Anda di halaman 1dari 12

Nama : Ari Kurnianto

NIM : 215020300111109

Matkul : Pajak

Case 1

1. Jelaskan pengertian dan fungsi pajak!

Pengertian pajak tertuang dalam Undang-Undang No. 28 tahun 2007 Pasal 1 ayat 1.
Berdasarkan undang-undang tersebut, pajak merupakan kontribusi wajib kepada negara yang
terutang dan dikenakan terhadap orang pribadi atau badan. Sifat dari pembayaran pajak sendiri
adalah memaksa berdasarkan undang-undang, di mana pembayar pajak tidak mendapatkan
imbalan secara langsung dan pajak digunakan untuk keperluan negara demi mensejahterakan dan
memakmurkan rakyat.

Fungsi Pajak :

a. Fungsi Anggaran atau Budgeter

Fungsi utama pajak adalah untuk membayar segala pengeluaran negara karena pajak
merupakan salah satu sumber pendapatan utama bagi negara. Guna menjalankan tugas rutin
negara dan melaksanakan pembangunan, tentu saja negara membutuhkan biaya. Biaya ini
didapat dari penerimaan pajak. Di Indonesia sendiri, pajak merupakan penyumbang pendapatan
negara terbesar. Sebagai contoh, kontribusi pajak dalam APBN tahun 2017 adalah sebesar 83%.

b. Fungsi Mengatur atau Regulasi

Untuk mengatur keadaan sosial - ekonomi contoh PPnBM. Pemerintah dapat mengendalikan
tahap pertumbuhan ekonomi negara melalui kebijakan pajak. Fungsi pajak di sini adalah sebagai
cerminan kesuksesan kebijakan perekonomian sebuah negara. Contohnya, tarif pajak untuk
ekspor tidak ada atau 0% yang bertujuan untuk mendorong ekspor produk Indonesia di pasar
internasional. Sebaliknya, demi melindungi produksi dalam negeri, pemerintah bisa menetapkan
bea masuk yang tinggi untuk produk luar negeri.
c. Fungsi Pemerataan atau Distribusi

Fungsi pajak dalam hal pemerataan adalah memastikan bahwa pendapatan masyarakat dapat
merata. Dalam hal ini, pemerintah dapat membuka lapangan kerja dengan memanfaatkan pajak
sehingga akan meningkatkan pendapatan rakyat. Di sisi lain, pemerintah juga bisa menerapkan
tarif pajak yang tinggi untuk barang mewah sehingga mampu menekan gaya hidup konsumtif.
Hal ini diharapkan akan mampu membantu redistribusi pendapatan.

d. Fungsi Stabilisasi

Fungsi pajak ini mempunyai peran penting terkait kondisi perekonomian negara, terutama
terkait inflasi atau deflasi. Dengan pembayaran pajak, pemerintah memiliki dana untuk
melakukan kebijakan sebagai upaya untuk mencapai stabilitas harga, sehingga inflasi bisa
terkendali. Contohnya, mengatur peredaran uang di masyarakat atau pemungutan pajak atau juga
penggunaan pajak yang lebih efektif dan efisien. Contoh lainnya adalah ketika mata uang rupiah
anjlok terhadap mata uang dolar. Dalam kasus seperti ini, pemerintah bisa mengeluarkan
kebijakan-kebijakan yang nantinya akan membantu mengembalikan stabilitas nilai tukar rupiah.

e. Fungsi Demokrasi : wujud gotong royong


2. Sebutkan dan jelaskan pernyataan di bawah ini:
a. Hukum Pajak Materiil dan Hukum Pajak Formil
b. Jenis Pajak Berdasarkan Golongan, Sifat, dan Lembaga Pemungut
c. Asas dan Sistem Pemungutan Pajak
Hukum Pajak Materiil

Hukum ini memuat norma-norma yang menjelaskan tentang keadaan, perbuatan,


peristiwa hukum yang dikenai pajak (obyek pajak), pihak yang dikenai pajak (subyek pajak),
besaran pajak yang dikenakan (tarif pajak), segala sesuatu berkaitan dengan timbul dan
dihapusnya utang pajak, serta dinas sanksi-sanksi dalam hubungan hukum antara pemerintah dan
wajib pajak.Contoh wujud dari hukum pajak materiil adalah pajak penghasilan (PPh), Pajak
Pertambahan Nilai (PPN), dan Pajak Penjualan atas Barang Mewah (PPN dan PPnBM).

