Anda di halaman 1dari 27

ANALISIS FAKTOR FAKTOR YANG MEMPENGARUHI MOTIVASI

PEMBAYARAN PAJAK WAJIB PAJAK ORANG PRIBADI


YANG MELAKUKAN PEKERJAAN BEBAS
PROPOSAL SKRIPSI

DISUSUN OLEH :
NAMA

: AYU LYA LESTARI

NIM

: 213.02.060

JURUSAN

: AKUNTANSI

DOSEN PEMBIMBING
MAULAN IRWADI, SE, M.Si., Ak., CA
JURUSAN AKUNTASI
SEKOLAH TINGGI ILMU EKONOMI (STIE)
MURA LUBUKLINGGAU

BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pajak merupakan salah satu sektor pendapatan negara yang digunakan
untuk membiayai
pembangunan

pengeluaran pemerintah dan berkontribusi dalam

nasional.

Sektor

pajak

secara

tidak

langsung

dapat

meningkatkan kesejahteraan masyarakat dan merupakan sumber dana bagi


pemerintah, terlebih pada saat ini mulai berkurangnya sumber dana lainnya
yang dimiliki oleh pemerintah seperti minyak dan gas bumi.
Pajak menurut Undang Undang Pasal 1 angka 1 UU No.28 tahun 2007
tetang ketentuan umum dan tata cara perpajakan Pajak adalah kontribusi
wajib kepada negara yang terutang oleh orang pribadi atau badan yang
bersifat memaksa berdasarkan undang undang dengan tidak mendapatkan
imbalan secara langsung dan digunakan untuk keperluan negara bagi sebesar
besarnya kemampuan rakyat.
Wajib pajak masih takut untuk mengurus masalah perpajakannya,
padahal hak wajib pajak untuk mengurus masalah perpajakannya telah diatur
dalam undang undang perpajakan itu sendiri yakni dalam UU KUP No.
28/2007. Padahal kemauan wajib pajak untuk memenuhi kewajiban pajaknya
dapat mengoptimalkan penerimaan pajak.
Pemungutan pajak yang dilakukan sekarang pada masyarakat yang
berkembang dan telah maju, baik di Indonesia maupun di negara negara
lainnya telah dilakukan dengan modernisasi. Walaupun demikian masih

banyak wajib pajak yang tidak patuh terhadap pemenuhan kewajibannya. Hal
ini tidak hanya terjadi bagi para pengusaha tetapi juga terjadi pada
masyarakat yang melakukan usaha kecil menengah. Walaupun telah banyak
upaya yang dilakukan mulai dari penyuluhan dan pendidikan untuk
meningkatkan motivasi masyarakat dalam pembayaran pajak dirasa kurang
cukup.
Pelayanan yang baik dalam tata cara pemungutan pajak dapat mendorong
wajib pajak memenuhi kewajiban pajaknya. Ada beberapa faktor yang
mempengaruhi motivasi pembayaran pajak oleh wajib pajak yaitu faktor
kesadaran membayar pajak, persepsi yang baik atas efektifitas sistem
perpajakan, pengetahuan dan pemahaman tentang peraturan pajak dan
pelayanan fiskus.
Sebagai warga negara yang baik harus memiliki kesadaran yang penuh
terhadap pembayaran pajak. Kesadaran akan tercipta apabila masyarakat
memiliki pengetahuan yang cukup tentang sistem dan peraturan pajak.
Dengan demikian apabila masyarakat telah memiliki pengetahuan yang cukup
maka akan paham tetang peraturan yang ada.
Responden penelitian ini adalah wajib pajak yang melakukan pekerjaan
bebas yang tidak terkait dengan suatu hubungan kerja. Orang yang melakukan
pekerjaan bebas cenderung akan menghindari pajak.
Uraian diatas adalah latar belakang penulis untuk melakukan penelitian
terhadap wajib pajak yang melakukan pekerjaan bebas. Dalam penulisan ini
penulis memberikan judul ANALISIS FAKTOR FAKTOR YANG
MEMPENGARUHI MOTIVASI PEMBAYARAN PAJAK

B. Perumusan Masalah
1. Apakah pengetahuan

wajib

pajak

tentang

peraturan

perpajakan

mempengaruhi motivasi pembayaran pajak?


2. Apakah sistem perpajakan mempengaruhi motivasi pembayaran pajak?
C. Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah diatas, tujuan yang akan dicapai dari
penelitian ini adalah :
1. Untuk memberikan bukti bahwa pengetahuan masyarakat tentang
peraturan perpajakan berpengaruh terhadap motivasi pembayaran pajak
2. Untuk memberikan bukti bahwa sistem perpajakan yang ada
berpengaruh terhadap motivasi pembayaran pajak
D. Manfaat Penelitian
1. Bagi Penulis
Sebagai tugas akhir untuk mencapai gelara strata satu di Sekolah Tinggi
Ilmu Ekonomi Musi Rawas Lubuklinggau dan sebagai sarana penerapan
teori teori yang didapat selama perkuliahan.
2. Bagi Lembaga
Memberikan informasi dan menambah referensi bagi pihak lain yang
akan melakukan penelitian yang lebih lanjut mengenai faktor faktor
yang mempengaruhi motivasi pembayaran pajak.
3. Bagi Pihak Terkait
Penelitian ini dapat memberikan informasi untuk meningkatkan
pembayaran pajak masyarakat yang melakukan pekerjaan bebas.
E. Batasan Penelitian
Agar penelitian dan pembahasan dapat terfokus pada objek yang diteliti
maka perlu dilakukan pembatasan ruang lingkup permasalahan terhadap materi
penelitian maupun lokasi penelitian. Ruang lingkup materi pada penelitian ini
dibatasi pada kajian Analisis faktor-faktor yang mempengaruhi motivasi
pembayaran pajak wajib pajak orang pribadi yang melakukan pekerjaan bebas.
Sedangkan Ruang Lingkup permasalahan dan pembahasan dibatasi pula pada

lokasi penelitian yaitu di kota Lubuklinggau dengan koresponden wajib pajak


pribadi yang melakukan pekerjaan bebas.

BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A. Tinjauan Pustaka
Definisi Pajak
Definisi atau pengertian pajak menurut Prof. Dr. Rochmat Soemitro, SH
dalam Prof. Dr. Mardiasmo, MBA., Ak (2011:1) adalah iuran rakyat kepada
kas negara berdasarkan undang undang (yang dapat dipaksakam) dengan
tiada mendapat jasa timbal (kontraprestasi) yang langsung dapat ditunjukkan
dan yang digunakan untuk membayar pengeluaran umum.
Menurut S. I. Djajadiningrat dalam Siti Resmi (2003:1), Pajak adalah
suatu kewajiban menyerahkan sebagian dari kekayaan ke kas negara yang
disebabkan suatu keadaan, kejadian, dan perbuatan yang memberikan
kedudukan tertentu tetapi bukan sebagai hukuman, menurut peraturan yang
ditetapkan pemerintah serta dapat dipaksakan, tetapi tidak ada jasa timbal balik
dari negara secara langsung, untuk memelihara kesehjateraan secara umum.
Wajib Pajak
Menurut Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan UU No. 28 tahun
2007, wajib pajak adalah orang pribadi atau badan, meliputi pembayar pajak,
pemotong pajak, dan pemungut pajak, yang mempunyai hak dan kewajiban
5

perpajakan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang undangan


perpajakan.
Kewajiban Wajib Pajak menurut Undang undang Nomor 16 tahun 2000
adalah :
a. Mendaftarkan diri untuk mendapatkan Nomor Pokok Wajib Pajak
(NPWP)
b. Menghitung dan membayar sendiri pajak dengan benar
c. Mengambil sendiri Surat Pemberitahuan, mengisinya dengan benar dan
memasukkannya sendiri ke Kantor Pelayanan Pajak dalam batas waktu
yang telah ditetapkan.
d. Menyelenggarakan pembukuan atau pencatatan
e. Jika diperiksa wajib :
Memperlihatkan dan/atau meminjamkan buku atau catatan, dokumen
yang menjadi dasarnya dan dokumen lain yang berhubungan dengan
penghasilan yang diperoleh, kegiatan usaha, pekerjaan bebas wajib

pajak, atau objek yang terutang pajak.


Memberikan kesempatan untuk memasuki tempat atau ruangan guna

memperlancar pemeriksaan.
Memberikan keterangan yang dibutuhkan.
Hak hak Wajib Pajak menurut Undang undang Nomor 16 Tahun 2000
adalah :
a. Mengajukan surat keberatan dan banding
b. Menerima tanda bukti pemasukan, pembetulan,

dan

mengajukan

permohohan penundaan pemasukan Surat Pemberitahuan


c. Meminta pengembalian kelebihan pembayaran pajak
d. Mengajukan permohonan penghapusan dan pengurangan sanksi serta
pembetulan surat ketetapan salah
e. Memberi kuasa kepada orang lain untuk melaksanakan kewajiban
perpajakan
Definisi Motivasi

Teori motivasi menurut Setiadi dalam Junarman (2014:7) motivasi


berasal dari bahasa latin yang berbunyi movere yang berarti dorongan atau
menggerakan. Pentingnya motivasi karena motivasi adalah hal yang
menyebabkan, menyalurkan, dan mendukung perilaku manusia. Motivasi
semakin penting agar setiap individu mendapatkan tujuan yang diinginkannya.
Pada hakekatnya motivasi pembayaran pajak adalah suatu dorongan
dalam diri setiap individu dimana Wajib Pajak orang pribadi melaksanakan
tugas dan kewajiban perpajakannya secara rutin dan tepat waktu tanpa adanya
paksaan dari pihak manapun ataupun karena sanksi yang berlaku.
Pajak Penghasilan
a. Definisi Pajak Penghasilan
Menurut Siti Resmi (2003:74), Pajak Penghasilan adalah pajak yang
dikenakan terhadap subjek pajak atas penghasilan yang diterima atau
diperolehnya dalam suatu tahun pajak.
b. Dasar Hukum
Peraturan perundangan yang mengatur Pajak Penghasilan di Indonesia
adalah UU No. 7 Tahun 1983 yang disempurnakan dengan UU No. 7 Tahun
1991, UU No. 10 Tahun 1994, dan terakhir UU No. 17 tahun 2000 ;
Peraturan Pemerintah ; Keputusan Presiden ; Keputusan Menteri Keuangan ;
Keputusan Direktur Jenderal Pajak maupun Surat Edaran Direktur Jenderal
Pajak.
c. Subjek Pajak
Subjek Pajak Pajak Penghasilan adalah segala sesuatu yang mempunyai
potensi untuk memperoleh penghasilan dan menjadi sasaran untuk
dikenakan Pajak Penghasilan. Undang undang pajak penghasilan di

Indonesia mengatur pengenaan pajak penghasilan terhadap subjek pajak


berkenaan dengan penghasilan yang diterima atau diperolehnya dalam tahun
pajak. Subjek pajak akan dikenakan Pajak Penghasilan apabila menerima
atau memperoleh penghasilan sesuai dengan peraturan perundangan yang
berlaku. Jika subjek pajak telah memenuhi kewajiban pajak secara objektif
maupun subjektif maka disebut wajib pajak. Pasal UU No. 16 tahun 2009
tentang KUP menyebutkan bahwa Wajib Pajak adalah orang pribadi atau
badan yang menurut ketentuan peraturan perundang undangan perpajakan
ditentukan untuk melakukan kewajiban perpajakan , termasuk pemungut
pajak dan pemotong pajak tertentu.
Yang menjadi subjek pajak menurut pasal 2 ayat 1 UU No. 17 Tahun 2000
mengelompokkan subjek pajak sebagai berikut :
Subjek Pajak Orang Pribadi
Orang pribadi sebagai subjek pajak dapat bertempat tinggal atau berada
di Indonesia ataupun di Luar Indonesia.
Subjek Pajak warisan yang belum terbagi sebagai satu kesatuan
menggantikan yang berhak.
Warisan yang belum terbagi sebagai satu kesatuan merupakan subjek
pajak pengganti, menggantikan mereka yang berhak yaitu ahli waris.
Penunjukkan warisan yang belum terbagi sebagai Subjek Pajak
Pengganti dimaksudkan agar pengenaan pajak atas penghasilan yang
berasal dari warisan tersebut tetap dapat dilaksanakan.
Subjek Pajak Badan
Badan adalah sekumpulan orang dan atau modal yang merupakan satu
kesatuan baik yang melakukan usaha maupun tidak melakukan usaha
yang meliputi perseroan terbatas, perseroan komanditair, perseoran
lainnya.

