PERPAJAKAN
DISUSUN OLEH:
Ardita Yuriawati
213020303121
Akuntansi B
JURUSAN/PRODI AKUNTANSI
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS PALANGKA RAYA
TAHUN 2023
BAB I
PENGANTAR PERPAJAKAN
1. DASAR-DASAR PERPAJAKAN
Definisi pajak menurut Undang-Undang Nomor 16 Tabun 2009 tentang perubahan ke- empat
atas Undang-Undang Nomor 6 Tahun 1983 tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan
pada Pasal 1 Ayat berbunyi pajak adalah kontribusi wajib kepada negara yang terutang oleh
orang pribadi atau badan yang bersifat memaksa berdasarkan undang-undang, dengan tidak
mendapatkan imbalan secara langsung dan digunakan untuk keperluan negara bagi sebesar-
besarnya kemakmuran rakyat.
Sedangkan menurut Prof. Dr. Rochmat Soemitro, S.H., pajak adalah uran rakyat ke- pada kas
negara berdasarkan undang-undang (yang dapat dipaksakan) dengan tidak mendapat jasa timbal
(kontraprestasi) yang langsung dapat ditunjukkan dan yang digu nakan untuk membayar
pengeluaran umum
1. Juran dari rakyat kepada negara. Yang berhak memungut pajak hanyalah negara.luran
tersebut berupa uang (bukan barang).
2. Berdasarkan undang-undang. Pajak dipungut berdasarkan atau dengan kekuatan
undang-undang serta aturan pelaksanaannya.
3. Tanpa jasa timbal atau kontraprestasi dari negara yang secara langsung dapat di- tunjuk.
Dalam pembayaran pajak tidak dapat ditunjukkan adanya kontraprestasi individual oleh
pemerintah.
4. Digunakan untuk membiayai rumah tangga negara, yaitu pengeluaran-pengeluaran yang
bermanfaat bagi masyarakat luas.
FUNGSI PAJAK
1. Fungsi Anggaran (Budgetair) Pajak berfungsi sebagai salah satu sumber dana bagr
pemerintah untuk membiayai pengeluaran-pengeluarannya.
2. Fungsi Mengatur (Regulerend) Pajak berfungsi sebagai alat untuk mengatur atau
melaksanakan kebijaksanaan pe- merintah dalam bidang sosial dan ekonomi.
Terdapat beberapa teori yang menjelaskan atau memberikan justifikasi pemberian hak kepada
negara untuk memungut pajak. Teori-teon tersebut antara lain:
1. Teori Asuransi
Negara melindungi keselamatan jiwa, harta benda, dan hak-hak rakyatnya. Oleh karena
itu, rakyat harus membayar pajak yang diibaratkan sebagai suatu premi asuransi karena
memperoleh jaminan perlindungan tersebut.
2. Teon Kepentingan
Pembagian beban pajak kepada rakyat didasarkan pada kepentingan (misalnya per
lindungan) masing-masing orang. Semakin besar kepentingan seseorang terhadap
negara, makin tinggi pajak yang harus dibayar.
3. Teon Daya Pikul
Beban pajak untuk semua orang harus sama beratnya, artinya pajak harus dibayar sesuai
dengan daya pikul masing-masing orang.
4. Teori Bakti
Dasar keadilan pemungutan pajak terletak pada hubungan rakyat dengan negaranya.
Sebagai warga negara yang berbakti, rakyat harus selalu menyadari bahwa pembayaran
pajak adalah sebagai suatu kewajiban.
5. Teori Asas Daya Beli
Maksudnya memungut pajak berarti menarik daya beli dari rumah tangga masyarakat
untuk rumah tangga negara. Selanjutnya negara akan menyalurkannya kembali ke
masyarakat dalam bentuk pemeliharaan kesejahteraan masyarakat. Dengan demikian,
kepentingan seluruh masyarakat lebih diutamakan.
1. Perlawanan Pasif
Masyarakat enggan (pasif) membayar pajak yang dapat disebabkan oleh:
a. Perkembangan intelektual dan moral masyarakat.
b. Sistem perpajakan yang (mungkin) sulit dipahami oleh masyarakat.
c. Sistem kontrol tidak dapat dilakukan atau dilaksanakan dengan baik.