Menurut Golongan

 Pajak Langsung : Pajak yang pembebanannya tidak dapat dilimpahkan ke pihak lain.
Contoh : Pajak Penghasilan
 Pajak tidak langsung : Pajak yang pembebanannya dapat dilimpahkan ke pihak lain
Contoh : PPN (yang dikenakan pajak orang yang membeli)

Menurut Sifat

 Pajak Subjektif : Pajak yang pemungutannya berpangkal atau berdasarkan subjeknya


Contoh : Pajak Penghasilan
 Pajak Objektif : Pajak yang berpangkal atau berdasarkan pada objeknya. Contohnya :
PPN dan PPNBM, PBB

Menurut Pemungut

 Pajak Pusat/Negara : pajak yang dipungut oleh pemerintah pusat dan digunakan untuk
membiayai rumah tangga negara . Contoh : Pajak Penghasilan, PPN, PPNBM, PBB dan
Bea Materai
 Pajak Daerah : pajak yang dipungut oleh pemerintah daerah dan digunakan untuk rumah
tangga daerah. Contoh : Pajak reklame , pajak hiburan, Bea Perolehan atas Tanah dan
Bangunan ( BPHTB ) dan PBB sektor perkotaan dan perdesaan ( PBB P2)
Asas Pemungutan Pajak

 Asas Finansial : Pada asas ini, pemungutan pajak haruslah disesuaikan dengan
pendapatan, omzet, ataupun penghasilan dari wajib pajaknya. Maka dari itu, pemungutan
pajak masing-masing wajib pajak akan berbeda.
 Asas Ekonomis : Pada asas ekonomis, setiap nilai pajak yang dipungut dari wajib pajak
secara keseluruhan haruslah memberikan dampak nyata pada kesejahteraan rakyat atau
kepentingan umum. Pemungutan pajak haruslah mampu mencegah kemerosotan
perekonomian rakyat.
 Asas Yuridis : Untuk asas yuridis, pemungutan pajak haruslah diatur secara sah secara
legalitas dan ketentuan hukum. Di Indonesia, pemungutan pajak telah diatur dalam
beberapa pasal utamanya Pasal 23 ayat (2) UUD 1945.
 Asas Umum : Sesuai namanya, pemungutan pajak harus didasarkan pada keadilan umum,
bukan individu. Hal ini berarti, pemungutan sekaligus penggunaan pajak harus dilakukan
dari dan untuk rakyat Indonesia.
 Asas Kebangsaan : Pada asas ini, patut dipahami bahwa setiap orang yang lahir di
Indonesia serta tinggal di negara ini wajib membayar pajak sesuai dengan aturan yang
berlaku. Hasil pemungutan pajak tersebut haruslah bermanfaat untuk rakyat Indonesia
secara khusus.
 Asas Sumber : Asas ini menjelaskan bagaimana pemungutan pajak hanya dikenakan pada
wajib pajak yang sumber penghasilannya berasal dari Indonesia atau yang sesuai dengan
tempat tinggalnya.
 Asas Wilayah/Domisili : Pada asas wilayah, pemungutan pajak diklasifikasikan
berdasarkan keberadaan wajib pajaknya, bila ia tinggal di luar negeri maka pemerintah
Indonesia tak bisa melakukan pemungutan pajak kepadanya.
Sistem Pemungutan Pajak

 Self-Assessment System : Sistem pemungutan pajak pada Self-Assessment System lebih


