Definisi Pajak menurut UU No. 6 tahun 1983 tentang Ketentuan Umum Perpajakan:
Pajak adalah kontribusi wajib kepada negara yang terutang oleh pribadi atau orang pribadi atau badan yang
bersifat memaksa berdasarkan Undang-Undang, dengan tidak mendapatkan imbalan secara langsung dan
digunakan untuk keperluan negara bagi sebesar-besarnya kemakmuran rakyat.
Pajak dan pungutan lain yang bersifat memaksa untuk keperluan negara diatur dengan Undang-Undang.
Pasal 23 A UUD 1945 1
Fungsi Pajak
Fungsi budgeter yaitu sebagai sumber dana dalam pembiayaan negara.
Fungsi regulerend (mengatur) yaitu sebagai alat untuk mengatur atau melaksanakan kebijakan pemerintah.
PPh | D3 PAJAK 1 – 08
Pengelompokan Pajak
Pengelompokan Pajak menurut Golongannya:
Pajak Langsung
Pajak yang harus ditanggung sendiri oleh Wajib Pajak dan tidak dapat dibebankan atau dilimpahkan
kepada orang lain.
Contoh: Pajak Penghasilan dan PBB.
Pajak Tidak Langsung
Pajak yang pada akhirnya dapat dibebankan atau dilimpahkan kepada orang lain
Contoh: Pajak Pertambahan Nilai.
2
Pengelompokan Pajak menurut Sifatnya:
Pajak Subyektif
Pajak yang berpangkal atau berdasarkan pada subyeknya (orangnya) yaitu memperhatikan keadaan
Wajib Pajak
Contoh : Pajak Penghasilan (PPh)
Pajak Obyektif
Pajak yang berpangkal dan menitikberatkan pada obyeknya dan lebih tidak memperhatikan
subyeknya.
Contoh Pajak Bumi dan Bangunan, PPN.
PPh | D3 PAJAK 1 – 08
Sistem Pemungutan Pajak:
Official Assessment System
Sistem pungutan yang memberi wewenang kepada pemerintah (fiskus) untuk menentukan besarnya
pajak yang terutang oleh Wajib Pajak.
Ciri–ciri:
Wewenang menentukan besarnya pajak berada di pihak pemerintah.
Wajib Pajak bersifat pasif.
Utang pajak timbul setelah adanya ketetapan dari pemerintah.
Self Assessment System
Sistem pemungutan pajak yang memberi wewenang kepada Wajib Pajak untuk menentukan sendiri
besarnya pajak yang terutang.
Ciri–ciri: 3
Wewenang penentuan besarnya pajak ada di Wajib Pajak.
Wajib Pajak yang aktif, (mulai dari menghitung, memperhitungkan, menyetor, dan
melaporkan pajak yang terutang).
Fiskus hanya bersifat mengawasi.
With Holding System
Sistem pemungutan pajak yang memberi wewenang kepada pihak ketiga (bukan fiskus juga bukan
Wajib Pajak yang bersangkutan) untuk menentukan besarnya pajak yang terutang oleh Wajib Pajak.
PPh | D3 PAJAK 1 – 08
Hukum Pajak
Kedudukan Hukum Pajak:
Hukum Perdata
Mengatur hubungan antara satu individu dengan individu yang lain.
Hukum Publik
Mengatur hubungan antara pemerintah dengan rakyatnya.
Dibagi lagi menjadi:
1. Hukum Tata Negara
2. Hukum Tata Usaha (Hukum Administrasi)
3. Hukum Pajak
4. Hukum Pidana.
4
PPh | D3 PAJAK 1 – 08
Pajak Penghasilan
Pajak Penghasilan (PPh) adalah pajak yang dikenakan terhadap subjek pajak atas penghasilan yang diterima atau
diperolehnya dalam tahun pajak.
Karakteristik PPh:
1. Pajak Subjektif
2. Pajak Langsung
3. Pajak Pusat
4. System Self-Assessment dan With Holding
5. Bersifat Progresif
Sistematika UU PPh:
I. BAB I : Ketentuan Umum (Pasal 1)
II. BAB II : Subjek Pajak (Pasal 2 – 3)
III. BAB III : Objek Pajak (Pasal 4 – 15)
IV. BAB IV : Cara Menghitung Pajak (Pasal 16 – 19)
V. BAB V : Pelunasan Pajak dalam tahun Berjalan (Pasal 20 – 27)
VI. BAB VI : Perhitungan Pajak pada Akhir Tahun (Pasal 28 – 31)
VII. BAB VII : Ketentuan Lain-lain (Pasal 32)
VIII. BAB VIII : Ketentuan Peralihan (Pasal 33 – 34)
IX. BAB IX : Ketentuan Penutup (Pasal 35 – 36)
Sistematika UU KUP:
1. UU No. 6/1983: Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan
2. UU No. 9/1994: Perubahan Pertama
3. UU No. 16/2000: Perubahan Kedua
4. UU No. 28/2007: Perubahan Ketiga
5. UU No. 16/2009: Penetapan Perpu No. 5/2008/Perubahan Keempat atas UU No. 6/1983 sebagai UU.
PPh | D3 PAJAK 1 – 08
Subjek Pajak
Pengertian Subjek Pajak:
Orang yang dituju oleh Undang-Undang untuk dikenakan pajak, pihak yang menjadi sasaran atau yang dimaksud oleh
Undang-Undang untuk membayar pajak atau memikul beban pajak.
