PERTEMUAN 1:
DASAR-DASAR PERPAJAKAN
A. TUJUAN PEMBELAJARAN
Pada bab ini akan dijelaskan mengenai dasar-dasar perpajakan di
Indonesia secara umum, Anda harus mampu:
1.1 Memahami Dasar Hukum, Defisini Pajak, Fungsi Pajak, Jenis Pajak, Tata
Cara dan Sistem Pemungutan Pajak
1.2 Menjelaskan Timbulnya Utang Pajak dan Berakhirnya Utang Pajak
1.3 Menjelaskan Tarif Pajak Penghasilan.
B. URAIAN MATERI
Tujuan Pembelajaran 1.1:
Dasar Hukum, Defisini Pajak, Fungsi Pajak, Jenis Pajak, Tata Cara dan
Sistem Pemungutan Pajak
• Dasar Hukum
Hukum pajak dibedakan menjadi 2, yaitu hukum pajak material dan hukum
pajak formal. Hukum pajak material memuat tentang pertanyaan APA,
SIAPA, dan BERAPA. Contoh hukum pajak material adalah UU PPh (Pajak
Penghasilan) dan UU PPN (Pajak Pertambahan Nilai). Hukum pajak formal
memuat tentang ketentuan-ketentuan dalam hukum pajak material dan
contohnya terdapat pada UU KUP (Ketentuan Umum Perpajakan). Pertanyaan
dalam hukum pajak formal, mengenai BAGAIMANA mewujudkan hukum
pajak material.
Setiap warga negara Indonesia yang memiliki penghasilan dan sesuai dengan
Undang-Undang No. 36 tahun 2008 maka diwajibkan untuk membayar pajak
atas penghasilan bruto yang diperolehnya.
• Definisi pajak
Secara umum, Pengertian pajak adalah iuran yang dipaksakan oleh penguasa
atau pemerintah kepada wajib pajak berdasarkan undang-undang yang
digunakan untuk membiayai keperluan penguasa atau pemerintah.
Sementara wajib pajak adalah orang pribadi atau badan, meliputi pembayar
pajak, pemotong pajak, dan pemungut pajak, yang mempunyai hak dan
kewajiban perpajakan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-
undangan perpajakan.
Secara ekonomis ada asumsi bahwa setiap pengeluaran uang yang dilakukan
masyarakat umumnya harus diimbangi dengan penerimaan barang atau jasa
maupun fasilitas. Asumsi ini secara langsung tidak berlaku pajak. Pajak
mempunyai karakteristik tersendiri. Dalam mekanisme pembayaran pajak
dana terlebih dahulu masuk dalam proses anggaran (budgeter) yang akan
Ada beberapa Pengertian Pajak Menurut Definisi Para Ahli antara lain:
• Unsur-Unsur Pajak
Dalam pengertian pajak terdapat unsur-unsur pajak, antara lain sebagai berikut.
• Fungsi Pajak
• Jenis-jenis Pajak
Jenis pajak itu bisa bagi berdasarkan sifat, instansi pemungut, objek pajak serta
subjek pajak.
Dilihat dari golongannya, pajak dibagi menjadi dua jenis, yakni pajak tidak
langsung dan pajak langsung.
Pajak tidak langsung merupakan pajak yang diberikan pada wajib hanya bila
wajib pajak melakukan peristiwa atau perbuatan tertentu. Oleh sebab itu, pajak
tidak langsung tidak dapat dipungut secara berkala, pajak hanya dapat dipungut
bila terjadi peristiwa atau perbuatan tertentu yang menyebabkan kewajiban
membayar pajak. Salah satu contoh dari pajak tidak langsung adalah pajak
penjualan atas barang mewah. Pajak jenis ini hanya dapat diberikan, bila ada
wajib pajak yang melakukan penjualan barang mewah.
Pajak langsung merupakan pajak yang diberikan secara berkala pada wajib pajak
berlandaskan surat ketatapan pajak yang dibuat oleh kantor pajak. Intinya adalah
surat ketetapan pajak didalamnya terdapat berapa besar pajak yang harus dibayar
oleh wajib pajak. Nah, pajak langsung itu harus dipikul oleh seseorang yang
terkena wajib pajak, karena pajak ini tidak dapat dialihkan kepada pihak yang
lain, lain halnya dengan pajak tidak langsung yang pajaknya dapat dialihkan
kepada pihak lain. Salah satu contoh pajak langsung adalah PBB (Pajak Bumi dan
Penghasilan) serta pajak penghasilan.
Pajak Berdasarkan Instansi Pemungut
• Berdasarkan Sifat :
1. Pajak Subjektif :
Pajak yang memperhatikan keadaan Wajib Pajak. Dalam menentukan pajaknya,
harus ada alasan objektif yang berhubungan erat dengan keadaan materialnya.
