Anda di halaman 1dari 21

Modul Perpajakan I

PERTEMUAN 1:
DASAR-DASAR PERPAJAKAN

A. TUJUAN PEMBELAJARAN
Pada bab ini akan dijelaskan mengenai dasar-dasar perpajakan di
Indonesia secara umum, Anda harus mampu:
1.1 Memahami Dasar Hukum, Defisini Pajak, Fungsi Pajak, Jenis Pajak, Tata
Cara dan Sistem Pemungutan Pajak
1.2 Menjelaskan Timbulnya Utang Pajak dan Berakhirnya Utang Pajak
1.3 Menjelaskan Tarif Pajak Penghasilan.

B. URAIAN MATERI
Tujuan Pembelajaran 1.1:
Dasar Hukum, Defisini Pajak, Fungsi Pajak, Jenis Pajak, Tata Cara dan
Sistem Pemungutan Pajak

• Dasar Hukum

Landasan Hukum Perpajakan:

Landasan Falsafah Pancasila


• Asas-asas dalam hukum perpajakan tidak boleh bertentangan dengan sila-
sila dari pancasila.

Landasan Konstitusional UUD 1945


• Pasal 23A UUD 1945 : “Pajak dan pungutan lain yang bersifat memaksa
untuk keperluan negara diatur dengan Undang-Undang

S1 Manajemen Universitas Pamulang 1


Modul Perpajakan I

Sesuai falsafah undang-undang perpajakan, membayar pajak bukan hanya


merupakan kewajiban, tetapi merupakan hak dari setiap warga Negara untuk
ikut berpartisipasi dalam bentuk peran serta terhadap pembiayaan negara dan
pembangunan nasional. Tanggung jawab atas kewajiban pembayaran pajak,
sebagai pencerminan kewajiban kenegaraan di bidang perpajakan berada pada
anggota masyarakat sendiri untuk memenuhi kewajiban tersebut. Hal tersebut
sesuai dengan sistem self assessment yang dianut dalam Sistem Perpajakan
Indonesia.

Hukum pajak dibedakan menjadi 2, yaitu hukum pajak material dan hukum
pajak formal. Hukum pajak material memuat tentang pertanyaan APA,
SIAPA, dan BERAPA. Contoh hukum pajak material adalah UU PPh (Pajak
Penghasilan) dan UU PPN (Pajak Pertambahan Nilai). Hukum pajak formal
memuat tentang ketentuan-ketentuan dalam hukum pajak material dan
contohnya terdapat pada UU KUP (Ketentuan Umum Perpajakan). Pertanyaan
dalam hukum pajak formal, mengenai BAGAIMANA mewujudkan hukum
pajak material.

1. Hukum Pajak Material

Hukum pajak material dapat juga disebut sebagai ketentuan material


dalam perpajakan. Berarti, mengatur hal-hal secara materi dalam
perpajakan. Siapa yang dikenakan pajaknya atau siapa subjek
pajaknya. Apa objek yang dikenakan pajaknya. Berapakah besar tarif
pajaknya dan besarnya pajak yang terutang.

2. Hukum Pajak Formal

Dalam hukum pajak formal, diatur mengenai ketentuan bagaimana


pelaksanaan atau cara untuk mewujudkan hukum pajak material
menjadi kenyataan. Dapat dikatakan bahwa hukum pajak material
mengatur pajak secara materinya, sedangkan hukum pajak formal

S1 Manajemen Universitas Pamulang 2


Modul Perpajakan I

adalah ketentuan pajak secara formalnya atau dalam ketentuan-


ketentuannya.

Undang-Undang Pajak Penghasilan

Pajak penghasilan pertama kali diatur dalam Undang-Undang Nomor 7 Tahun


1983 dan beberapa kali mengalami amandemen dan perubahan sebagai
berikut:
1. Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1991
2. Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1994
3. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2000
4. Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2008

Setiap warga negara Indonesia yang memiliki penghasilan dan sesuai dengan
Undang-Undang No. 36 tahun 2008 maka diwajibkan untuk membayar pajak
atas penghasilan bruto yang diperolehnya.

• Definisi pajak
Secara umum, Pengertian pajak adalah iuran yang dipaksakan oleh penguasa
atau pemerintah kepada wajib pajak berdasarkan undang-undang yang
digunakan untuk membiayai keperluan penguasa atau pemerintah.
Sementara wajib pajak adalah orang pribadi atau badan, meliputi pembayar
pajak, pemotong pajak, dan pemungut pajak, yang mempunyai hak dan
kewajiban perpajakan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-
undangan perpajakan.

Secara ekonomis ada asumsi bahwa setiap pengeluaran uang yang dilakukan
masyarakat umumnya harus diimbangi dengan penerimaan barang atau jasa
maupun fasilitas. Asumsi ini secara langsung tidak berlaku pajak. Pajak
mempunyai karakteristik tersendiri. Dalam mekanisme pembayaran pajak
dana terlebih dahulu masuk dalam proses anggaran (budgeter) yang akan

S1 Manajemen Universitas Pamulang 3


Modul Perpajakan I

didistribusikan dan digunakan untuk pengadaan maupun penyediaan barang


dan jasa publik yang akan dinikmati oleh seluruh masyarakat.