Badan

usaha

koperasi,

dana

pensiun,

persekutuan,

perkumpulan, yayasan, organisasi massa, organisasi sosial politik, atau


8

organisasi yang sejenis lembaga, bentuk usaha tetap dan bentuk badan
lainnya termasuk reksadana.
Subjek Pajak Bentuk Usaha Tetap (BUT)
Bentuk Usaha Tetap (BUT) adalah bentuk usaha yang dipergunakan
oleh orang pribadi yang tidak bertempat tinggal di Indonesia atau
berada di Indonesia tidak lebih dari 183 (seratus delapan puluh tiga)
hari dalam jangka wakyu 12 (dua belas) bulan, atau badan yang tidak
didirikan dan tidak bertempat kedudukan di Indonesia, untuk
menjalankan usaha atau melakukan kegiatan di Indonesia.
Pengertian Motivasi
Pada hakekatnya motivasi membayar pajak adalah suatu dorongan dalam diri
setiap individu dimana (dalam hal ini) Wajib Pajak Orang Pribadi yang
melakukan pekerjaan bebas untuk melaksanakan kewajiban perpajakannya
secara rutin dan tepat waktu tanpa adanya paksaan dari pihak manapun ataupun
karena sanksi yang berlaku. Banyak para ahli memberikan pengertian terhadap
motivasi yang berkaitan dengan individu seseorang. Secara umum motivasi
merupakan kondisi atau sekumpulan faktor yang menyebabkan seseorang
berprilaku dengan cara tertentu. Motivasi dapat berasal dari dalam diri
seseorang (internal) dan juga dapat berasal dari luar (eksternal) atau lingkungan
yang ada. Menurut Lubis dalam Junarman (2014:9), motivasi adalah proses
yang dimulai dengan definisi psikologis menggerakkan prilaku atau dorongan
yang ditinjau untuk tujuan insentif. Berhubungan dengan pendapat diatas maka
pada penelitian ini motivasi adalah dorongan dan keinginan seseorang hingga
dia ingin berpartisipasi dan ikut peran dalam membayar pajak penghasilan
dengan tanpa karna merasa terpaksa demi meningkatkan pendapatan daerah
sebanyak-banyaknya agar dapat mendorong pemerintah dalam pembanguan
daerah. Hasibuan dalam Junarman (2014:10) mendefinisikan motivasi adalah

pemberian daya penggerak yang menciptakan kegairahan seseorang, agar


mereka mau bekerja sama, seperti efektif dan terintegrasi dengan segala upaya
untuk mencapai kepuasan. Robbins dalam Junarman (2014) motivasi adalah
kesedian untuk mengeluarkan tingkat upaya yang tinggi dan tujuan organisasi,
yang dikondisikan oleh kemampuan upaya itu dalam memenuhi beberapa
kebutuhan individual. Berdasarkan Pernyataan tersebut maka motivasi
mempersoalkan bagaimana caranya mendorong gairah masyarakat, agar
mereka mau untuk ikut serta ambil bagian dalam suatu proses meningkatkan
pendapatan negara dari sektor pajak. Menurut Anwar dalam Junarman
(2014) mengatakan motivasi adalah keadaan dalam pribadi seseorang yang
mendorong keinginan individu untuk melakukan dan mengikuti kegiatankegiatan tertentu guna mencapai tujuan. Sedangkan Stanford (dalam Junarman,
2014) ada tiga hal penting dalam pengertian motivasi yaitu hubungan antara
kebutuhan, dorongan dan tujuan. Dari beberapa uraian diatas dapat
disimpulkan bahwa motivasi adalah merupakan sejumlah proses-proses
psikologi, yang menyebabkan timbulnya, diarahkannya, dan terjadinya
persistensi kegiatankegiatan yang diarahkan ke tujuan tertentu, baik yang
bersifat internal, atau eksternal bagi seorang individu, yang menyebabkan
timbulnya sikap antusiasme dan persistensi. Berdasarkan beberapa pengertian
diatas dapat dinyatakan bahwa masyarakat yang memiliki motivasi dalam
membayar Pajak Penghasilan dapat diketahui dari pemahamannya mengenai
pajak.
Selain itu wajib pajak tersebut dapat mengajukan keberatan jika merasa
tidak mampu dalam memenuhi kewajiban perpajakannya sesuai dengan
peraturan pajak yang berlaku dan wajib pajak tersebut dapat pula mengajukan
banding apabila merasa tidak puas atas keputusan yang diberikan oleh petugas

10

pajak baik mengenai Surat Pemberitahuan Pajak Terutang (SPPT) yang


diterimanya tidak sesuai dengan objek pajak yang dikenakan ataupun masalah
lainnya, karena peraturan-peraturan yang ada di dalam Pajak Penghasilan atau
perpajakan yang lain disusun berdasarkan suatu landasan hukum.
Teori Atribusi (Attribution Theory)
Teori