2. Perlawanan Aktif
Perlawanan aktif meliputi semua usaha dan perbuatan yang dilakukan oleh Wajib Pajak dengan
tujuan untuk menghindari pajak. Bentuknya antara lain:
a. Tax avoidance, usaha meringankan beban pajak dengan tidak melanggar undang-
undang.
b. Tax evasion, usaha meringankan beban pajak dengan cara melanggar undang-undang
(menggelapkan pajak).
BAB II
KETENTUAN UMUM DAN TATA CARA PERPAJAKAN
Dengan berpegang teguh pada prinsip kepastian hukum, keadilan, dan kesederhanaan arah dan
tujuan perubahan undang-undang tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan ini
mengacu pada kebijakan pokok sebagai berikut:
1. Meningkatkan efisiensi pemungutan pajak dalam rangka mendukung penerima negara.
2. Meningkatkan pelayanan, kepastian hukum dan keadilan bagi masyarakat guna
meningkatkan daya saing dalam bidang penanaman modal, dengan tetap mendukung
pengembangan usaha kecil dan menengah.
3. Menyesuaikan tuntutan perkembangan sosial ekonomi masyarakat serta perkem- bangan
di bidang teknologi informasi.
4. Meningkatkan keseimbangan antara hak dan kewajiban.
5. Menyederhanakan prosedur administrasi perpajakan.
6. Meningkatkan penerapan prinsip self assessment secara akuntabel dan konsisten.
7. Mendukung iklim usaha ke arah yang lebih kondusif dan kompetitif. Dengan
dilaksanakannya kebijakan pokok tersebut diharapkan dapat meningkatkan penerimaan
negara dalam jangka menengah dan panjang seiring dengan meningkatnya kepatuhan
sukarela dan membaiknya iklim usaha
DASAR HUKUM
Dasar hukum Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan adalah Undang-Undang No. 6 Tahun
1983 sebagaimana telah diubah terakhir dengan Undang-Undang No. 16 Tahun 2009
PENGERTIAN-PENGERTIAN
Dalam Pembahasan Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan akan dijumpai penger- tian-
pengertian atau istilah-istilah yang sudah baku Pengertian atau istilah-istilah tersebut, antara
lain:
1. Pajak adalah kontribusi wajib kepada negara yang terutang oleh orang pribadi atau
badan yang bersifat memaksa berdasarkan undang-undang, dengan tidak mendaparkan
ketidakseimbangan secara langsung dan digunakan untuk keperluan negara bagi
sebesar- besarnya kemakmuran rakyat
2. Wajib pajak adalah orang pribadi atau badan, meliputi pembayaran pajak, pemotong
pajak, dan pemungut pajak yang mempunyai hak dan kewajiban perpajakan sessi
dengan ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan.
3. Badan adalah sekumpulan orang dan atau modal yang merupakan kesatuan baik yang
melakukan usaha maupun yang tidak melakukan usaha yang meliputi perseroan
terbatas, perseroan komanditer, perseroan lainnya, badan usaha milik negara atau badan
usaha milik daerah dengan nama dan dalam bentuk apa pun, firma, kongsi, koperasi,
dan pensiun, persekutuan, perkumpulan, yayasan, organisasi massa, or ganisasi sosial
politik, atau organisasi lainnya, lembaga dan bentuk badan lainnya termasuk kontrak
investasi kolektif dan bentuk usaha tetap merembes
4. Masa pajak adalah jangka waktu yang menjadi dasar bagi wajib pajak untuk meng-
hitung, menyetor, dan melaporkan pajak yang terutang dalam suatu jangka waktu
tertentu sebagaimana ditentukan dalam Undang-Undang KUP. Masa pajak sama dengan
1 (satu) bulan kalender atau jangka waktu lain yang diatur dengan Peraturan Menteri
Keuangan paling lama 3 (tiga) bulan kalender.
5. Tahun pajak adalah jangka waktu 1 (satu) tahun kalender kecuali bila wajib pajak
menggunakan tahun buku yang tidak sama dengan tahun kalender.
6. Bagian tahun pajak adalah bagian dari jangka waktu 1 (satu) tahun pajak.
7. Pajak yang terutang adalah pajak yang harus dibayar pada saatu saat, dalam Masa
Pajak, dalam Tahun Pajak, atau dalam Bagian Tahun Pajak sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan perpajakan.