Ada beberapa Pengertian Pajak Menurut Definisi Para Ahli antara lain:

a. Pengertian pajak menurut definisi Prof. Dr. Rochmat Soemitro,


mengatakan bahwa pengertian pajak adalah peralihan dari pihak rakyat
kepada kas negara untuk membiayai pengeluaran-pengeluaran rutin.
Surplusnya digunakan untuk investasi pada barang-barang publik. Misalnya,
jalan raya dan jembatan.

b. Pengertian pajak menurut definisi Prof. S. I. Djayaningrat, yang


mengatakan bahwa pengertian pajak adalah suatu kewajiban menyerahkan
sebagian dari kekayaan kepada negara disebabkan oleh suatu keadaan,
kejadian dan perbuatan yang memberi kedudukan tertentu, tetapi bukan
sebagai hukum, menurut peraturan-peraturan yang ditetapkan oleh
pemerintah, serta dapat dipaksakan tetapi tidak ada balas jasa dari negara.

c. Menurut Undang-Undang No. 6 Tahun 1983 tentang ketentuan umum dan


tata cara perpajakan, yang telah beberapa kali diubah dengan Undang-
Undang No. 9 tahun 1994 dan kemudian diubah lagi ke Undang-Undang
No.16 tahun 2000 dan terakhir Undang-Undang No. 28 tahun 2007 dimana
pengertian pajak menurut Undang-Undang No. 28 tahun 2007 adalah
kontribusi wajib kepada negara yang terutama oleh pribadi atau badan yang
bersifat memaksa berdasarkan undang-undang dengan tidak mendapatkan
imbalan secara langsung dan digunakan untuk keperluan negara bagi sebesar-
besarnya kemakmuran rakyat.

• Unsur-Unsur Pajak

Dalam pengertian pajak terdapat unsur-unsur pajak, antara lain sebagai berikut.

S1 Manajemen Universitas Pamulang 4


Modul Perpajakan I

1. Iuran pajak harus berlandaskan peraturan Undang-Undang dan peraturan


pengerjaannya.
2. Pajak digunakan untuk keperluan pengeluaran umum pemerintah
(pengeluaran rumah tangga negara) dalam menjalankan serta
menyelesaikan fungsi pemerintahan.
3. Tidak diperbolehkan kontraprestasi atau imbalan dari individual oleh
pemerintah.
4. Sifat pajak bisa dipaksakan, dimana dikarenakan pada suatu kondisi,
kejadian, keadaan dan perbuatan yang memberikan suatu kedudukan
tertentu kepada seseorang.
5. Pajak dilakukan oleh negara (baik pemerintah daerah maupun pemerintah
pusat).

• Fungsi Pajak

Pajak mempunyai beberapa fungsi, antara lain sebagai berikut:


1. Fungsi Anggaran (Fungsi Budgeter)
Pajak adalah sumber pemasukan keuangan negara yang mengumpulkan dana
atau uang ke kas negara untuk membiayai pembangunan nasional atau
pengeluaran negara. Jadi bisa dikatakan, fungsi pajak merupakan sebagai
sumber pendapatan negara yang memiliki tujuan agar posisi pengeluaran dan
pendapatan mengalami keseimbangan.
2. Fungsi Mengatur (Fungsi Regulasi)
Salah satu fungsi pajak adalah sebagai alat untuk melaksanakan atau mengatur
kebijakan negara dalam lapangan sosial dan ekonomi. Fungsi mengatur
tersebut antara lain:
- Pajak bisa digunakan untuk menghambat laju inflasi.
- Pajak digunakan sebagai alat untuk mendorongnya kegiatan ekspor.
Contohnya pajak ekspor barang %.
- Memberikan proteksi atau perlindungan terhadap barang produksi dari
dalam negeri. Contohnya PPN (Pajak Pertambahan Nilai).

S1 Manajemen Universitas Pamulang 5


Modul Perpajakan I

- Untuk mengatur dan menarik investasi modal yang bisa membantu


perekonomian yang semakin produktif.
3. Fungsi Pemerataan (Pajak DIstribusi)
Pajak memiliki fungsi pemerataan, maksudnya bisa digunakan untuk
menyesuaikan dan menyeimbangkan antara pembagian pendapatan dengan
kebahagiaan dan kesejahteraan masyarakat.
4. Fungsi Stabilisasi
Pajak bisa digunakan untuk menstabilkan kondisi dan keadaan ekonomi.
Contohnya dengan menetapkan pajak yang cukup tinggi, pemerintah bisa
mengatasi inflasi. Sebab jumlah uang yang beredar bisa dikurangi. Serta untuk
mengatasi kelesuan ekonomi atau deflasi, pemerinrtah bisa menurunkan pajak.
Selain itu, dengan menurunkan pajak, jumlah uang yang beredar bisa ditambah
sehingga deflasi bisa diatasi.

