Ketika seorang laki-laki atau perempuan hendak menikah tentu diawali dengan proses
yang panjang. Proses paling awal menuju perkawinan yang dimaksud adalah penentuan siapa
jodoh yang cocok untuk dirinya atau yang dalam adat Melayu biasa disebut dengan istilah
merisik dan meninjau. Setelah jodoh yang dirasa sesuai sudah dipilih, maka kemudian
dilakukan tahap kegiatan merasi, yaitu mencari-cari tahu apakah jodoh yang telah dipilih itu
cocok (serasi) atau tidak. Jika kedua tahapan tersebut dirasa sesuai dengan harapan diri orang
yang akan menikah maka kemudian dilakukan tahapan melamar, meminang, dan kemudian
bertunangan. Setelah kedua calon tersebut bertunangan, maka upacara perkawinan dapat
segera dilangsungkan.
Merisik adalah kegiatan memilih jodoh yang dilakukan orang tua untuk mencarikan
calon istri bagi anak laki-lakinya. Kegiatan merisik biasanya dilakukan apabila seorang laki-
laki yang hendak menikah dengan seorang gadis tetapi belum mengenali jati diri gadis
tersebut atau jika sudah kenal namun baru sebatas kenal sekilas saja. Tujuan dari kegiatan
merisik adalah untuk memastikan apakah gadis tersebut sudah memiliki pasangan atau
belum. Tentunya, jika gadis tersebut telah memiliki tunangan maka laki-laki tersebut tidak
bisa lagi berniat untuk menikahinya. Sebab, dalam hukum Islam seseorang itu dilarang untuk
meminang tunangan orang lain.
Adat merisik biasanya dilakukan oleh pihak laki-laki, sedangkan adat meninjau
dilakukan oleh kedua pihak. Setelah kegiatan merisik dapat menentukan bahwa gadis tersebut
belum memiliki pasangan, selanjutnya dilakukan tahapan meninjau. Kegiatan ini kadang
dilakukan sekaligus dengan kegiatan merisik. Kegiatan meninjau dimaksudkan untuk
mengetahui tempat asal calon yang akan dinikahi. Kegiatan meninjau dilakukan oleh seorang
wakil yang dipercaya dapat melakukannya. Kegiatan meninjau akan dirasa mudah jika wakil
tersebut sudah mengenal gadis tersebut. Jika belum mengenalnya maka diperlukan waktu
untuk melakukan tahapan peninjauan.
b. Merasi
Kegiatan merasi sudah sangat jarang dilakukan dalam masyarakat Melayu. Tujuan
merasi adalah untuk memastikan apakah pasangan yang hendak dijodohkan itu sebenarnya
cocok atau tidak. Artinya, merasi adalah kegiatan meramal atau menilik keserasian antara
pasangan yang hendak dijodohkan. Kegiatan ini biasanya dilakukan melalui perantaraan
seorang ahli yang sudah terbiasa bertugas mencari jodoh kepada orang yang hendak menikah.
Pencari jodoh tersebut akan memberikan pendapatnya bahwa pasangan tersebut dinilai cocok
(sesuai) atau tidak.
Setelah dirasa bahwa pasangan yang akan menikah sudah cocok, langkah kemudian
adalah tahapan melamar dan meminang. Sebelum meminang, keluarga pihak laki-laki
melamar terlebih dahulu gadis yang akan dinikahi. Maksud dari kegiatan melamar adalah
menanyakan persetujuan dari pihak calon pengantin perempuan sebelum dilangsungkannya
acara meminang. Jika masih dalam tahap melamar, maka rencana perkawinan belum dapat
dipastikan. Artinya, meskipun pihak calon pengantin laki-laki telah merisik dan meninjau
latar belakang perempuan yang akan dinikahi, namun dalam tahap melamar jawaban yang
akan diterima darinya masih belum bisa dipastikan. Lain lagi jika telah perempuan tersebut
telah dipinang, maka jawaban darinya bisa diakatakan telah pasti.
