Anda di halaman 1dari 10

RINGKASAN MATERI KULIAH

PERPAJAKAN 1
Kelas A4

Disusun Oleh Kelompok 3:


A.A. Sri Pramita (2007531077)
Melani Caroline Olivia Sinaga (2007531082)
Ni Nyoman Ayu Natasya Amanda (2007531083)

PROGRAM STUDI S1 AKUNTANSI


FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS UDAYANA
TAHUN 2021
Bahan Kajian (Materi Pembelajaran):
1.1. Sejarah Perpajakan
1.2. Pengertian Pajak, Retribusi, dan Sumbangan
1.3. Peranan dan Fungsi Pajak dalam Pembangunan
1.4. Kedudukan Hukum Pajak dalam Tata Hukum Internasional
1.5. Syarat-syarat Undang – undang Pajak bagi Suatu Negara
1.6. The Four Maxims Adam Smith

PEMBAHASAN

1.1 Sejarah Perpajakan

Bangsa Indonesia telah mengenal pungutan sejenis pajak bahkan sebelum


dijajah oleh Bangsa Eropa dan Jepang. Masyarakat telah mengenal upeti yaitu
pungutan sejenis pajak yang bersifat memaksa dimana nantinya akan diberikan
kepada raja sebagai persembahan. Dan kemudian masyarakat mendapat
imbalannya berupa jaminan keamanan dan ketertiban dari raja. Perlu dicatat
bahkan pada masa itu beberapa kerajaan seperti Majapahit, Demak, Pajang, dan
Mataram mengenal sistem pembebasan pajak. Terutama pajak atas kepemilikan
tanah yang biasa disebut tanah perdikan. Biasanya pembebasan tersebut diatur
dalam beleid yang dituangkan baik dalam prasasti ataupun dicatat dalam kitab
kesusastraan.

Ketika Belanda masuk dan menjajah Indonesia, saat itulah kita mengenal
system perpajakan modern. Belanda yaitu VOC memungut pajak diantaranya
Pajak Rumah, Pajak Usaha dan Pajak Kepala kepada pedagang Tionghoa dan
pedagang asing lainnya. Namun, VOC tidak memungut pajak di wilayah
kekuasaanya seperti Batavia, Maluku dan lainnya.

Masuk ke era pendudukan Inggris, Gubernur Jenderal Raffles juga dikenal


sistem pemungutan pajak yang dikenal dengan landrent stesel yaitu pengenaan
pajak atas sewa tanah masyarakat kepada pemerintah kolonial. Inilah yang
menjadi cikal bakal pengenaan Pajak Bumi dan Bangunan (PBB). Pengenaan
pajak landrent stesel ini berdasarkan sistem pengenaan pajak secara langsung
kepada para petani. Dalam hal ini tarif pajak adalah pendapatan rata-rata petani
dalam setahun.

Kemudian terdapat juga aturan mengenai pajak penghasilan pada era


kolonial. Aturan pajak atas penghasilan dikenakan kepada pribumi maupun orang
non-pribumi yang mendapat penghasilan di Hindia Belanda. Aturan ini yang
menerapkan adalah pemerintah kolonial Belanda pada awal abad ke-19. Pajak
pendapatan untuk pribumi dikenakan atas kegiatan usahanya seperti perdagangan,
sedangkan untuk orang non-pribumi dikenakan atas paten usaha bidang industri,
pertanian, kerajinan tangan, manufaktur dan sejenisnya. Contoh aturan
pengenaanya adalah pajak pendapatan adalah 2% dari pendapatan.

Begitu lekatnya masyarakat Indonesia dengan pajak sampai dengan


sekarang ini. Namun, ada dampak negatif akibat dari pengenaan pajak di era
kolonial dan era sebelumnya yaitu menjadikan sebagian masyarakat menganggap
pajak itu hanya bentuk superioritas penguasa kepada rakyatnya. Di era selanjutnya
ketika Indonesia sudah merdeka pengenaan pajak sudah lebih konservatif dan
berkeadilan yang dituangkan dalam berbagai aturan yang sah diterbitkan oleh
Pemerintah Republik Indonesia