menitikberatkan pada kemandirian wajib pajak. Artinya, penentuan besar kecilnya pajak
terutang yang harus dibayarkan dilakukan secara mandiri oleh wajib pajak. Secara detail,
kegiatan seperti menghitung, memperhitungkan, membayar, hingga melaporkan
pembayaran tersebut dilakukan secara aktif oleh wajib pajak. Wajib pajak tersebut akan
datang ke kantor pelayanan pajak (KPP) dan secara bertanggung jawab menginputnya
melalui sistem pembayaran daring yang sudah tersedia saat ini. Sistem pemungutan pajak
ini, biasanya diterapkan untuk pajak penghasilan (PPh) ataupun pajak pertambahan nilai
(PPN). Sistem pemungutan pajak secara mandiri oleh wajib pajak ini tentunya akan
memudahkan pekerjaan para fiskus namun tetap fokus dalam mengawasi pemungutan
tersebut.
 Official Assessment System : Official Assessment System lebih menitikberatkan pada
petugas institusi pemungut pajak untuk menentukan besar kecilnya pajak yang harus
disetorkan oleh wajib pajak. Tentunya pada sistem ini, nominal pajak terutang akan lebih
akurat besarannya tanpa ada tujuan untuk memperkecil atau memperbesar pajak terutang.
Official assessment system diterapkan pada pajak daerah seperti Pajak Bumi Bangunan
(PBB) dan jenis pajak daerah lainnya. Secara umum terdapat beberapa ciri-ciri Official
Assessment System yaitu pertama, wajib pajak akan bersifat pasif karena sepenuhnya
akan dibantu oleh fiskus yang ditunjuk untuk pengelolaan pajak. Kedua, pajak yang
terutang akan muncul setelah dilakukan penghitungan oleh fiskus yang diterbitkan
melalui Surat Ketetapan Pajak. Terakhir, dengan wajib pajak yang bersifat pasif, maka
pemerintah melalui institusi pemungutan pajak akan memiliki hak penuh untuk
menentukan besaran pajak yang harus dibayarkan oleh WP.
 Withholding Assessment System : Pada Withholding Assessment System, pihak ketiga
adalah pihak yang paling aktif dan memiliki wewenang untuk menentukan besar kecilnya
penyetoran pajak terutang oleh wajib pajak. Para pihak ketiga ini biasanya adalah para
bendahara atau divisi perpajakan perusahaan yang memotong penghasilan karyawan
untuk pembayaran pajak. Untuk jenis pajaknya sendiri adalah PPh Pasal 21, 22, 23, PPh
Final Pasal 4 ayat (2) dan PPN. Dalam pemotongannya akan dibuatkan bukti potong yang
menjadi lampiran Surat Pemberitahuan (SPT) tahunan wajib pajak bersangkutan.
3. Sebutkan dan jelaskan jenis-jenis tarif pajak!
 Tarif Progresif : Dalam tarif progresif, saat pemungutan pajaknya, atas persentasenya
akan naik sebanding dengan jumlah dasar pengenaan pajaknya. Di Indonesia sendiri,
jenis tarif pajak inilah yang diterapkan sebagai metode pengenaan pajak penghasilan
orang pribadi.
 Tarif Degresif : persentase pajak dengan tarif degresif yang dipungut akan lebih kecil saat
dasar pengenaan pajaknya meningkat. Dengan kata lain, persentase atas tarif pajak akan
semakin rendah atau menurun ketika dasar pengenaan pajaknya semakin besar. Dalam
praktik perundang-undangan Indonesia, tarif degresif tidak pernah diimplementasikan
 Tarif Proporsional : saat pemungutan pajaknya atas persentasenya akan tetap dan tidak
terjadi perubahan terhadap keseluruhan dasar pengenaan pajaknya. Jadi bisa dibilang
bahwa sebesar apapun jumlah objek pajak yang dikenakan dalam pajak penghasilannya,
persentasenya pun akan tetap sama. Salah satu contoh tarif proporsional yang ditentukan
Direktorat Jenderal Pajak (Dirjen Pajak), yaitu pajak pertambahan nilai (PPN) sebesar
11% sebagaimana diatur dalam UU HPP yang berlaku sejak 1 April 2022, Pajak bumi
dan bangunan (PBB) dengan tarif paling tinggi 0,5% sebagaimana diatur dalam Pasal 41
UU HKPD.
 Tarif Regresif : saat pemungutan tarif pajaknya akan selalu tetap tanpa melihat jumlah
dari keseluruhan dasar pengenaan pajaknya. Sehingga, tarif yang dikenakan besarannya
sama bagi seluruh wajib pajak seperti contoh bea meterai dengan nilai yang sudah
ditentukan oleh pemerintahan.

4. a. Apa yang dimaksud dengan Pajak Pusat?

