PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Baru-baru ini pemerintah sedang berbenah diri dalam hal pengurusan
perpajakan. Saat ini dikenal istilah self assignment. Setiap wajib pajak
dipercayakan untuk melaporkan kekayaannya sendiri, menghitung sendiri pajak
yang dikenakan dan membayar sendiri pajak tersebut ke Bank. Dalam hal ini bisa
kita lihat bahwa pemerintah mempercayakan segala sesuatu tentang pengrusan
pembayaran pajak kepada wajib paajak itu sendiri, dan merupakan kewajiban kita
untuk menjawab kepercayaan yang telah diberikan pemerintah dengan
menyelesaikan pembayaran pajak dengan bersih, jujur, dan adil.
Pajak mempunyai peranan yang sangat penting dalam kehidupan bernegara,
khususnya di dalam pelaksanaan pembangunan karena pajak merupakan sumber
pendapatannegara untuk membiayai semua pengeluaran termasuk pengeluaran
pembangunan. Uang yang dihasilkan dari perpajakan digunakan oleh negara dan
institusi di dalamnya sepanjang sejarah untuk mengadakan berbagai macam
fungsi. Beberapa fungsi tersebut antara lain untuk pembiataan perang,
penegakan hukum, keamanan atas aset, infrastruktur ekonomi, pekerjaan publik ,
subsidi, dan operasional negara itu sendiri. Dana pajak juga digunakan untuk
membayar utang negara dan bunga atas utang tersebut. Pemerintah juga
menggunakan dana pajak untuk membiayai jaminan kesejahteraan dan pelayanan
publik. Pelayanan ini termasuk pendidikan, kesehatan, pensiun, bantuan bagi yang
belum mendapat pekerjaan, dan transportasi umum. Penyediaan listrik, air, dan
penanganan sampah juga menggunakan dana pajak dalam porsi tertentu.
ii
sebaliknya, ditujukan untuk membantu rakyat miskin, cacat, atau pensiun dengan
memajaki rakyat yang masih bekerja. Pajak juga digunakan untuk membiayai
bantuan ke negara lain dan ekpedisi militer, untuk mempengaruhi kondisi
ekonomi makro (strategi pemerintah dalam pelaksanaan kebijakan ini disebut
kebijakan fiskal), atau untuk mengubah pola konsumsi dan tenaga kerja dalam
sistem ekonomi, dengan menjadikan beberapa jenis transaksi kurang menarik.
Sistem perpajakan nasional merupakan refleksi dari nilai-nilai bangsa dan nilai
yang dipegang oleh pihak yang memang kekuasaan politik. Untuk menciptakan
sistem perpajakan, sebuah bangsa harus membuat pilihan terkait distribusi beban
pajak siapa yang akan membayar pajak dan seberapa banyak mereka harus
membayar dan bagaimana pajak yang telah dipungut kemudian dibelanjakan.
Dalam sistem demokrasi di mana rakyat memilih orang-orang yang bertanggung
jawab dalam menjalankan sistem perpajakan, pilihan rakyat menunjukkan jenis
komunitas yang ingin diciptakan oleh rakyat. Pada negara yang rakyat tidak
memiliki pengaruh yang signifikan terhadap sistem perpajakan, sistem perpajakan
merupakan refleksi dari nilai-nilai dari pihak yang berkuasa.
