DISUSUN OLEH :
Tsaniya Adinda Rahmani
Nim : 5211144004
Stambuk 21
FAKULTAS TEKNIK
PENDDIKAN TATA RIAS
UNIVERSITAS NEGERI MEDAN
1. Sebutkanlah dan jelaskan 10 adat istiadat tatarias pengantin Indonesia ?
Jawab :
2. Batak: Sinamot
Di kultur suku Batak, ada sebuah prosesi bernama Sinamot yang merupakan perundingan
mas kawin oleh kedua belah pihak keluarga. Jumlah mahar atau mas kawin yang akan
diberikan biasanya ditentukan berdasarkan tingkat edukasi, karier, atau status sosial keluarga
gadis tersebut. Semakin tinggi tingkatannya, semakin besar pula jumlah mas kawin. Namun
hal ini tidak dilihat sebagai materialisme semata, melainkan harapan bagi pasangan ini untuk
menghindari perceraian setelah menikah dengan jumlah mas kawin yang mahal.
3. Jawa: Pingitan
Dalam budaya pernikahan Jawa, dikenal adat pingitan di mana calon pengantin perempuan
tidak boleh meninggalkan rumah menjelang hari pernikahannya. Selain untuk menghalangi
kedua calon pengantin untuk bertemu, momen ini juga menjadi kesempatan bagi pengantin
perempuan untuk merawat diri sebelum acara pernikahan. Dulu, proses pingitan dapat
berlangsung selama 1 hingga 2 bulan!
4. Ogan ( pengadangan )
Pada pernikahan rakyat ogan, sang pengantin laki-laki akan diberi rintangan dan
dihalangi untuk bertemu dengan pengantin perempuan menggunakan selendang
panjang. Agar dapat bertemu dengan calon istrinya, ia harus membawakan
benda benda yang diminta oleh penjaga sang pengantin perempuan
5. Yogyakarta ( nyantri )
Pada tradisi yang berasal dari kraton Yogyakarta, pengantin pria harus bermalam didaerah
kediaman calon mempelai wanita. Umumnya sang calon pengantin pria dititipkan kerumah
saudara atau tetangga pengantin wanita. Meskipun begitu, ia tidak boleh bertemu dengan
calon istrinya hingga hari pernikahan tiba.
6. Bali: tradisi jual beli
Pada pernikahan adat Bali, pengantin perempuan membawa bakul yang nantinya akan dibeli
oleh pengantin laki-laki. Tradisi ini merupakan suatu simbol bahwa dalam kehidupan rumah
tangga, sang suami-istri harus saling melengkapi.
Ternyata tradisi pesta lajang juga ada di Indonesia, tepatnya dalam tradisi Minang. Pengantin
wanita Minang merayakan malam terakhirnya sebagai gadis lajang bersama kerabat dan
sahabat wanita terdekatnya. Dalam selebrasi yang disebut Malam Bainai ini, sang calon
pengantin akan diberi pulasan kuku dari tanaman inai yang telah ditumbuk dan memberikan
rona kemerahan pada jemarinya.
Para calon pengantin di Madura memiliki cara khusus untuk menentukan tanggal pernikahan
mereka. Pada acara nyendek temo, kedua keluarga bertemu lalu pasangan calon pengantin
menyediakan hal-hal simbolik untuk menetapkan tanggal pernikahan mereka. Misalnya, jika
mereka menginginkan pernikahan mereka dilaksanakan segera, maka mereka harus
menyediakan pisang susu dan sirih.
1. Mangarisika
Yakni momen dimana pihak pria berkunjung secara tidak resmi ke
kediaman pihak perempuan untuk melakukan penjajakan. Biasanya pihak
pria membawa buah tangan berupa cincin atau kain.
2. Marhusip-husip
Yang merupakan acara perundingan Antara pihak laki-laki dan
perempuan, biasanya membahas berapa besar sinamot (mas kawin) yang
akan diberikan oleh calon mempelai pria kepada pihak calon mempelai
perempuan.