Pajak pusat adalah pajak yang ditetapkan oleh pemerintah pusat melalui Undang-Undang
Perpajakan. Pajak pusat juga dikelola dan dipungut oleh pemerintah melalui Direktorat Jenderal
pajak (DJP) di bawah kewenangan kementerian Keuangan.

b. Sebutkan jenis-jenis Pajak Pusat!

PPh

PPN
PPnBM

Bea Materai

5. Apa yang dimaksud dengan :

a. Pajak Daerah & Retribusi Daerah

Pajak daerah adalah kontribusi wajib kepada daerah yang terutang oleh orang pribadi atau badan
yang bersifat memaksa berdasarkan undang-undang, dengan tidak mendapatkan imbalan secara
langsung dan digunakan untuk keperluan Daerah bagi sebesar-besarnya kemakmuran rakyat.
Pengertian pajak daerah di atas tertuang dalam UU No. 28 Tahun 2009 tentang Pajak Daerah dan
Retribusi Daerah (PDRD)

Retribusi menurut UU no. 28 tahun 2009 adalah pungutan daerah sebagai pembayaran atas jasa
atau pemberian izin tertentu yang khusus disediakan dan diberikan oleh Pemerintah Daerah
untuk kepentingan pribadi atau badan. Contoh retribusi daerah: Retribusi Jasa Umum: Retribusi
Pelayanan Kesehatan.

b. Sebutkan jenis-jenis Pajak Daerah yang dibagi menjadi Pajak yang dipungut oleh

Pemerintah Provinsi dan Pajak yang dipungut oleh Pemerintah Kabupaten/Kota!

Pajak Propinsi meliputi:

Pajak Kendaraan Bermotor

Bea Balik Nama Kendaraan Bermotor

Pajak Bahan Bakar Kendaraan Bermotor

Pajak Air Permukaan

Pajak Rokok

Pajak Kabupaten/Kota meliputi:

Pajak Hotel

Pajak Restoran
Pajak Reklame

Pajak Mineral Bukan Logam dan Batuan

Pajak Parkir

Pajak Penerangan Jalan

Pajak Air Tanah

Pajak Sarang Burung Walet

Pajak Hiburan

Pajak Bumi dan Bangunan Perdesaan dan Perkotaan (PBB P2)

Bea Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan (BPHTB)

c. Sebutkan jenis-jenis pelayanan Retribusi Daerah yang merupakan objek dari Retribusi

Jasa Umum, Retribusi Jasa Usaha, dan Retribusi Perizinan Tertentu!

Retribusi daerah dibagi menjadi 3 jenis, seperti yang tertuang dalam UU No. 28 tahun 2009,
yaitu Retribusi Jasa Umum, Retribusi Jasa Usaha, dan Retribusi Perizinan Tertentu. Untuk lebih
jelasnya, mari kita bahas satu-persatu:

1. Retribusi Jasa Umum

Retribusi Jasa Umum merupakan pungutan atas pelayanan yang disediakan atau diberikan
pemerintah daerah untuk tujuan kepentingan dan kemanfaatan umum serta dapat dinikmati oleh
orang pribadi atau badan.

Retribusi Jasa Umum dibagi ke dalam 15 bagian, yang meliputi:

Retribusi Pelayanan Kesehatan untuk pungutan atas pelayanan kesehatan di Puskesmas, Balai
Pengobatan, RSU Daerah, dan tempat kesehatan lain sejenis yang dimiliki atau dikelola oleh
Pemerintah Daerah.

Retribusi Pelayanan Persampahan/Kebersihan untuk pungutan atas pelayanan


persampahan/kebersihan yang diselenggarakan oleh Pemerintah Daerah yang meliputi
pengambilan, pengangkutan, dan pembuangan serta penyediaan lokasi pembuangan/pemusnahan
sampah rumah tangga dan perdagangan. Di dalamnya tidak termasuk pelayanan kebersihan jalan
umum, taman, tempat ibadah, dan sosial.

Retribusi Penggantian Biaya Cetak KTP dan Akta Catatan Sipil untuk pungutan atas pelayanan
KTP, kartu keterangan bertempat tinggal, kartu identitas kerja, kartu penduduk sementara, kartu
identitas penduduk musiman, kartu keluarga, dan akta catatan sipil.