B. Rumusan Masalah
1. Bagaiman Sejarah Perkembangan Pemungutan Pajak ?
2. Apa Pengertian Dasar , Ciri- Ciri Pajak dan Fungsi Pajak ?
3. Bagaiman Perbedaan Pajak Dengan Jenis Pungutan Lainnya?
4. Apa saja Syarat Syarat Dan Asas Pemungutan Pajak ?
5. Bagaiman Justifikasi Teori-Teori dalam Pemungutan Pajak ?
6. Apa saja Penggolongan Pajak ?
7. Bagaiman Sistem Perpajakan Dan Tarif Pajak ?
ii
C. Tujuan Penulisan
1. Untuk mengetahui Sejarah Perkembangan Pemungutan Pajak
2. Memahami apa saja Pengertian Dasar Dan Ciri- Ciri Pajak, Fungsi Pajak
3. Untuk mengetahui Perbedaan Pajak Dengan Jenis Pungutan Lainnya
4. Untuk mengetahui Syarat Syarat Dan Asas Pemungutan Pajak
5. Untuk memahami Justifikasi Teori-Teori dalam Pemungutan Pajak
6. Mengetahui Penggolongan Pajak
7. Untuk mengetahui Sistem Perpajakan Dan Tarif Pajak
ii
BAB II
PEMBAHASAN
Sumber penghasilan negara berasal dari beberapa sumber, yaitu pajak dan
denda, kekayaan alam, bea dan cukai, kontibusi, royalti, retribusi, iuran,
sumbangan, laba dari badan usaha milik negara dan sumber-sumber lainnya.
Kontribusi adalah pungutan yang dilakukan pemerintah kepada sejumlah
penduduk yang menggunakan fasilitas yang telah disediakan oleh pemerintah.
ii
Bea Cukai adalah pungutan negara yang dilakukan oleh Dirjen Bea Cukai
berdasarkan UU kepabeanan yang berlaku (UU 10/1995). Kepabeanan adalah
segala sesuatu yang behubungan dengan pengawasan dan pemungutan Bea Masuk
atas lalu lintas barang yang masuk atau keluar daerah pabean.
Retribusi adalah pungutan yang dilakukan secara langsung oleh negara
sehubungan dengan penggunaan jasa yang disediakan oleh negara, baik berupa
Jasa Umum, jasa usaha, maupun perizinan tertentu tanpa mendapat kontraprestasi
dari negara. Iuran adalah pungutan yang dilakukan Negara sehubungan dengan
penggunaan jasa yang disediakan oleh negara untuk kepentingan sekelompok
oran, seperti iuran TV, air, Listris, telpon, dll
ii
2. DR. P. J. A. Andriani (Guru Besar Hukum Pajak Universitas
Amsterdam)
Pajak adalah Iuran kepada negara (yang dapat dipaksakan) yang
terhutang oleh wajib pajak untuk membayarnya menurut peraturan-
peraturan, dengan tidak mendapat prestasi kembali, yang lasngsung
dapat ditunjuk, dan yang gunanya adalah untuk membiayai
pengeluaran-pengeluaran umum berhubungan dengan tugas negara
untuk menyelenggarakan pemerintah.
ii
pemajkan) yang karena Undang-undang telah menimbulkan hutang
pajak.
2. Ciri-Ciri Pajak
ii
Warga Negara Tidak Mendapat Imbalan Langsung
Sebagai sumber pendapatan utama negara, pajak memiliki nilai strategis dalam
perspektif ekonomi maupun hukum. Berdasarkan 4 ciri diatas, pajak dapat dilihat
dari 2 perspektif, yaitu :
Hal ini bisa dinilai dari beralihnya sumber daya dari sektor privat (warga negara)
kepada sektor publik (masyarakat). Hal ini memberikan gambaran bahwa pajak
menyebabkan 2 situasi menjadi berubah, yaitu :
ii
b) Pajak dari perspektif hukum
Perspektif ini terjadi akibat ada sebuah ikatan yang timbul karena undang-undang
yang menyebabkan timbulnya kewajiban warga negara untuk menyetorkan
sejumlah dana tertentu kepada negara. Dimana negara memiliki kekuatan untuk
memaksa dan pajak tersebut dipergunakan untuk penyelenggaraan pemerintahan.
Hal ini memperlihatkan bahwa pajak yang dipungut harus berdasarkan undang-
undang, hingga menjamin adanya kepastian hukum, baik untuk petugas pajak
sebagai pengumpul pajak ataupun untuk harus pajak sebagai pembayar pajak.