Lamaran dilakukan oleh pihak calon pengantin laki-laki, yaitu dengan cara
mengantarkan beberapa wakil yang terdiri dari beberapa orang yang percaya dapat memikul
tanggung jawab tersebut. Dalam pertemuan tersebut terjadi pembicaraan untuk mendapatkan
jawaban yang pasti dari pasangan yang akan dijodohkan. Biasanya pihak perempuan akan
memberikan jawaban dalam tempo beberapa hari. Adanya tenggat waktu adalah agar
perempuan tersebut tidak dianggap “menjual murah” yang begitu mudah langsung menerima
lamaran. Masa tenggang tersebut juga difungsikan untuk berunding dengan keluarga dan
saudara pihak perempuan, di samping juga untuk menyelidik latar belakang laki-laki secara
teliti dan hati-hati.
Setelah calon laki-laki disetujui oleh keluarga pihak perempuan, mereka kemudian
menemui wakil pihak laki-laki untuk memberitahukan keputusan tersebut. Dalam adat
Melayu, biasanya pihak laki-laki sendiri yang akan datang ke rumah pihak perempuan untuk
menanyakan keputusan tersebut. Setelah kedua pihak berbincang dan bersepakat, utusan dari
wakil pihak laki-laki akan datang lagi untuk menetapkan kapan hari pertunangan. Dalam
pertemuan ini juga diperbincangkan seputar jumlah barang antaran dan jumlah rombongan
pihak laki-laki yang akan datang secara bersama. Hal itu dimaksudkan agar pihak perempuan
mudah membuat persiapan dalam menerima kedatangan mereka.
Mereka kemudian memulai acara meminang dengan saling berkenalan terlebih dahulu.
Setelah berkenalan wakil pihak perempuan memulai adat ini dengan bertanya kepada wakil
pihak laki-laki tentang siapa yang memiliki sirih tersebut. Wakil pihak laki-laki akan
menjawab dengan menyebutkan nama laki-laki diwakilinya dan juga nama perempuan yang
hendak dipinang. Mereka juga menyatakan maksud kedatangan mereka. Setelah itu tepak
sirih yang diterima oleh wakil pihak perempuan kemudian dikembalikan kepada wakil pihak
laki-laki sambil mengatakan bahwa pinangan mereka diterima atau ditolak. Wakil pihak laki-
laki kemudian mendatangi calon pengantin perempuan untuk mengenakan cincin di jari
manisnya. Perempuan tersebut biasanya berada di balik bilik yang telah berpakaian indah.
Dengan demikian, calon pengantin perempuan tersebut telah resmi bertunangan dengan calon
pengantin laki-laki. Setelah itu calon pengantin perempuan bersalaman dengan para hadirin,
terutama dengan beberapa orang perempuan yang mewakili rombongan pihak laki-laki.
Sebelum datangnya hari perkawinan perlu dilakukan acara gotong-royong atau rewang
(jw). Pihak tuan rumah perlu menyediakan berbagai macam kue Melayu untuk mereka yang
bergotong-royong. Kegiatan gotong-royong biasanya dilakukan hingga larut malam sambil
menikmati kue-kue yang dihidangkan. Kue yang tahan lama biasanya disediakan oleh tuan
rumah melalui pertolongan tetangga terdekat, yaitu beberapa hari sebelum berlangsungnya
majelis perkawinan. Sedangkan kue yang tidak tahan lama disediakan sehari menjelang
perhelatan majelis. Kue-kue ini juga diantarkan kepada mereka yang memberikan sumbangan
tetapi tidak bisa datang.
Kegiatan (majelis) membaca barzanzi dilakukan selepas shalat isya. Majelis ini
biasanya diikuti oleh mereka yang telah melakukan kegiatan gotong-royong selama sehari-
semalam, juga diikuti oleh keluarga dan saudara dari tuan rumah, termasuk para jemputan
yang diundang secara khusus pada majelis ini. Pada masa kini, kegiatan ini tidak populer lagi.
Untuk mengadakan kegiatan ini masih diperlukan usaha gotong-royong sebagaimana
dilakukan sebelumnya. Dalam kegiatan pembacaan barzanzi juga dihidangkan jamuan, yang
biasanya terdiri dari nasi beserta lauk-pauknya. Setiap hidangan disediakan untuk empat atau
lima orang.