8. Surat paksa adalah surat perintah membayar utang pajak dan biaya penagihan pa- jak.
9. Kredit pajak untuk Pajak Penghasilan adalah pajak yang dibayar sendiri oleh Wa- jib
Pajak ditambah dengan pokok pajak yang terutang dalam Surat Tagihan Pajak karena
Pajak Penghasilan dalam tahun berjalan tidak atau kurang dibayar, ditambah. dengan
pajak yang dipotong atau dipungut ditambah dengan pajak atas penghasilan yang
dibayar ata terutang di luar negeri, dikurangi dengan pengembalian pendahu huan
kelebihan pajak, yang dikurangkan dari pajak yang terutang
10. Kredit Pajak untuk Pajak Pertambahan Nilai adalah Pajak Mankan yang dap dorotkan
setelah dikurangi dengan pengembalian pendahulium kelebihan paja at setelah
dikurangi dengan pajak yang telah dikompensasikan yang dikurangka dari pajak yang
terutang
11. Pemeriksaan adalah serangkaian kegiatan menghimpun dan mengolah data, kete rangan,
dan atau bukti yang dilaksanakan secara objektif dan profesional bendada suatu standar
pemeriksaan untuk menguji kepatuhan pemenuhan kewajiban perpajaka dan atau untuk
tujuan lain dalam rangka melaksanakan ketentuan peraturan pere dang undangan
perpajakan.
12. Baki Permulaan adalah keadaan, perbuatan, dan atau bukti berupa keteranga tulisan,
atau benda yang dapat memberikan petunjuk adanya dugaan dugaan bayi sedang atau
telah terjadi suatu tindak pidana di bawah hukum yang dilakukan oleh siapa saja yang
dapat menimbulkan kerugian pada negara pendapatan.
13. Pemeriksaan Bukti Perronlaan adalah pemeriksaan yang dilakukan untuk menda patkan
bukti permulaan tentang adanya dugaan telah terjadi tindak pidana di bidang perpajakan
14. Penanggung Pajak adalah orang pribadi atau badan yang bertanggung jawab atas
pembayaran pajak, termasuk wakil yang menjalankan hak dan memenuhi kewajiban
Wajib Pajak sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan
15. Penelitian adalah serangkaian kegiatan yang dilakukan untuk menilai kelengkap
pengisian Surat Pemberitahuan dan lampiran-lampirannya, termasuk penilaian tes tang
kebenaran penulisan dan penghitungannya. Untuk pengertian atau istilah- istilah selain
tersebut di atas akan dikaitkan langsung de ngan pembahasan selanjutnya.
TAHUN PAJAK
Pada umumnya tahun pajak sama dengan tahun takwim atau tahun kalender. Akan
tetapi wajib pajak dapat menggunakan tahan pajak tidak sama dengan tahun takwim
denga syarat konsisten (taat asas) selama 12 bulan, dan melapor/memberitahukan
kepada Ka tor Pelayanan Pajak Pratama setempat.
Pemberitahuan Perpanjangan SPT Tahunan wajib ditandatangani oleh Wajib Pajak atau
Kuasa Wajib Pajak. Dalam hal Pemberitahuan Perpanjangan SPT Tahunan di tandatangani oleh
Kuasa Wajib Pajak, Pemberitahuan Perpanjangan SPT Tahine harus dilampiri dengan Surat
Kuasa Khusus. Pemberitahuan perpanjangan SPT Tahunan dapat disampaikan: a. Secara
langsung. b. Melalui pos dengan bukti pengiriman surat, c. Dengan cara lain, yang meliputi: 1)
melalui perusahaan jasa ekspedisi atau jasa kurir dengan bukti pengiriman surat atau 2) saluran
tertentu yang ditetapkan oleh Direktur Jenderal Pajak sesuai dengan perkembangan teknologi
informasi. Pemberitahuan Perpanjangan SPT Tahunan yang tidak memenuhi ketentuan seba-
gaimana dianggap bukan merupakan Pemberitahuan Perpanjangan SPT Tahunan.
b. Surat Tagihan Pajak, Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar, serta Surat Kete- tapan Pajak
Kurang Bayar Tambahan, dan Surat Keputusan Keberatan, Surat Keputusan Pembetulan,
Putusan Banding, serta Putusan Peninjauan Kembali, yang menyebabkan jumlah pajak yang
harus dibayar bertambah, harus dilunasi dalam jangka waktu 1 (satu) bulan sejak tanggal
diterbitkan.