• Jenis-jenis Pajak

Jenis pajak itu bisa bagi berdasarkan sifat, instansi pemungut, objek pajak serta
subjek pajak.

• Pajak Berdasarkan Golongannya

Dilihat dari golongannya, pajak dibagi menjadi dua jenis, yakni pajak tidak
langsung dan pajak langsung.

1. Pajak Tidak Langsung (Indirect Tax)

Pajak tidak langsung merupakan pajak yang diberikan pada wajib hanya bila
wajib pajak melakukan peristiwa atau perbuatan tertentu. Oleh sebab itu, pajak
tidak langsung tidak dapat dipungut secara berkala, pajak hanya dapat dipungut
bila terjadi peristiwa atau perbuatan tertentu yang menyebabkan kewajiban
membayar pajak. Salah satu contoh dari pajak tidak langsung adalah pajak

S1 Manajemen Universitas Pamulang 6


Modul Perpajakan I

penjualan atas barang mewah. Pajak jenis ini hanya dapat diberikan, bila ada
wajib pajak yang melakukan penjualan barang mewah.

2. Pajak Langsung (Direct Tax)

Pajak langsung merupakan pajak yang diberikan secara berkala pada wajib pajak
berlandaskan surat ketatapan pajak yang dibuat oleh kantor pajak. Intinya adalah
surat ketetapan pajak didalamnya terdapat berapa besar pajak yang harus dibayar
oleh wajib pajak. Nah, pajak langsung itu harus dipikul oleh seseorang yang
terkena wajib pajak, karena pajak ini tidak dapat dialihkan kepada pihak yang
lain, lain halnya dengan pajak tidak langsung yang pajaknya dapat dialihkan
kepada pihak lain. Salah satu contoh pajak langsung adalah PBB (Pajak Bumi dan
Penghasilan) serta pajak penghasilan.
Pajak Berdasarkan Instansi Pemungut

• Berdasarkan Sifat :

1. Pajak Subjektif :
Pajak yang memperhatikan keadaan Wajib Pajak. Dalam menentukan pajaknya,
harus ada alasan objektif yang berhubungan erat dengan keadaan materialnya.
Contoh : Pajak Penghasilan Oranf Pribadi.

2. Pajak Objektif :
Pajak yang pada awalnya memerhatikan objek yang menyebabkan timbulnya
kewajiban membayar, kemudian baru dicari subjeknya.

• Menurut lembaga pemungutan pajak dibagi 2 yaitu pajak pajak daerah dan
pajak negara

1. Pajak Daerah (lokal)

S1 Manajemen Universitas Pamulang 7


Modul Perpajakan I

Pajak daerah (lokal) merupakan pajak yang diambil oleh pemerintah daerah serta
terbatas pada rakyat daerah itu sendiri, baik yang dilakukan oleh pemda Tingkat II
ataupun pemda tingkat I. Adapun contohnya antara lain: Pajak televisi, pajak
radio, pajak hotel, pajak hiburan, pajak restoran dan masih banyak yang lainnya.

2. Pajak Negara (pusat)

Pajak negara merupakan pajak yang dipungut oleh pemerintah melalui instansi
terkait, seperti Dirjen Pajak, Dirjen Bea dan Cukai, maupun kantor inspeksi pajak
yang tersebar di seluruh Indonesia. Adapun contoh-contohnya adalah: Pajak
pertambahan nilai, pajak penghasilan, pajak bumi dan bangunan, pajak penjualan
atas barang mewah dan masih banyak yang lainnya.

• Tata Cara Pemungutan Pajak

1. Stelsel Nyata/Riil
Yaitu pengenaan pajak didasarkan pada (objek penghasilan nyata)
sehingga pemungutannya baru dapat dilakukan pada akhir tahun
pajak,yakni setelah penghasilan yang sesungguhnya diketahui Kelebihan :
pajak dikenakan lebih realistis, Kelemahan : pajak baru dikenakan pada
akhir periode

2. Stelsel Anggapan
Pengenalan pajak didasarkan pada suatau anggapan yang diatur oleh
undang-undang. Kelebihan : pajak dapat dibayar selama tahun
berjalan,tan[a harus menunggu sampai akhir tahun. Kelemahan : pajak
dibayarkan tidak berdasarkan keadaan sesungguhnya.

3. Stelsel Campuran
Pada awla tahun, besarnya pajak dihitung berdasarkan suatu
anggapan,kemudian pada akhir tahun pembayaran didasarkan dan
disesuaikan dengan keadaan sebenarnya.