Setelah melalui proses dan tahapan yang begitu panjang, maka kini saatnya
melangsungkan upacara perkawinan. Istilah upacara perkawinan dapat juga disebut dengan
istilah lain, seperti “upacara nikah kawin”, “upacara helat jamu pernikahan”, dan “upacara
perhelatan nikah kawin”. Upacara ini merupakan hari “H” yang ditunggu-tunggu oleh siapa
saja yang berhubungan dengan perkawinan ini, baik bagi calon pengantinnya sendiri maupun
seluruh keluarga dan saudara-saudaranya. Dalam adat Melayu, upacara perkawinan biasanya
dilakukan secara amat terinci, lengkap, dan bahkan tidak boleh ada yang tertinggal satupun.
a. Upacara Menggantung-Gantung
Upacara ini dilakukan dalam tenggang waktu yang cukup panjang, biasanya 3 hari
sebelum hari perkawinan. Bentuk kegiatan dalam upacara ini biasanya disesuaikan dengan
adat di masing-masing daerah yang berkisar pada kegiatan menghiasi rumah atau tempat akan
dilangsungkannya upacara pernikahan, memasang alat kelengkapan upacara, dan sebagainya.
Yang termasuk dalam kegiatan ini adalah: membuat tenda dan dekorasi, menggantung
perlengkapan pentas, menghiasi kamar tidur pengantin, serta menghiasi tempat bersanding
kedua calon mempelai. Upacara ini menadakan bahwa budaya gotong-royong masih sangat
kuat dalam tradisi Melayu.
b. Upacara Berinai
Adat atau upacara berinai merupakan pengaruh dari ajaran Hindu. Makna dan tujuan
dari perhelatan upacara ini adalah untuk menjauhkan diri dari bencana, membersihkan diri
dari hal-hal yang kotor, dan menjaga diri segala hal yang tidak baik. Di samping itu
tujuannya juga untuk memperindah calon pengantin agar terlihat lebih tampak bercahaya,
menarik, dan cerah. Upacara ini merupakan lambang kesiapan pasangan calon pengantin
untuk meninggalkan hidup menyendiri dan kemudian menuju kehidupan rumah tangga.
Dalam ungkapan adat disebutkan:
Upacara berandam dilakukan pada sore hari ba‘da Ashar yang dipimpin oleh Mak
Andam didampingi oleh orang tua atau keluarga terdekat dari pengantin perempuan. Awalnya
dilakukan di kediaman calon pengantin perempuan terlebih dahulu yang diringi dengan
musik rebana. Setelah itu baru kemudian dilakukan kegatan berandam di tempat calon
pengantin laki-laki. Sebelum berandam kedua calon pengantin harus mandi berlimau dan
berganggang terlebih dahulu.
Makna dari upacara berandam adalah membersihkan fisik (lahiriah) pengantin dengan
harapan agar batinnya juga bersih. Makna simbolisnya adalah sebagai lambang kebersihan
diri untuk menghadapi dan menempuh hidup baru. Sebagaimana disebutkan dalam ungkapan
adat:
Pada saat acara berandam ini pun dipersiapkan perlengkapan alat nikah seperti :
Alas tempat duduk calon pengantin, biasanya berupa lipatan kain songket atau kain
pelikat
Kain putih untuk selimut tubuh calon pengantin
Pisau cukur
Sepasang lilin sebagai symbol penerang hati
Selingkar benang putih ( benang tukal ) yang digantungkan dileher calon pengantin
sebagai lambang kesucian
Kelapa separuh tua yang dibuang kulit luar dan dibentuk seperti kerucut sebagai
lambang kesuburan
d. Upacara Khatam Qur‘an
Pelaksanaan upacara khatam Qur‘an biasanya dilakukan setelah upacara berandam dan
mandi tolak bala sebagai bentuk penyempurnaan diri, baik secara lahir maupun batin.
