Anda di halaman 1dari 27

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Baru-baru ini pemerintah sedang berbenah diri dalam hal pengurusan
perpajakan. Saat ini dikenal istilah self assignment. Setiap wajib pajak
dipercayakan untuk melaporkan kekayaannya sendiri, menghitung sendiri pajak
yang dikenakan dan membayar sendiri pajak tersebut ke Bank. Dalam hal ini bisa
kita lihat bahwa pemerintah mempercayakan segala sesuatu tentang pengrusan
pembayaran pajak kepada wajib paajak itu sendiri, dan merupakan kewajiban kita
untuk menjawab kepercayaan yang telah diberikan pemerintah dengan
menyelesaikan pembayaran pajak dengan bersih, jujur, dan adil.
Pajak mempunyai peranan yang sangat penting dalam kehidupan bernegara,
khususnya di dalam pelaksanaan pembangunan karena pajak merupakan sumber
pendapatannegara untuk membiayai semua pengeluaran termasuk pengeluaran
pembangunan. Uang yang dihasilkan dari perpajakan digunakan oleh negara dan
institusi di dalamnya sepanjang sejarah untuk mengadakan berbagai macam
fungsi. Beberapa fungsi tersebut antara lain untuk pembiataan perang,
penegakan hukum, keamanan atas aset, infrastruktur ekonomi, pekerjaan publik ,
subsidi, dan operasional negara itu sendiri. Dana pajak juga digunakan untuk
membayar utang negara dan bunga atas utang tersebut. Pemerintah juga
menggunakan dana pajak untuk membiayai jaminan kesejahteraan dan pelayanan
publik. Pelayanan ini termasuk pendidikan, kesehatan, pensiun, bantuan bagi yang
belum mendapat pekerjaan, dan transportasi umum. Penyediaan listrik, air, dan
penanganan sampah juga menggunakan dana pajak dalam porsi tertentu.

Pemerintah menggunakan berbagai jenis pajak dan menetapkan berbagai tarif


pajak. Tindakan ini dilakukan untuk mendistribusikan beban pajak kepada
individu atau kelas populasi yang terlibat dalam kegiatan kena pajak, seperti
misalnya bisnis,atau untuk mendistribusi ulang sumber daya di antara individu
dan kelas populasi. Pada masa lampau, kebangsawanan ditunjukkan dengan
adanya pajak atas yang miskin; sistem jaminan kesejahteraan modern bersifat

ii
sebaliknya, ditujukan untuk membantu rakyat miskin, cacat, atau pensiun dengan
memajaki rakyat yang masih bekerja. Pajak juga digunakan untuk membiayai
bantuan ke negara lain dan ekpedisi militer, untuk mempengaruhi kondisi
ekonomi makro (strategi pemerintah dalam pelaksanaan kebijakan ini disebut
kebijakan fiskal), atau untuk mengubah pola konsumsi dan tenaga kerja dalam
sistem ekonomi, dengan menjadikan beberapa jenis transaksi kurang menarik.

Sistem perpajakan nasional merupakan refleksi dari nilai-nilai bangsa dan nilai
yang dipegang oleh pihak yang memang kekuasaan politik. Untuk menciptakan
sistem perpajakan, sebuah bangsa harus membuat pilihan terkait distribusi beban
pajak siapa yang akan membayar pajak dan seberapa banyak mereka harus
membayar dan bagaimana pajak yang telah dipungut kemudian dibelanjakan.
Dalam sistem demokrasi di mana rakyat memilih orang-orang yang bertanggung
jawab dalam menjalankan sistem perpajakan, pilihan rakyat menunjukkan jenis
komunitas yang ingin diciptakan oleh rakyat. Pada negara yang rakyat tidak
memiliki pengaruh yang signifikan terhadap sistem perpajakan, sistem perpajakan
merupakan refleksi dari nilai-nilai dari pihak yang berkuasa.

B. Rumusan Masalah
1. Bagaiman Sejarah Perkembangan Pemungutan Pajak ?
2. Apa Pengertian Dasar , Ciri- Ciri Pajak dan Fungsi Pajak ?
3. Bagaiman Perbedaan Pajak Dengan Jenis Pungutan Lainnya?
4. Apa saja Syarat Syarat Dan Asas Pemungutan Pajak ?
5. Bagaiman Justifikasi Teori-Teori dalam Pemungutan Pajak ?
6. Apa saja Penggolongan Pajak ?
7. Bagaiman Sistem Perpajakan Dan Tarif Pajak ?

ii
C. Tujuan Penulisan
1. Untuk mengetahui Sejarah Perkembangan Pemungutan Pajak
2. Memahami apa saja Pengertian Dasar Dan Ciri- Ciri Pajak, Fungsi Pajak
3. Untuk mengetahui Perbedaan Pajak Dengan Jenis Pungutan Lainnya
4. Untuk mengetahui Syarat Syarat Dan Asas Pemungutan Pajak
5. Untuk memahami Justifikasi Teori-Teori dalam Pemungutan Pajak
6. Mengetahui Penggolongan Pajak
7. Untuk mengetahui Sistem Perpajakan Dan Tarif Pajak

