Anda di halaman 1dari 5

Farhan Adlil Aziz

22031554034 (Sains Data-B)

BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Indonesia sebagai negara berkembang selalu melakukan pembangunan di segala sektor. Hal
ini demi terciptanya masyarakat yang sejahtera. Upaya-upaya untuk memenuhi hal tersebut teruslah
dilakukan, salah satunya dengan penerimaan negara, yang berfungsi untuk memenuhi kepentingan
negara guna menciptakan pertumbuhan ekonomi. Pemerintah dan Dewan Perwakilan menyusun
Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) yang di dalamnya terdapat penerimaan negara,
yaitu dari sektor migas, sektor pajak dan sektor bukan pajak. Berdasarkan 3 sumber penerimaan negara
tersebut, sektor pajak menjadi sumber penerimaan utama negara dalam memenuhi anggaran negara.
Pajak juga merupakan salah satu sumber pendapatan Negara yang sangat penting bagi
pelaksanaan dan peningkatan pembangunan nasional. Pembangunan Nasional akan berjalan lancar
jika seluruh masyarakat taat dan patuh membayar pajak. Oleh karena itu masyarakat diharapkan ikut
berperan aktif memberikan kontribusinya bagi peningkatan pendapatan Negara sesuai dengan
kemampuannya. Pajak menjadi sumber dana bagi pemerintah yang dipakai untuk membiayai kebutuhan
Negara yang digunakan sebesar-besarnya untuk kemakmuran dan kesejahteraan masyarakat Pajak
dipungut oleh pemerintah berdasarkan undang-undang perpajakan yang berlaku.
Seiring berkembangnya perpajakan bumi dan bangunan membuat tumbuhnya berbagai macam
fenomena, salah satunya terhitung sejak tanggal 1 Januari 2014, diterbitkannya undang-undang
perpajakan yaitu semua Kabupaten/Kota diwajibkan mengelola Pajak Bumi dan Bangunan (PBB)
Sektor Perdesaan dan Perkotaan (P2). Pengalihan ini merupakan bentuk tindak lanjut kebijakan
otonomi daerah dan desentralisasi fiskal sebagaimana tertuang dalam Undang-Undang Nomor 28
Tahun 2009 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah (PDRD). Dengan adanya pengalihan ini maka
kegiatan pendataan, penilaian, penetapan, pengadministrasian, pemungutan/penagihan dan pelayanan
PBB-P2 akan diselenggarakan oleh Kabupaten atau Kota. Retribusi Daerah adalah pungutan daerah
yang pembayaran atas jasa atau pemberian izin tertentu yang diberikan/ disediakan sebagai imbalan atas
pemanfaatan yang diperoleh secara langsung oleh seseorang atau badan. Pungutan retribusi tersebut
dipengaruhi oleh fasilitas atau jasa pelayanan yang disediakan pemerintah daerah bagi badan atau
perorangan.
Adapun tujuan pengalihan pengelolaan PBB-P2 ke Kabupaten/Kota adalah untuk
memberikan kewenangan yang lebih besar dalam perpajakan dengan memperluas basis pajak
daerah dan penetapan tarif pajak seperti fenomena Pajak Bumi dan Bangunan-Perdesaan Perkotaan
(PBB-P2) di Kabupaten Jayapura menjadi salah satu andalan Pendapatan Asli Daerah (PAD). Untuk itu,
kinerja pegawai Badan Pengelola Pendapatan Daerah (Bappenda) Kabupaten Jayapura memang perlu
lebih maksimal dalam menggenjot pemasukan PBB.
Secara umum pajak bumi dan bangunan sama dengan pajak-pajak lainnya, namun kesadaran
masyarakat tentang pentingnya pembayaran pajak masih kurang. Berdasarkan hasil wawancara pra
penelitian diketahui bahwa hampir 99% wajib pajak melakukan pembayaran dan 1% ada yang
tertinggal, lupa, dan tidak mampu. Namun ditahun lalu pernah mencapai 100%. Akan tetapi perangkat
desa juga tetap mengingatkan warga untuk melakukan pembayaran agar tidak telat dan tidak terkena