3. Marhata sinamot
Merupakan momen dimana pihak pria ‘membeli’ wanita untuk menjadi
istrinya. Bukan membeli dalam arti yang sesungguhnya. Pihak pria dan
perempuan biasanya akan membicarakan sinamot (mahar), ulos, jumlah
undangan, tanggal dan lokasi pesta, tatacara adat, serta tanggal untuk
martumpol di rumah keluarga perempuan.
4. Martumpol
Martumpol dilakukan di gereja, dimana dihadiri para saksi dari calon
mempelai laki-laki dan perempuan. Prosesi ini biasanya dilaksanakan 2-3
minggu sebelum pernikahan.
5. Martonggo raja
Adalah upacara pembentukan panitia (parhobas) sekaligus membahas
mengenai persiapan pesta besar. Jika dulu pihak hula-hula tidak
diperbolehkan hadir, kini semua pihak keluarga dan teman sekampung
boleh dihadirkan saat martonggo raja.
7. Pesta unjuk
Dalam adat batak, kedua mempelai juga harus memperoleh pemberkatan
dari seluruh keluarga, orang tua khususnya. Kedua mempelai dilimpahi
doa-doa sembari ditandakan dengan pemberian ulos. Acara kemudian
dilanjutkan dengan pembagian jambar kepada pihak wanita dan uang
(tuhor ni boru). Sementara itu, pihak pria menerima ikan mas arsik
(dengke) dan ulos.
9. Paulak une
Prosesi ini dilakukan seminggu setelah diadakan pesta adat, yakni saat
kedua mempelai sudah sah menjadid suami-istri. Pihak pria berkunjung
kerumah mertua untuk mengucapkan terima kasih dan menyampaikan
bahwa acara pernikahan yang telah dilakukan secara benar ‘une’.
10.Manjae
Merupakan prosesi yang khusus dilakukan jika mempelai pria bukan anak
bungsu. Setelah beberapa waktu menjalani biduk rumah tangga, pria
tersebut akan dipajae atau dipisah rumah dan mata pencarian dari
keluarganya. Namun jika si mempelai pria merupakan anak bungsu, acara
ini tidak perlu dilangsungkan karena biasanya anak bungsu akan mewarisi
rumah milik orang tua nya.
11.Maningkir tangga
Merupakan acara balasan dari pihak pengantin perempuan atas
kunjungan pihak keluarga pria (paulak jae), sekaligus untuk mengetahui
keadaan social, ekonomi dan spiritual pihak pria. Prosesi ini juga
merupakan implementasi bahwa hubungan kekeluargaan tidak hanya
sebatas pada acara pernikahan saja tapi juga menyangkut keluarga besar
nya juga.
Setelah persiapan dan waktu yang direncakan untuk menikah, pengantin wanita keluar dari
dalam rumah dan duduk di kursi pengantin berhias indah dimuka petanen atau disebut
krobongan. Kemudian pengantin pria tiba, diapit oleh sesepuh pria dan dilakukan upacara
penyerahan Sanggan.
Sanggan diberikan pihak mempelai pria kepada kedua orangtua mempelai wanita sebagai
bentuk tebusan putri mereka. Sanggan terdiri dari satu tangkep atau dua sisir pisang raja
matang di pohon, sirih ayu, kembang telon yang berisi buna mawar, melati dan kenanga, serta
benang lawe.
2. Upacara Balangan Gantal atau lempar sirih
Tahapan upacara panggih dalam pernikahan adat Jawa selanjutnya adalah upacara balangan
gantal. Balangan artinya melempar, sedangkan gantal artinya daun sirih yang diisi dengan
bunga pinang, kapur sirih, gambir, dan tembakau yang diikat dengan menggunakan benang
lawe.
Upacara ini dilakukan dari arah berlawanan, berjarak sekitar dua meter. Mempelai pria
melemparkan gantal ke dahi, dada dan lutut mempelai wanita. Lalu dibalas oleh mempelai
wanita yang melempar gantal ke dada dan lutut mempelai pria. Ritual ini bertujuan untuk
saling melempar kasih sayang.