S1 Manajemen Universitas Pamulang 8


Modul Perpajakan I

• Sistem Pemungutan Pajak

a. Official Assesment system


Suatu sistem pemungutan yang memberi wewenang kepada
pemerintah/fiskus untuk menentukan besarnya pajak yang terutang oleh
wajib pajak

ciri-ciri :
a.wewenang untuk menentukan besarnya pajak terutang ada pada fiskus
b.wajib pajak bersifat pasif
c.Utang pajak yang timbul setelah dikeluarkan surat ketetapan pajak oleh
fiskus

b. Self Assesment System


suatu sistem pemungutan pajak yang memberi wewenang pada wajib pajak
untuk menentukan sendiri besar pajak yang terutang.

ciri-ciri :
wewenang untuk menentukan besarnya pajak terutang ada wajib pajak
sendiri, wajib pajak aktif, mulai menghitung,menyetor dan melaporkan
sendiri pajak yang terutang, fiskus hanya mengawasi dan tidak campur
tangan.

c. With Holding System


adalah suatu sistem pemungutan pajak yang memberi wewenang kepada
pihak ketiga, bukan foskus dan bukan wajib pajak yang bersangkutan
untung menentukan besarnya pajak terutang oleh wajib pajak.

ciri-ciri :
wewenang menentukan besarnya pajak yang terutang ada pada pihak
ketiga

S1 Manajemen Universitas Pamulang 9


Modul Perpajakan I

Tujuan Pembelajaran 1.2:


Menjelaskan Timbulnya Utang Pajak dan Berakhirnya Utang Pajak

Terdapat dua ajaran yang mengatur timbulnya utang pajak :


1. Ajaran Formil
utang pajak timbul karena dikeluarkannya surat ketetapan pajak oleh
fiskus. Ajaran ini diterapkan pada officila assessment system.

2. Ajaran materil
utang pajak timbul karena berlakunya undang-undang. Seseorang dikenai
pajak karena suatu keadaan dan perbuatan. Ajaran ini diterapkan pada Self
Assessment System.

Dihapusnya utang pajak dapat disebabkan beberapa hal:


1. Pembayaran
Utang pajak yang melekat pada wajib pajak akan hapus karena pembayaran
yang dilakukan ke kas Negara.
Pembayaran secara lunas dalam bentuk sejumlah uang yang dilakukan oleh
wajib pajak, penanggung pajak, atau kuasa hukumnya merupakan faktor yang
menyebabkan berakhirnya utang pajak. Sebagaimana ditegaskan oleh
Rochmat Soemitro (1988;45), yang diwajibkan membayar utang pajak adalah
wajib pajak, yakni subjek pajak yang memiliki kewajiban untuk membayar
pajak. Akan tetapi, pembayaran pajak dapat pula dilakukan oleh pihak ketiga
yang tidak berkepentingan dengan ketentuan bahwa pihak ketiga tersebut
bertindak atas nama wajib pajak (bahkan tidak perlu ada persetujuan atau
surat kuasa khusus dari wajib pajak, karena menguntungkan wajib
pajak/tidak merugikan wajib pajak) dengan maksud untuk membebaskan
wajib pajak dari perikatan pajak.
Pembayaran adalah perbuatan hukum yang dilakukan oleh wajib pajak,
penanggung pajak, atau kuasa hukumnya untuk mengakhiri utang pajaknya
dengan cara membayar dalam bentuk sejumlah uang ke kas negara. Dalam
hubungan ini Santoso Brotodihardjo (1995;125) mengemukakan bahwa

S1 Manajemen Universitas Pamulang 10


Modul Perpajakan I

dalam hubungan dengan hukum pajak yang dimaksud ialah pembayaran


dengan mata uang, bahkan lebih tegas lagi, dengan mata uang dari negara
yang memungut pajak ini, jadi untuk negara kita dengan rupiah karena
jumlah uang pajak ditentukan dalam mata uang rupiah pula. ]adi, jika ada
utang pajak dibayar dengan uang asing (seperti halnya di Nederland dibayar
kepada pejabat pajak Indonesia dengan uang gulden), ini harus ditafsirkan
bahwa pejabat pajak telah berkenan mengizinkan demikian. Perlu ditekankan
bahwa pembayaran untuk melunasi utang pajak ini harus dilakukan di kas
negara dan tidak boleh pada pejabat pajak, termasuk petugas pajak lainnya.
UU KUP secara tegas mengatur bahwa pajak dapat dibayar lunas melalui pos
wesel dan jika hal ini dilakukan, menurut Rochmat Soemitro (1988;44-45),
wajib diperhatikan hal-hal sebagai berikut. Pos wesel wajib dialamatkan
kepada Kepala Kantor Kas Negara, dan dalam pos wesel wajib dengan jelas
disebut nama, alamat, dan nomor pokok wajib pajak, jenis dan tahun pajak,
besarnya pembayaran pajak. Pembayaran pajak melalui pos wesel yang
dialamatkan kepada pejabat pajak adalah tidak benar karena pejabat pajak
dilarang dan tidak berhak menerima pembayaran pajak dalam bentuk apa
pun. Lebih lanjut dikatakan oleh Rochmat Soemitro (1988;45-46) bahwa
pembayaran lazimnya dilakukan oleh debitur (wajib pajak yang
bersangkutan).
Dalam pajak langsung, dilakukan oleh wajib pajak yang namanya tercantum
pada surat ketetapan pajak. Utang pajak tidak langsung, seperti Pajak
Pertambahan Nilai, Pajak Penjualan atas Barang Mewah, Bea Meterai, Bea
Masuk dan Cukai pembayarannya wajib dilakukan oleh wajib pajak yang
ditentukan oleh Undang-undang Pajak (tanpa diketahui siapa namanya)
seperti pengguna dokumen dan pengusaha kena pajak yang melakukan
penyerahan barang kena pajak atau pemberi jasa kena pajak, yang selanjutnya
diberi hak oleh Undang-undang Pajak untuk melimpahkan pajak (yang telah
dibayar itu) kepada pihak ketiga (pembeli atau konsumen). ]adi, alam pajak
tidak langsung, pembayaran pajak harus diartikan lebih lanjut, yaitu siapa
yang bertanggung jawab atas pembayarannya (artinya dikenakan denda
apabila pajak tidak dibayar) dan siapa yang akhirnya harus memikul beban