ii
BAB II

PEMBAHASAN

A. Sejarah Perkembangan Pemungutan Pajak


Pada awal mulanya pajak hanya merupakan pemberian sukarela kepada
raja dan bukan merupakan paksaan dan kewajiban seperti pajak yang ada pada
zaman sekarang. Pajak mulai menjadi pungutan sejak zaman romawi, pada awal
republik Roma (509-27 SM sudah mulai dikenal beberapa jenis pungutan pajak,
seperti censor, questor dan beberapa lainnya.
Pada zaman roma tidak disebut pajak seperti zaman sekarang tetapi
disebut publican trubutum, dan pajak pada zaman tersebut merupakan pajak
langsung atas kepala negara.
Pada zaman kaisar terkenal julius caesar pajak dikenal dengan nama
centesima rerum venalium, yaitu sejenis pajak penjualan yang besarnya sebesar
1% dari omset penjualan. Didaerah lain italia dikenal dengan nama decumae,
yaitu pungutan yang besarnya 10% dari dari para petani atau penguasa tanah.
Di Indonesia sendiri pajak sudah mulai ada sejak belanda masuk ke
Indonesia terutama setelah berdirinya VOC, pungutan bisa berupa kerja paksa
atau upeti.
Ada beberapa macam fungsi pemerintahan suatu negara yaitu :
1. Melaksanakan penertiban (law and order),
2. Mengusahakan kesejahteraan dan kemakmuran rakyat
3. Pertahanan
4. Menegakkan keadilan

Sumber penghasilan negara berasal dari beberapa sumber, yaitu pajak dan
denda, kekayaan alam, bea dan cukai, kontibusi, royalti, retribusi, iuran,
sumbangan, laba dari badan usaha milik negara dan sumber-sumber lainnya.
Kontribusi adalah pungutan yang dilakukan pemerintah kepada sejumlah
penduduk yang menggunakan fasilitas yang telah disediakan oleh pemerintah.

ii
Bea Cukai adalah pungutan negara yang dilakukan oleh Dirjen Bea Cukai
berdasarkan UU kepabeanan yang berlaku (UU 10/1995). Kepabeanan adalah
segala sesuatu yang behubungan dengan pengawasan dan pemungutan Bea Masuk
atas lalu lintas barang yang masuk atau keluar daerah pabean.
Retribusi adalah pungutan yang dilakukan secara langsung oleh negara
sehubungan dengan penggunaan jasa yang disediakan oleh negara, baik berupa
Jasa Umum, jasa usaha, maupun perizinan tertentu tanpa mendapat kontraprestasi
dari negara. Iuran adalah pungutan yang dilakukan Negara sehubungan dengan
penggunaan jasa yang disediakan oleh negara untuk kepentingan sekelompok
oran, seperti iuran TV, air, Listris, telpon, dll

Sumbangan adalah pungutan yang dilakukan oleh Negara bagi golongan


penduduk tertentu saja karena prestasi itu tidak ditujukan kepada penduduk
seluruhnya sehingga biaya-biaya yang dikerluarkan dari kas umum untuk prestasi
pemerintah tertentu tidak boleh dikeluarkan dari kas umum.

Laba dari BUMN adalah pendapatan negara yang didapatkan dari


penghasilan BUMN baik , Perum dan Perjan, dan hasilnya akan dimasukan
kembali ke dalam APBN.

B. Pengertian Dasar Dan Ciri- Ciri Pajak, Fungsi Pajak


1. Pengertian Pajak
Menurut definisi dari para sarjana, pengertian Pajak antara lain ;
1. Prof. DR. Rachmat Soemitro, S.H.
Pajak adalah Iuran rakyat kepada kas negara (peralihan kekeyaan dari
sector swasta ke sector pemerintah) berdasarkan Undang-undang
(dapat dipaksakan( dengan tidak mendapat jasa timbal (Tegen Prestasi)
yang langsung dapat ditunjuk dan digunakan untuk membiayai
pengeluaran umum (Publiekeuit Gaven).

ii
2. DR. P. J. A. Andriani (Guru Besar Hukum Pajak Universitas
Amsterdam)
Pajak adalah Iuran kepada negara (yang dapat dipaksakan) yang
terhutang oleh wajib pajak untuk membayarnya menurut peraturan-
peraturan, dengan tidak mendapat prestasi kembali, yang lasngsung
dapat ditunjuk, dan yang gunanya adalah untuk membiayai
pengeluaran-pengeluaran umum berhubungan dengan tugas negara
untuk menyelenggarakan pemerintah.

3. Adolph Wagner (1876)


Pajak adalah Pungutan yang dapat dipaksakan kepada masyarakat
yang sebagian ditunjukkan untuk menutup pengeluaran-pengeluaran
pemerintah yang bersifat umum dan sebagian lagi untuk menyesuaikan
perubahan pembagian pendapatan masyarakat.

4. Leroy Beaulieu (1906)


Pajak merupakan pungutan baik yang bersifat langsung atau tidak
langsung yang dipungut oleh pemerintah dari penduduk atau barang,
untuk membiayai pengeluaran pemerintah.

5. Prof. Edwin R. A. Seligman (1910)


Pajak adalah Pungutan yang dapat dipaksakan oleh pemerintah kepada
seseorang untuk membiayai pengeluaran-pengeluaran yang timbul
untuk kepentingan umum, tanpa dapat ditunjukkan adanya jasa timbal
yang dapat ditunjuk secara khusus.

6. Deutsche Reichs Abgaben Ordnung (R. A. O. 1919)


Pajak adalah Bantuan uang (pungutan) secara insidental atau secara
periodic yang dipungut oleh badan yang bersifat umum (negara) untuk
memperoleh pendapatan dimana terjadi suatu Tabestand (sasaran

ii
pemajkan) yang karena Undang-undang telah menimbulkan hutang
pajak.

2. Ciri-Ciri Pajak

Bersumber pada UU KUP NOMOR 28 TAHUN 2007, pasal 1, ayat 1,


pengertian Pajak adalah kontribusi wajib kepada negara yang terutang oleh orang
pribadi atau badan yang bersifat memaksa berdasarkan undang-undang, dengan
tidak mendapatkan imbalan secara langsung dan digunakan untuk keperluan
negara untuk sebesar-besarnya kemakmuran rakyat. Berdasarkan pengertian
tersebut, pajak mempunyai ciri-ciri sebagai berikut :

Pajak Merupakan Kontribusi Wajib Warga Negara

Artinya setiap orang memiliki kewajiban untuk membayar pajak.