Hubungan

(attribution

theory)

telah

dikemukakan

untuk

mengembangkan penjelasan tentang cara-cara kita menilai individu secara


berbeda, bergantung pada arti yang kita hubungkan dengan perilaku tertentu.
Pada dasarnya, teori ini mengemukakan bahwa ketika mengobservasi perilaku
seorang individu, kita berupaya untuk menentukan apakah perilaku tersebut
disebabkan secara internal atau eksternal. (Robbins dalam Dimas Mardiansyah
20014:2).
Pelayanan Fiskus
Pelayanan adalah cara melayani (membantu mengurus atau menyiapkan segala
keperluan yang dibutuhkan seseorang). Pelayanan yang baik akan mendorong
kepatuhan wajib pajak untuk melaksanakan kewajiban perpajakannya. Untuk
dapat meningkatkan kepatuhan wajib pajak yaitu dengan cara mendengar,
mencari tahu dan berupaya untuk memenuhi apa yang diinginkan oleh wajib
pajak terkait dengan hak dan kewajiban perpajakannya.Sementara itu fiskus
adalah petugas pajak. Pelayanan fiskus dapat diartikan sebagai cara petugas
pajak dalam membantu mengurus atau menyiapkan segala keperluan yang
dibutuhkan wajib pajak (Fikriningrum, 2012:21).
Kesadaran Membayar Pajak
Kesadaran membayar pajak merupakan keadaan dimana wajib pajak mau
membayar pajak karena merasa tidak dirugikan dari pembayaran pajak yang
dilakukannya. Kesadaran bahwa pajak merupakan bentuk partisipasi dalam

11

menunjang pembangunan negara. Dengan menyadari hal ini wajib pajak mau
membayar pajak karena merasa tidak dirugikan dari pemungutan pajak yang
dilakukan.
Pengetahuan dan Pemahaman tentang Peraturan Perpajakan
Pengetahuan adalah hasil kerja fikir yang merubah tidak tahu menjadi tahu dan
menghilangkan keraguan terhadap suatu perkara (Fikriningrum, 2012:14).
Sedangkan Pemahaman merupakan kemampuan untuk menangkap makna dan
arti dari bahan yang dipelajari. Pengetahuan dan pemahaman peraturan
perpajakan merupakan penalaran dan penangkapan makna tentang peraturan
perpajakan.
Persepsi Atas Efektifitas Sistem Perpajakan
Persepsi adalah proses di mana individu mengatur menginterpretasikan kesankesan sensoris mereka guna memberikan arti bagi lingkungan mereka
(Robbins, 2008:175). Sedangkan efektifitas memiliki pengertian suatu
pengukuran yang menyatakan seberapa jauh target (kualitas, kuantitas dan
waktu ) telah tercapai (Fikriningrum, 2012:18).
Menurut (Fikriningrum, 2012:18-21), hal-hal yang mengindikasikan efektifitas
sistem perpajakan yang saat ini dapat dirasakan oleh wajib pajak antara lain
yaitu pertama, pembayaran melalui e-banking lebih memudahkan wajib pajak
dalam membayar pajak.
B. Penelitian Terdahulu
Menurut Winda Kurnia Fikriningrum dan Muchamad Syafruddin (2012)
dalam penelitiannya yang berjudul ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG
MEMPENGARUHI

WAJIB

PAJAK

ORANG

PRIBADI

DALAM

MEMENUHI KEWAJIBAN MEMBAYAR PAJAK menyatakan faktor


kesadaran membayar pajak, pengetahuan dan pemahaman tentang peraturan
perpajakan, persespsi yang baik atas efektifitas sistem perpajakan dan

12

pelayanan fiskus berpengaruh positif dan signifikan terhadap kemauan


membayar pajak.
Dimas Ramadiansyah, Nengah Sudjana, dan Dwiatmanto (2014) dalam
penelitiannya

yang

MEMPENGARUHI

berjudul
WAJIB

ANALISIS
PAJAK

FAKTOR-FAKTOR

ORANG

PRIBADI

YANG
DALAM

MEMENUHI KEWAJIBAN MEMBAYAR PAJAK, juga menyimpulkan hal


yang sama. Faktor kesadaran membayar pajak, pelayanan fiskus, pengetahuan
dan pemahaman tentang peraturan perpajakan, persepsi atas efektifitas sistem
perpajakan, kesadaran membayar pajak berpengaruh positif terhadap kemauan
membayar pajak.
Riessa Roseline menyatakan Faktor keadilan dan penegakan hukum
memberikan positif dan signifikan terhadap kepatuhan dalam mengukuhkan
diri sebagai Pengusaha Kena Pajak dengan toleransi kesalahan faktor keadilan
sebesar 10%.
Menurut Pancawati Hardiningsih dalam penelitiannya yang berjudul
FAKTOR FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEMAUAN MEMBAYAR
PAJAK, menyimpulkan hal yang sama kesadaran membayar pajak, pelayanan
fiskus, pengetahuan dan pemahaman tentang peraturan perpajak berpengaruh
positif terhadap kemauan membayar pajak.
C. Kerangka Pemikiran
Meskipun membayar Pajak Penghasilan merupakan sebuah kewajiban bagi
setiap individu yang memili penghasilan di Indonesia, tetapi pada
kenyataannya wajib pajak memiliki 2 pilihan, yaitu membayar ataupun tidak
membayar. Motivasi mereka untuk membayar atau tidak membayar
dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu kesadaran membayar pajak, persepsi
yang baik atas efektifitas sistem perpajakan, pengetahuan dan pemahaman
tentang peraturan pajak dan pelayanan fiskus. Sehingga penulis ingin meneliti

13

seberapa besar pengaruh factor-faktor tersebut terhadap motivasi wajib pajak


untuk membayar Pajak penghasilan bagi pelaku pekerja bebas.
Menurut adincha variabel Pelayanan Fiskus berpengaruh secara nyata
terhadap variabel Kemauan membayar pajak. Hal ini menunjukkan sikap wajib
pajak cukup memiliki kepercayaan terhadap pelayanan yang telah dilakukan
oleh fiskus, bahwa wajib pajak telah mendapatkan pelayanan yang cukup baik
dari aparat pajak dengan selalu memperhatikan wajib pajak.
Kerangka pemikiran dalam penelitian ini adalah tentang faktor-faktor yang
mempengaruhi motivasi pembayaran pajak orang pribadi yang mempunyai
pekerjaan bebas dalam membayar pajak penghasilan. Variabel yang digunakan
dalam penelitian ini sebanyak lima variabel yaitu empat variabel independen
dan satu variabel dependen. Variabel independen yang digunakan yaitu,
kesadaran membayar pajak (X1), persepsi yang baik atas efektifitas sistem
perpajakan (X2), pengetahuan dan pemahaman tentang peraturan pajak (X3),
dan pelayanan fiskus (X4). Sedangkan variabel dependen yang digunakan yaitu
Motivasi Pembayaran Pajak(Y).
Kerangka Pemikiran Teoritis