Pasal 2 ayat 1 UU PPh
Pihak yang menjadi sasaran atau yang dimaksud oleh Undang-Undang untuk membayar pajak atau memikiul beban pajak.
Muda Markus & Lalu Hendry Yujana (2002, 19): Pajak Penghasilan, Petunjuk Umum
Pemajakan Bulanan dan Tahunan Berdasarkan UU Terbaru
6
Orang yang dituju oleh Undang-Undang untuk dikenakan pajak, bisa Orang Pribadi dan Badan (termasuk Bentuk Usaha
Tetap).
R. Mansury (1996, 33-34): Pajak Penghasilan Lanjutan
Yang menjadi Subjek Pajak Penghasilan menurut Pasal 2 ayat (1) UU PPh, adalah:
1. Orang pribadi dan Warisan yang belum terbagi sebagai satu kesatuan.
Orang pribadi sebagai subjek pajak dapat bertempat tinggal di dalam maupun di luar Indonesia.
Warisan yang Belum Terbagi sebagai Satu Kesatuan merupakan subjek pengganti,
menggantikan mereka yang berhak yaitu ahli waris.
1. Warisan dalam kedudukannya menggunakan NPWP dan WP orang pribadi yang
meninggalkan warisan tersebut.
2. Badan.
Badan adalah sekumpulan orang dan/atau modal yang merupakan satu kesatuan baik yang
melakukan usaha maupun yang tidak melakukan usaha, yang meliputi Perseroan Terbatas,
Perseroan Komanditer, Perseroan Lainnya, Badan Usaha Milik Negara atau Badan Usaha
Milik Daerah dalam nama dan bentuk apapun, Firma, Kongsi, Koperasi, Dana Pensiun,
Persekutuan, Perkumpulan, Yayasan, Organisasi Massa, Organisasi Sosial Politik,
Organisasi Lainnya, Lembaga, dan Bentuk Badan lainnya termasuk Kontrak Investasi
Kolektif dan Bentuk Usaha Tetap.
3. Bentuk Usaha Tetap.
Badan Usaha Tetap (permanent establishment) adalah bentuk usaha yang dipergunakan oleh orang
pribadi yang tidak bertempat tinggal di Indonesia atau berada di Indonesia tidak lebih dari 183
(seratus delapan puluh tiga) hari dalam jangka waktu 12 (dua belas) bulan, atau badan yang tidak
didirikan dan tidak bertempat kedudukan di Indonesia, untuk menjalankan usaha atau melakukan
kegiatan di Indonesia. (Pasal 2 ayat (5) UU PPh)
Dapat berupa:
1. Tempat kedudukan manajemen
2. Cabang perusahaan
3. Kantor perwakilan
4. Gedung kantor
5. Pabrik
6. Bengkel
7. Gudang
8. Ruang untuk promosi dan penjualan
9. Pertambangan dan penggalian sumber alam
10. Wilayah kerja pertambangan migas
11. Perikananan, peternakan, pertanian, perkebunan, atau kehutanan
12. Proyek konstruksi, instalasi, atau proyek perakitan
13. Pemberian jasa dalam bentuk apapun oleh pegawai atau orang lain, sepanjang dilakukan
lebih dari 60 hari dalam jangka waktu 12 bulan
14. Orang atau badan yang bertindak selaku agen yang kedudukannya tidak bebas
15. Agen atau pegawai dari perusahaan asuransi yang tidak didirikan dan tidak bertempat di
Indonesia, yang menerima premi asuransi atau menanggung resiko di Indonesia.
16. Komputer, agen elektronik, atau peralatan otomatis yang dimiliki, disewa, atau digunakan
oleh penyelenggaran transaksi elektronik untuk menjalan kegiatan usaha melalui internet.
PPh | D3 PAJAK 1 – 08
Pembagian Subjek Pajak sesuai Pasal 2 ayat (2) UU PPh, meliputi:
1. Subjek Pajak Dalam Negeri (Pasal 2 ayat (3) UU PPh)
2. Subjek Pajak Luar Negeri (Pasal 2 ayat (4) UU PPh)
Orang pribadi yang dalam suatu tahun pajak berada di Indonesia dan memiliki niat bertempat
tinggal di Indonesia (Pasal 11 PER-43/PJ/2011)
2. Badan yang Didirikan atau Bertempat Kedudukan di Indonesia (Pasal ayat 1b UU PPh), kecuali
unit tertentu dari badan pemerintah yang kriteria:
Pembentukannya berdasarkan ketentuan peraturan perundang-undangan.