1.2 Pengertian Pajak, Retribusi, dan Sumbangan


A. Pajak
Kelancaran dan keberhasilan pembangunan suatu negara merupakan
tanggung jawab bersama antara pemerintah dan masyarakat.Salah satu bentuk
tanggung jawab masyarakat kepada negara adalah dengan membayar pajak.Pajak
merupakan suatu kewajiban sekaligus bentuk pengabdian dan peran aktif warga
negara dalam rangka ikut melaksanakan pembangunan nasional.
Pajak adalah iuran kepada negara (yang dapat dipaksakan) yang terhutang
oleh yang wajib membayarnya menurut peraturan-peraturan, dengan tidak
mendapat prestasi kembali, yang langsung dapat ditunjuk, dan yang gunanya
adalah untuk membiayai pengeluaran-pengeluaran umum berhubung dengan tugas
negara untuk menyelenggarakan pemerintahan.
Pajak menurut Pasal 1 UU No.28 Tahun 2007 tentang Ketentuan umum
dan tata cara perpajakan adalah "kontribusi wajib kepada negara yang terutang
oleh orang pribadi atau badan yang bersifat memaksa berdasarkan Undang
Undang, dengan tidak mendapat timbal balik secara langsung dan digunakan
untuk keperluan negara bagi sebesar-besarnya kemakmuran rakyat. Contoh : PPH,
PPN, PPn, PBB dan Bea Materai.
Definisi pajak yang terkenal dalam dunia akademik dikemukakan oleh
Prof. Rochmat Soemitro yaitu :
Pajak adalah iuran rakyat kepada kas negara berdasarkanundang-undang (yang
dapat dipaksakan) dengan tidakmendapat jasa timbal balik yang langsung dapat
ditunjukkandan yang digunakan untuk membayar pengeluaran umum.
Dari banyaknya definisi para ahli, dapat diambil beberapa ciri atau karakteristik
dari pajak, yaitu sebagai berikut:
a. Pajak dipungut berdasar undang-undang atau peraturn pelaksanaannya.
b. Terhadap pembayaran pajak, tidak ada kontraprestasi langsung.
c. Pemungutannya dapat dilakukan oleh pemerintah pusat maupun daerah,
oleh karena itu ada istilah pajak pusat dan pajak daerah.
d. Hasil dari uang pajak digunakan untuk membiayai pengeluaran-
pengeluaran pemerintah, baik pengeluaran rutin maupun pengeluaran
pembangunan, dan apabila terdapat kelebihan maka sisanya digunakan
untuk public investment.
e. Disamping mempunyai fungsi sebagai alat untuk memasukkan dana dari
rakyat ke dalam kas negara (fungsi budgeter), pajak juga mempunyai
fungsi yang lain, yaitu mengatur.

B. Retribusi
Retribusi agak berbeda dengan pajak. Dalam retribusi, hubungan antara
prestasi yang dilakukan (dalam wujud pembayaran) dengan kontraprestasi itu
bersifat langsung.Pembayar retribusi justru menginginkan adanya jasa timbale
balik langsung dari pemerintah. Contohnya, pembayaran air minum pada PAM,
retribusi listrik, telepon, gas, uang kuliah, dan sebagainya.Pengenaan retribusi
berlaku umum dan dapat dipaksakan.Misalnya retribusi terhadap listrik, apabila
rakyat tidak membayar retribusi listrik, maka akan ada tindakan-tindakan tertentu
yang bertujuan sebagai pemaksaan seperti pengenaan denda, pemutusan hubungan
sementara, dan sebagainya

C. Sumbangan
Menurut Santoso Brotodiharjo, dalam sumbangan itu terkandung
pemikiran bahwa biaya-biaya yang dikeluarkan untuk prestasi pemerintah
tertentu tidak boleh dikeluarkan dari kas umum, karena prestasi itu tidak ditujukan
kepada penduduk seluruhnya, melainkan hanya sebagian penduduk saja. Oleh
karena itu, maka hanya golongan tertentu dari penduduk ini sajalah yang
diwajibkan membayar sumbangan ini. Sumbangan memang hampir sama dengan
retribusi, tapi keduanya memiliki perbedaan. Pada retribusi dapat ditunjuk
seseorang yang mengenyam kenikmatan kontraprestasi dari pemerintah,
sedangkan pada sumbangan, yang mendapat kontraprestasi ini hanya satu
golongan.
Apabila dikaitkan dengan pajak dan retribusi, maka sumbangan memiliki
karakteristik tertentu, antara lain:
a. Sumbangan dipungut berdasarkan peraturan perundangan yang berlaku
dan mengikat umum
b. Dalam sumbangan, kontraprestasi diperoleh bukan karena
membayarnya secara individual melainkan secara kelompok.
c. Pelaksanaannya dapat dipaksakan, tetapi tidak bersifat ekonomis
seperti halnya retribusi, melainkan hanya bersifat yuridis.

