 bulan sejak
dilakukan pemeriksaan bukti permulaan (Pasal 17B ayat (1a) UU KUP stdtd UU CIKA)
surat permohonan diterima secara lengkap (Pasal 17B ayat (1) UU KUP Imbalan bunga diberikan apabila pemeriksaan bukti permulaan sebagaimana
stdtd UU CIKA) dimaksud pada Pasal 17B ayat (1a) UU KUP stdtd UU CIKA:
2. Apabila jangka waktu 12 bulan terlampaui, Dirjen Pajak dianggap • tidak dilanjutkan dengan penyidikan
mengabulkan permohonan LB WP dan SKPLB harus diterbitkan paling • dilanjutkan dengan penyidikan, tetapi tidak dilanjutkan dengan penuntutan tindak
lama 1 bulan setelah jangka waktu tersebut berakhir (Pasal 17B ayat (2) pidana di bidang perpajakan
UU KUP stdtd UU CIKA) • dilanjutkan dengan penyidikan dan penuntutan, tetapi diputus bebas atau lepas
Imbalan bunga diberikan apabila SKPLB terlambat diterbitkan sebagaimana dari segala tuntutan,
dimaksud pada Pasal 17B ayat (2) (Pasal 17B ayat (3) UU KUP stdtd UU CIKA) dan kepada WP diterbitkan SKPLB (Pasal 17B ayat (4) UU KUP stdtd UU CIKA)
Imbalan bunga Pasal 17B ayat (4) UU KUP stdtd UU CIKA tidak diberikan dalam hal
WP memilih jalur: pengungkapan ketidakbenaran perbuatan Pasal 8(3) atau
DPP: jumlah kelebihan pembayaran pajak penghentian penyidikan Pasal 44B UU KUP stdtd UU CIKA (Pasal 17B ayat (5) UU KUP
stdtd UU CIKA)
Tarif: tarif bunga sesuai KMK, yang berlaku pada tanggal dimulai penghitungan IB
Jumlah Bulan:
Sejak: DASAR HUKUM: Pasal 83, 86, 87 PMK-18/2021
• Untuk IB Pasal 17B ayat (3) UU KUP stdtd UU CIKA:
berakhirnya jangka waktu 1 bulan dalam Pasal 17B ayat (2) UU KUP stdtd UU CIKA)
• Untuk IB Pasal 17B ayat (4) UU KUP stdtd UU CIKA:
berakhirnya jangka waktu 12 bulan dalam Pasal 17B ayat (1) UU KUP stdtd UU CIKA)
s.d. tanggal penerbitan SKPLB
Maksimal 24 bulan, bagian bulan dihitung penuh 1 bulan
www.pajak.go.id
Tata Cara Pemberian Imbalan Bunga 104

Imbalan Bunga Pasal 27B (1) UU KUP stdtd UU CIKA-kelebihan pembayaran pajak karena pengajuan keberatan,
4.
banding, atau PK, dikabulkan sebagian atau seluruhnya
 SPT: LB dengan permohonan pengembalian kelebihan pembayaran pajak
 SKP: SKPKB, SKPKBT, SKPLB, atau SKPN
DPP:
• Jumlah kelebihan pembayaran pajak
• Maksimal sebesar jumlah LB yang disetujui WP dalam PAHP (jumlah LB menurut WP pada saat PAHP)
• Tidak termasuk kelebihan pembayaran atas SKPKB/SKPKBT (baik disetujui/tidak disetujui oleh WP pada saat
PAHP)

Tarif: tarif bunga sesuai KMK, yang berlaku pada tanggal dimulai penghitungan IB

Jumlah Bulan:
Sejak:
Tanggal penerbitan SKPKB, SKPKBT, SKPLB, atau SKPN
s.d. tanggal penerbitan SK Keberatan, Putusan Banding, atau Putusan PK
(tanggal penerbitan Putusan Banding = tanggal Put Banding diucap oleh hakim Pengadilan Pajak dalam sidang
terbuka untuk umum;
tanggal penerbitan Putusan PK = tanggal Putusan PK diucapkan oleh hakim agung)
Maksimal 24 bulan, bagian bulan dihitung penuh 1 bulan

