Anda di halaman 1dari 29

Disusun oleh:

Agus Prasetyo Budi S.


NIM: 2022100021
Prodi: Akuntansi

Buku 1-1: Dasar-Dasar Perpajakan


Definisi & Unsur Pajak
Prof. Dr. Rochmat Soemitro:

Pajak adalah iuran rakyat kepada kas


negara berdasarkan undang-undang ( yang
dapat dipaksakan) dengan tiada mendapat
jasa timbal (kontraprestasi) yang langsung
dapat ditunjukkan dan yang digunakan
untuk membayar pengeluaran umum.
Pajak memiliki unsur :
1) Iuran dari rakyat kepada negara
Yang berhak memungut pajak hanyalah negara, iuran
tersebut berupa uang (bukan barang).

2) Berdasarkan Undang- Undang


Pajak dipungut berdasarkan atau dengan kekuatan
Undang-undang serta aturan pelaksanaannya.

3) Tanpa jasa timbal atau kontraprestasi dari


negara yang secara langsung dapat ditunjuk
Dalam pembayaran pajak tidak dapat ditunjukkan adanya
kontraprestasi individual oleh pemerintah.

4) Iuran dari rakyat kepada negara


Digunakan untuk membiayai pengeluaran umum yang berguna
untuk rakyat, seperti pembuatan jalan, jembatan, degung, gaji
pegawai negeri, dan sebagainya
Pengertian Pajak Penghasilan (Wajib Pajak
Orang Pribadi)
Pajak penghasilan merupakan pajak yang
dikenakan terhadap penghasilan yang diperoleh
oleh wajib pajak dalam suatu tahun pajak. Dari
pengertian pajak penghasilan tersebut, pajak
penghasilan wajib pajak orang pribadi dapat
diartikan sebagai pajak yang dikenakan atas
penghasilan yang diperoleh wajib pajak orang
pribadi dalam suatu tahun pajak. Dalam hal ini,
tidak terkait dengan
penghasilan yang diperoleh oleh badan,
termasuk BUT.
Fungsi Pajak
Fungsi Anggaran
(Budgetair)
sebagai sumber pemasukan keuangan negara dengan cara
mengumpulkan dana dari wajib pajak kepada kas negara yang
bertujuan untuk membangun infrastruktur, menggaji pegawai
Fungsi negeri, polisi, tentara, membayar hutang negara dan pengeluaran
negara lainnya.
Pajak Fungsi Mengatur
(Regulerend)
Pajak sebagai alat
untuk mengatur atau
melaksanakan kebijakan
pemerintah dalam
bidang sosial dan
Melalui kebijakan ini diharapkan kepada ekonomi.
masyarakat dapat tertarik untuk
membangun UMKM dan UMKM dapat
masuk ke dalam sistem perpajakan.
Syarat Pemungutan Pajak
 Pemungutan pajak harus adil (Syarat
Keadilan)
 Pemungutan pajak harus berdasarkan
undang-undang (Syarat Yuridis)
 Tidak mengganggu perekonomian (Syarat
Ekonomis)
 Pemungutan pajak harus efisien (Syarat
Finansial)
 Sistem pemungutan pajak harus
sederhana (Syarat Sederhana)
Teori Pendukung Pemungutan Pajak

Beberapa teori yang memberikan


justifikasi pemberian hak kepada
negara untuk memungut pajak :
1) Teori Asuransi
2) Teori Kepentingan
3) Teori Daya Pikul
4) Teori Bakti
5) Teori Asas Daya Beli
Teori Asuransi
Negara melindungi keselamatan jiwa,
harta benda, dan hak-hak rakyatnya.

Teori Kepentingan
Pembagian beban pajak kepada rakyat
didasarkan pada kepentingan (misalnya
perlindungan) masing-masing orang.
Teori Daya Pikul

Beban pajak untuk semua orang harus sama beratnya,


artinya pajak harus dibayar sesuai dengan daya pikul
masing-masing orang.

Untuk mengukur daya pikul dapat digunakan 2


pendekatan, yaitu:
– Unsur obyektif, dengan melihat besarnya
penghasilan atau kekayaan yang dimiliki oleh
seseorang.
– Unsur subyektif, dengan memperhatikan
besarnya kebutuhan material yang harus dipenuhi.
Teori Bakti
Sebagai warga negara yang berbakti,
rakyat harus selalu menyadari bahwa
pembayaran pajak adalah sebagai suatu
kewajiban.