Upacara khatam Qur‘an sebenarnya bermaksud menunjukkan bahwa pengantin perempuan
sudah diajarkan oleh kedua orang tuanya tentang bagaimana mempelajari agama Islam
dengan baik. Dengan demikian, sebagai pengantin perempuan dirinya telah dianggap siap
untuk memerankan posisi barunya sebagai istri sekaligus ibu dari anak-anaknya kelak. Di
samping itu tujuan lainnya adalah untuk menunjukkan bahwa keluarga calon pengantin
perempuan merupakan keluarga yang kuat dalam menganut ajaran Islam,
e. Upacara Perkawinan
Upacara perkawinan dilakukan secara berurutan. Artinya, upacara ini tidak hanya
mencakup upacara akad saja tetapi juga mencakup kegiatan-kegiatan lain yang terkait dengan
proses akad nikah, baik sebelum maupun sesudahnya. Kegiatan dalam upacara ini biasanya
diawali dengan kedatangan calon pengantin laki-laki yang dipimpin oleh seorang wakilnya ke
rumah calon pengantin perempuan. Calon pengantin laki-laki biasanya diapit oleh dua orang
pendamping yang disebut dengan gading-gading atau pemuda yang belum menikah.
Rombongan pihak pengantin laki-laki datang menuju kediaman pihak calon pengantin
perempuan dengan membawa sejumlah perlengkapan atau yang disebut dengan antar belanja.
Upacara Antar Belanja atau Seserahan
Antar belanja atau yang biasanya dikenal dengan seserahan dapat dilakukan beberapa
hari sebelum upacara akad atau sekaligus menjadi satu rangkaian dalam upacara akad nikah.
Jika antar belanja diserahkan pada saat berlangsungnya acara perkawinan, maka antar belanja
diserahkan sebelum upacara akad nikah.
Menurut kebiasaannya barang-barang antaran ini disamping sejumlah uang juga disertakan
barang-barang seperti :
a. Sepesalin bahan oakaian kebaya dari Tenunan Siak atau lebih.
b. Sepesalin bahan pakaina kebaya dari jenis kain lainnya atau lebih.
c. Bahana keperluan sholat.
d. Tas tangan, selop (sandal), sepatu.
e. Handuk mandi.
f. Selimut
g. Bahan untuk berhias.
h. Bunga rampai secukupnya
i. Pakaian dalam
j. Bahkan ada yang menyerahkan seperangkat peralatan tidur komplit.
k. Bunga rampai secukupnya
Upacara Akad Nikah
Ketika rombongan calon pengantin laki-laki Upacara akad nikah merupakan inti dari
seluruh rangkaian upacara perkawinan. Sebagaimana lazimnya dalam adat perkawinan
menurut ajaran Islam, upacara akad nikah harus mengandung pengertian ijab dan qabul.
Upacara Menyembah
Setelah upacara akad nikah selesai dilakukan seluruhnya, kedua pengantin kemudian
melakukan upacara menyembah kepada ibu, bapak, dan seluruh sanak keluarga terdekat.
Makna dari upacara ini tidak terlepas dari harapan agar berkah yang didapat pengantin
nantinya berlipat ganda. Acara ini dipimpin oleh orang yang dituakan bersama Mak Andam.
Seperti halnya adat upacara lainnya, setelah upacara akad nikah diadakan upacara
nasehat perkawinan. Maksud dari perhelatan upacara ini adalah penyampaian petuah, pesan,
dan nasehat bagi kedua pengantin agar mereka mampu membangun rumah tangga yang
sejahtera (lahir sekaligus batin), rukun, dan damai. Yang menyampaikan nasehat perkawinan
sudah seharusnya adalah seseorang yang benar-benar telah mempraktekkan bagaimana
caranya membangun keluarga yang sakinah sehingga dapat dijadikan teladan bagi yang lain.
Dalam menempuh hidup baru, cinta kasih mestilah ada, harta kelak boleh
dicari bersama, namun petuah dan ilmu dari tetua rengkuhlah dahulu.
Upacara Jamuan Santap Bersama
Setelah upacara perkawinan selesai ditutup, maka acara selanjutnya adalah upacara
jamuan santap bersama sebagai akhir dari prosesi upacara akad nikah secara keseluruhan.
Upacara ini boleh dikata adalah sama di berbagai adat perkawinan manapun. Tuan rumah
memberikan jamuan makan bersama terhadap seluruh pengunjung yang hadir pada acara
perkawinan tersebut.
f. Upacara Langsung
Setelah upacara perkawinan dan akad nikah selesai, prosesi selanjutnya adalah
melakukan upacara hari langsung. Yang dimaksud dengan upacara ini adalah kegiatan yang
berkaitan dengan bagaimana mengarak pengantin laki-laki, upacara menyambut arak-arakan
pengantin laki-laki, upacara bersanding, upacara resepsi, upacara ucapan alu-aluan dan
tahniah, upacara pembacaan doa, upacara santap nasi hadap-hadapan, hingga memberikan
ucapan tahniah atau terima kasih kepada para pengunjung yang telah datang.