Tetapi hal tersebut hanya berlaku untuk warga negara yang sudah
memenuhi syarat subjektif dan prasyarat objektif. Yaitu warga
negara yang mempunyai Penghasilan Tidak Kena Pajak (PTKP)
lebih dari Rp2. 050. 000 per bulan. Jika Anda adalah
karyawan/pegawai, baik karyawan swasta ataupun pegawai
pemerintah, dengan total penghasilan melebihi dari Rp2 juta, wajib
membayar pajak. Jika Anda adalah wirausaha, setiap penghasilan
akan dikenakan pajak sebesar 1% dari total penghasilan kotor/bruto
(berdasarkan PP 46 tahun 2013).

pajak bersifat memaksa untuk setiap warga Negara

Jika seseorang sudah memenuhi syarat subjektif dan syarat


objektif, wajib untuk membayar pajak. Dalam undang-undang
pajak sudah dijelaskan, jika seseorang dengan sengaja tidak
membayar pajak yang seharusnya dibayarkan, ada ancaman sanksi
administratif maupun hukuman secara pidana.

ii
Warga Negara Tidak Mendapat Imbalan Langsung

Pajak berbeda dengan retribusi. Contoh retribusi : ketika mendapat


manfaat parkir, harus membayar sejumlah uang, yaitu retribusi
parkir, tetapi pajak tidak seperti itu. Pajak merupakan salah satu
sarana pemerataan pendapatan warga negara. Jadi ketika
membayar pajak dalam jumlah tertentu, Anda tidak langsung
menerima khasiat pajak yang dibayar, yang bakal Anda dapatkan
berupa perbaikan jalan raya di daerah Anda, fasilitas kesehatan
gratis untuk keluarga, beasiswa pendidikan untuk anak Anda, dan
lain-lainnya.

Bersumber pada Undang-undang

Artinya pajak diatur dalam undang-undang negara. Ada beberapa


undang-undang yang mengatur tentang mekanisme perhitungan,
pembayaran, dan pelaporan pajak.

Sebagai sumber pendapatan utama negara, pajak memiliki nilai strategis dalam
perspektif ekonomi maupun hukum. Berdasarkan 4 ciri diatas, pajak dapat dilihat
dari 2 perspektif, yaitu :

a) Pajak dari perspektif ekonomi

Hal ini bisa dinilai dari beralihnya sumber daya dari sektor privat (warga negara)
kepada sektor publik (masyarakat). Hal ini memberikan gambaran bahwa pajak
menyebabkan 2 situasi menjadi berubah, yaitu :

1. berkurangnya kemampuan individu dalam menguasai sumber daya untuk


kepentingan penguasaan barang dan jasa.

2. bertambahnya kemampuan keuangan negara dalam penyediaan barang dan


jasa publik yang merupakan kebutuhan masyarakat.

ii
b) Pajak dari perspektif hukum

Perspektif ini terjadi akibat ada sebuah ikatan yang timbul karena undang-undang
yang menyebabkan timbulnya kewajiban warga negara untuk menyetorkan
sejumlah dana tertentu kepada negara. Dimana negara memiliki kekuatan untuk
memaksa dan pajak tersebut dipergunakan untuk penyelenggaraan pemerintahan.
Hal ini memperlihatkan bahwa pajak yang dipungut harus berdasarkan undang-
undang, hingga menjamin adanya kepastian hukum, baik untuk petugas pajak
sebagai pengumpul pajak ataupun untuk harus pajak sebagai pembayar pajak.

3. Fungsi Pajak

Pada mempunyai peran yang cukup besar dalam kehidupan bangsa. Ada
beberapa fungsi pajak. Di antaranya adalah sebagai berikut :

Fungsi Anggaran (Budgetair) : Fungsi budgetair disebut sebagai


fungsi utama pajak atau fungsi fiskal (fiscal function), yaitu suatu
fungsi dimana pajak dipergunakan sebagai alat untuk memasukkan
dana secara optimal ke kas negara berdasarkan undang-undang
perpajakan yang berlaku. Fungsi ini disebut fungsi utama karena
fungsi inilah yang secara historis pertama kali timbul. Di sini pajak
merupakan sumber pembiayaan negara yang terbesar.

Sebagai Alat Pengatur (Regulerend) : Fungsi ini mempunyai


pengertian bahwa pajak dapat dijadikan sebagai instrumen untuk
mencapai tujuan tertentu. Sebagai contoh, ketika pemerintah
berkeinginan untuk melindungi kepentingan petani dalam negeri,
pemerintah dapat menetapkan pajak tambahan, seperti pajak impor
atau bea masuk, atas kegiatan impor komoditas tertentu.

Sebagai Alat Penjaga Stabilitas : Pemerintah dapat menggunakan


sarana perpajakan untuk stabilisasi ekonomi. Sebagian barang-
barang impor dikenakan pajak agar produksi dalam negeri dapat
bersaing. Untuk menjaga stabilitas nilai tukar rupiah dan menjaga

ii
agar defisit perdagangan tidak semakin melebar, pemerintah dapat
menetapkan kebijakan pengenaan PPnBM terhadap impor produk
tertentu yang bersifat mewah. Upaya tersebut dilakukan untuk
meredam impor barang mewah yang berkontribusi terhadap defisit
neraca perdagangan

Fungsi Redistribusi Pendapatan : Pemerintah membutuhkan dana


untuk membiayai pembangunan infrastruktur, seperti jalan raya
dan jembatan. Kebutuhan akan dana itu dapat dipenuhi melalui
pajak yang hanya dibebankan kepada mereka yang mampu
membayar pajak. Namun demikian, infrastruktur yang dibangun
tadi, dapat juga dimanfaatkan oleh mereka yang tidak mampu
membayar pajak.