Teori Asas Daya Beli


Memungut pajak berarti menarik daya beli
dari rumah tangga masyarakat untuk
rumah tangga negara.
Kedudukan Hukum Pajak

Kedudukan Hukum Pajak


Kedudukan Hukum Pajak
1. Hukum Perdata, mengatur hubungan antara satu
individu dengan individu lainnya
2. Hukum Publik, mengatur hubungan antara

Hukum Publik pemerintah dengan rakyatnya. Rinciannya:


a. Hukum Tata Negara
b. Hukum Tata Usaha Negara (Hukum
Administrasi Negara)
c. Hukum Pajak
d. Hukum Pidana
Hukum Pajak
Ada dua macam hukum pajak yaitu :
1) Hukum Pajak Materil
Contoh : UU Pajak Penghasilan

2) Hukum Pajak Formil


Contoh : Ketetapan Umum dan Tata
Cara Perpajakan
Pengelompokan Pajak
Pengelompokan pajak MENURUT GOLONGAN:
 Pajak Langsung
Pajak yang harus dipikul sendiri oleh wajib
pajak dan tidak dapat dibebankan atau
dilimpahkan kepada pihak lain.
Contoh : Pajak Penghasilan (PPh)

 Pajak Tidak Langsung


Pajak yang pembayarannya dapat dibebankan
atau dilimpahkan kepada orang atau pihak
lain.
Contoh :Pajak Pertambahan Nilai (PPN)
Pengelompokan pajak MENURUT SIFAT:
 Pajak subyektif
Pajak yang berpangkal atau berdasarkan
pada subyeknya, dalam arti
memperhatikan keadaan diri wajib pajak.
(contoh PPh)
 Pajak obyektif
Pajak yang berpangkal pada obyeknya,
tanpa memperhatikan keadaan diri wajib
pajak.
(contoh PPN dan PPnBM)
Pengelompokan pajak MENURUT LEMBAGA
PEMUNGUT:
 Pajak Pusat
Pajak yang dipungut oleh pemerintah pusat
dan digunakan untuk membiayai rumah
tangga negara (contoh PPh, PPN, PPnBM,
Bea Meterai).
 Pajak Daerah
Pajak yang dipungut oleh Pemerintah
Daerah dan digunakan untuk membiayai
rumah tangga daerah.
Tata Cara Pemungutan Pajak
1. Stelsel (saat pemungutan pajak):
 Stelsel nyata Pengenaan pajak
didasarkan pada obyek nyata.

 Stelsel anggapan Pengenaan pajak


didasarkan pada suatu anggapan yang diatur
oleh undang-undang.

 Stelsel campuran Kombinasi antara


stelsel nyata dengan stelsel anggapan.
2. Asas Pemungutan Pajak
 Asas domisili (asas tempat tinggal)
Negara berhak mengenakan pajak atas seluruh
penghasilan WP yang bertempat tinggal di
negaranya, baik penghasilan dari dalam negeri
maupun dari luar negeri. Asas ini berlaku bagi
WP dalam negeri.

 Asas sumber
Negara berhak mengenakan pajak atas seluruh
penghasilan yang bersumber diwilayahnya tanpa
memerhatikan tempat tinggal WP.

 Asas kebangsaan (nasionalitas)


Pengenaan pajak dihubungkan dengan
kebangsaan suatu negara.
3. KEWAJIBAN PEMBUKUAN
 Itikad baik
 Mencerminkan keadaan dan kegiatan
usaha sebenarnya
 Taat asas ; pengakuan penghasilan dan
biaya dengan stelsel akrual/kas
 Syarat ; Dilakukan di Indonesia,
menggunakan huruf latin/angka Arab,
menggunakan satuan rupiah/mata uang
lain yang diijinkan MenKeu, menggunakan
bahasa Indonesia/bahasa lain yang
diijinkan MenKeu
Sistem Pemungutan Pajak
Sistem pemungutan pajak (perhitungan
pajak terutang) terdiri dari :
 Official Assessment System
 Self Assessment System
 With Holding System
1) Official Assessment System