DASAR HUKUM: Pasal 45A PP-74/2011 stdd PP-9/2021 dan Pasal 88 PMK-18/2021

www.pajak.go.id
Tata Cara Pemberian Imbalan Bunga 105

Imbalan Bunga Pasal 27B (3) UU KUP stdtd UU CIKA-kelebihan pembayaran pajak karena SK
5.
Pembetulan, SK Pengurangan/Pembatalan SKP atau SK Pengurangan/Pembatalan STP, yang
mengabulkan sebagian/seluruhnya permohonan WP
IB hanya diberikan terhadap SK Pembetulan, SK Pembatalan/Pengurangan SKP, SK Pembatalan/Pengurangan STP, yang
diterbitkan berdasarkan permohonan WP, selain:
 SK Pembetulan terkait MAP
 SK Pembatalan SKP sesuai Pasal 36 ayat (1) huruf d UU KUP stdtd UU CIKA

DPP:
Jumlah kelebihan pembayaran pajak

Tarif: tarif bunga sesuai KMK, yang berlaku pada tanggal dimulai penghitungan IB

Jumlah Bulan:
Sejak:
• Tanggal bayar SKPKB atau SKPKBT
• Tanggal terbit SKPLB atau SKPN
s.d tanggal terbit SK Pembetulan, SK pengurangan/pembatalan SKP
Atau
Sejak tanggal bayar STP
s.d. tanggal SK Pembetulan, SK pengurangan/pembatalan STP

Maksimal 24 bulan, bagian bulan dihitung penuh 1 bulan

DASAR HUKUM: Pasal 89 PMK-18/2021


www.pajak.go.id
Tata Cara Pemberian Imbalan Bunga 106

Permohonan
 IB PPh, PPN, PPnBM: disampaikan ke KPP tempat WP terdaftar/PKP dikukuhkan
 IB PBB: disampaikan ke KPP tempat objek pajak PBB diadministrasikan
Secara elektronik atau tertulis (disampaikan secara langsung, pos dengan BPS, atau perusahaan jasa ekspedisi/kurir dengan BPS)

Surat Keputusan Penerbitan Imbalan Bunga (SKPIB)


 SKPIB diterbitkan jika permohonan IB:
o memenuhi ketentuan pemberian imbalan bunga
o mencantumkan nomor rekening dalam negeri WP
o dalam hal IB pasal 27B ayat (1) UU KUP stdtd UU CIKA: SK keberatan tidak diajukan banding, Putusan Banding telah diterima oleh KPP, atau Putusan
PK telah diterima oleh KPP (IB diberikan tidak menunggu putusan PK)
 SKPIB dibuat berdasarkan Nothit Pemberian Imbalan Bunga.
 Dalam hal SKPIB tidak diterbitkan, KPP menerbitkan Pemberitahuan SKPIB tidak diterbitkan.
 SKPIB diterbitkan dalam rupiah. pemberian IB terkait pajak yang terutang dalam USD menggunakan kurs yang ditetapkan Menkeu pada saat ketetapan,
keputusan, putusan yang menjadi dasar pemberian IB diterbitkan/diucapkan
 Dalam hal SKPIB tidak diterbitkan, KPP menerbitkan Pemberitahuan SKPIB tidak diterbitkan
 Jangka waktu penerbitan SKPIB/pemberitahuan IB tidak diterbitkan paling lama 1 bulan sejak permohonan diterima lengkap oleh KPP

Surat Keputusan Perhitungan Pemberian Imbalan Bunga (SKPPIB)


 Perhitungan IB dengan kompensasi utang pajak dan/atau pajak yang akan terutang
 Dibuat berdasarkan Nothit Perhitungan Pemberian Imbalan Bunga
 Pelunasan utang pajak diakui pada saat diterbitkan SKPPIB
 Utang pajak dalam USD, menggunakan kurs yang ditetapkan Menteri Keuangan yang berlaku saat penerbitan SKPPIB
 SKPPIB dan SPMIB ditetbitkan paling lama 1 bulan sejak tanggal penerbitan SKPIB PROSEDUR PEMBERIAN
IMBALAN BUNGA
Surat Perintah Membayar Imbalan Bunga (SPMIB):
DASAR HUKUM:
 Kompensasi ke Utang Pajak/pajak yang akan terutang dilakukan melalui potongan SPMIB
 Potongan SPMIB dianggap sah apabila telah mendapatkan NPTN/nomor referensi penerimaan sesuai peraturan perbendaharaan Pasal 45A PP- 74/2011