c. Kekurangan pembayaran pajak yang terutang berdasarkan Surat Pemberitahuan Tahunan
Pajak Penghasilan harus dibayar lunas sebelum Surat Pemberitahuan Pajak Penghasilan
disampaikan. Dalam hal tanggal jatuh tempo pembayaran atau penyetoran pajak bertepatan
dengan hari libur termasuk hari Sabtu atau hari libur nasional, pembayaran atau penyetoran
pajak dapat dilakukan pada hari kerja berikutnya. Hari libur nasional sebagaimana dimaksud
termasuk hari yang diliburkan untuk penyelenggaraan Pemilihan Umum yang ditetapkan oleh
pemerintah dan cuti bersama secara nasional yang ditetapkan oleh pemerintah. Setiap
keterlambatan pembayaran dikenakan bunga sebesar 2% sebulan, yang dihitung dari tanggal
jatuh tempo pembayaran sampai dengan tanggal pembayaran, dan bagian dari bulan dihitung
penuh 1
PEMERIKSAAN
Direktur Jenderal Pajak berwenang melakukan pemeriksaan dengan tujuan untuk menguji
kepatuhan pemenuhan kewajiban perpajakan dan atau untuk tujuan lain dalam rangka
melaksanakan ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan.
1. Pengertian
Pemeriksaan adalah serangkaian kegiatan menghimpun dan mengolah data, keterangan, dan
atau bukti yang dilaksanakan secara objektif dan profesional berda- sarkan suatu standar
pemeriksaan untuk menguji kepatuhan pemenuhan kewajiban perpajakan dan atau untuk tujuan
lain dalam rangka melaksanakan ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan
2. Sasaran Pemeriksaan
a. Interpretasi Undang-undang yang tidak benar.
b. Kesalahan hitung.
c. Penggelapan secara khusus dari penghasilan.
d. Pemotongan dan pengurangan tidak sesungguhnya yang dilakukan Wajib Pajak dalam
melaksanakan kewajiban perpajakannya.
3. Kriteria, Ruang Lingkup, dan Jenis Pemeriksaan Pemeriksaan untuk menguji kepatuhan
pemenuhan kewajiban perpajakan harus dilakukan terhadap Wajib Pajak yang mengajukan
permohonan pengembalian ke- lebihan pembayaran pajak.
Ruang lingkup pemeriksaan untuk tujuan lain dalam rangka melaksanakan ketentuan peraturan
perundang-undangan perpajakan dapat meliput penentuan, pencocokan, atau pengampulan
materi yang berkaitan dengan tujuan pemeriksaan.
PENYIDIKAN
1. Pengertian
Penyidikan tindak pidana di bidang perpajakan adalah serangkaian tindakan yang dilakukan
oleh penyidik untuk mencari serta mengumpulkan bukti yang dengan bukti itu membuat terang
tindak pidana di bidang perpajakan yang terjadi serta menemukan tersangkanya.
2. Penyidik
Penyidik dalam tindak pidana perpajakan adalah pejabat Pegawai Negeri Sipil tertentu di
lingkungan Direktorat Jenderal Pajak yang diberi wewenang khusus sebagai penyidik untuk
melakukan penyidikan tindak pidana di bidang perpajakan sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan.
3. Wewenang Penyidik
a. Menerima, mencari, mengumpulkan, dan meneliti keterangan atau laporan berkenaan
dengan tindak pidana di bidang perpajakan agar keterangan atau laporan tersebut
menjadi lebih lengkap dan jelas.
b. Meneliti, mencari, dan mengumpulkan keterangan mengenai orang pribadi atau badan
tentang kebenaran perbuatan yang dilakukan sehubungan dengan tindak pidana di
bidang perpajakan.
c. Meminta keterangan dan bahan bukti dari oran, pribadi atau badan sehubungan dengan
tindak pidana di bidang perpajakan.
d. Memeriksa buku, catatan, dan dokumen lain bean dengan tindak pidana dibidang
perpajakan.
e. Melakukan penggeledahan untuk mendapatkan bahan bukti pembukuan, pencatat- an,
dan dokumen lain, serta melakukan penyitaan terhadap bahan bukti tersebut.