3. Upacara menginjak telur, wiji dadi, wijikan atau Ranupada
Upacara ranupada menjadi tahapan selanjutnya dalam prosesi panggih di pernikahan adat
Jawa. Ranupada berasal dari dua kata yaitu ranu yang berarti air dan pada artinya kaki.
Perlengkapan yang dipakai untuk ranupada terdiri dari gayung, bokor, baki, bunga sritaman
dan telur. Pemaes mengambil telur ayam yang kemudian disentuhkan di dahi pengantin pria
terlebih dahulu. Kemudian telur ayam juga disentuhkan di dahin pengantin wanita tiga kali.
Setelahnya telur ayam dipecahkan di kaki pengantin pria dan pengantin wanita membasuh kaki
pengantin pria dengan air bersih. Pembasuhan ini mencerminkan wujud bakti istri kepada suami
agar rumah tangga bahagia dan harmonis.
4. Upacara Bergandungan tangan Kanten Asto (Kanthen Asta)
Prosesi panggih dalam pernikahan adat Jawa dilanjutkan dengan tahapan kanthen asta. Pada
prosesi ini kedua pengantin berdiri berdampingan dan bergandengan tangan sambil
mengaitkan jari kelingking, wanita di sebelah kiri dan pria di sebelah kanan. Kedua mempelai
kemudian berjalan bersama ke pelaminan.
5. Upacara Selimut Slindur
Saat sampai di pelaminan, prosesi panggih dalam pernikahan adat Jawa dilanjutkan dengan
upacara selimut slindur. Pada tahapan ini ibu dari pengantin wanita menyelimuti kedua
lengan pengantinndengan kain sindur. Setelah itu kedua pengantin berjalan pelan-pelan
menuju tempat duduk pengantin, diikuti oleh kedua orangtua.
6. Upacara Pangkon, Timbangan atau Tanem Jero
Setelah sampai di pelaminan, upacara panggih berlanjut dengan kedua mempelai tetap berdiri
berdampingan dengan posisi membelakangi pelaminan atau menghadap tamu undangan.
Dengan disaksikan ibu mempelai wanita, ayah mempelai wanita mendudukan kedua
mempelai ke kursi pengantin sambil memegang dan menepuk-nepuk bahu keduanya. Prosesi
ini memiliki makna bahwa kedua mempelai telah "ditanam" agar menjadi pasangan yang
mandiri.
7. Upacara Kacar Kucur atau Tampa Kaya
Upacara kacar kucur dalam pernikahan adat Jawa melambangkan bahwa suami berkewajiban
dan bertanggung jawab untuk memberikan nafkah kepada istri. Biasanya kacar kucur yang
bagian dari prosesi panggih ini berupa :
Keba atau kantong tikar anyaman yang berisi beras kuning, kacang, kedelai, uang logam dan
kembang telon seperti bunga mawar, melati dan kenangan kepada pengantin wanita. Ini
adalah lambang suami yang bertugas sebagai mencari nafkah untuk keluarga dan sebagai
simbolik dari menyerahkan hasil kerja kerasnya kepada istri.
Jalannya upacara kacar kucur ini adalah mempelai pria menuangkan isi keba ke pangkuan
wanita dan diterima dengan kain sindur. Diatur sedemikian rupa agar isi keba tidak habis
sama sekali dan tidak ada barang satupun yang tercecer.
8. Upacara Dulangan atau Dhahar Kalimah
Upacara dulangan dalam pernikahan adat Jawa maknanya melambangkan kerukunan yang
serasi antara suami dan istri. Dalam upacara ini kedua pengantin baru saling menyuapi nasi
satu sama lain.