Kesadaran
Membayar Pajak (X1)
Persepsi yang Baik
Atas Efektifitas
Pengetahuan dan
Sistem Perpajakan
Pemahaman Tentang
(X2)
Peraturan Pajak (X3)
Pelayanan Fiskus
(X3)

Motivasi
Pembayaran
Pajak (Y)

D. Pengembangan Hipotesis
1. Kesadaran Membayar Pajak
Kesadaran membayar pajak merupakan keadaan dimana wajib pajak
mau membayar pajak karena merasa tidak dirugikan dari pembayaran pajak

14

yang dilakukannya. Kesadaran bahwa pajak merupakan bentuk partisipasi


dalam menunjang pembangunan negara. Dengan menyadari hal ini wajib
pajak mau membayar pajak karena merasa tidak dirugikan dari pemungutan
pajak yang dilakukan.
Menurut Dimas Mardiansyah (2014) Kesadaran membayar pajak
berpengaruh secara nyata terhadap variabel Kemauan membayar pajak. Hal
ini menunjukkan sikap wajib pajak tentang kesadaran terhadap perpajakan
cukup baik. Artinya kesadaran wajib pajak cukup dimengerti bagaimana
masyarakat yang memiliki kewajiban membayar pajak secara berkala
bertujuan untuk perkembangan negara secara khususnya pembangunan
masyarakat luas. Selain itu semakin tinggi tingkat kesadaran wajib pajak
dalam membayar pajak maka semakin tinggi pula tingkat kemauan
membayar pajak.
Berdasarkan penjelasan diatas, maka diajukan hipotesis pertama sebagai
berikut :
H1 = Kesadaran Membayar Pajak Berpengaruh Terhadap Motivasi
Pembayaran Pajak Penghasilan Orang Pribadi Yang Melakukan
Pekerjaan Bebas.
2. Persepsi Yang Baik Atas Efektifitas Sistem Perpajakan
Persepsi atas efektifitas sistem perpajakan merupakan proses aktivitas
seseorang dalam memberikan kesan, penilaian, pendapat, memahami,
mengorganisir, menafsirkan suatu situasi, peristiwa yang dapat memberikan
kesan perilaku yang positif atau negatif mengenai seberapa jauh target
(kualitas, kuantitas dan waktu) sistem perpajakan telah tercapai (Sutari
dalam Arya Yogatama (2014:56)

15

Dalam penelitian terdahulu menurut Winda Kurnia Fikriningrum dan


Muchamad Syafruddin (2012) Persepsi yang baik atas efektifitas sistem
perpajakan memiliki pengaruh yang positif terhadap kemauan membayar
pajak.
Berdasarkan jabaran diatas, maka diajukan hipotesis kedua sebagai
berikut ;
H2 = Persepsi Yang Baik Atas Efektifitas Sistem Perpajakan
Berpengaruh Terhadap Motivasi Pembayaran Pajak Penghasilan
Orang Pribadi Yang melakukan Pekerjaan Bebas
3. Pengetahuan dan Pemahaman Tentang Peraturan Perpajakan
Pengetahuan adalah hasil kerja fikir yang merubah tidak tahu menjadi
tahu dan menghilangkan keraguan terhadap suatu perkara (Fikriningrum,
2012:14).

Sedangkan

Pemahaman

merupakan

kemampuan

untuk

menangkap makna dan arti dari bahan yang dipelajari. Pengetahuan dan
pemahaman peraturan perpajakan merupakan penalaran dan penangkapan
makna tentang peraturan perpajakan.
Menurut Winda Kurnia Fikriningrum dan Muchamad Syafruddin
(2012) Pengetahuan dan Pemahaman Tentang Peraturan Perpajakan
Berpengaruh Positif Terhadap Kemauan Membayar Pajak. Untuk itu
hipotesis yang diajukan adalah sebagai berikut :
H3 = Pengetahuan dan Pemahaman Tentang Peraturan Perpajakan
Berpengaruh

Positif

Terhadap

Motivasi

Pembayaran

Pajak

Penghasilan Orang Pribadi yang Melakukan Pekerjaan Bebas.


4. Pelayanan Fiskus
Motivasi wajib pajak dalam memenuhi kewajibannya tergantung pada
bagaimana petugas pajak dalam memberikan pelayanan kepada wajib
pajak. Dalam Theory of Reasoned Action (TRA) dorongan atau motivasi
yang berasal dari luar diri seseorang (orang lain) akan mempengaruhi

16

perilaku seseorang tersebut (norma subjektif). Pelayanan yang baik dari


petugas pajak akan memberikan pengaruh dan memotivasi seorang wajib
pajak untuk berperilaku taat pajak.
Kemudian dalam teori pembelajaran sosial, seorang wajib pajak akan
termotivasi jika pelayanan yang diberikan petugas pajak memuaskan, lewat
pengamatan dan pengalaman langsungnya ini akan membuat seorang wajib
pajak menaruh perhatian terhadap pelayanan yang diberikan. Dari proses
perhatian tersebut akan menimbulkan proses selanjutnya yaitu mengingat
dan bertindak.
Oleh karena itu sikap petugas pajak yang kooperatif, adil, jujur,
memberikan informasi dan kemudahan, serta tidak mengecewakan wajib
pajak, maka akan meningkatkan kepatuhan wajib pajak. Kualitas aparat
perpajakan juga penting ditekankan. fiskus diharapkan memiliki motivasi
yang tinggi dan kompetensi berupa keahlian, pengetahuan, dan pengalaman
dalam hal kebijakan perpajakan, administrasi pajak dan perundangundangan perpajakan.
Hasil penelitian terdahulu yang dilakukan oleh Arya Yogatama (2014)
membuktikan bahwa pelayanan fiskus memiliki pengaruh positif terhadap
kepatuhan wajib pajak dalam membayar pajak. Untuk itu hipotesis yang
diajukan adalah sebagai berikut :
H4 = Pelayanan Fiskus Berpengaruh Terhadap Motivasi Pembayaran
Pajak Penghasilan Orang Pribadi yang Melakukan Pekerjaan Bebas.
H5 = Kesadaran Membayar Pajak, Persepsi yang Baik Atas Efektifitas
Perpajakan, Pengetahuan dan Pemahaman Tentang Peraturan
Perpajakan, dan Pelayanan Fiskus Berpengaruh Terhadap Motivasi
Pembayaran Pajak Penghasilan Orang Pribadi yang Melakukan
Pekerjaan Bebas.