Retribusi Pemakanan dan Pengabuan Mayat untuk pungutan atas pelayanan pemakaman dan
pengabuan mayat yang meliputi pelayanan, penggalian, pengurugan, pembakaran/pengabuan,
dan sewa tempat yang dimiliki atau dikelola oleh daerah.

Retribusi Pelayanan Parkir untuk pungutan atas pelayanan parkir di tepi jalan umum yang
disediakan oleh daerah.

Retribusi Pelayanan Pasar untuk pungutan atas penggunaan fasilitas pasar tradisional berupa
pelataran dan los yang dikelola oleh daerah dan khusus disediakan untuk pedagang, kecuali
pelayanan fasilitas pasar yang dikelola oleh BUMN, BUMD, dan pihak swasta.

Retribusi Pengujian Kendaraan Bermotor untuk pungutan atas pelayanan pengujian kendaraan
bermotor yang sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku dan diselenggarakan
oleh daerah.

Retribusi Pemeriksaan Alat Pemadam Kebakaran untuk pungutan atas pelayanan pemeriksaan
dan/atau pengujian alat pemadam kebakaran, alat penanggulangan kebakaran, dan alat
penyelamatan jiwa.

Retribusi Penggantian Biaya Cetak Peta untuk pungutan atas pemanfaatan peta yang dibuat oleh
pemerintah daerah.

Retribusi Penyediaan dan/atau Penyedotan Kakus untuk pungutan atas pelayanan penyedotan
kakus yang dilakukan oleh daerah dan tidak termasuk yang dikelola oleh BUMD dan swasta.

Retribusi Pengolah Limbah Cair untuk pungutan atas pelayanan pengolahan limbah cair rumah
tangga, perkantoran, dan industri yang dimiliki dan dikelola oleh pemerintah daerah.
Retribusi Pelayanan Tera/Tera Ulang untuk pungutan atas pelayanan pengujian alat-alat ukur,
takar, timbang, dan perlengkapannya dan pengujian barang dalam keadaan terbungkus yang
diwajibkan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

Retribusi Pelayanan Pendidikan untuk pungutan atas pelayanan penyelenggaraan pendidikan dan
pelatihan teknis oleh pemerintah daerah.

Retribusi Pengendalian Menara Telekomunikasi untuk pungutan atas pemanfaatan ruang untuk
menara telekomunikasi.

Retribusi Pengendalian Lalu Lintas untuk pungutan atas penggunaan ruas jalan, koridor, dan
kawasan tertentu pada waktu dan tingkat kepadatan tertentu.

Tarifnya ditetapkan dengan memperhatikan biaya penyediaan jasa yang bersangkutan,


kemampuan masyarakat, aspek keadilan, dan efektivitas pengendalian atas pelayanan tersebut.
Biaya yang dimaksud meliputi biaya operasi dan pemeliharaan, biaya bunga, dan biaya modal.

2. Retribusi Jasa Usaha

Retribusi Jasa Usaha merupakan pungutan atas pelayanan yang disediakan oleh Pemerintah
Daerah dengan menganut prinsip komersial, baik itu pelayanan dengan
menggunakan/memanfaatkan kekayaan daerah yang belum dimanfaatkan secara optimal
dan/atau pelayanan oleh pemerintah daerah sepanjang belum dapat disediakan secara memadai
oleh pihak swasta.

Retribusi Jasa Usaha dibagi ke dalam 11 bagian, yaitu:

Retribusi Pemakaian Kekayaan Daerah untuk pungutan atas pemakaian kekayaan daerah berupa
pemakaian tanah dan bangunan, ruangan untuk pesta, dan kendaraan/alat-alat berat/alat-alat
besar milik daerah. Tidak termasuk penggunaan tanah yang tidak mengubah fungsi dari tanah
tersebut, misal pemancangan tiang listrik/telepon, dan lain-lain.

Retribusi Pasar Grosir dan/atau Pertokoan untuk pungutan atas penyediaan fasilitas pasar grosir
berbagai jenis barang dan fasilitas pasar/pertokoan yang dikontrakkan, yang disediakan oleh
daerah, tidak termasuk yang disediakan oleh BUMD dan swasta.
Retribusi Tempat Pelelangan untuk pungutan atas pemakaian tempat pelelangan yang secara
khusus disediakan oleh pemerintah daerah untuk melakukan pelelangan ikan, ternak, hasil bumi,
dan hasil hutan.