denda. karena Wajib pajak sering terlupa akan batas waktu pembayarannya.
Faktor-faktor yang mempengaruhi kepatuhan wajib pajak bumi dan bangunan di Kecamatan
Tirtoyudo Mareta (Untung et al., 2022) dan (Pradipta, 2013) yaitu faktor pengetahuan, faktor
pendapatan wajib pajak, faktor pelayanan aparatur pembayaran, faktor penegakan hukum pajak
atau sanksi, faktor sosialisasi, faktor kesadaran, faktor persepsi.
Kepatuhan wajib pajak dapat dinilai seberapa besar ketaatanya untuk melakukan
pembayaran pajak sesuai dengan kewajiban perpajakannya baik dalam segi formal ataupun material.
Seperti kepatuhan dalam ketepatan waktu pembayaran itu sendiri.Kepatuhan wajib pajak dalam
membayar pajak bumi dan bangunan di perkotaan atau pedesaan tahun 2019 (Muhamad, 2021)
Seorang wajib pajak bisa saja melakukan pembayaran kewajiban perpajakannya secara keseluruhan
dalam bentuk jumlah pajak yang harus dibayarnya, namun apabila wajib pajak melakukan
pembayaran melewati batas waktu pembayaran terakhir, Sosialisasi perpajakan merupakan cara
yang dilakukan oleh Dirjen Pajak untuk memberikan pengetahuan kepada masyarakat dan khususnya
wajib pajak agar mengetahui tentang segala hal mengenai perpajakan, baik itu peraturan perpajakan
ataupun aturan atau tata cara perpajakan dengan metode yang tepat (Sondjaya.y et al., 2020).
maka dianggap kurang patuh. Kepatuhan seseorang dalam hal perpajakan dapat diidentifikasikan dari
kepatuhan mendaftarkan diri, kepatuhan memperhitungkan pajak, dan membayar setiap tahunnya.
adanya perluasan mode moderated mediation pengetahuan perpajakan dan kepatuhan pajak melalui
sosialisasi pajak dan kesadaran wajib pajak maka dapat menganalisis pengaruh pengetahuan
perpajakan terhadap kepatuhan wajib pajak dan sosialisasi perpajakan sebagai moderator (Pattiasina et
al., 2021)
Selanjutnya kesadaran untuk menjadi wajib pajak dan memenuhi segala kewajibannya
perlu dibina sehingga timbul disetiap wajib pajak yang bermasyarakat. Dengan demikian, maka roda
pemerintahan akan berlangsung lancar demi kepentingan wajib pajak itu sendiri dan lancarnya
roda pemerintahan sehingga tercapainya keseluruhan cita – cita rakyat / penduduk hidup dalam negara
yang adil dan makmur dalam lingkup nilai – nilai Pancasila dan UUD 1945. Setiap masyarakat harus
sadar bahwa kewajiban membayar Pajak Bumi dan Bangunan bukanlah untuk pihak lain, tetapi untuk
melancarkan jalannya roda pemerintahan yang mengurusi segala kepentingan rakyat sendiri. Jadi
sadar berkorban dan pengorbanan dalam pemenuhan wajib pajak itu adalah untuk kepentingannya
sendiri dari generasi ke generasi.
Pada hasil penelitian sebelumnya (Desak et a.,2021) menunjukkan bahwa kesadaran wajib
pajak, pengetahuan perpajakan dan pelayanan fiskus berpengaruh signifikan terhadap kepatuhan
wajib pajak PBB. Namun berbeda dengan penelitian (Rahma, 2022) yang menunjukkan bahwa
Pelayanan pajak tidak berpengaruh signifikan dan negatif terhadap kepatuhan wajib pajak, sanksi
pajak berpengaruh signifikan dan negatif terhadap kepatuhan wajib pajak, sistem perpajakan tidak
berpengaruh signifikan terhadap kepatuhan wajib pajak, kesadaran wajib pajak berpengaruh
signifikan dan positif terhadap kepatuhan wajib pajak, pelayanan pajak, sanksi pajak, sistem perpajakan
dan kesadaran wajib secara simultan/bersama-sama berpengaruh secara signifikan terhadap kepatuhan
membayar PBB.