17

BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
Variabel Penelitian dan Definisi Operasional
Penelitian ini terdiri atas empat variabel independen dan satu variabel dependen,
yaitu sebagai berikut:
A. Variabel Independen
Variabel independen dalam penelitian ini, yaitu:
1. Kesadaran Membayar Pajak
Indikator yang digunakan merupakan replikasi dari kuesioner penelitian
Fikriningrum (2012) yaitu, pajak merupakan penghasilan negara terbesar,
pajak merupakan bentuk partisipasi dalam menunjang pembangunan negara,
penundaan pembayaran pajak sangat merugikan negara, membayar pajak
tidak sesuai dengan yang seharusnya dibayar ak a n merugikan negara.
Variabel ini diukur dengan menggunakan skala likert 5 poin untuk 4
pertanyaan.
2. Persepsi yang Baik atas Efektifitas Sistem Perpajakan
Indikator yang digunakan merupakan replikasi dari kuesioner penelitian
Fikriningrum (2012) yaitu, proses pembayaran pajak, pengisian SPT
melalui e- SPT dan pelaporan SPT melalui e-Filling, penyampaian SPT
melalui drop box, Update peraturan pajak terbaru secara online lewat
internet, dan pendaftaran NPWP melalui e-register. Diukur menggunakan
skala likert 5 poin untuk 5 pertanyaan.

18

3. Pengetahuan dan Pemahaman Tentang Peraturan Perpajakan

Indikator yang digunakan merupakan replikasi dari kuesioner penelitian


Fikriningrum (2012) yaitu, pendaftaran NPWP bagi setiap wajib pajak yang
memiliki penghasilan, pengetahuan dan pemahaman tentang hak dan
kewajiban wajib pajak, pengetahuan dan pemahaman tentang sanksi jika
melakukan

pelanggaran

perpajakan,

pengetahuan

dan

pemahaman

mengenai PTKP, PKP dan tarif pajak, pengetahuan dan pemahaman


peraturan pajak melalui sosialisasi, dan pengetahuan dan pemahaman
peraturan pajak melalui training. Variabel ini diukur menggunakan skala
likert 5 poin untuk 6 pertanyaan.
4. Pelayan Fiskus
Indikator
variabel
ini
merupakan

replikasi

dari

kuesioner

penelitianFikriningrum (2012), yaitu fiskus (aparat pajak) bekerja secara


transparan, fiskus sukarela membantu kesulitan wajib pajak (bersedia
memberikan penyuluhan), fiskus senantiasa menjaga kerapian dalam
berpenampilan, menjaga tutur katanya dengan baik dan bersikap sopan,
fiskus memberikan pelayanan dengan cepat dan tangkas untuk membantu
kesulitan wajib pajak. Variabel ini diukur dengan menggunakan skala likert
5 poin untuk 5 pertanyaan
B. Variabel Dependen
Variabel dependen dalam penelitian ini adalahMotivasi Pembayaran Pajak.
Indikator variabel ini merupakan replikasi dari kuesioner penelitian
Fikriningrum (2014) yaitu, konsultasi sebelum melakukan pembayaran pajak,
dokumen yang diperlukan dalam membayar pajak, informasi mengenai cara
dan tempat pembayaran pajak, informasi mengenai batas waktu pembayaran
pajak, merelakan sejumlah nilai untuk membayar pajak. Variabel dependen ini
diukur dengan skala likert 5 poin untuk 5 pertanyaan.

19

1. Jenis Penelitian
Jenis penelitian yang digunakan adalah deskriptif (descriptive research)
untuk memperoleh gambaran faktor-faktor yang akan memotivasi
masyarakat agar berpartisifasi untuk membayar pajak penghasilan tanpa
adanya rasa keterpaksaan yang berlokasi di kota Lubuklinggau. Menurut
Nazir dalam Junarman (2014) metode penelitian deskriptif adalah suatu
metode dalam meneliti status kelompok manusia, satu objek, satu kondisi
dengan satu sistem pemikiran pada manusia sekarang.
Tujuan penelitian deskriptif adalah membuat gambaran atau lukisan
secara sistematis, faktual dan akurat mengenai fakta-fakta sifat, serta
hubungan antara fenomena-fenomena yang diselidiki.
2. Populasi dan Sampel
Populasi merupakan sekelompok orang, kejadian atau segala sesuatu
yang mempunyai karakteristik tertentu (Indrianto dan Supomo dalam
Junarman, 2014). Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh Wajib Pajak
yang melakukan pekerjaan bebas dan memiliki penghasilan yang kena
pajak di kota Lubuklinggau.
Sampel merupakan sebagian dari populasi yang karakteristiknya hendak
diselidiki dan dianggap bisa mewakili keseluruhan populasi dan jumlahnya
lebih sedikit dari pada jumlah populasinya (Djarwanto dan Pangestu
Subagyo dalam Junarman, 2014). Teknik pengambilan sampel yang
digunakan dalam penelitian ini adalah dengan menggunakan random
sampling yaitu cara pengambilan sampel yang memberikan kesempatan
yang sama untuk diambil kepada setiap elemen populasi.
Teknik penentuan jumlah sampel yang akan diambil menggunakan
rumus Taro Yamane (Arikunto dalam Junarman, 2014) sebagai berikut:
N
n = N d 2 +1

20

Dimana :
n = Jumlah Sampel
N = Jumlah Populasi
d2 = Presisi Yang ditetapkan
3. Metode Pengumpulan Data
Untuk memperoleh data dan informasi yang diperlukan, maka tehnik
pengumpulan data pada penelitian ini adalah Penelitian Survey. Yaitu
Dengan mengumpulkan data secara langsung ke lapangan berupa penelitian
di kota Lubuklinggau yang dilakukan dengan menggunakan Kuesioner
(questionnaire).