Contoh : Pajak Penghasilan Oranf Pribadi.
2. Pajak Objektif :
Pajak yang pada awalnya memerhatikan objek yang menyebabkan timbulnya
kewajiban membayar, kemudian baru dicari subjeknya.
• Menurut lembaga pemungutan pajak dibagi 2 yaitu pajak pajak daerah dan
pajak negara
Pajak daerah (lokal) merupakan pajak yang diambil oleh pemerintah daerah serta
terbatas pada rakyat daerah itu sendiri, baik yang dilakukan oleh pemda Tingkat II
ataupun pemda tingkat I. Adapun contohnya antara lain: Pajak televisi, pajak
radio, pajak hotel, pajak hiburan, pajak restoran dan masih banyak yang lainnya.
Pajak negara merupakan pajak yang dipungut oleh pemerintah melalui instansi
terkait, seperti Dirjen Pajak, Dirjen Bea dan Cukai, maupun kantor inspeksi pajak
yang tersebar di seluruh Indonesia. Adapun contoh-contohnya adalah: Pajak
pertambahan nilai, pajak penghasilan, pajak bumi dan bangunan, pajak penjualan
atas barang mewah dan masih banyak yang lainnya.
1. Stelsel Nyata/Riil
Yaitu pengenaan pajak didasarkan pada (objek penghasilan nyata)
sehingga pemungutannya baru dapat dilakukan pada akhir tahun
pajak,yakni setelah penghasilan yang sesungguhnya diketahui Kelebihan :
pajak dikenakan lebih realistis, Kelemahan : pajak baru dikenakan pada
akhir periode
2. Stelsel Anggapan
Pengenalan pajak didasarkan pada suatau anggapan yang diatur oleh
undang-undang. Kelebihan : pajak dapat dibayar selama tahun
berjalan,tan[a harus menunggu sampai akhir tahun. Kelemahan : pajak
dibayarkan tidak berdasarkan keadaan sesungguhnya.
3. Stelsel Campuran
Pada awla tahun, besarnya pajak dihitung berdasarkan suatu
anggapan,kemudian pada akhir tahun pembayaran didasarkan dan
disesuaikan dengan keadaan sebenarnya.
ciri-ciri :
a.wewenang untuk menentukan besarnya pajak terutang ada pada fiskus
b.wajib pajak bersifat pasif
c.Utang pajak yang timbul setelah dikeluarkan surat ketetapan pajak oleh
fiskus
ciri-ciri :
wewenang untuk menentukan besarnya pajak terutang ada wajib pajak
sendiri, wajib pajak aktif, mulai menghitung,menyetor dan melaporkan
sendiri pajak yang terutang, fiskus hanya mengawasi dan tidak campur
tangan.
ciri-ciri :
wewenang menentukan besarnya pajak yang terutang ada pada pihak
ketiga
2. Ajaran materil
utang pajak timbul karena berlakunya undang-undang. Seseorang dikenai
pajak karena suatu keadaan dan perbuatan. Ajaran ini diterapkan pada Self
Assessment System.
pajak. ]adi, dalam pajak tidak langsung, orang yang membayar pajak/yang
menanggung pembayarannya, dan orang yang memikul pajaknya, terdapat
pada dua orang yang berlainan. Sementara itu, dalam pajak langsung, baik
yang membayar/menanggung pajak dan orang yang memikul beban, ada pada
satu orang yang sama.
2. Pembayaran dengan cara lain
Pelunasan pajak tidak selalu dilakukan dengan cara membayar dalam bentuk
uang, tetapi Undang-undang Pajak memperkenankan pembayaran dengan
cara lain. Dalam ani, pembayaran yang digunakan oleh wajib pajak bukan
dalam bentuk uang melainkan dengan cara suatu perbuatan hukum yang
diperkenankan dalam hukum pajak . Dengan demikian, pembayaran dengan
cara lain (tidak menggunakan uang sebagai alat bayar) tidak merupakan suatu
pelanggaran hukum karena diperkenankan oleh Undang-undang Pajak.
Sebagaimana dikatakan oleh Rochmat Soemitro (1988;58), pembayaran
pajak dalam bentuknatura pad a masa kini tidak lazim lagi. Pembayaran pajak
tidak selalu dilakukan dengan membayar sejumlah uang ke kas negara. Ada
cara pembayaran lain, seperti terdapat pada UU BM. Dalam UU BM, pajak
tidak dibayar dengan sejumlah uang, melainkan dengan menggunakan kertas
meterai atau meterai tempel sesuai dengan ketentuan yang diatur dalamUU
BM.Ketentuan dalam UU BMmen entukan bagaimana caranya menggunakan
kertas meterai atau meterai tempel itu sehingga kertas meterai atau meterai
tempel itu setelah dipakai tidak lagi dapat dipakai untuk kedua kalinya.