C. Perbedaan Pajak Dengan Jenis Pungutan Lainnya

Pungutan adalah peralihan sumber daya dari sektor swasta ke sektor public,
berdasarkan Undang-undang yang ditujukan untuk membiayai pengeluaran
Negara. Pungutan dibedakan menjadi tiga macam, yaitu:

1. Pajak

Pajak adalah jenis pungutanyang tidak memiliki jasa timbale balik secara
langsung. Misalnya: PPh, PPN, PPnBM, dll.

2. Retribusi

Retribusi adalah jenis pungutan yang memiliki jasa timbal balik. Misalnya:
Retribusi parker, rekening telepon, rekening listrik, uang ujian, dll.

3. Sumbangan

Sumbangan adalah jenis pungutan yang juga memiliki jasa timbal balik
namun hanya untuk sekelompok orang. Misalnya: sumbangan bencana
nasional, sumbangan fasilitas pendidikan, dll.

ii
Ketiga jenis pungutan tersebut memiliki perbedaan satu sama lain, untuk lebih
memahaminya akan dijelaskan sebagai berikut:

a. Perbedaan Pajak & Retribusi

1) Kontra Prestasi. Kontra prestasi pada retribusi dapat ditunjukkan secara


langsung, sedangkan pada pajak tidak ditujukkan secara langsung.

2) Sifat pemungutannya. Pajak berlaku bagi setiap orang yang memenuhi


persyaratan untuk dikenakan pajak, sedangkan retribusi hanya bagi orang
tertentu yang menikmati jasa retribusi tersebut atau jasa yang diberikan
pemerintah.

3) Sifat paksaannya. Retribusi paksaannya bersifat ekonomis, sedangkan


pada pajak unsure paksaan bersifat pidana dan administrasi.

Contoh Pajak:

Bila kita membayar Pajak Penghasilan (PPh) kita tidak mendapatkan


apapun, namun secara tidak langsung kita telah membantu pembangunan di
Negara kita, sedangkan bila kita membayar retribusi sampah maka secara
langsung sampah kita akan diangkut oleh Dinas kebersihan.

b. Perbedaan Pajak & Sumbangan

1) Sumbangan memiliki kontra prestasi langsung untuk kelompok bukan


untuk individual.sedangkan pajak tidak memiliki kontra prestasi.

2) Sumbangan dapat diketahui secara langsung oleh pihak yang menerima,


sedangkan pajak tidak diketahui oleh pihak yang secara langsung
menikmati atau menerima.

Contoh Sumbangan:

Sumbangan wajib untuk perawatan dan pemeliharaan jalan, akan dikenakan


terhadap kelompok orang-orang yang mempunyai kendaraan

ii
c. Perbedaan Retribusi & Sumbangan

Retribusi dan sumbangan sama-sama memiliki kontra prestasi langsung,


bedanya, untuk retribusi kontra prestasi tersebut diterima oleh perorangan
sedangkan dalam sumbangan kontra prestasi nya kepada sekelompok orang.

Contoh Retribusi:

Bila kita memiliki kendaraan bermotor maka setiap tahunnya kita wajib
membayar Pajak Kendaraan Bermotor (PKB). Bila kita tidak membayar, maka
kendaraan kita bisa disita oleh pihak yang berwajib, sedangkan bila kita tidak
membayar retribusi sampah, maka Dinas Kebersihan tidak akan memaksakan,
hanya saja kita tidak memperoleh pelayanan pengangkutan sampah dari mereka.

D. Syarat Syarat Dan Asas Pemungutan Pajak

1. Syarat - Syarat Pemungutan Pajak

Tidaklah mudah untuk membebankan pajak pada masyarakat. Bila terlalu tinggi,
masyarakat akan enggan membayar pajak. Namun bila terlalu rendah, maka
pembangunan tidak akan berjalan karena dana yang kurang. Agar tidak
menimbulkan berbagai masalah, maka pemungutan pajak harus memenuhi
persyaratan yaitu:

Pemungutan pajak harus adil

Seperti halnya produk hukum pajak pun mempunyai tujuan untuk


menciptakan keadilan dalam hal pemungutan pajak. Adil dalam
perundang-undangan maupun adil dalam pelaksanaannya.
Contohnya:

1) Dengan mengatur hak dan kewajiban para wajib pajak

2) Pajak diberlakukan bagi setiap warga negara yang memenuhi


syarat sebagai wajib pajak

ii
3) Sanksi atas pelanggaran pajak diberlakukan secara umum sesuai
dengan berat ringannya pelanggaran

Pengaturan pajak harus berdasarkan UU

Sesuai dengan Pasal 23 UUD 1945 yang berbunyi: "Pajak dan pungutan yang
bersifat untuk keperluan negara diatur dengan Undang-Undang", ada beberapa hal
yang perlu diperhatikan dalam penyusunan UU tentang pajak, yaitu:

Pemungutan pajak yang dilakukan oleh negara yang


berdasarkan UU tersebut harus dijamin kelancarannya

Jaminan hukum bagi para wajib pajak untuk tidak


diperlakukan secara umum

Jaminan hukum akan terjaganya kerasahiaan bagi para


wajib pajak

Pungutan pajak tidak mengganggu perekonomian

Pemungutan pajak harus diusahakan sedemikian rupa agar tidak


mengganggu kondisi perekonomian, baik kegiatan
produksi, perdagangan, maupun jasa. Pemungutan pajak jangan
sampai merugikan kepentingan masyarakat dan menghambat
lajunya usaha masyarakat pemasok pajak, terutama masyarakat
kecil dan menengah.