3. Fungsi Pajak
Pada mempunyai peran yang cukup besar dalam kehidupan bangsa. Ada
beberapa fungsi pajak. Di antaranya adalah sebagai berikut :
ii
agar defisit perdagangan tidak semakin melebar, pemerintah dapat
menetapkan kebijakan pengenaan PPnBM terhadap impor produk
tertentu yang bersifat mewah. Upaya tersebut dilakukan untuk
meredam impor barang mewah yang berkontribusi terhadap defisit
neraca perdagangan
Pungutan adalah peralihan sumber daya dari sektor swasta ke sektor public,
berdasarkan Undang-undang yang ditujukan untuk membiayai pengeluaran
Negara. Pungutan dibedakan menjadi tiga macam, yaitu:
1. Pajak
Pajak adalah jenis pungutanyang tidak memiliki jasa timbale balik secara
langsung. Misalnya: PPh, PPN, PPnBM, dll.
2. Retribusi
Retribusi adalah jenis pungutan yang memiliki jasa timbal balik. Misalnya:
Retribusi parker, rekening telepon, rekening listrik, uang ujian, dll.
3. Sumbangan
Sumbangan adalah jenis pungutan yang juga memiliki jasa timbal balik
namun hanya untuk sekelompok orang. Misalnya: sumbangan bencana
nasional, sumbangan fasilitas pendidikan, dll.
ii
Ketiga jenis pungutan tersebut memiliki perbedaan satu sama lain, untuk lebih
memahaminya akan dijelaskan sebagai berikut:
Contoh Pajak:
Contoh Sumbangan:
ii
c. Perbedaan Retribusi & Sumbangan
Contoh Retribusi:
Bila kita memiliki kendaraan bermotor maka setiap tahunnya kita wajib
membayar Pajak Kendaraan Bermotor (PKB). Bila kita tidak membayar, maka
kendaraan kita bisa disita oleh pihak yang berwajib, sedangkan bila kita tidak
membayar retribusi sampah, maka Dinas Kebersihan tidak akan memaksakan,
hanya saja kita tidak memperoleh pelayanan pengangkutan sampah dari mereka.
Tidaklah mudah untuk membebankan pajak pada masyarakat. Bila terlalu tinggi,
masyarakat akan enggan membayar pajak. Namun bila terlalu rendah, maka
pembangunan tidak akan berjalan karena dana yang kurang. Agar tidak
menimbulkan berbagai masalah, maka pemungutan pajak harus memenuhi
persyaratan yaitu:
ii
3) Sanksi atas pelanggaran pajak diberlakukan secara umum sesuai
dengan berat ringannya pelanggaran
Sesuai dengan Pasal 23 UUD 1945 yang berbunyi: "Pajak dan pungutan yang
bersifat untuk keperluan negara diatur dengan Undang-Undang", ada beberapa hal
yang perlu diperhatikan dalam penyusunan UU tentang pajak, yaitu:
ii
kesulitan dalam pembayaran pajak baik dari segi penghitungan
maupun dari segi waktu.
ii
b. Asas Sumber: Dalam asas ini pemungutan didasarkan pada adanya
sumber pendapatan alam suatu negara. Negara menjadi tempat
sumber pendapatan tersebut berhak memungut pajak tanpa
memperhatikan domisili dan kewarganegaraan wajib pajak.
1. Teori Asuransi
2. Teori Kepentingan
Sudah selayaknya apabila biaya-biaya yang telah dikeluarkan oleh negara untuk
kepentingan penduduk (termasuk perlindungan terhadap jiwa dan harta)
dibebankan kepada rakyat.
Dasar keadilan pemungutan pajak adalah terletak pada jasa yang diberikan oleh
negara kepada warganya dalam bentuk perlindungan jiwa dan harta sehingga
wajar apabila biaya yang telah dikeluarkan oleh negara tersebut dipikulkan kepada
yang menikmatinya.