S1 Manajemen Universitas Pamulang 11


Modul Perpajakan I

pajak. ]adi, dalam pajak tidak langsung, orang yang membayar pajak/yang
menanggung pembayarannya, dan orang yang memikul pajaknya, terdapat
pada dua orang yang berlainan. Sementara itu, dalam pajak langsung, baik
yang membayar/menanggung pajak dan orang yang memikul beban, ada pada
satu orang yang sama.
2. Pembayaran dengan cara lain
Pelunasan pajak tidak selalu dilakukan dengan cara membayar dalam bentuk
uang, tetapi Undang-undang Pajak memperkenankan pembayaran dengan
cara lain. Dalam ani, pembayaran yang digunakan oleh wajib pajak bukan
dalam bentuk uang melainkan dengan cara suatu perbuatan hukum yang
diperkenankan dalam hukum pajak . Dengan demikian, pembayaran dengan
cara lain (tidak menggunakan uang sebagai alat bayar) tidak merupakan suatu
pelanggaran hukum karena diperkenankan oleh Undang-undang Pajak.
Sebagaimana dikatakan oleh Rochmat Soemitro (1988;58), pembayaran
pajak dalam bentuknatura pad a masa kini tidak lazim lagi. Pembayaran pajak
tidak selalu dilakukan dengan membayar sejumlah uang ke kas negara. Ada
cara pembayaran lain, seperti terdapat pada UU BM. Dalam UU BM, pajak
tidak dibayar dengan sejumlah uang, melainkan dengan menggunakan kertas
meterai atau meterai tempel sesuai dengan ketentuan yang diatur dalamUU
BM.Ketentuan dalam UU BMmen entukan bagaimana caranya menggunakan
kertas meterai atau meterai tempel itu sehingga kertas meterai atau meterai
tempel itu setelah dipakai tidak lagi dapat dipakai untuk kedua kalinya.
Kemudian, dikatakan lagi oleh Rochmat Soemitro (1988;59) bahwa cara lain
lagi ialah "nazegeling" atau "perneteraian kembali", untuk dokumen/tanda
yang ternyata besarnya tidak atau kurang dibayar dengan menunjukkan
dokumen itu kepada pegawai kantor pos untuk dibubuhi meterai, yang
kemudian dicap dengan stempel kantor pas. Pada pemeteraian kembali itu ,
denda yang terutang untuk pelanggaran itu harus sekalian dibayar, kalau tidak
pegawai kantor pos tidak akan melakukan "nazegeling" tersebut.

S1 Manajemen Universitas Pamulang 12


Modul Perpajakan I

3. Kompensasi
Keputusan yang ditujukan kepada kompensasi utang pajak dengan tagihan
seseorang di luar pajak tidak diperkenankan. Oleh karena itu kompensasi
terjadi apabila Wajib Pajak mempunyai tagihan berupa kelebihan
pembayaran pajak. Jumlah kelebihan pembayaran pajak yang diterima wajib
pajak sebelumnya harus dikompensasikan dengan pajak-pajak lainnya yang
terutang.
Hukum pajak mengenal pula cara lain untuk berakhirnya utang pajak dalam
bentuk kompensasi, yang dilakukan oleh wajib pajak dengan pejabat pajak
selaku penagih pajak . Kelebihan pembayaran pajak dapat terjadi karena
berbagai hal, seperti perubahan Undang-undang Pajak, kekeliruan
pembayaran, adanya pemberian pengurangan, dan sebagainya. Oleh karena
itu, kelebihan pembayaran pajak merupakan hak wajib pajak dan dapat
dikreditkan. Setelah wajib pajak memperhitungkan kredit pajak dengan utang
pajak yang timbul, ternyata terdapat kelebihan pembayaran pajak yang dapat
dikompensasi dengan utang pajak yang timbul di masa mendatang.
Kredit pajak dalam UU PPh terjadi karena kelebihan pembayaran Pajak
Penghasilan yang dilakukan oleh wajib pajak. Kredit Pajak Penghasilan
adalah pajak yang dibayar sendiri oleh wajib pajak ditambah dengan pokok
pajak yang terutang dalam surat tagihan pajak karena Pajak Penghasilan
dalam tahun berjalan tidak atau kurang dibayar ditambah dengan pajak yang
dipotong atau dipungut, ditambah dengan pajak atas penghasilan yang
dibayar atau terutang di luar negeri, dikurangi dengan pengembalian
pendahuluan kelebihan pajak, dikurangkan dari pajak yang terutang. Kredit
pajak yang terjadi pada Pajak Penghasilan yang dapat dikompensasi dengan
utang pajak yang timbul dari Pajak Penghasilan adalah:
a. pemotongan pajak atas penghasilan dari
pekerjaan;
b. pemungutan pajak atas penghasilan dari usaha;
c. pemotongan pajak atas penghasilan berupa bunga, dividen, royalti, sewa,
dan imbalan lainnya;
d. pajak yang dibayar atau terutang di luar negeri;

