1. Perbedaan Administrasi Perpajakan dalam Arti Luas dan Sempit, yaitu :
Administrasi Pajak dalam arti luas dapat dilihat sebagai fungsi, sistem, lembaga dan manajemen publik. Administrasi pajak sebagai fungsi dapat kita lihat dari fungsi perencanaan pajak sebagai bagian dari administrasi publik yakni merencanakan apa yang akan dicapai oleh fiskus, baik dalam jangka waktu pendek, jangka menengah, maupun jangka Panjang. Administrasi pajak sebagai fungsi pengorganisasian sebagai bagian administrasi publik melakukan juga fungsi pengorganisasian dalam bentuk pengelompokan tugas, tanggungjawab, wewenang dan SDM sedemikian rupa sehingga tujuan yang telah ditetapkan dapat tercapai secara efisien. Dalam praktik fungsi pengorganisasian ini, terwujud dalam struktur organisasi Direktorat Jenderal Pajak berdasarkan Keputusan Menteri Keuangan No. 443/KMK.01/2001 dan Keputusan Menteri Keuangan No. 473/KMK.01/2004. Kemudian Administrasi pajak sebagai fungsi penggerak dalam bentuk kegiatan mempengaruhi pegawai untuk menjalankan tugas sebaik-baiknya. Serta Administrasi pajak sebagai fungsi pengawasan sebagai sebuah proses mengamati dan mengupayakan supaya apa yang dilakukan sesuai dengan yang direncanakan sebelumnya. Administrasi Pajak dalam arti sempit adalah penatausahaan dan pelayanan terhadap kewajiban-kewajiban dan hak-hak wajib pajak, baik penatausahaan dan pelayanan tersebut dilakukan di kantor fiskus maupun di kantor wajib pajak. Yang termasuk dalam kegiatan penatausahaan (clerical works) adalah pencatatan (recording), penggolongan (classifying) dan penyimpanan (filing).
Fungsi-fungsi Pajak, yaitu :
Fungsi Budgetair (anggaran) merupakan fungsi utama dari pungutan pajak yang dijadikan sebagai alat untuk mengisi kas/anggaran negara. Fungsi ini berarti bahwa pungutan pajak oleh negara dilakukan untuk menutup pembiayaan penyelenggaraan pemerintahan baik rutin maupun belanja pembangunan. Misalnya belanja pegawai, belanja barang, pemeliharaan dan sebagainya. Fungsi Regulerend (mengatur) merupakan fungsi pajak sebagai alat untuk mengatur atau melaksanakan kebijaksanaan negara dalam lapangan ekonomi dan sosial. Fungsi ini dapat diwujudkan dalam bentuk kebijaksanaan perpajakan (fiscal policy) secara khusus misalnya insentif kepada investor. Fungsi Stabilitas, merupakan fungsi pajak agar pemerintah memiliki dana yang cukup untuk menjalankan kebijakan yang berhubungan dengan stabilitas harga sehingga inflasi dapat dikendalikan. Misalnya dengan pemungutan pajak. Fungsi Redistribusi Pendapatan, merupakan fungsi pajak yang sudah dipungut oleh negara nantinya akan digunakan untuk membiayai kepentingan umum dan membiayai pembangunan. Misalnya terbukanya kesempatan kerja yang dapat meningkatkan pendapatan masyarakat.
Syarat-syarat Pemungutan Pajak, yaitu :
Pemungutan Pajak Harus Adil (Syarat Keadilan), seperti halnya produk hukum yang lain, maka hukum pajak pun mempunyai tujuan untuk menciptakan keadilan dalam hal pemungutan pajak. Adil dalam perundang-undangan maupun adil dalam pelaksanaannya. Pengaturan Pajak Harus Berdasarkan UU (Syarat Yuridis), Sesuai dengan Pasal 23 UUD 1945 yang berbunyi: "Pajak dan pungutan yang bersifat untuk keperluan negara diatur dengan Undang-Undang". Pungutan Pajak Tidak Mengganggu Perekonomian (Syarat Ekonomis), Pemungutan pajak harus diusahakan sedemikian rupa supaya jangan sampai mengganggu kondisi perekonomian, baik kegiatan produksi, perdagangan, maupun jasa. Pemungutan Pajak Harus Efisien (Syarat Finansial), Biaya-biaya yang dikeluarkan dalam rangka pemungutan pajak harus diperhitungkan. Jangan sampai pajak yang harus dibayarkan lebih rendah dibandingkan biaya pengurusan pajak tersebut. Oleh karena itu, sistem pemungutan pajak harus sederhana dan mudah untuk dilaksanakan. Sistem Pemungutan Pajak Harus Sederhana, Sistem yang sederhana akan memudahkan wajib pajak dalam menghitung beban pajak yang harus dibiayai sehingga akan memberikan dampak yang positif bagi para wajib pajak untuk meningkatkan kesadaran dalam pembayaran pajak.
2. Hukum Publik adalah sekumpulan aturan yang mengatur hubungan antara
pemerintah dengan rakyatnya. Hukum publik terdiri dari Hukum Tata Negara, Hukum Tata Usaha Negara (Hukum Administrasi Negara), Hukum Pajak, dan Hukum Pidana. Hukum Pajak adalah sekumpulan peraturan resmi dan tertulis yang mengatur hubungan antara pemungut pajak dan penanggung pajak. Dari dua pengertian diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa kedudukan hukum pajak merupakan bagian dari hukum publik. Hukum pajak termasuk ke dalam hukum publik karena di dalam hukum pajak mengatur tentang hubungan antara dua pihak yakni pemerintah sebagai pemungut pajak dan rakyat sebagai penanggung pajak, dimana didalamnya terdapat kewenangan pemerintah untuk memungut pajak dari rakyat untuk keperluan membiayai negara dan mengembalikannya ke rakyat melalui berbagai fasilitas secara tidak langsung.
3. Perbedaan Pajak Langsung dan Pajak Tidak Langsung, yaitu :
Pajak Langsung merupakan pajak yang sifatnya periodik, pembayarannya tidak dapat dilimpahkan ke orang/pihak lain, dan peradilan administrasinya tidak murni.Contohnya PPh, Pajak Perseroan dan Pajak Kekayaan. Pajak Tidak Langsung merupakan pajak yang sifatnya insidental, pembayarannya dapat dilimpahkan pada orang/pihak lain, dan peradilan administrasinya murni. Contohnya PPN dan PPnBM, Pita Rokok, dan Cukai. Dalam praktik pajak dikenal istilah “Tarif Pajak” yang secara sederhana berarti besar kecilnya jumlah pajak yang harus dibayarkan oleh Subjek Pajak (Wajib Pajak) terhadap Objek Pajak yang menjadi Tanggungannya. Tarif pajak merupakan salah satu unsur yang menentukan rasa keadilan dalam pemungutan pajak ke masyarakat. Dalam menghitung pengenaan tarif pajak, digunakan nilai uang sebagai standarnya. Tarif pajak biasanya berupa persentase yang sudah ditentukan oleh pemerintah. Ada berbagai jenis tarif pajak dan setiap jenis pajak pun memiliki nilai tarif pajak yang berbeda-beda. Beberapa jenis tarif pajak yang digunakan yaitu, Tarif Tetap, Tarif Proporsional, Tarif Progresif (meningkat), Tarif Regresif, Tarif Degresif (menurun) dan Tarif Betham.
Ekonomi makro menjadi sederhana, berinvestasi dengan menafsirkan pasar keuangan: Cara membaca dan memahami pasar keuangan agar dapat berinvestasi secara sadar berkat data yang disediakan oleh ekonomi makro