4. Teori Bakti
Negara mempunyai hak mutlak untuk memungut pajak dan warga negara
mempunyai kewajiban membayar pajak sebagai bukti tanda baktinya kepada
negara.
ii
5. Teori Gaya Beli
Yang dimaksud dengan teori ini adalah mengambil gaya beli dari rumah tangga-
rumah tangga dalam masyarakat untuk rumah tangga negara dan kemudian
menyalurkannya kembali kepada masyarakat dengan maksud memelihara
kehidupan masyarakat. Teori ini tidak mempersoalkan asal mula negara
memungut pajak, tetapi hanya melihat kepada efeknya dan memandang efek yang
baik tersebut sebagai dasar keadilan.
F. Penggolongan Pajak
ii
Menurut golongannya:
1) Pajak langsung, pajak yang dikenakan pada wajib pajak dan tidak dapat
dibebankan atau dilimpahkan pada orang lain. Dalam arti ekonomis ialah
pajak yang beban pembayarannya harus dipikul sendiri oleh wajib pajak
bersangkutan dan tidak boleh dilimpahkan kepada orang lain. Pajak langsung
dalam arti administratif ialah pajak yang dipungut secara erkala. Contoh: pajak
penghasilan (Pph).
2) Pajak tidak langsung, pajak yang pada akhirnya dapat dibebankan atau
dilimpahkan kepada orang lain. Dalam pengertian ekonomis adalah pajak
yang beban pembayarannya dapat dilimpahkan kepada orang lain, ang
menanggung beban pajak pada akhirnya adalah konsumen. Dalam pengertian
administratif adalah pajak uang dipungut setiap terjadi peristiwa yang
menyebabkan terhutangnya pajak. Misal saat penyerahan penjualan dari
produsen pada konsumen, saat pembuatan akta, surat persetujuan (sewa
menyewa, jual beli, pinjam meminjam), pajak pertambahan nilai (Ppn), pajak
bea materai (pajak atas dokumen), bea balik nama, pajak tontonan dan
sebagainya.
Menurut sifatnya :
2) Pajak objektif. (pajak kebendaan); yaitu pajak yang berpangkal pada objeknya,
tanpa memperhatikan keadaan diri wajib pajak. Dalam pemungutannya
pertama-tama melihat obyeknya baik berupa benda, keadaan perbuatan dan
peristiwa yang menyebabkan kewajiban membayar pajak. Besar kecilnya
ii
pajak tidak dipengaruhi oleh keadaan subyeknya, setelah ketemu obyeknya
baru dicari subyeknya (orang atau badan yang bersangkutan), contoh: PPN,
BPKB dan PBB.
1) Pajak Pusat (Pajak Negara); adalah pajak yang dipungut oleh pemerintah pusat
yang penyelenggaraannya dilaksanakan oleh departemen keuangan dan
hasilnya digunakan untuk pembiayaan rumah tangga negara pada umumnya.
Contoh: Pajak penghasilan, Pajak Pertambahan Nilai dan Pajak Penjualan atas
Barang Mewah, Pajak Bumi dan Bangunan, dan Bea Materai. Pajak yang
dipungut pemerintah pusat, adalah oleh Dirjen Pajak, yakni :
PBB adalah pajak atas harta tidak bergerak yang terdiri dari tanah
dan bangunan (property tax).
ii
Pajak Pertambahan Nilai (import): khusus untuk barang yang dibeli
dari luar negeri.
2) Pajak Daerah, terdiri atas: Pajak Propinsi, Pajak Kenderaan Bermotor dan
Kenderaan di atas Air, Pajak Bahan Bakar Kenderaan Bermotor, Pajak
Kabupaten/Kota, Pajak Hotel, Pajak Restoran, Pajak hiburan, ajak Reklame,
Pajak Penerangan Jalan.