S1 Manajemen Universitas Pamulang 13


Modul Perpajakan I

e. pemotongan pajak atas penghasilan yang bersumber di


Kompensasi sebagai upaya untuk mengakhiri utang pajak wajib diajukan
oIeh wajib pajak kepada pejabat pajak mengingat kompensasi hanya dapat
dilakukan kalau terdapat kelebihan pembayaran pajak dengan utang pajak
yang timbul pada tahun pajak yang berjalan atau pada tahun pajak di masa
depan. Utang pajak tidak boleh dikompensasikan dengan utang biasa karena
utang pajak berada dalam konteks hukum publik, sedangkan utang biasa
berada dalam konteks hukum privat.

4. Daluwarsa
Daluwarsa diartikan sebagai daluwarsa penagihan. Hak untuk melakukan
penagihan pajak, daluwarsa setelah lampau waktu 10 (sepuluh) tahun
terhitung sejak saat terutangnya pajak atau berakhirnya masa pajak, bagian
tahun pajak atau tahun pajak yang bersangkutan. Hal ini untuk memberikan
kepastian hokum kapan utang pajak tidak dapat ditagih lagi. Namun,
daluwarsa penagihan pajak tertangguh, antara lain apabila diterbitkan surat
teguran dan surat paksa.

5. Pembebasan
Utang pajak tidak berakhir dalam arti yang semestinya tetapi karena
ditiadakan. Pembebasan umunya tidak diberikan terhadap pokok pajaknya,
tetapi terhadap sanksi administrasi.
Utang pajak dapat pula berakhir karena pembebasan sebab pembebasan
merupakan sarana hukum pajak untuk melepaskan tanggung jawab wajib
pajak berupa membayar pajak. Pembebasan hanya diperuntukkan terhadap
wajib pajak yang secara nyata dikenakan pajak, tetapi tidak memenuhi syarat-
syarat yang ditentukan dalam Undang undang Pajak untuk diberikan
pembebasan. Sekalipun dernikian, wajib pajak tetap wajib menaati
Undangundang Pajak yang memberikan pembebasan sehingga tidak terjadi
pelanggaran hukum yang berakibat dapat dikenakan sanksi hukum pajak.

6. Penghapusan / Peniadaan

S1 Manajemen Universitas Pamulang 14


Modul Perpajakan I

Penghapusan utang pajak sama sifatnya dengan pembebasan, tetapi


diberikannya karena keadaan keuangan wajib pajak.
Peniadaan juga merupakan cara untuk mengakhiri utang pajak, sebagaimana
dikatakan oIeh Rochmat Soemitro (1988;49-50) bahwa peniadaan sebagai
upaya untuk mengakhiri utang pajak dikenaI dalam hukum pajak. Pajak yang
terutang hanya dapat ditiadakan karena alasan tertentu, umpamanya karena
sawah kena musibah bencana alam (banjir, serangan hama, dan sebagainya)
atau karena dasar penetapannya tidak benar. Dengan peniadaan utang ini,
perikatan pajak menjadi berakhir sehingga wajib pajak tidak Iagi mempunyai
kewajiban membayar pajak yang terutang. Dalam konteks ini, wajib pajak
sangat diharapkan berperan serta untuk memohon kepada pejabat pajak agar
utang pajak yang dimiliki boleh ditiadakan dengan pertimbangan-
pertimbangan yang dapat diterima oIeh pejabat pajak. Tatkala permohonan
dikabulkan, wajib pajak tidak Iagi memiliki utang pajak atau hanya sebagian
yang harus dibayar karena pengurangan tidak secara keseluruhan. Peniadaan
utang pajak hanya dapat terjadi karena berdasarkan permohonan wajib pajak
yang dikabulkan oIeh pejabat pajak dapat berupa sebagai berikut.
a. Peniadaan sebagian utang pajak adalah perbuatan hukum oIeh pejabat
pajak untuk melakukan pengurangan atas sejumlah utang pajak yang
seyogianya dibayar.
b. Peniadaan secara keseluruhan utang pajak adalah perbuatan hukum oIeh
pejabat pajak untuk meniadakan seluruh utang pajak yang seharusnya
dibayar.