Pemungutan pajak harus efesien

Biaya-biaya yang dikeluarkan dalam rangka pemungutan pajak


harus diperhitungkan. Jangan sampai pajak yang diterima lebih
rendah daripada biaya pengurusan pajak tersebut. Oleh karena itu,
sistem pemungutan pajak harus sederhana dan mudah untuk
dilaksanakan. Dengan demikian, wajib pajak tidak akan mengalami

ii
kesulitan dalam pembayaran pajak baik dari segi penghitungan
maupun dari segi waktu.

Sistem pemungutan pajak harus sederhana

Bagaimana pajak dipungut akan sangat menentukan keberhasilan


dalam pungutan pajak. Sistem yang sederhana akan memudahkan
wajib pajak dalam menghitung beban pajak yang harus dibiayai
sehingga akan memberikan dampak positif bagi para wajib pajak
untuk meningkatkan kesadaran dalam pembayaran pajak.
Sebaliknya, jika sistem pemungutan pajak rumit, orang akan
semakin enggan membayar pajak. Contoh:

1) Bea materai disederhanakan dari 167 macam tarif menjadi


2 macam tariff

2) Tarif PPN yang beragam disederhanakan menjadi hanya


satu tarif, yaitu 10%

3) Pajak perseorangan untuk badan dan pajak pendapatan


untuk perseorangan disederhanakan menjadi pajak
penghasilan (PPh) yang berlaku bagi badan maupun
perseorangan (pribadi)

2. Asas Pemungutan Pajak

Pemungutan Pajak mempunyai beberapa asas, yaitu :

a. Asas Domisisli: Asas ini didasarkan pada domisili atau tempat


tinggal wajib pajak di suatu negara. Negara tempat tinggal
seseorang berhak mengenakan pajak terhadap seseorang tersebut
tanpa melihat darimana sumber penghasilan atau pendapatanya
diperoleh dan tanpa melohat kebangsaan atau kewarga negarann
wajib pajak tersebut.

ii
b. Asas Sumber: Dalam asas ini pemungutan didasarkan pada adanya
sumber pendapatan alam suatu negara. Negara menjadi tempat
sumber pendapatan tersebut berhak memungut pajak tanpa
memperhatikan domisili dan kewarganegaraan wajib pajak.

c. Asas Kebangsaan: Pada asas inivpemungutan pajak didasarkan


pada kebangsaan seseorang. Yang berhak memungut pajak
seseorang adalah negara yang menjadi kebangsaan orang tersebut.

E. Justifikasi Teori-Teori dalam Pemungutan Pajak

1. Teori Asuransi

Bahwa pajak disamakan dengan pembayaran premi untuk perlindungan,


sebagaimana terdapat dalam asuransi pertanggungan.

2. Teori Kepentingan

Sudah selayaknya apabila biaya-biaya yang telah dikeluarkan oleh negara untuk
kepentingan penduduk (termasuk perlindungan terhadap jiwa dan harta)
dibebankan kepada rakyat.

3. Teori Gaya Pikul

Dasar keadilan pemungutan pajak adalah terletak pada jasa yang diberikan oleh
negara kepada warganya dalam bentuk perlindungan jiwa dan harta sehingga
wajar apabila biaya yang telah dikeluarkan oleh negara tersebut dipikulkan kepada
yang menikmatinya.

4. Teori Bakti

Negara mempunyai hak mutlak untuk memungut pajak dan warga negara
mempunyai kewajiban membayar pajak sebagai bukti tanda baktinya kepada
negara.

ii
5. Teori Gaya Beli

Yang dimaksud dengan teori ini adalah mengambil gaya beli dari rumah tangga-
rumah tangga dalam masyarakat untuk rumah tangga negara dan kemudian
menyalurkannya kembali kepada masyarakat dengan maksud memelihara
kehidupan masyarakat. Teori ini tidak mempersoalkan asal mula negara
memungut pajak, tetapi hanya melihat kepada efeknya dan memandang efek yang
baik tersebut sebagai dasar keadilan.

F. Penggolongan Pajak

Dalam berbagai literatur llmu Keuangan Negara dan Pengantar llmu


Hukum Pajak terdapat pembedaan atau penggolongan pajak (classes of taxes, kind
of taxes) serta jenis-jenis pajak. Pembedaan atau penggolongan tersebut
didasarkan pada suatu kriteria, seperti siapa yang membayar pajak; siapa yang
pada akhirnya memikul beban pajak; apakah beban pajak dapat
dilimpahkan/dialihkan kepada pihak lain atau tidak; siapa yang memungut; serta
sifat-sifat yang melekat pada pajak yang bersangkutan. Penggolongan pajak diatur
menurut sifat dan sistem pemungutannya, dan penggolongan-penggolongan
tersebut semuanya dilakukan berdasarkan wajib pajak. Aturan mengenai
perpajakan di Indonesia tercantum dalam Undang Undang Nomor 28 Tahun 2007.

Pengertian pajak sendiri sudah di jelaskan yaitu sistem iuran yang


diwajibkan kepada masyarakat suatu negara dan sudah diatur dalam undang-
undang. Pemungutan pajak yang dilakukan oleh pihak pemerintah terkait
bertujuan untuk membangun infrastruktur sebuah negara. Seperti, Rumah Sakit
Umum Daerah, Jalan Raya, dan fasilitas umum lainnya yang berguna untuk
masyarakat.