B. Rumusan Masalah
1. Apakah kesadaran wajib pajak berpengaruh terhadap kepatuhan wajib pajak dalam
membayar Pajak Bumi dan Bangunan?
2. Apakah sosialisasi perpajakan berpengaruh terhadap kepatuhan wajib pajak dalam
membayar Pajak Bumi dan Bangunan?
3. Apakah pengetahuan perpajakan berpengaruh terhadap kepatuhan wajib pajak dalam
membayar Pajak Bumi dan Bangunan?
C. Tujuan Penelitian
D. Untuk menguji pengaruh kesadaran wajib pajak terhadap kepatuhan wajib pajak dalam
1. Untuk menguji pengaruh kesadaran wajib pajak terhadap kepatuhan wajib pajak dalam
membayar Pajak Bumi dan Bangunan
2. Untuk menguji pengaruh sosialisasi perpajakan terhadap kepatuhan wajib pajak dalam
membayar Pajak Bumi dan Bangunan
3. Untuk menguji pengaruh pengaruh perngetahuan terhadap kepatuhan wajib pajak dalam
membayar Pajak Bumi dan Bangunan
D. Manfaat Penelitian
1. Bermanfaat sebagai masukan bagi Kantor Pelayanan Pajak
2. Sebagai salah satu pemikiran perkembangan ilmu akuntansi khususnya ilmu akuntansi yang
berkaitan dengan pajak bumi dan bangunan, Penelitian ini diharapkan dapat menjadi
bahan penelitian dan masukan untuk penelitian selanjutnya, dengan mengkaji objek dan
permasalahan yang berkaitan dengan kegiatan kepatuhan wajib pajak.

BAB II
KAJIAN PUSTAKA

A. Pegertian Pajak
Undang-Undang No. 36 Tahun 2008, menyatakan pajak adalah kontribusi WP (Wajib
Pajak) kepada Negara yang terutang oleh orang pribadi atau badan yang bersifat memaksa
berdasarkan Undang-Undang dengan tidak mendapatkan imbalan secara langsung dan
digunakan untuk keperluan Negara bagi sebesar – besarnya kemakmuran rakyat. Pajak
merupakan iuran rakyat untuk kas negara berdasarkan aturan yaitu undang-undang yang
pemungutannya dapat dipaksakan dengan tanpa mendapat imbalan balik secara langsung.
Pajak dipungut oleh pemerintah atau penguasa berdasarkan peraturan yang berlaku dengan
tujuan sebesar- besarnya untuk kesejahteraan umum. Pengertian lain menurut Ray M,
sommerfeld, pajak adalah suatu pengelihan sumber dari sektor swasta ke sektor pemerintah,
bukan akibat pelanggaran hukum, namun wajib di laksanakan, berdasarkan ketentuan yang
ditetapkan lebih dahulu, tanpa mendapat imbalan yang langsung dan proporsional, agar
pemerintah dapat melaksanakan tugastugasnya untuk menjalankan pemerintahan. Definisi
pajak menurut Undang-Undang No 28 Tahun 2007 Pasal 1 adalah Pajak merupakan
kontribusi wajib kepada negara yang terutang oleh orang pribadi atau badan yang bersifat
memaksa berdasarkan undang-undang dengan tidak mendapatkan imbalan secara langsung
dan digunakan untuk keperluan negara sebesar-besarnya untuk kemakmuran rakyat.
Berdasarkan teori-teori yang dikemukakan oleh para ahli diatas dapat diambil kesimpulan
bahwa pajak adalah iuran atau pungutan yang digunakan oleh suatu badan yang bersifat
umum ( negara ) untuk memasukkan uang kedalam kas negara dalam menutupi segala
pengeluaran yang telah dilakukan dimana pungutannya dapat dipaksakan. Dan juga dapat
ditarik kesimpulan tentang ciri-ciri atau karakteristik pajak antara lain:
a) Pajak dipungur berdasarkan Undang – Undang serta aturan dan pelaksanaanya
bersifat dapat dipaksakan.
b) Pajak dipungut oleh negara baik pemerintah pusat maupun pemerintah daerah.
c) Pajak di peruntukan bagi pengeluaran pemerintah untuk menunjang segala aspek
yang dibutuhkan masyarakat.