Tujuan Pembelajaran 1.3:


Menjelaskan Tarif Pajak Penghasilan

Dalam pemungutan pajak, terdapat beberapa jenis tarif pajak yang dikenal,
antara lain:
1. Tarif Progresif (a progressive tax rate)
2. Tarif Proporsional (a proportional tax rate)
3. Tarif Degresif (a degressive tax rate)

S1 Manajemen Universitas Pamulang 15


Modul Perpajakan I

4. Tarif Tetap (a fixed tax rate)


5. Tarif Advalorem
6. Tarif spesifik
7. Tarif Efektif

1. Tarif Progresif
Tarif progresif adalah tarif pemungutan pajak yang persentasenya semakin
besar bila jumlah yang dijadikan dasar pengenaan pajak juga semakin
besar. Menurut kenaikan persentase tarifnya, tarif progresif dapat dibagi
menjadi 3, yaitu:

a. Tarif pajak Progresif Progresif


Tarif pajak Progresif Progresif adalah tarif pemungutan pajak dengan
persentase yang naik dengan semakin besarnya jumlah yang digunakan
sebagai dasar pengenaan pajak, dan kenaikan presentase untuk setiap
jumlah tertentu setiap kali naik.

b. Tarif pajak Progresif Proporsional


Tarif pajak Progresif Proporsional adalah tarif pemungutan pajak dengan
persentase yang naik dengan semakin besarnya jumlah yang digunakan
sebagai dasar pengenaan pajak, namun kenaikan presentase untuk setiap
jumlah tertentu tetap.

c. Tarif pajak Progresif Degresif


Tarif pajak Progresif Degresif adalah tarif pemungutan pajak dengan
persentase yang naik dengan semakin besarnya jumlah yang digunakan
sebagai dasar pengenaan pajak, namun kenaikan presentase untuk setiap
jumlah tertentu setiap kali menurun.
Contoh tarif pajak progresif adalah tarif untuk Pajak Penghasilan Orang
Pribadi berdasarkan Pasal 17 ayat (1) huruf a Undang-Undang Nomor 36
Tahun 2008.
Tabel 7.1 Tarif Pajak Orang Pribadi berdasarkan Pasal 17 ayat (1) huruf a

S1 Manajemen Universitas Pamulang 16


Modul Perpajakan I

0 Sampai dengan Rp50.000.000,00 tarif5 %


Di atas Rp50.000.000,00 s.d. Rp250.000.000,00 tarif 15 %
Di atas Rp250.000.000,00 s.d. Rp500.000.000,00 tarif 25 %
Di atas Rp500.000.000,00 tarif 30 %
Dengan demikian, tarif pajak menurut pasal 17 Undang-Undang Nomor 36
Tahun 2008, pajak penghasilan wajib pajak orang pribadi dalam negeri
tersebut termasuk tarif progresif degresif.

2. Tarif Degresif
Tarif degresif merupakan kebalikan dari tarif progresif. Tarif degresif
adalah tarif pemungutan pajak yang persentasenya semakin kecil bila
jumlah yang dijadikan dasar pengenaan pajak semakin besar. Namun,
tidak berarti jika persentasenya semakin kecil kemudian jumlah pajak yang
terutang juga menjadi kecil. Akan tetapi malah bisa menjadi lebih besar
karena jumlah yang dijadikan dasar pengenaan pajaknya juga semakin
besar.

Pajak yang terutang


Rp10.000.000,- x 15% = Rp1.500.000
Rp25.000.000,-x 13% = Rp3.250.000
Rp50.000.000,-x 11% = Rp5.500.000
Rp60.000.000,-x 10% = Rp6.000.000
Jumlah pajak terutang
Rp16.250.000

3. Tarif Proporsional
Tarif proporsional tidak lagi dipengaruhi oleh naik turunnya dasar objek
yang dikenakan pajak, karena tarifnya telah berlaku secara sebanding.
Tarif proporsional adalah tarif pemungutan pajak yang menggunakan
persentase tetap tanpa memerhatikan jumlah yang dijadikan dasar
pengenaan pajak. Semakin besar jumlah yang dijadikan dasar pengenaan

S1 Manajemen Universitas Pamulang 17


Modul Perpajakan I

pajak, akan semakin besar pula jumlah pajak terutang (yang harus
dibayar). Tarif ini diterapkan dalam UU No. 18 Tahun 2000 (UU PPN dan
PPnBM) yang menggunakan tarif proporsional sebesar 10%.