Pada umumnya pajak digolongkan atas beberapa bagian seperti Pajak


Langsung dan Pajak Tidak Langsung, penggolongan pajak pusat dan pajak
daerah, menurut golongan pajak, pajak subjektif dan objektif serta menurut pajak
pribadi atau menurut pajak kebendaan. OECD juga membuat penggolongan
tersendiri atas kriteria tertentu

ii
Menurut golongannya:

1) Pajak langsung, pajak yang dikenakan pada wajib pajak dan tidak dapat
dibebankan atau dilimpahkan pada orang lain. Dalam arti ekonomis ialah
pajak yang beban pembayarannya harus dipikul sendiri oleh wajib pajak
bersangkutan dan tidak boleh dilimpahkan kepada orang lain. Pajak langsung
dalam arti administratif ialah pajak yang dipungut secara erkala. Contoh: pajak
penghasilan (Pph).

2) Pajak tidak langsung, pajak yang pada akhirnya dapat dibebankan atau
dilimpahkan kepada orang lain. Dalam pengertian ekonomis adalah pajak
yang beban pembayarannya dapat dilimpahkan kepada orang lain, ang
menanggung beban pajak pada akhirnya adalah konsumen. Dalam pengertian
administratif adalah pajak uang dipungut setiap terjadi peristiwa yang
menyebabkan terhutangnya pajak. Misal saat penyerahan penjualan dari
produsen pada konsumen, saat pembuatan akta, surat persetujuan (sewa
menyewa, jual beli, pinjam meminjam), pajak pertambahan nilai (Ppn), pajak
bea materai (pajak atas dokumen), bea balik nama, pajak tontonan dan
sebagainya.

Menurut sifatnya :

1) Pajak Subjektif (pajak perseorangan); ialah pajak yang berpangkal atau


berdasarkan pada subyeknya, dalam arti memperhatikan keadaan diri wajib
pajak. Dalam pemungutannya pertama-tama memperhatikan keadaan pribadi
pembayarnya (subyeknya). Status pembayar pajak akan mempengaruhi besar
kecilnya pajak yang akan dibayarkan. Misal status bujangan atau perawan,
status kawin, jumlah tanggungan keluarga dalam pajak penghasilan untuk
wajib pajak orang pribadi,

2) Pajak objektif. (pajak kebendaan); yaitu pajak yang berpangkal pada objeknya,
tanpa memperhatikan keadaan diri wajib pajak. Dalam pemungutannya
pertama-tama melihat obyeknya baik berupa benda, keadaan perbuatan dan
peristiwa yang menyebabkan kewajiban membayar pajak. Besar kecilnya

ii
pajak tidak dipengaruhi oleh keadaan subyeknya, setelah ketemu obyeknya
baru dicari subyeknya (orang atau badan yang bersangkutan), contoh: PPN,
BPKB dan PBB.

Menurut lembaganya pemungutnya :

1) Pajak Pusat (Pajak Negara); adalah pajak yang dipungut oleh pemerintah pusat
yang penyelenggaraannya dilaksanakan oleh departemen keuangan dan
hasilnya digunakan untuk pembiayaan rumah tangga negara pada umumnya.
Contoh: Pajak penghasilan, Pajak Pertambahan Nilai dan Pajak Penjualan atas
Barang Mewah, Pajak Bumi dan Bangunan, dan Bea Materai. Pajak yang
dipungut pemerintah pusat, adalah oleh Dirjen Pajak, yakni :

PPh : Pajak Penghasilan adalah pajak yang dikenakan kepada


orang pribadi atau badan pada tingkat keberhasilan tertentu
PPN (Pajak Pertambahan Nilai Barang dan jasa) dan Ph.Bm.
(pajak penjualan atas barang mewah). Keduanya merupakan satu
kesatuan sebagai pajak yang dipungut atas konsumsi dalam negeri
oleh karena itu terhadap penyerahan atau import barang mewah
selain dikenakan pajak pertambahan nilai juga dikenakan pajak
penjualan atas barang mewah.

PBB adalah pajak atas harta tidak bergerak yang terdiri dari tanah
dan bangunan (property tax).

Bea Materai adalah pajak yang dikenakan atas dokumen.

Bea Lelang adalah pajak yang dikenakan atas barang yang


penjualannya dengan cara penjualan lelang.

Dirjen Bea Cukai, yaitu : Bea Masuk/bea atas barang masuk ke


dalam kawasan pabean.

Pajak Eksport (bea keluar)

ii
Pajak Pertambahan Nilai (import): khusus untuk barang yang dibeli
dari luar negeri.

Dirjen Moneter, yaitu : Pajak atas minyak bumi sebagai


penghasilan produk.

Pajak daerah adalah pajak yang dipungut oleh pemda berdasarkan


perda masing-masing dan hasilnya digunakan untuk pembiayaan
rumah tangga daerah masing-masing

2) Pajak Daerah, terdiri atas: Pajak Propinsi, Pajak Kenderaan Bermotor dan
Kenderaan di atas Air, Pajak Bahan Bakar Kenderaan Bermotor, Pajak
Kabupaten/Kota, Pajak Hotel, Pajak Restoran, Pajak hiburan, ajak Reklame,
Pajak Penerangan Jalan.

Pajak yang dipungut pemerintah daerah, adalah oleh :

Pemda Propinsi, yakni:

BPKB

Pajak Bea Balik Nama KB

Pajak Bea Balik Nama Tanah (pulasi)

Pajak mengenai periijinan di wilayahnya Pemda Kabupate/Kota, yaitu :

pajak pertunjukan dan keramaian umum

pajak reklame

Pajak anjing

Pajak kendaraan tidak bermotor

Pajak pembangunan

Pajak radio

ii
Pajak jalan

Pajak bangsa asing

Pajak potong hewan dll

Pemungutan lain bagi daerah, antara lain:

Bea jalan/jembatan, bea pangkalan, bea penambangan, bea sepadan/izin


bangunan, bea penguburan, bea atas pengujian kendaraan bermotor, retribusi
jembatan timbang, retribusi bus, taksi dll, retribusi tempat rekreasi, retribusi pasar,
retribusi pesanggrahan, retribusi pelelangan ikan. Sedangkan Pajak yang dipungut
atas barang tentang bea cukai daerah adalah bea rokok dan bea beras.