Retribusi Terminal untuk pungutan atas pemakaian tempat pelayanan penyediaan parkir untuk
kendaraan penumpang dan bus umum, tempat kegiatan usaha, dan fasilitas lain di lingkungan
terminal yang dimiliki/dikelola oleh daerah, terkecuali yang dimiliki/dikelola oleh pemerintah,
BUMN, BUMD, dan swasta.

Retribusi Tempat Khusus Parkir untuk pungutan atas pemakaian tempat parkir yang khusus
disediakan, dimiliki, dan/atau dikelola oleh daerah, terkecuali yang disediakan/dikelola oleh
BUMN, BUMD, dan swasta.

Retribusi Tempat Penginapan/Pesanggrahan/Vila untuk pungutan atas pelayanan tempat


penginapan/pesanggrahan/vila yang dimiliki dan/atau dikelola oleh daerah, terkecuali yang
dimiliki/dikelola oleh pemerintah, BUMN, BUMD, dan swasta.

Retribusi Rumah Potong Hewan untuk pungutan atas pelayanan penyediaan fasilitas pemotongan
hewan yang dimiliki dan/atau dikelola oleh daerah, termasuk layanan pemeriksaan kesehatan
hewan sebelum dan sesudah dipotong.

Retribusi Pelayanan Kepelabuhan untuk pungutan atas pelayanan jasa kepelabuhan yang
disediakan, dimiliki, dan/atau dikelola oleh pemerintah daerah.

Retribusi Tempat Rekreasi dan Olahraga untuk pungutan atas pemakaian tempat rekreasi,
pariwisata, dan olahraga yang dimiliki dan dikelola oleh daerah.

Retribusi Penyeberangan di Air untuk pungutan atas pelayanan penyeberangan orang/barang


dengan menggunakan kendaraan di air milik/kelola daerah.

Retribusi Penjualan Produk Usaha Daerah untuk pungutan atas penjualan hasil produksi usaha
pemerintah daerah, terkecuali hasil penjualan usaha daerah oleh pemerintah, BUMN, BUMD,
dan swasta.

Tarif Retribusi Jasa Usaha sendiri didasarkan pada tujuan untuk memperoleh keuntungan yang
layak, dalam artian keuntungan yang diperoleh apabila pelayanan jasa usaha tersebut dilakukan
secara efisien dan berorientasi pada harga pasar.
3. Retribusi Perizinan Tertentu

Retribusi Perizinan Tertentu merupakan pungutan atas pelayanan perizinan tertentu oleh
pemerintah daerah kepada pribadi atau badan yang dimaksudkan untuk pengaturan dan
pengawasan atas kegiatan pemanfaatan ruang, penggunaan sumber daya alam, barang, sarana,
atau fasilitas tertentu guna melindungi kepentingan umum dan menjaga kelestarian lingkungan.

Retribusi Perizinan tertentu dibagi ke dalam 6 jenis, yaitu:

Retribusi Izin Mendirikan Bangunan (IMB) untuk pungutan atas pelayanan pemberian izin untuk
mendirikan suatu bangunan.

Retribusi Izin Tempat Penjualan Minuman Beralkohol untuk pungutan atas pelayanan pemberian
izin untuk melakukan penjualan minuman beralkohol di suatu tempat tertentu.

Retribusi Izin Gangguan untuk pungutan atas pelayanan pemberian izin tempat usaha/kegiatan di
lokasi tertentu yang dapat menimbulkan bahaya, kerugian/gangguan, tidak termasuk tempat
usaha/kegiatan yang telah ditentukan oleh daerah.

Retribusi Izin Trayek untuk pungutan atas pelayanan pemberian izin usaha untuk penyediaan
pelayanan angkutan penumpang umum pada satu atau beberapa trayek tertentu.

Retribusi Izin Usaha Perikanan untuk pungutan atau pemberian izin untuk melakukan kegiatan
usaha penangkapan dan pembudidayaan ikan.

Retribusi Perpanjangan Izin Mempekerjakan Tenaga Asing (IMTA) untuk pungutan atas
pemberian perpanjangan IMTA kepada pemberi kerja tenaga asing.

Anda mungkin juga menyukai