Pembiayaannya bersumber dari APBN atau APBD.
Penerimaannya dimasukkan dalam anggaran Pemerintah Pusat atau Pemerintah Daerah.
Pembukuannya diperiksa oleh aparat pengawasan fungsional negara.
3. Warisan yang belum terbagi sebagai satu kesatuan menggantikan yang berhak.
Yang tidak termasuk subjek pajak menurut Pasal 3 ayat (1) UU PPh adalah:
1. Kantor perwakilan negara asing
2. Pejabat-pejabat perwakilan diplomatik dan konsulat atau pejabat lainnya dari negara asing yang tidak
menerima penghasilan di Indonesia di luar jabatannya.
3. Organisasi-organisasi internasional dengan syarat:
Indonesia merupakan anggotanya.
Tidak menjalankan usaha atau kegiatan lain untuk memperoleh penghasilan dari Indonesia selain
memberikan pinjaman kepada pemerintah yang dananya berasal dari iuran para anggota.
o Pejabat-pejabat perwakilan organisasi internasional dengan syarat:
Bukan WNI.
Tidak menjalankan usaha, kegiatan, atau pekerjaan lain untuk memperoleh penghasilan dari
Indonesia.
PPh | D3 PAJAK 1 – 08
Objek Pajak Penghasilan
Pengertian Penghasilan
Yang menjadi objek pajak adalah penghasilan, yaitu setiap tambahan kemampuan ekonomis yang diterima
atau diperoleh Wajib Pajak, baik yang berasal dari Indonesia maupun dari luar Indonesia, yang dapat dipakai
untuk konsumsi atau untuk menambah kekayaan Wajib Pajak yang bersangkut, dengan nama dan dalam
bentuk apapun.
Pasal 4 ayat (1) UU PPh
9
Dilihat dari mengalirnya tambahan kemampuan ekonomis kepada WP, penghasilan dapat dikelompokkan
menjadi:
1. Penghasilan dari pekerjaan dalam hubungan kerja dan pekerjaan bebas, seperti gaji, honorarium, penghasilan
dari praktik dokter, notaris, aktuaris, akuntan, pengacara, dan sebagainya.
2. Penghasilan dari usaha dan kegiatan.
3. Penghasilan dari modal, yang berupa harta gerak maupun harta tak bergerak, seperti bunga, dividen, royalti,
sewa, dan keuntungan penjualan.
4. Penghasilan lain-lain, seperti pembebasan utang dan hadiah.
Penghasilan yang dikenai pajak dengan nama dan dalam bentuk apapun, termasuk:
1. Penggantian atau imbalan berkenaan dengan pekerjaan atau jasa.
2. Hadiah dan penghargaan.
3. Laba usaha.
4. Keuntungan karena penjualan atau pengalihan harta.
5. Penerimaan kembali pembayaran pajak yang telah diberikan sebagai biaya dan pembayaran tambahan
pengembalian pajak.
6. Bunga.
7. Dividen.
8. Royalti atau imbalan atas penggunaan hak.
9. Sewa dan penghasilan lain sehubungan dengan penggunaan harta.
10. Penerimaan atau perolehan pembayaran berkala.
11. Keuntungan karena pembebasan utang.
12. Keuntungan selisih kurs mata uang asing.
13. Selisih lebih karena penilaian kembali aktiva.
14. Premi asuransi.
15. Iuran yang diterima atau diperoleh perkumpulan dari anggotanya.
16. Tambahan kekayaan netto dari penghasilan yang belum dikenakan pajak.
17. Penghasilan dari usaha berbasis syariah.
18. Imbalan bunga.
19. Surplus Bank Indonesia.
20.
PPh | D3 PAJAK 1 – 08
Termasuk dalam dividen adalah
1. Pembagian laba baik secara langsung ataupun tidak langsung, dengan nama dan dalam bentuk apapun.
2. Pembayaran kembali karena likuidasi yang melebihi jumlah modal yang disetor.
3. Pemberian saham bonus yang dilakukan tanpa penyetoran termasuk saham bonus yang berasal dari
kapitalisasi agio saham.
4. Pembagian laba dalam bentuk saham.
5. Pencatatan tambahan modal yang dilakukan tanpa penyetoran.
6. Jumlah yang melebihi jumlah setoran sahamnya yang diterima atau diperoleh pemegang saham karena
pembelian kembali saham-saham oleh perseroan yang bersangkutan.
7. Pembayaran kembali seluruhnya atau sebagian dari modal yang disetorkan jika di tahun-tahun yang lampau
memperoleh keuntungan.
8. Pembayaran sehubungan dengan tanda-tanda laba.
10
9. Bagian laba sehubungan dengan kepemilikan obligasi.
10. Bagian laba yang diterima oleh pemegang polis.
11. Pembagian berupa sisa hasil usaha kepada anggota koperasi.
12. Pengeluaran perusahaan untuk keperluan pribadi pemegang saham yang dibebankan sebagai biaya
perusahaan.
PPh | D3 PAJAK 1 – 08