Ciri-cirinya:
 Wewenang untuk menentukan besarnya

pajak terutang ada pada fiskus


 Wajib pajak bersifat pasif

 Utang pajak timbul setelah dikeluarkan

surat ketetapan pajak oleh fiskus


fiskus adalah pegawai atau pejabat pemerintah yang
bertugas untuk mengurus dan menarik pajak
2) Self Assessment System
Ciri-cirinya:
 Wewenang untuk menentukan besarnya
pajak terutang ada pada wajib pajak
 Wajib pajak aktif, mulai dari menghitung,
menyetor dan melaporkan pajak yang
terutang
 Fiskus tidak ikut campur dan hanya
mengawasi (melakukan fungsi control)
3) With Holding Assessment System

Cirinya:

Wewenang yang menentukan besarnya


pajak yang terutang ada pada pihak ketiga,
yaitu pihak selain fiskus dan wajib pajak.
Timbul dan Hapusnya Utang Pajak
Ada dua ajaran yang mengatur timbulnya utang pajak :
 Ajaran Formal
Utang pajak timbul karena dikeluarkannya surat
ketetapan pajak oleh fiskus.

 Ajaran Material
Utang pajak timbul karena berlakunya undang-undang.

Hapusnya utang pajak disebabkan karena:


Pembayaran, Kompensasi, Kadaluarsa, Pembebasan dan
Penghapusan.
Hambatan Pemungutan Pajak
Perlawanan terhadap pajak dapat berupa:
 Perlawanan pasif
 Perlawanan aktif

PERLAWANAN PASIF
Masyarakat enggan (pasif) membayar pajak.
Hal ini dapat disebabkan oleh:
– Perkembangan intelektual dan moral masyarakat.
– Sistem perpajakan yang mungkin sulit dipahami
masyarakat.
– Sistem pengendalian tidak dapat dilakukan atau
dilaksanakan dengan baik.
PERLAWANAN AKTIF
Perlawanan aktif meliputi semua usaha dan
perbuatan yang secara langsung ditujukan
kepada fiskus dengan tujuan untuk menghindari
pajak

Bentuknya antara lain:


 Tax avoidance, usaha meringankan beban
pajak dengan tidak melanggar undang-
undang (minimalisasi pajak secara legal).
 Tax evasion, usaha meringankan beban pajak
dengan cara melanggar undang-undang
(menggelapkan pajak atau manipulasi pajak).
Tarif Pajak
Ada 4 Macam Tarif (Mardiasmo, 2016):
1) Tarif Sebanding/ Proporsional.
Tarif pajak yang persentase pemungutannya
tetap. Contoh: tarif PPN sebesar 10%.

2) Tarif Tetap
Tarif pajak yang besarnya tidak berubah walaupun
jumlah yang dijadikan dasar perhitungan berubah.
Contoh: bea meterai untuk cek dan bilyet giro
Rp3.000.
3) Tarif Progresif
Persentase tarif yang digunakan semakin besar bila jumlah yang
dikenakan pajak semakin besar.
Contoh : Pasal 17 UU PPh Untuk WP Pribadi Dalam Negeri

Lapisan Penghasilan Kena Pajak Tarif Pajak


Sampai dengan Rp50.000.000,00 5%

Di atas Rp 50.000.000,00 s.d. 15%


Rp 250.000.000,00
Di atas Rp 250.000.000,00 s.d. 25%
Rp 500.000.000,00
4) Tarif Degresif
Di atas Rp 500.000.000,00 30%
Persentase tarif yang digunakan semakin kecil bila jumlah yang
dikenai pajak semakin besar.
UU PAJAK PENGHASILAN (UU 36/2008)
PERUBAHAN KEEMPAT DARI UU 7/1983

Ketentuan Umum

Subyek Pajak

Obyek Pajak
• Obyek;
bukan obyek;
pengurang
dan bukan
pengurang

Cara
Menghitung
Pajak
Perhitungan pajak akhir tahun
• Tarif, struktur
• PPh 28;harga
PPh 29
modal,
transaksi,
Ketentuan
revaluasi lain-lain; Peralihan dan Penutup

Pelunasan 18
SELESAI

Anda mungkin juga menyukai