1.3 Peranan dan Fungsi Pajak dalam Pembangunan


Pajak mempunyai peranan yang sangat penting dalam kehidupan bernegara,
khususnya di dalam pelaksanaan pembangunan karena pajak merupakan
sumber pendapatan negara untuk membiayai semua pengeluaran termasuk
pengeluaran pembangunan. Pajak memiliki 4 fungsi, yaitu :
1. Fungsi Anggaran (Budgetair)
Sebagai sumber pendapatan negara, pajak berfungsi untuk membiayai
pengeluaran-pengeluaran negara. Pajak digunakan untuk pembiayaan
rutin seperti belanja pegawai, belanja barang, pemeliharaan, dan lain
sebagainya. Untuk pembiayaan pembangunan, uang dikeluarkan dari
tabungan pemerintah, yakni penerimaan dalam negeri dikurangi
pengeluaran rutin. Tabungan pemerintah ini dari tahun ke tahun harus
ditingkatkan sesuai kebutuhan pembiayaan pembangunan yang
semakin meningkat dan ini terutama diharapkan dari sektor pajak.
2. Fungsi Mengatur (Regulerend)
Dengan fungsi mengatur, pajak bisa digunakan sebagai alat untuk
mengatur atau melaksanakan kebijakan pemerintah dalam bidang
sosial dan ekonomi. Contohnya dalam rangka menggiring penanaman
modal, baik dalam negeri maupun luar negeri, diberikan berbagai
macam fasilitas keringanan pajak. Dalam rangka melindungi produksi
dalam negeri, pemerintah menetapkan bea masuk yang tinggi untuk
produk luar negeri.
3. Fungsi Stabilitas
Dengan adanya pajak, pemerintah memiliki dana untuk menjalankan
kebijakan yang berhubungan dengan stabilitas harga sehingga inflasi
dapat dikendalikan, Hal ini bisa dilakukan dengan mengatur peredaran
uang di masyarakat, pemungutan pajak, penggunaan pajak yang efektif
dan efisien.
4. Fungsi Redistribusi Pendapatan
Pajak yang sudah dipungut oleh negara akan digunakan untuk
membiayai semua kepentingan umum, termasuk juga untuk membiayai
pembangunan sehingga dapat membuka kesempatan kerja, yang pada
akhirnya akan dapat meningkatkan pendapatan masyarakat.

1.4 Kedudukan Hukum Pajak dalam Tata Hukum Nasional


Menurut Prof. Dr. Rochmat Soemitro, S.H., hukum pajak mempunyai
kedudukan diantara hukum-hukum sebagai berikut :
1. Hukum Perdata yang mengatur hubungan antara satu individu dengan
individu lainnya.
2. Hukum Publik yaitu hukum yang mengatur hubungan antara
pemerintah dengan rakyatnya. Hukum publik ini terdiri dari :
1. Hukum Tata Negara,
2. Hukum Tata Usaha (Hukum Administrasi),
3. Hukum Pajak
4. Hukum Pidana.
Hukum pajak adalah bagian dari hukum administrasi, yang merupakan
segenap peraturan hukum yang mengatur segala cara kerja dan pelaksanaan serta
wewenang dari lembaga-lembaga negara serta aparaturnya dalam melaksanakan
tugas administrasi. Jika hukum publik mengatur hubungan antara pemerintah
(selaku penguasa) dengan rakyatnya, hukum pajak mengatur hubungan antara
pemerintah selaku pemungut pajak dengan rakyatnya sebagai Wajib Pajak.

1.5 Syarat-syarat Undang – undang Pajak bagi Suatu Negara

Agar pemungutan pajak tidak menimbulkan hambatan atau pertentangan


maka pemungutan pajak harus memenuhi syarat berikut:

1. Pemungutan Pajak Harus Adil (Syarat Keadilan)


Sesuai dengan tujuan hukum, yakni mencapai keadilan, undang-undang
maupun pelaksanaan pemungutan pajak harus adil. Adil dalam perundang-
undangan di antaranya mengenakan pajak secara umum dan merata serta
disesuaikan dengan kemampuan masing-masing. Sementara itu, adil dalam
pelaksanaannya yakni dengan memberikan hak bagi Wajib Pajak untuk
mengajukan keberatan, penundaan dalam pembayaran dan mengajukan
banding kepada pengadilan pajak.
2. Pemungutan Pajak Harus Berdasarkan Undang-Undang (Syarat Yuridis)
Di Indonesia, pajak diatur dalam UUD 1945 Pasal 23 ayat 2. Hal ini
memberikan jaminan hukum untuk menyatakan keadilan, baik nagi negara
maupun warganya.
3. Tidak Menganggu Perekonomian (Syarat Ekonomis)
Pemungutan tidak boleh mengganggu kelancaran kegiatan produksi
maupun perdagangan sehingga tidak menimbulkan kelesuan
perekonomian masyarakat.
4. Pemungutan Pajak Harus Efisien (Syarat Finansial)
Sesuai fungsi budgetair, biaya pemungutan pajak harus lebih rendah dari
hasil pemungutannya.
5. Sistem Pemungutan Pajak Harus Sederhana.
Sistem pemungutan yang sederhana akan memudahkan dan mendorong
masyrakat dalam memenuhi kewajiban perpajakannya, Syarat ini telah
dipenuhi oleh undang-undang perpajakan yang baru.
Contoh:
a. Bea Meterai disederhanakan dari 167 macam tarif menjadi 2
macam tarif
b. Tarif PPN yang beragam disederhanakan menjadi hanya satu tarif,
yaitu 10%.
c. Pajak perseroan untuk badan dan pajak pendapatan untuk
perseorangan disederhanakan menjadi pajak penghasilan (PPh)
yang berlaku bagi badan maupun perseorangan (pribadi)

1.6 The Four Maxims Adam Smith

Teori asas pemungutan pajak adalah salah satu karya dari Adam Smith yang
dikemukakan pada bukunya yang berjudul Wealth of Nation. Teori tersebut
dinamakan The Four Maxims Taxation yang memiliki kriteria, yaitu:

a. Asas Equality (Keseimbangan atau Keadilan)


Pemungutan pajak yang dilakukan oleh negara harus sesuai dengan
kemampuan dan penghasilan Wajib Pajak. Negara tidak boleh bertindak
diskriminatif terhadap Wajib Pajak.
b. Asas Certainty (Kepastian Hukum)
Semua pungutan pajak harus berdasarkan UU sehingga bagi yang
melanggar akan dikenai sanksi hukum.
c. Asas Convinience of Payment (Ppemungutan pajak yang tepat waktu atau
kesenangan), Pajak harus dipungut pada saat yang tepat bagi Wajib Pajak
(saat yang paling baik), misalnya di saat Wajib Pajak baru menerima
penghasilannya atau di saat Wajib Pajak menerima hadiah.
d. Asas Efficiency (Efisien atau Ekonomis)
Biaya pemungutan pajak diusahakan sehemat mungkin, jangan sampai
terjadi biaya pemungutan pajak lebih besar dari hasil pemungutan pajak.
PENUTUP
Kesimpulan:
Pajak merupakan sumber utama penerimaan negara yang menyumbang sekitar
70% dari seluruh penerimaan negara. Bangsa Indonesia sudah mengenal pajak
jauh sebelum telah mengenal pungutan sejenis pajak bahkan sebelum dijajah oleh
Bangsa Eropa dan Jepang. Masyarakat mengenalnya sebagai upeti yaitu pungutan
sejenis pajak yang bersifat memaksa. Sejarah panjang tentang pengenaan pajak di
Indonesia telah berlangsung sejak zaman kerajaan, kolonial sampai dengan
sekarang. Pajak sangat berguna bagi Negara karena tanpa pajak, sebagian besar
kegiatan negara akan sulit untuk dilaksanakan. Warga harus mengenal perbedaan
dari pajak, retribusi, dan sumbangan. Ketiga hal ini memiliki persamaan yaitu
sama-sama menyumbangkan tetapi di sisi lain banyak perbedaan di antara
ketiganya. Pajak memiliki peranan dan fungsinya masing-masing. Peranan pajak
sangat besar bagi pemenuhan kebutuhan warga negara, seperti gaji, pembangunan,
penyediaan fasilitas, dan lain-lain. Fungsi dari pajak sendiri bagi pembangunan
yaitu sebagai fungsi anggaran, fungsi mengatur, fungsi stabilitas, dan fungsi
restribusi pendapatan. Hukum pajak adalah bagian dari hukum administrasi, yang
merupakan segenap peraturan hukum yang mengatur segala cara kerja dan
pelaksanaan serta wewenang dari lembaga-lembaga negara serta aparaturnya
dalam melaksanakan tugas administrasi. Untuk itulah sebuah negara pastinya
memiliki syarat undang-undang perpajakan. Syarat undang-undang ini sangat
penting agar pajak tidak disalahgunakan pemanfaatannya. Adam Smith dalam
bukunya yang berjudul Wealth of Nation mengemukakan tentang asas-asas
pemungutan pajak. Asas-asas tersebut dikemukakan agar warga berkenan
membayar pajak.

Anda mungkin juga menyukai