Upacara ini bentuknya adalah mengarak pengantin laki-laki ke rumah orang tua
pengantin perempuan. Tujuan dari upacara ini sebagai media pemberitahuan kepada seluruh
masyarakat sekitar tempat dilangsungkannya perkawinan bahwa salah seorang dari warganya
telah sah menjadi pasangan suami-istri. Di samping itu, tujuanya adalah memberitahukan
kepada semua lapisan masyarakat agar turut meramaikan acara perkawinan tersebut,
termasuk ikut memberikan doa kepada kedua pengantin. Upacara ini beragam bentuknya,
tergantung adat yang berlaku di masing-masing daerah Melayu.
Kegiatan terakhir dalam upacara langsung adalah berbalas pantun pembuka pintu yang
dilakukan di ambang pintu rumah pengantin perempuan. Kegiatan ini bentuknya adalah
saling bersahutan pantun antara pemantun pihak pengantin laki-laki dengan pemantun pihak
pengantin perempuan yang disaksikan oleh Mak Adam. Fungsi dari kegiatan ini biasanya
dipahami sebagai bentuk izin untuk memasuki rumah pengantin perempuan. Setelah Mak
Adam atau pemantun pihak pengantin perempuan membuka kain penghalang pintu dan
mempersilahkan tamu untuk masuk, maka kegiatan ini dianggap selesai.
Upacara ini merupakan lanjutan dari upacara bersanding yang disaksikan oleh masyarakat
umum secara lebih luas. Upacara ini dimulai dengan proses kedatangan iring-iringan
rombongan pengantin memasuki pintu gerbang tempat dilangsungkannya resepsi perkawinan.
Rombongan pengantin akan disambut dengan bunyi-bunyian kopang dan diarak sampai
pengantin duduk di pelaminan. Upacara ini biasanya dimulai dengan pembacaan ayat-ayat
suci al-Qur‘an.
Upacara ini merupakan penyampaian rasa syukur kepada Allah SWT dan rasa terima
kasih yang dilakukan pihak keluarga pengantin perempuan kepada seluruh pihak yang terlibat
dalam perhelatan acara perkawinan.
Upacara Pembacaan Doa
Upacara pembacaan doa sudah umum dilakukan di berbagai adat perkawinan, termasuk
dalam adat Melayu. Dengan dibacakannya doa diharapkan bahwa semua yang dihadir dalam
majelis perkawinan, termasuk kedua pengantinnya, agar diberikan rahmat, karunia, dan
keselamatan dalam mengarungi bahtera hidup ini. Dalam ungkapan adat disebutkan:
Upacara ini bentuknya adalah makan bersama antara kedua pengantin dengan para tetua
keluarga yang dilakukan di depan pelaminan. Pesan yang ingin disampaikan dalam kegiatan
ini adalah kerukunan yang terbina antara pasangan pengantin dengan seluruh keluarga,
saudara, dan sahabatnya.
Ucapan Tahniah
Sebagai penutup dalam upacara hari langsung biasanya ditandai dengan ucapan tahniah
(penyampaian ucapan selamat) dari seluruh yang hadir kepada kedua pasangan pengantin.
Bedanya dengan ucapan tahniah sebelumnya, dalam kegiatan ini yang disampaikan adalah
ucapan selamat yang langsung tertuju pada pasangan pengantin dengan cara bersalam-
salaman.
a. Malam Keluarga
Mertua sama jua orang tua, maka sembah sujud pun diunjukkan pula.
b. Upacara Mandi Damai
Kegiatan yang pertama kali dilakukan dalam upacara ini adalah mandi damai atau
mandi hias. Kegiatan ini dimaksudkan untuk menunjukkan kepada masyarakat bahwa kedua
pengantin telah bersatu menjadi pasangan suami-istri yang sah. Untuk itulah, pihak keluarga
menyampaikan rasa syukur dan terima kasih kepada seluruh sahabat dan handai taulan yang
telah menyukseskan terselenggaranya upacara pernikahan mereka.