Kepala KPPN menerbitkan BPN atas kompensasi ke utang pajak/pajak yang akan terutang
SPMIB diterbitkan oleh Kepala KPP an Menkeu, dapat dibetulkan dalam hal terdapat kesalahan sepanjang belum terbit SP2D.
stdd PP-9/2021 dan Pasal
 SKPPIB dan SPMIB, beserta ADK disampaikan ke KPPN 91, 92, 94, 95, 96, 97, 98,
Surat Perintah Pencairan Dana (SP2D) 99 PMK-18/2021
Diterbitkan oleh KPPN an Menkeu sesuai rekening WP yang tercantum dalam SPMIB, SP2D Nihil diterbitkan jika tidak terdapat sisa
imbalan bunga setelah kompensasi ke utang pajak/pajak yang akan terutang www.pajak.go.id
Tata Cara Pemberian Imbalan Bunga 107

Utang Pajak yang diadministrasikan di KPP tempat WP terdaftar dan/atau PKP dikukuhkan (termasuk
WP Cabang) dan tempat objek pajak PBB diadministrasikan
:
Utang Pajak PPh, PPN, PPnBM: Utang Pajak PBB, yang tercantum dalam:
:
 Untuk Masa Pajak, Bagian Tahun Pajak, atau Tahun Pajak 2007 dan sebelumnya Utang Pajak yang tercantum 1. Surat Tagihan Pajak PBB;
dalam: 2. Surat Pemberitahuan Pajak Terutang;
1. STP; 3. Surat Ketetapan Pajak PBB;
2. SKPKB atau SKPKBT; 4. Keputusan Keberatan, Putusan Banding, atau Putusan Peninjauan Kembali yang menyebabkan jumlah
3. SK Pembetulan, SK Keberatan, Putusan Banding, serta Putusan Peninjauan Kembali, yang menyebabkan pajak yang masih harus dibayar bertambah;
jumlah pajak yang masih harus dibayar bertambah; dan/atau 5. Surat Keputusan Pembetulan yang menyebabkan jumlah pajak yang masih harus dibayar bertambah;
4. SK Pembetulan, SK Keberatan, Putusan Banding, serta Putusan Peninjauan Kembali, yang menyebabkan dan/atau
terjadinya pengembalian kelebihan pajak yang seharusnya tidak dikembalikan; 6. Surat Keputusan Pembetulan, Keputusan Keberatan, Putusan Banding, serta Putusan Peninjauan
 Untuk Masa Pajak, Bagian Tahun Pajak, atau Tahun Pajak 2008 dan sesudahnya adalah Utang Pajak yang Kembali, yang menyebabkan terjadinya pengembalian kelebihan pajak yang seharusnya tidak
tercantum dalam: dikembalikan.
1. Surat Tagihan Pajak;
2. SKPB atau SKPKBT atas jumlah yang telah disetujui oleh Wajib Pajak dalam PAHP;
3. SKPKB atau SKPKBT atas jumlah yang tidak disetujui oleh Wajib Pajak dalam PAHP, yang:
a) tidak diajukan keberatan;

KOMPENSASI UTANG
b) diajukan keberatan tetapi SK Keberatan mengabulkan sebagian, menolak, atau menambah jumlah pajak
terutang dan atas SK Keberatan tersebut tidak diajukan banding; atau

PAJAK
c) diajukan keberatan dan atas SK Keberatan tersebut diajukan banding tetapi Putusan Banding
mengabulkan sebagian, menambah jumlah pajak terutang, atau menolak;
4. SK Keberatan yang tidak diajukan banding;
5. SK Pembetulan yang menyebabkan jumlah pajak yang masih harus dibayar bertambah;
6. Putusan Banding atau Putusan Peninjauan Kembali, yang menyebabkan jumlah pajak yang masih harus DASAR HUKUM: Pasal 93 PMK-18/2021
dibayar bertambah; dan/atau
7. Surat Keputusan Pembetulan, Surat Keputusan Keberatan, Putusan Banding, serta Putusan Peninjauan
Kembali, yang menyebabkan terjadinya pengembalian kelebihan pajak yang seharusnya tidak dikembalikan;

Jika masih terdapat sisa:

1. Pajak yang akan terutang a.n. WP


2. Utang Pajak dan/atau pajak yang akan terutang atas nama WP lain.
www.pajak.go.id
Tata Cara Pemberian Imbalan Bunga 108