Kemudian, dikatakan lagi oleh Rochmat Soemitro (1988;59) bahwa cara lain
lagi ialah "nazegeling" atau "perneteraian kembali", untuk dokumen/tanda
yang ternyata besarnya tidak atau kurang dibayar dengan menunjukkan
dokumen itu kepada pegawai kantor pos untuk dibubuhi meterai, yang
kemudian dicap dengan stempel kantor pas. Pada pemeteraian kembali itu ,
denda yang terutang untuk pelanggaran itu harus sekalian dibayar, kalau tidak
pegawai kantor pos tidak akan melakukan "nazegeling" tersebut.
3. Kompensasi
Keputusan yang ditujukan kepada kompensasi utang pajak dengan tagihan
seseorang di luar pajak tidak diperkenankan. Oleh karena itu kompensasi
terjadi apabila Wajib Pajak mempunyai tagihan berupa kelebihan
pembayaran pajak. Jumlah kelebihan pembayaran pajak yang diterima wajib
pajak sebelumnya harus dikompensasikan dengan pajak-pajak lainnya yang
terutang.
Hukum pajak mengenal pula cara lain untuk berakhirnya utang pajak dalam
bentuk kompensasi, yang dilakukan oleh wajib pajak dengan pejabat pajak
selaku penagih pajak . Kelebihan pembayaran pajak dapat terjadi karena
berbagai hal, seperti perubahan Undang-undang Pajak, kekeliruan
pembayaran, adanya pemberian pengurangan, dan sebagainya. Oleh karena
itu, kelebihan pembayaran pajak merupakan hak wajib pajak dan dapat
dikreditkan. Setelah wajib pajak memperhitungkan kredit pajak dengan utang
pajak yang timbul, ternyata terdapat kelebihan pembayaran pajak yang dapat
dikompensasi dengan utang pajak yang timbul di masa mendatang.
Kredit pajak dalam UU PPh terjadi karena kelebihan pembayaran Pajak
Penghasilan yang dilakukan oleh wajib pajak. Kredit Pajak Penghasilan
adalah pajak yang dibayar sendiri oleh wajib pajak ditambah dengan pokok
pajak yang terutang dalam surat tagihan pajak karena Pajak Penghasilan
dalam tahun berjalan tidak atau kurang dibayar ditambah dengan pajak yang
dipotong atau dipungut, ditambah dengan pajak atas penghasilan yang
dibayar atau terutang di luar negeri, dikurangi dengan pengembalian
pendahuluan kelebihan pajak, dikurangkan dari pajak yang terutang. Kredit
pajak yang terjadi pada Pajak Penghasilan yang dapat dikompensasi dengan
utang pajak yang timbul dari Pajak Penghasilan adalah:
a. pemotongan pajak atas penghasilan dari
pekerjaan;
b. pemungutan pajak atas penghasilan dari usaha;
c. pemotongan pajak atas penghasilan berupa bunga, dividen, royalti, sewa,
dan imbalan lainnya;
d. pajak yang dibayar atau terutang di luar negeri;
4. Daluwarsa
Daluwarsa diartikan sebagai daluwarsa penagihan. Hak untuk melakukan
penagihan pajak, daluwarsa setelah lampau waktu 10 (sepuluh) tahun
terhitung sejak saat terutangnya pajak atau berakhirnya masa pajak, bagian
tahun pajak atau tahun pajak yang bersangkutan. Hal ini untuk memberikan
kepastian hokum kapan utang pajak tidak dapat ditagih lagi. Namun,
daluwarsa penagihan pajak tertangguh, antara lain apabila diterbitkan surat
teguran dan surat paksa.
5. Pembebasan
Utang pajak tidak berakhir dalam arti yang semestinya tetapi karena
ditiadakan. Pembebasan umunya tidak diberikan terhadap pokok pajaknya,
tetapi terhadap sanksi administrasi.
Utang pajak dapat pula berakhir karena pembebasan sebab pembebasan
merupakan sarana hukum pajak untuk melepaskan tanggung jawab wajib
pajak berupa membayar pajak. Pembebasan hanya diperuntukkan terhadap
wajib pajak yang secara nyata dikenakan pajak, tetapi tidak memenuhi syarat-
syarat yang ditentukan dalam Undang undang Pajak untuk diberikan
pembebasan. Sekalipun dernikian, wajib pajak tetap wajib menaati
Undangundang Pajak yang memberikan pembebasan sehingga tidak terjadi
pelanggaran hukum yang berakibat dapat dikenakan sanksi hukum pajak.