Pajak yang terutang


a. Rp15.000.000,- x 10% =Rp1.500.000,-
b. Rp25.000.000,-x 10% = Rp2.500.000,-
c. Rp40.000.000,-x 10% = Rp4.000.000,-
d. Rp60.000.000,- x 10% =Rp6.000.000,-

4. Tarif Tetap
Tarif tetap adalah tarif pemungutan pajak yang besar nominalnya tetap
tanpa memerhatikan jumlah yang dijadikan dasar pengenaan pajak. Tarif
ini diterapkan dalam UU No. 13 Tahun 1985 tentang Bea Meterai (BM).
Dengan adanya PP No. 24 Tahun 2000, tarif yang digunakan adalah Bea
Meterai dengan nilai nominal sebesar Rp3.000,00 dan Rp6.000,00.

5. Tarif Advalorem
Tarif advalorem adalah suatu tarif dengan persentase tertentu yang
dikenakan/ ditetapkan pada harga atau nilai suatu barang.
Misalnya PT XZY mengimpor barang jenis „A? sebanyak 1500 unit
dengan harga per unit Rp100.000,00. Jika tarif Bea Masuk atas Impor
Barang tersebut 20%, maka besarnya Bea Masuk yang harus dibayar
adalah:
Nilai Barang Impor = 1500 x Rp100.000 = Rp150.000.000
Tarif Bea Masuk 20%, maka
Bea Masuk yang harus dibayar = 20% x Rp150.000.000
= Rp30.000.000

6. Tarif Spesifik
Tarif spesifik adalah tarif dengan suatu jumlah tertentu atas suatu jenis
barang tertentu atau suatu satuan jenis barang tertentu.

S1 Manajemen Universitas Pamulang 18


Modul Perpajakan I

Misalnya PT ABC mengimpor barang jenis „Z? sebanyak 1500 unit


dengan harga per unit Rp100.000. Jika tarif Bea Masuk atas impor barang
Rp10.000 per unit, maka besarnya Bea Masuk yang harus dibayar adalah:
Jumlah Barang Impor = 1500 unit
Tarif Bea Masuk Rp10.000, maka
Bea Masuk yang harus dibayar = Rp10.000 x 1500
= Rp15.000.000

7. Tarif Efektif
Tarif efektif adalah tarif dimana jumlah pajak yang dibayarkan
dibandingkan dengan jumlah penghasilan yang diterima oleh Wajib Pajak.
Contoh: Tuan Andi mempunyai penghasilan kena pajak selama tahun
2008 sebesar Rp750.000.000. Hitung besarnya pajak yang harus dibayar!

a. Dengan tarif progresif menurut UU No. 17 Tahun 2000


5% x Rp25.000.000 = Rp 1.250.000
10% x Rp25.000.000 = Rp 2.500.000
15% x Rp50.000.000 = Rp 7.500.000
25% x Rp100.000.000 = Rp 25.000.000
35% x Rp550.000.000 = Rp 192.500.000
Jumlah pajak terutang Rp 228.750.000

b. Dengan tarif efektif


228.750.000 x 100% = 30,5%
750.000.000
Jika tarif efektif 30,5% tersebut dikalikan penghasilan kena pajak, maka
akan dihasilkan jumlah pajak yang sama jika digunakan tarif progresif
dalam perhitungannya.

S1 Manajemen Universitas Pamulang 19


Modul Perpajakan I

C. SOAL LATIHAN/TUGAS
1. Apa yang menjadi landasan hukum dari pajak penghasilan di Indonesai?
2. Apa yang dimaksud dengan pajak?
3. Jelaskan fungsi dari pajak?
4. Apa yang menyebabkan timbulnya hutang pajak dan kapan berakhirnya
hutang pajak?
5. Sebutkan jenis-jenis dari tarif pajak yang berlaku di Indonesia!

S1 Manajemen Universitas Pamulang 20


Modul Perpajakan I

D. DAFTAR PUSTAKA
Buku

Siti Resmi. 2016. Buku 1: Edisi 9. Perpajakan: Teori dan Kasus. Jakarta:
Salemba Empat.

Waluyo.2013. Buku I: Edisi 11. Perpajakan Indonesia. Jakarta: Salemba


Empat.

Mardiasmo.2013. Edisi Revisi. Perpajakan. Yogyakarta : penerbit Andi.

Undang-Undang No. 36 Tahun 2008.Pajak Penghasilan.

Link and Sites:

Isroah.2016. Buku Perpajakan (On-line)


http://staff.uny.ac.id/sites/default/files/pendidikan/Isroah,%20Dra.%20
M.Si./BUKU%20PERPAJAKAN.pdf. diakses tanggal 22 Agustus 2016

GLOSARIUM

Tarif, yaitu (biaya yang harus dibayar) adalah pungutan yang dikenakan terhadap
barang ketika masuk atau keluar batas negara. Tarif biasanya dihubungkan
dengan proteksionisme, kebijakan ekonomi yang membatasi perdagangan
antarnegara.

Utang, adalah Kewajiban suatu badan usaha / perusahaan kepada pihak ketiga
yang dibayar dengan cara menyerahkan aktiva atau jasa dalam jangka waktu
tertentu sebagai akibat dari transaksi di masa lalu.

S1 Manajemen Universitas Pamulang 21

Anda mungkin juga menyukai