B. Pajak Bumi Dan Bangunan


1. Pengertian
Pajak bumi dan bangunan adalah pajak yang di kenakan atas tanah dan atau
bangunan di atasnya. PBB merupakan penerimaan pajak yang sangat diperlukan
oleh suatu negara khususnya daerah, yaitu untuk kelancaran pembangunan serta
kemajuan daerah itu sendiri. Karena PBB merupakan sumber utama daerah dalam
APBD penerimaan PBB tersebut di masukkan dalam kelompok penerimaan daerah
dari bagi hasil pajak.
Pajak Bumi dan Bangunan merupakan pajak yang dikenakan terhadap
hampir seluruh lapisan masyarakat dan merupakan salah satu sumber utama
penerimaan daerah. Dalam APBD, penerimaan Pajak Bumi dan Bangunan (PBB)
tersebut dimasukkan dalam kelompok penerimaan daerah dari bagi hasil pajak.
Pengertian Pajak Bumi dan Bangunan adalah pajak yang dikenakan atas harta tak
bergerak dalam hal ini yang dipentingkan adalah objeknya maka status atau keadaan
orang atau badan yang dijadikan subjek tidak penting dan tidak mempengaruhi
besarnya pajak.
Berdasarkan pengertian di atas, maka dapat disimpulkan bahwa pajak bumi
dan bangunan adalah pajak yang dikenakan atas bumi dan bangunan yang terletak di
Negara Kesatuan Republik Indonesia berarti bumi dan bangunan di atas permukaan
tanah negara Indonesia yang memenuhi ketentuan peraturan perpajakan yang
berlaku.
C. Dasar Hukum
Dasar hukum pajak bumi dan bangunan memiliki dasar hukum sebagai berikut :
a. Dasar hukum PBB pada UU No. 12 Tahun 1985, dan telah diubah
dengan UU No. 12 Tahun 1994.
b. Peraturan pemerintah (PerPu) No. 25 tahun 2002 tentang penetapan
besarnya persentase nilai jual kena pajak untuk Pajak Bumi dan
Bangunan.
c. Keputusan menteri keuangan No. 201/ KMK.04/2002 tentang
penyesuaian besar nilai jual objek pajak tidak kena pajak (NJOPTKP)
sebagai Dasar Perhitungan Pajak Bumi dan Bangunan.
d. Keputusan menteri keuangan No.552/KMK.04/2002 tentang pembagian
hasil penerimaan pajak bumi dan bangunan antara pemerintah pusat dan
daerah.

D. Kepatuhan Wajib Pajak


Kepatuhan pajak adalah suatu keadaan saat wajib pajak paham atau berusaha untuk
memahami semua ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan, mengisi formulir
pajak dengan lengkap dan jelas, menghitung jumlah pajak yang terutang dengan benar, dan
membayar pajak yang terutang tepat pada waktunya. Untuk mempermudah urvey dan agar
mengetahuai Determinan Persepsi Kemudahan, Persepsi Kebermanfaatan, Persepsi Risiko
dan kepuasan Wajib Pajak Terhadap Pengunaan Sistem E- Filling (Noch & Pattiasina,
2017).

E. Kesadaran Wajib Pajak


Kesadaran Perpajakan adalah kerelaan memenuhi kewajibannya, termasuk rela
memberikan kontribusi dana pelaksanaan fungsi pemerinah daerah membayar kewajiban
pajak terutangnya. Tingkat kesadaran yang dimiliki oleh wajib pajak juga berpengaruh
terhadap kepatuhan dalam membayar pajak karena pada kenyataanya sekarang tidak ada
orang yang secara sadar akan kewajiban pajaknya dan mengerti esensi dari pajak itu sendiri
melainkan hampir sebagian orang melaksanakan kewajibannya hanya memenuhi ketentuan
yang sudah ada. Hal ini, mengindikasikan bahwa budaya kurangnya kesadaran sangat
berpotensi mengurangi kepatuhan.

Anda mungkin juga menyukai