BPKB
pajak reklame
Pajak anjing
Pajak pembangunan
Pajak radio
ii
Pajak jalan
iii. hutang pajak timbul setelah petugas pajak menghitung pajak yang
terhutang dengan diterbitkannya surat ketetapan pajak.
ii
Kelemahan sistem pemungutan ini antara lain adalah:
a) Sulit untuk dapat memperkirakan jumlah pendapatan, kekayaan dan laba suatu
perusahaan yang mendekati dengan kenyataan. Oleh karena itu ada kaitannya
ketetapan sementara itu terlalu rendah atau terlalu tinggi.
b) Akibat dari ketetapan sementara yang terlalu rendah, maka akan memberatkan
wajib pajak dalam membayar ketetapan rampungnya, karena ketetapan
rampungnya jauh lebih besar daripada ketetapan sementaranya, sebaliknya
kalau ketetapan tersebut terlalu tinggi maka akan memberatkan wajib pajak
dalam mengangsur ketetapan sementara tersebut.
d) Atas ketetapan sementara ini wajib pajak tidak dapat mengajukan keberatan,
tetapi dengan syarat-syarat tertentu, fiskus dapat memberikan penundaan
pembayaran dari (sebagian) ketetapan pajak sementara. Penundaan
pembayaran ini dalam hal wajib pajak mengajukan bukti-bukti bahwa
ketetapan pajak sementara terlalu tinggi, pada dasarnya suatu kebijaksanaan
penagihan yang mengandung unsur subyektif.
ii
pemberitahuan yang benar, sedangkan administrasi pajak sendiri tidak
memiliki bahan bahan yang lengkap untuk memungkinkan penetapan Pajak
Rampung dilakukan secara tepat.
g) Para wajib pajak baru diwajibkan membayar pajak, bilamana kepada mereka
telah diberikan Surat Ketetapan Pajak. Surat Ketetapan Pajak itu baru dapat
dikenakan bilamana wajib pajak telah terdaftar pada tata usaha kantor pajak.
Akibatnya, yang tidak terdaftar berarti lolos dari pembayaran pajak.
ii. Wajib pajak bersifat aktif dengan melaporkan dan membayar sendiri
pajak terhutang yang seharusnya dibayar,
3. Withholding System
ii
b. Sistem Tarif Pemungutan Pajak
ii
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
terutang oleh wajib pajak dan menagihnya. Dalam ystem ini kedudukan fiskus
(aparat pajak) sangat dominan. Sistem ini juga memiliki beberapa kekurangan
yang pertama adalah kurang mendidik atau kurang mendewasakan wajiib pajak
ii
2. Self Assessment Sistem
yang ystem wewenang, kepercayaan, tanggung jawab kepada wajib pajak untuk
3. Withholding Sistem
wewenang kepada pihak ketiga (bukan fiskus ataupun wajib pajak) untuk
menentukan besarnya pajak yang terutang oleh wajib pajak. Ciri-ciri dari ystem
ini adalah bahwa wewenang untuk menentukan besarnya pajak yang terutang ada
pada pihak ketiga, yakni pihak selain fiskus dan wajib pajak.
B. Saran
Demikian yang dapat kami paparkan mengenai materi yang menjadi pokok
bahasan dalam makalah ini, tentunya masih banyak kekurangan dan
kelemahannya, kerena terbatasnya pengetahuan dan kurangnya rujukan atau
referensi yang ada hubungannya dengan judul makalah ini.
ii
DAFTAR PUSTAKA
http://rynaldi-dwitama.blogspot.co.id/2010/10/sejarah-perkembangan-
pemungutan-pajak.html
http://www.ngelmu.id/pengertian-pajak-manfaat-pajak
http://makalah2107.blogspot.co.id/2016/06/makalah-sistem-pemungutan-
pajak.html
http://kesatriasumenep.blogspot.co.id/2017/01/peran-tax-amnesty-terhadap-
pembangunan.html
http://monnaddd.blogspot.co.id/2015/10/perbedaan-pajak-dengan-jenis-
pungutan.html
ii
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
BAB II PEMBAHASAN
A. Kesimpulan ............................................................................................... 24
B. Saran .......................................................................................................... 25
ii