f. Meminta bantuan tenaga ahli dalam rangka pelaksanaan tugas penyidikan tindak pidana
di bidang perpajakan.
g. Menyuruh berhenti dan atau melarang seseorang meninggalkan ruangan atau tempat
pada saat pemeriksaan sedang berlangsung dan memeriksa identitas orang, benda, dan
atau dokumen yang dibawa.
h. Memotret seseorang yang berkaitan dengan tindak pidana di bidang perpajakan.
i. i Memanggil orang untuk didengar keterangannya dan diperiksa sebagai tersangka atau
saksi.
j. Menghentikan penyidikan.
k. Melakukan tindakan lain yang perlu untuk kelancaran penyidikan tindak pidana di
bidang perpajakan menurut ketentuan peraturan perundang-undangan.
4. Kewajiban Penyidik
Penyidik sebagaimana memberitahukan dimulainya penyidikan dan menyampaikan hasil
penyidikannya kepada penuntut umum melalui penyidik pejabat Polisi Negara Republik
Indonesia sesuai dengan ketentuan yang diatur dalam Undang-Undang Hukum Acara Pidana.
KEWAJIBAN PEMBUKUAN/PENCATATAN
1. Pembukuan adalah suatu proses pencatatan yang dilakukan secara teratur untuk
mengumpulkan data dan informasi keuangan yang meliputi harta, kewajiban, modal,
penghasilan dan biaya, serta jumlah harga perolehan dan penyerahan barang atau jasa, yang
ditutup dengan menyusun laporan keuangan berupa neraca, dan laporan laba rugi untuk periode
Tahun Pajak tersebut.
Sedangkan pencatatan terdiri atas data yang dikumpulkan secara teratur tentang peredaran atau
penerimaan bruto dan atau penghasilan bruto sebagai dasar untuk menghitung jumlah pajak
yang terutang, termasuk penghasilan yang bukan objek pajak dan/atau yang dikenai pajak yang
bersifat final.
2. Wajib Pajak orang pribadi yang melakukan kegiatan usaha atau pekerjaan bebas dan Wajib
Pajak badan di Indonesia wajib menyelenggarakan pembukuan.
3. Wajib Pajak yang dikecualikan dari kewajiban menyelenggarakan pembukuan, tetapi wajib
melakukan pencatatan adalah wajib pajak orang pribadi yang melakukan kegiatan usaha atau
pekerjaan bebas yang sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan
diperbolehkan menghitung penghasilan neto dengan menggunakan Norma Penghitungan
Penghasilan Neto dan Wajib Pajak orang pri badi yang tidak melakukan kegiatan usaha atau
pekerjaan bebas
Sanksi Administrasi
Merupakan pembayaran kerugian kepada negara, khususnya yang berupa bunga dan
kenaikan.
Sanksi Pidana
Merupakan siksaan atau penderitaan. Merupakan suatu alat terakhir atau benteng
hukum yang digunakan fiskus agar norma perpajakan dipatuhi.Menurut ketentuan
dalam undang-undang perpajakan ada 3 maçam sanksi administrasi,yaitu berupa denda,
bunga, dan kenaikan.
SANKSI PIDANA
Ketentuan Sanksi Pidana
Menurut ketentuan dalam undang-undang perpajakan ada 3 macam sanksi pidana yaitu denda
pidana, kurungan, dan penjara.
Denda Pidana
Sanksi berupa denda pidana selain dikenakan kepada Wajib Pajak ada juga yang
diancamkan kepada pejabat pajak atau kepada pihak ketiga yang melanggar norma.
Denda pidana dikenakan kepada tindak pidana yang bersifat pelanggaran maupun
bersifat kejahatan.
Pidana Kurungan
Pidana kurungan hanya diancamkan kepada tindak pidana yang bersifat pelanggaran.
Dapat ditujukan kepada wajib pajak dan pihak ketiga. Karena pidana kurungan
diancamkan kepada si pelanggar norma itu, ketentuannya sama dengan yang
diancamkan dengan denda pidana, maka masalahnya hanya ketentuan mengenai denda
pidana sekian itu diganti dengan pidana kurungan selama-lamanya sekian.
Pidana Penjara
Pidana penjara seperti halnya pidana kurungan merupakan hukuman perampasan kemerdekaan.
pidana penjara diancamkan terhadap kejahatan. Ancaman pidana penjara tidak ada yang
ditujukan k