Pada upacara dulangan ini mempelai pria membuat tiga kepalan nasi kuning dan diletakkan
di atas piring yang dipegang oleh pengantin wanita. Dan disaksikan mempelai pria, mempelai
wanita memakan satu per satu kepalan nasi. Lalu mempelai pria memberikan memberikan
segelas air putih kepada mempelai wanita. Prosesi ini menggambarkan kerukunan suami istri
akan mendatangkan kebahagiaan dalam keluarga.
9. Upacara Bubah Kawahbatau Ngunjuk Rujak Degan
Setelah dulangan, prosesi panggih dalam pernikahan adat Jawa dilanjutkan dengan upacara
ngunjuk rujak yang artinya minum rujak degan. Pada upacara ini kedua mempelai dan
orangtua mempelai wanita mencicipi rujak degan, yakni minuman yang terbuat dari serutan
kelapa muda dicampur gula merah, sehingga rasanya manis dan segar. Prosesi ini memiliki
makna kerukunan dan kebersamaan. Bahwa segala sesuatunya yang manis tidak dinikmati
sendiri, melainkan harus dibagi bersama dengan seluruh anggota keluarga.
10. Upacara Mapag Besan atau besan datang berkunjung
Prosesi berikutnya dari panggih dalam pernikahan adat Jawa adalah mapag besan atau
upacara besan martuwi atau upacara besan tilik pitik. Mapag besan ini artinya menjemput
besan. Prosesi ini dilakukan karena orang tua mempelai pria tidak diperkenankan hadir
selama prosesi panggih sampai upacara ngunjuk rujak degan.
11. Upacara Sungkeman atau Pangabekten
Prosesi yang terakhir dalam panggih adalah sungkeman. Sungkeman dilakukan sebagai
wujud bahwa kedua mempelai akan patuh dan berbakti pada orangtua mereka. Pada prosesi
ini, kedua mempelai bersembah sujud kepada kedua orangtua untuk memohon doa restu serta
memohon maaf atas segala khilaf dan kesalahan. Kedua mempelai memohon doa dan restu
kepada orangtua agar menjadi keluarga yang bahagia.
Setelah acara panggih selesai barulah kedua mempelai melaksanakan acara resepsi. Pada
resepsi ini kedua mempelai akan menyapa tamu-tamu yang hadir.
2. Nyantri
Merupakan upacara ketika calon mempelai pria diserahkan kepada
keluarga calon mempelai wanita. Pelaksanaannya 1-3 hari sebelum
pernikahan. Tujuannya mencegah calon mempelai pria tidak datang pada
hari yang ditentukan. Di lingkungan kraton Ngayogyakarta Hadiningrat,
calon pengantin pria diwajibkan menjalani proses nyantri untuk
memperkenalkan kehidupan kraton, dan untuk mengenal lebih dekat sikap
dan tingkah laku calon pengantin pria.
3. Siraman
Menandung arti membersihkan diri agar menjadi suci lahir batin. Prosesi
yang berasal dari kata siram ini dilaksanakan sehari sebelum pernikahan.
Memandikan calon pengantin wanita ini dilakukan oleh orang tua dan para
penisepuh yang dianggap berhasil dalam pernikahan. Maksudnya agar
pasangan pengantin mendapatkan berkah kebahagiaan dalam kehidupan
pernikahan yang langgeng, seperti halnya orangtua dan penisepuh. Pada
dasarnya jumlah penyiram tidak dibatasi asalkan ganjil.
4. Ngerik
Adalah lanjutan dari siraman. Ngerik sendiri artinya menghilangkan
rambut-rambut halus disekitar dahi, agar wajah menjadi bercahaya.
Prosesi itu mengandung makna membuang berbagai hal buruk yang
pernah menimpa calon pengantin agar pada saat memasuki gerbang
pernikahan, pengantin benar-benar bersih lahir batin.
5. Midodareni
Prosesi ini merupakan laku prihatin calon mempelai wanita dalam
menghadapi pernikahannya esok pagi. Calon pengantin wanita hanya
duduk tenang di kamar ditemani ibu dan kerabat dekat yang semuanya
wanita, hingga tengah malam. Pada malam ini juga kerap dilangsungkan
prosesi tantingan. Ayah calon pengantin wanita memantapkan hati
putrinya untuk berumah tangga dengan pria pilihannya.