G. Sistem Perpajakan Dan Tarif Pajak

a. Sistem Pemungutan Pajak

Sistem pemungutan pajak dibagi menjadi 3 (tiga) :

1. Official Assessment System

Official Assessment System adalah sistem pemungutan pajak ini memberikan


wewenang kepada pemerintah (petugas pajak) untuk menentukan besarnya pajak
terhutang wajib pajak. Sistem pemungutan pajak ini sudah tidak berlaku lagi
setelah reformasi perpajakan pada tahun 1984. Ciri-ciri sistem pemungutan pajak
ini adalah:

i. pajak terhutang dihitung oleh petugas pajak,

ii. wajib pajak bersifat pasif,

iii. hutang pajak timbul setelah petugas pajak menghitung pajak yang
terhutang dengan diterbitkannya surat ketetapan pajak.

ii
Kelemahan sistem pemungutan ini antara lain adalah:

a) Sulit untuk dapat memperkirakan jumlah pendapatan, kekayaan dan laba suatu
perusahaan yang mendekati dengan kenyataan. Oleh karena itu ada kaitannya
ketetapan sementara itu terlalu rendah atau terlalu tinggi.

b) Akibat dari ketetapan sementara yang terlalu rendah, maka akan memberatkan
wajib pajak dalam membayar ketetapan rampungnya, karena ketetapan
rampungnya jauh lebih besar daripada ketetapan sementaranya, sebaliknya
kalau ketetapan tersebut terlalu tinggi maka akan memberatkan wajib pajak
dalam mengangsur ketetapan sementara tersebut.

c) Angsuran bulanan atas ketetapan sementara itu sama besarnya, sehingga


mungkin tidak selalu sesuai dengan tersedianya likuiditas wajib pajak, lebih-
lebih mengingat ketentuan pembayarannya yang harus dibayar pada setiap
tanggal 15 dari bulan-bulan berikutnya setelah bulan dimana surat ketetapan
sementara diberikan.

d) Atas ketetapan sementara ini wajib pajak tidak dapat mengajukan keberatan,
tetapi dengan syarat-syarat tertentu, fiskus dapat memberikan penundaan
pembayaran dari (sebagian) ketetapan pajak sementara. Penundaan
pembayaran ini dalam hal wajib pajak mengajukan bukti-bukti bahwa
ketetapan pajak sementara terlalu tinggi, pada dasarnya suatu kebijaksanaan
penagihan yang mengandung unsur subyektif.

e) Ketetapan sementara itu merupakan pekerjaan massal, karena harus


diselesaikan dalam waktu yang sesingkat-singkatnya, disebabkan sisa waktu
dalam tahun yang berjalan harus digunakan untuk melakukan penetapan
rampung. Hal ini mengakibatkan pekerjaan kurang teliti, apa lagi mengingat
jumlah aparatur pajak yang masih kurang.

f) Ada kalanya penetapan Pajak Rampung harus dilakukan dengan cara


kompromi, yang memungkinkan adanya exces negatif, yakni tawar-menawar.
Kompromi tersebut dilakukan dalam hal wajib pajak tidak melakukan

ii
pemberitahuan yang benar, sedangkan administrasi pajak sendiri tidak
memiliki bahan bahan yang lengkap untuk memungkinkan penetapan Pajak
Rampung dilakukan secara tepat.

g) Para wajib pajak baru diwajibkan membayar pajak, bilamana kepada mereka
telah diberikan Surat Ketetapan Pajak. Surat Ketetapan Pajak itu baru dapat
dikenakan bilamana wajib pajak telah terdaftar pada tata usaha kantor pajak.
Akibatnya, yang tidak terdaftar berarti lolos dari pembayaran pajak.

2. Self Assessment System

Self Assessment System adalah sistem pemungutan pajak ini memberikan


wewenang kepada wajib pajak untuk menghitung sendiri, melaporkan sendiri, dan
membayar sendiri pajak yang terhutang yang seharusnya dibayar. Ciri-ciri sistem
pemungutan pajak ini adalah:

i. Pajak terhutang dihitung sendiri oleh wajib pajak,

ii. Wajib pajak bersifat aktif dengan melaporkan dan membayar sendiri
pajak terhutang yang seharusnya dibayar,

iii. Pemerintah tidak perlu mengeluarkan surat ketetapan pajak setiap


saat kecuali oleh kasus-kasus tertentu saja seperti wajib pajak
terlambat melaporkan atau membayar pajak terhutang atau terdapat
pajak yang seharusnya dibayar tetapi tidak dibayar.

3. Withholding System

Withholding System adalah sistem pemungutan pajak ini memberikan wewenang


kepada pihak lain atau pihak ketiga untuk memotong dan memungut besarnya
pajak yang terhutang oleh wajib pajak. Pihak ketiga disini adalah pihak lain selain
pemerintah dan wajib pajak.