6. Penghapusan / Peniadaan
Dalam pemungutan pajak, terdapat beberapa jenis tarif pajak yang dikenal,
antara lain:
1. Tarif Progresif (a progressive tax rate)
2. Tarif Proporsional (a proportional tax rate)
3. Tarif Degresif (a degressive tax rate)
1. Tarif Progresif
Tarif progresif adalah tarif pemungutan pajak yang persentasenya semakin
besar bila jumlah yang dijadikan dasar pengenaan pajak juga semakin
besar. Menurut kenaikan persentase tarifnya, tarif progresif dapat dibagi
menjadi 3, yaitu:
2. Tarif Degresif
Tarif degresif merupakan kebalikan dari tarif progresif. Tarif degresif
adalah tarif pemungutan pajak yang persentasenya semakin kecil bila
jumlah yang dijadikan dasar pengenaan pajak semakin besar. Namun,
tidak berarti jika persentasenya semakin kecil kemudian jumlah pajak yang
terutang juga menjadi kecil. Akan tetapi malah bisa menjadi lebih besar
karena jumlah yang dijadikan dasar pengenaan pajaknya juga semakin
besar.
3. Tarif Proporsional
Tarif proporsional tidak lagi dipengaruhi oleh naik turunnya dasar objek
yang dikenakan pajak, karena tarifnya telah berlaku secara sebanding.
Tarif proporsional adalah tarif pemungutan pajak yang menggunakan
persentase tetap tanpa memerhatikan jumlah yang dijadikan dasar
pengenaan pajak. Semakin besar jumlah yang dijadikan dasar pengenaan
pajak, akan semakin besar pula jumlah pajak terutang (yang harus
dibayar). Tarif ini diterapkan dalam UU No. 18 Tahun 2000 (UU PPN dan
PPnBM) yang menggunakan tarif proporsional sebesar 10%.
4. Tarif Tetap
Tarif tetap adalah tarif pemungutan pajak yang besar nominalnya tetap
tanpa memerhatikan jumlah yang dijadikan dasar pengenaan pajak. Tarif
ini diterapkan dalam UU No. 13 Tahun 1985 tentang Bea Meterai (BM).
Dengan adanya PP No. 24 Tahun 2000, tarif yang digunakan adalah Bea
Meterai dengan nilai nominal sebesar Rp3.000,00 dan Rp6.000,00.
5. Tarif Advalorem
Tarif advalorem adalah suatu tarif dengan persentase tertentu yang
dikenakan/ ditetapkan pada harga atau nilai suatu barang.
Misalnya PT XZY mengimpor barang jenis „A? sebanyak 1500 unit
dengan harga per unit Rp100.000,00. Jika tarif Bea Masuk atas Impor
Barang tersebut 20%, maka besarnya Bea Masuk yang harus dibayar
adalah:
Nilai Barang Impor = 1500 x Rp100.000 = Rp150.000.000
Tarif Bea Masuk 20%, maka
Bea Masuk yang harus dibayar = 20% x Rp150.000.000
= Rp30.000.000
6. Tarif Spesifik
Tarif spesifik adalah tarif dengan suatu jumlah tertentu atas suatu jenis
barang tertentu atau suatu satuan jenis barang tertentu.
7. Tarif Efektif
Tarif efektif adalah tarif dimana jumlah pajak yang dibayarkan
dibandingkan dengan jumlah penghasilan yang diterima oleh Wajib Pajak.
Contoh: Tuan Andi mempunyai penghasilan kena pajak selama tahun
2008 sebesar Rp750.000.000. Hitung besarnya pajak yang harus dibayar!
C. SOAL LATIHAN/TUGAS
1. Apa yang menjadi landasan hukum dari pajak penghasilan di Indonesai?
2. Apa yang dimaksud dengan pajak?
3. Jelaskan fungsi dari pajak?
4. Apa yang menyebabkan timbulnya hutang pajak dan kapan berakhirnya
hutang pajak?
5. Sebutkan jenis-jenis dari tarif pajak yang berlaku di Indonesia!
D. DAFTAR PUSTAKA
Buku
Siti Resmi. 2016. Buku 1: Edisi 9. Perpajakan: Teori dan Kasus. Jakarta:
Salemba Empat.
GLOSARIUM
Tarif, yaitu (biaya yang harus dibayar) adalah pungutan yang dikenakan terhadap
barang ketika masuk atau keluar batas negara. Tarif biasanya dihubungkan
dengan proteksionisme, kebijakan ekonomi yang membatasi perdagangan
antarnegara.
Utang, adalah Kewajiban suatu badan usaha / perusahaan kepada pihak ketiga
yang dibayar dengan cara menyerahkan aktiva atau jasa dalam jangka waktu
tertentu sebagai akibat dari transaksi di masa lalu.