Kuesioner

(questionnaire)

merupakan

suatu

cara

pengumpulan data dengan menyebarkan daftar pertanyaan kepada


responden dengan harapan mereka akan memberikan respon terhadap daftar
pertanyaan tersebut.
4. Metode Analisa Data
Tehnik analisis deskriptif digunakan untuk membantu mengindentifikasikan
dan pemaparan unsur-unsur yang menjadi fokus penelitian. Sudjanah dan
Ibrahim dalam junarman (2014) mengemukakan bahwa metode deskriptif
untuk mendeskriptifkan suatu gajala, peristiwa atau kejadian pada saat
kejadian pada saat penelitian berlangsung. Dengan kata lain, metode
deskriptif digunakan untuk menguraikan kemudian mendeskripsikan
keadaan objek yang diteliti dengan hal-hal yang menjadi pusat perhatian.
Metode analisis deskriptif sesuai dengan hakikatnya adalah data yang telah
terkumpul itu kemudian diseleksi, dikelompokkan, dilakukan pengkajian,
interprestasi

dan

disimpulkan,

selanjutnya

hasil

dideskriptifkan.

Pendeskriptifsian data-data dilakukan dengan mengetengahkan fakta


berhubungan dengan faktor-faktor yang memotivasikan masyarakat untuk
membayar pajak bumi dan bangunan dalam meningkatkan kas Negara.
5. Statistik Deskriptif
Statistika deskriptif adalah metode-metode yang berkaitan dengan
pengumpulan dan penyajian suatu gugus data sehingga memberikan

21

informasi yang berguna (Ghozali, 2011). Pengklasifikasian menjadi


statistika deskriptif dan statistika inferensia dilakukan berdasarkan aktivitas
yang dilakukan. Statistika deskriptif hanya memberikan informasi mengenai
data yang dipunyai dan sama sekali tidak menarik inferensia atau
kesimpulan apapun tentang gugus induknya yang lebih besar. Informasi
yang dapat diperoleh dari statistika deskriptif ini antara lain ukuran
pemusatan data, ukuran penyebaran data, serta kecenderungan suatu gugus
data.

Uji Kualitas data


1. Uji Reliabilitas
Realibilitas adalah indeks yang menunjukkan sejauh mana suatu alat
ukur dapat dipercaya atau dapat diandalkan (Ghozali dalam Junarman,
2014). Bila suatu alat pengukur dipakai dua kali, untuk mengukur gejala
yang sama dan hasil pengukuran yang diperoleh relatif konsisten, maka
alat

pengukur

tersebut

reliable.

Dengan

kata

lain,

realibitas

menunjukkan konsistensi suatu alat pengukur di dalam pengukur gejala


yang sama.
Uji reliabilitas dengan dilakukan dengan uji statistik Cronbach Alpha
(a). Suatu konstruk atau variabel dikatakan reliabel jika memberikan
nilai Cronbach Alpha > 0.07 (Nunnally dalam Junarman, 2014).
2. Uji Validitas
Validitas berasal dari kata validity yang mempunyai arti sejauh mana
ketepatan dan kecermatan suatu alat ukur dalam melakukan fungsi
ukurnya (Ghozali dalam Junarman, 2014). Suatu skala atau instrumen

22

pengukur dapat dikatakan mempunyai validitas yang tinggi apabila


instrumen tersebut menjalankan fungsi ukurnya, atau memberikan hasil
ukur yang sesuai dengan maksud dilakukannya pengukuran tersebut.
Sedangkan tes yang memiliki validitas rendah akan menghasilkan data
yang tidak relevan dengan tujuan pengukuran. Uji validitas dilakukan
dengan menggunakan koefisien korelasi Pearson. Apabila korelasi antar
skor masing-masing butir pertanyaan dengan total tiap konstruknya
signifikan pada lebih dari 0,01 maka pertanyaan tersebut dikatakan
valid.
Uji Asumsi Data
1. Uji Normalitas
Uji normalitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi,
variabel pengganggu atau residual memiliki distribusi normal (Ghozali
dalam Junarman, 2014). Ada dua cara untuk mendeteksi apakah residual
berdistribusi normal atau tidak yaitu dengan cara analisis grafik dan uji
statistik.
Salah satu cara termudah untuk melihat normalitas residual adalah
dengan melihat grafik histogram yang membandingkan antara data
observasi dengan disribusi normal. Distribusi normal akan membentuk
satu garis lurus diagonal, dan ploting data residual akan dibandingkan
dengan garis lurus diagonal. Jika distribusi data residual normal, maka
garis yang menggambarkan data sesungguhnya akan mengikuti garis
diagonalnya.
Uji normalitas lain pada penelitian ini dengan menggunakan uji statistik
non parametik Kolgorov Smirnoc (K S). uji K-S dilakukan dengan
membuat hipotesis: Jika nilai Asymp.sig (2-tailed) 0,05 maka data
terdistribusi normal.