Sistem pemungutan pajak di Indonesia sesuai dengan asas pemungutan pajak


menganut sistem pemungutan pajak self assessment system dan witholding system.

ii
b. Sistem Tarif Pemungutan Pajak

1. Sistem Pemungutan Proporsional

Sistem pemungutan proporsional adalah pukul rata prosentase pajak yang


dikenakan untuk semua objek pajak. Contohnya adalah Pajak Pertambahan
Nilai / PPN di mana semua harga barang di tingkat akhir dikenakan pajak
PPN adalah sama sebesar 10%. (10 10 10 10)

2. Sistem Pemungutan Progresif

Sistem pemungutan progresif adalah menaikkan persentase pajak yang


kena dan harus dibayar sesuai kenaikan objek pajak. Kenaikan
prosentasenya sesuai dengan kenaikan objek pajak yang kena pajak. (10
20 30 40)

3. Sistem Pemungutan Regresif

Sistem pemungutan regresif adalah menurunkan persentase pajak yang


kena dan harus dibayar sesuai penurunan objek pajak. Jenis pemungutan
pajak ini kebalikan dari ystem pemungutan pajak progresif. (10 8 6
4)

4. Sistem Pemungutan Degresif

5. Sistem pemungutan degresif adalah menaikkan persentase pajak yang kena


dan harus dibayar sesuai kenaikan objek pajak, namun besarnya persentase
kenaikan pajak semakin menurun dari tingkat ke tingkat. Sistem ini mirip
dengan ystem progresif, namun kenaikan prosentase akan semakin kecil
walaupun prosentasenya naik. (10 18 24 28)

ii
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

pajak merupakan kewajiban kenegaraan dan pengabdian peran aktif warga


negara dalam upaya pembiayaan pembangunan nasional kewajiban perpajakan
setiap warga negara diatur dalam Undang-Undang dan Peraturan-peraturan
pemerintah. Dalam rumusan simpel yakni iuran dari rakyat kepada kas negara.

Fungsi utama pajak bagi pemerintah ialah dimana pajak memegang


peranan penting bagi suatu negara, karena pajak merupakan sumber pendapatan
negara yang dapat digunakan sebagai alat untuk mengatur kegiatan ekonomi dan
sebagai pemerataan pendapatan masyarakat.
Pajak mempunyai fungsi utama sebagai berikut
1. Fungsi Anggaran (Fungsi Budgeter)
2. Fungsi Pemerataan (Fungsi Distribution)
3. Fungsi Stabilitas
4. Fungsi Retribusi Pendapatan
Dari hasil pembahasan diatas maka dapat kita simpulkan bahwa dalam
pemungutan pajak mempunyai 3 sistem, yaitu :
1. Official Assessment Sistem

Official Assessment Sistem adalah suatu sistempemungutan yang ystem

wewenang kepada pemerintah (fiskus) untuk menentukan besarnya pajak yang

terutang oleh wajib pajak dan menagihnya. Dalam ystem ini kedudukan fiskus

(aparat pajak) sangat dominan. Sistem ini juga memiliki beberapa kekurangan

yang pertama adalah kurang mendidik atau kurang mendewasakan wajiib pajak

dan juga memungkinkan timbulnya kesewenang-wenangan dari pihak fiskus.

ii
2. Self Assessment Sistem

Self Assessment Sistem adalah suatu ystem pemungutan pajak

yang ystem wewenang, kepercayaan, tanggung jawab kepada wajib pajak untuk

menghitung, memperhitungkan, membayar, dan melaporkan sendiri besarnya

pajak yang harus dibayar.

3. Withholding Sistem

Withholding Sistem adalah suatu ystem pemungutan pajak yang ystem

wewenang kepada pihak ketiga (bukan fiskus ataupun wajib pajak) untuk

menentukan besarnya pajak yang terutang oleh wajib pajak. Ciri-ciri dari ystem

ini adalah bahwa wewenang untuk menentukan besarnya pajak yang terutang ada

pada pihak ketiga, yakni pihak selain fiskus dan wajib pajak.

B. Saran

Demikian yang dapat kami paparkan mengenai materi yang menjadi pokok
bahasan dalam makalah ini, tentunya masih banyak kekurangan dan
kelemahannya, kerena terbatasnya pengetahuan dan kurangnya rujukan atau
referensi yang ada hubungannya dengan judul makalah ini.

Penulis banyak berharap para pembaca yang budiman sudi memberikan


kritik dan saran yang membangun kepada penulis demi sempurnanya makalah ini
dan dan penulisan makalah di kesempatan-kesempatan berikutnya. Semoga
makalah ini berguna bagi penulis pada khususnya juga para pembaca yang
budiman pada umumnya.

ii
DAFTAR PUSTAKA

http://rynaldi-dwitama.blogspot.co.id/2010/10/sejarah-perkembangan-
pemungutan-pajak.html

http://www.ngelmu.id/pengertian-pajak-manfaat-pajak

http://makalah2107.blogspot.co.id/2016/06/makalah-sistem-pemungutan-
pajak.html

http://kesatriasumenep.blogspot.co.id/2017/01/peran-tax-amnesty-terhadap-
pembangunan.html

http://monnaddd.blogspot.co.id/2015/10/perbedaan-pajak-dengan-jenis-
pungutan.html

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR .......................................................................................... i

DAFTAR ISI ......................................................................................................... ii

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang .......................................................................................... 1


B. Rumusan Masalah ..................................................................................... 2
C. Tujuan ....................................................................................................... 3

BAB II PEMBAHASAN

A. Sejarah Perkembangan Pemungutan Pajak ........................................... 4


B. Pengertian Dasar Dan Ciri- Ciri Pajak, Fungsi Pajak ............................. 5
C. Perbedaan Pajak Dengan Jenis Pungutan Lainnya ................................. 10
D. Syarat Syarat Dan Asas Pemungutan Pajak ........................................... 12
E. Justifikasi Teori-Teori dalam Pemungutan Pajak ................................... 15
F. Penggolongan Pajak ............................................................................... 16
G. Sistem Perpajakan Dan Tarif Pajak ....................................................... 20

BAB III PENUTUP

A. Kesimpulan ............................................................................................... 24
B. Saran .......................................................................................................... 25

DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................... 26

ii

Anda mungkin juga menyukai