KETENTUAN LAIN
 Kewajiban penyampaian spesimen penandatangan SKPPIB dan SPMIB ke KPPN. (Pasal 100 PMK-18/2021)
 Imbalan bunga merupakan bagian dari pengurang penerimaan pajak. (Pasal 101 PMK-18/2021)
 STP Pasal 14 ayat (1) huruf h UU KUP stdtd UU CIKA diterbitkan untuk menagih kembali IB yang seharusnya tidak
diberikan dan belum dibayar kembali oleh WP s.d. tanggal 2 November, dalam hal: (Pasal 102 PMK-18/2021)
a. diterbitkan keputusan;
b. diterima keputusan;
c. atau ditemukan data/informasi
 Penyesuaian format Lampiran:
 SKPIB (Lampiran XX)
 Pemberitahuan SKPIB tidak diterbitkan (Lampiran XXI)
 Nothit penghitungan imbalan bunga (Lampiran XXII)
 Nothit perhitungan imbalan bunga (Lampiran XXIII)
 SKPPIB (Lampiran XV)

KETENTUAN PERALIHAN
1. Cut off penerapan UU Cipta Kerja: Produk Hukum yang menjadi dasar pemberian imbalan bunga, berupa ketetapan, keputusan,
atau putusan. (Pasal 111 PMK-18/2021)
a. Apabila diterbitkan/diucapkan sejak tanggal 2 November 2020, permohonan IB diselesaikan sesuai PMK-18/2021
b. Apabila diterbitkan/diucapkan sebelum tanggal 2 November 2020, diselesaikan sesuai PMK-226/2013 stdtd PMK-65/2018
2. KMK-540/2020 (tarif bunga November 2020), berlaku untuk pemberian IB sesuai PMK-18/2021 yang tanggal mulai penghitungan
IBnya sebelum 2 November 2020 (Pasal 9 angka 4 PP-9/2021).
3. Pemberian imbalan bunga diselesaikan paling lama 1 (satu) bulan sejak permohonan pemberian imbalan bunga (yang diajukan
sejak berlakunya PMK), diterima secara lengkap oleh KPP. (Pasal 111 PMK-18/2021)
www.pajak.go.id
9. Tindak Pidana di Bidang Perpajakan 109

Ruang Lingkup Tindak Pidana di Bidang Perpajakan


Mengubah penjelasan Pasal 12 ayat (1) PP-74/2011 stdd PP-9/2021: Tindak Pidana di
Bidang Perpajakan yaitu perbuatan yang diancam sanksi pidana oleh Undang-Undang KUP,
Undang-Undang PBB, Undang-Undang Bea Materai, Undang-Undang PPSP dan Undang-Undang
AIK. Dengan demikian memberikan kepastian hukum terkait dengan kewenangan penyidikan dan
pemeriksaan bukti permulaannya untuk tindak pidana di bidang perpajakan.
DASAR HUKUM Pasal 12 PP-74/2011 stdd PP-9/2021

Penghapusan SKPKB berdasarkan hasil Pemeriksaan Bukper

Penghapusan Pasal 13A UU KUP stdtd UU CIKA Sulit untuk menentukan bagaimana WP disebut alpa
karena tidak menyampaikan SPT atau menyampaikan SPT
tetapi isinya tidak benar atau tidak lengkap, dan kapan
Penghapusan Pasal 29 PP-74/2011 stdd PP-9/2021 kealpaan tersebut dilakukan pertama kali.

www.pajak.go.id
10. Pelaksanaan Ketentuan Perpajakan Secara Elektronik 110

Pelaksanaan secara elektronik untuk WP


 Dapat melaksanakan hak dan/atau memenuhi kewajibannya secara elektronik
 Menggunakan sertifikat elektronik tersertifikasi maupun sertifikat elektronik yang tidak tersertifikasi
 Sertifikat elektronik tersertifikasi diberikan oleh penyelenggara sertifikat elektronik yang ditunjuk
oleh Menteri Keuangan
 Diatur lebih lanjut dengan Peraturan Menteri Keuangan
 Menkeu dapat bekerja sama dengan pihak lain untuk menyediakan fasilitas pelaksanaan hak dan
pemenuhan kewajiban perpajakan secara elektronik

Pelaksanaan secara elektronik untuk DJP


 Dirjen Pajak dapat menerbitkan dan menandatangani keputusan dan
ketetapan secara elektronik
 Berkekuatan hukum sama dengan keputusan dan ketetapan yang tertulis
 Jika telah dibuat bentuk elektronik, maka tidak dibutuhkan lagi dokumen
tertulis
Diatur lebih lanjut dengan Peraturan Menteri Keuangan

DASAR HUKUM Pasal 63A dan 63B PP-74/2011 stdd PP-9/2021

www.pajak.go.id
Selamat
berkarya

Anda mungkin juga menyukai