23

2. Uji Heterokedastisitas
Uji heteroskedastisitas bertujuan menguji apakah dalam model regresi
terjadi ketidaksamaan varian dari residual satu pengamatan ke
pengamatan lain (Ghozali dalam Junarman, 2014). Heterokedastisitas
dapat dilihat dengan melakukan uji glejser. Uji Glejser mengusulkan
untuk meregres nilai absolut residual terhadap variabel independen
dengan persamaan regresi:
l Ut l = + Xt + vt
dasar pengambilam keputusannya jika nilai Sig variabel dibawah 0,05
maka terjadi heterodiktas dan jika nilai Sig variabel diatas 0,05 maka
tidak terjadi heterodiktas.
3. Analisis Regresi
Analisis regresi mempelajari bentuk hubungan antara satu atau lebih
peubah bebas (X) dengan satu peubah tak bebas (Y) (Ghozali dalam
Junarman, 2014). Dalam penelitian ini hubungan yang diteliti adalah
hubungan antara Kesadaran Membayar Pajak (X1), Persepsi yang Baik
Atas Efektifitas Sistem Perpajakan (X2), Pengetahuan dan Pemahaman
Tentang Peraturan Perpajakan (X3), Pelayanan Fiskus (X4) dan motivasi
membayar pajak penghasilan (Y). Hubungan tersebut dapat dijelaskan
sebagai berikut:
Y= a + b1x1+ b2x2+ b3x3 + b4x4 + e
Keterangan:
Y : Motivasi membayar pajak penghasilan
x1 : Kesadaran membayar pajak
x2 : Persepsi yang baik atas efektifitas sistem perpajakan
x3 : Pengetahuan dan pemahaman tentang peraturan perpajakan
x4 : Pelayanan fiskus
a : Konstanta
b : Koefisien regresi
e : Eror
Uji Hipotesis
1. Uji F

24

Uji F digunakan untuk mengetahui pengaruh variabel bebas secara


bersama-sama (simultan) terhadap variabel terikat. Signifikan berarti
hubungan yang terjadi dapat berlaku untuk populasi. Pengujian ini
dilakukan dengan melihat nilai probabilitas Signifikansi (Sig) F yang
dibandingkan dengan yang ditetapkan yaitu 0,05. Jika nilai Sig F < 0,05
maka secara simultan terdapat pengaruh yang signifikan antara variabel
bebas terhadap variabel terikat.
2. Uji R2
Koefisien determinasi (R2) pada intinya mengukur seberapa jauh
kemampuan model dalam menerangkan variasi variabel dependen. Nilai
koefisien determinasi adalah antara nol dan satu. Nilai R 2 yang kecil
berarti kemapuan variabel-variabel independen dalam menjelaskan
variasi variabel dependen amat terbatas. Nilai yang mendekati satu
berarti variabel-variabel independen memberikan hampir semua
informasi yang dibutuhkan untuk memprediksi variasi variabel
dependen (Ghozali dalam Junarman, 2014).
Dalam kenyataan nilai adjusted R2 dapat bernilai negatif, walaupun yang
dikendaki harus bernilai positif. Menurut Gujarati dalam Junarman,
2014) jika dalam uji empiris di dapat nilai adjusted R2 negatif, maka
nilai adjusted R2 dianggap bernilai nol. Secara matematis jika nilai R 2 =
1, maka Adjusted R2 = R2 = 1 sedangkan jika nilai R2 = 0, maka adjusted
R2 = (1-k)/(n-k). Jika k>1, maka adjusted R2 akan bernilai negatif.
3. Uji t
Uji statistic t pada dasarnya menunjukkan seberapa jauh pengaruh satu
variabel penjelas/independen secara individual dalam menerangkan
variasi variabel dependen. Maka uji t dapat dilakukan dengan rumus
sebagai berikut :

25

T=

B1
S B1

Keterangan:
T : Observasi
B1: Koefisien regresi variabel
SB1: Standar error B1
Dimana :
Ho : secara parsial tidak ada pengaruh variabel X terhadap Y
Ha : secara parsial ada pengaruh variabel X terhadap Y
Jika probabilitas lebih kecil dari 0,05 maka Ho ditolak atau dengan kata
lain hipotesis alternatif yaitu secara parsial variabel X mempengaruhi
variabel Y (Ghozali dalam Junarman, 2014).

DAFTAR PUSTAKA
1. Fikriningrum, Winda Kurnia dan Muchamad Syafruddin. 2012. Analisis
Faktor Faktor Yang Mempengaruhi Wajib Pajak Orang Pribadi Dalam
Memenuhi Kewajiban Membayar Pajak. Universitas Diponegoro.
2. Handayani, Sapti Wuri, dkk. 2011. Faktor Faktor Yang Mempengaruhi
Kemauan Membayar Pajak Orang Pribadi Yang Melakukan Pekerjaan Bebas.
Universitas Jenderal Soedirman.
3. Hardiningsih, Pancawati dan Nila Yulianawati. 2011. Faktor Faktor Yang
Mempengaruhi Kemauan Membayar Pajak. Universitas Stikubank.
4. Junarman. 2014. Analisis Faktor Faktor Yang Mempengaruhi Motivasi
Masyarakat Dalam Membayar Pajak Bumi Dan Bangunan (Studi Kasus Di
Kecamatan Pondok Kubang Bengkulu Tengah). Universitas Bengkulu.
5. Mardiasmo. 2013. Perpajakan Edisi Revisi Prof. Dr. Mardiasmo, MBA., Ak.
Yogyakarta: Andi.
6. Ramadiansyah, Dimas, dkk. 2014. Analisis Faktor Faktor Yang
Mempengaruhi Wajib Pajak Orang Pribadi Dalam Memenuhi Kewajiban
Membayar Pajak. Universitas Brawijaya.
7. Resmi, Siti. 2003. Perpajakan : Teori & Kasus. Jakarta : Salemba Empat.

26

8. Roseline, Riessa. 2014. Analisis Faktor - Faktor Yang Mempengaruhi


Kepatuhan Wajib Pajak Dalam Mengukuhkan Diri Sebagai Pengusaha Kena
Pajak. Universitas Brawijaya.
9. Yogatama, Arya. 2014. Analisis Faktor Faktor Yang Mempengaruhi
Kepatuhan Wajib Pajak Orang Pribadi (Studi di Wilayah KPP Pratama
Semarang Candisari). Universitas Diponegoro.

27

Anda mungkin juga menyukai