6. Nikah
Upacara pernikahan yang dilangsungkan menurut agama yang dianut
kedua pengantin, sesuai dengan hokum yang berlaku.
7. Panggih
Panggih merupakan prosesi yang mempertemukan pasangan pengantin
setelah mereka resmi menikah, kemudian disandingkan dipelaminan.
Rangkaian prosesi panggih biasanya didahului dengan tarian edan-edanan
oleh penari pria dan wanita dengan dandanan jenaka. Tarian ini juga
dimaksudkan sebagai penolak ruh jahat yang akan mengganggu jalannya
upacara panggih.
2. Upacara ngekeb
Pada saat menjalankan ritual ini, calon mempelai wanita tidsadk
diperbolehkan keluar kamar sejak sore hari sampai rombongan keluarga
calon mempelai pria menjemputnya keesokan hari.
5. Upacara mesegehagung
Yang merupakan ritual penyambutan mempelai wanita setibanya
dikediaman mempelai pria. Kedua mempelai diturunkan dari tandu lalu
mempelai wanita dan ibu dari mempelai pria pun bersama menuju
kamar pengantin. Didalam kamar, ibu dari mempelai pria membuka kain
kuning yang dikenakan mempelai wanita lalu menukarnya dengan uang
kepeng satakan ( mata uang pada masa lampau ) senilai dua ratus
kepeng.
1. Marasek
Merupakan tahap pertama pada acara pernikahan adat padang. Pada
proses ini utusan dari keluarga pihak calon mempelai wanita akan
mendatangi keluarga calon mempelai pria. Sesuai dengan adat istiadat
padang yang menganut system kekerabatan matrilineal, proses
penjajakan ini dilakukan oleh keluarga wanita. Yang diutus pun tak
sembarang orang. Wanita yang dianggap berpengalaman atau dituakan
lah yang mencari tahu apakah sang pria cocok untuk dinikahkan kepada
sang wanita. Prosesi marasek ini bisa berlangsung beberapa kali sampai
terjadi kesepakatan.
3. Mahanta siri
Prosesi selanjutnya adalah mahanta siri dimana kedua mempelai
meminta izin dan doa restu kepada anggota keluarga yang dituakan.
Ritual pernikahan adat minang ini juga bertujuan membertahukan
rencana pernikahan.
4. Babako-babaki
Pada prosesi ini, pihak keluarga dari ayah calon mempelai wanita yang
disebut dengan bako menunjukkan kasih sayangnya terhadap calon
mempelai wanita dengan memberikan bantuan biaya sesuai
kemampuannya. Calon mempelai wanita akan dijemput dari rumahnya
menuju rumah ayahnya untuk diberikan petua oleh para tetua. Lalu
esoknya diarak kembali kerumahnya dengan iringan keluarga ayah
membawa barang hantaran.
5. Malam bainai
Dilakukan semalam sebelum hari pernikahan. Bainai berarti melekatkan
tumbuhan halus daun pacar merah ( daun inai ) ke kuku calon mempelai
wanita. Selain itu terdapat juga air dari campuran tujuh macam kembang
yang akan digunakan untuk memandikan mempelai wanita.
6. Manjapuik marapulai
Merupakan prosesi paling penting. Calon mempelai pria akan dijemput
menyambangi kediaman calon mempelai wanita untuk melangsungkan
akad nikah.
7. Penyambutan di rumah anak daro
Yaitu penyambutan calon mempelai pria dirumah calon mempelai
wanita.
8. Akad nikah
Setelah penyambutan di rumah calon mempelai wanita. Inti dari segala
proses pernikahan ini pun tiba. Orang tua pihak wanita melepaskan
putrinya untuk dinikahi oleh seorang pria, dan mempelai pria menerima
mempelai wanita untuk dinikahi.
9. Basandiang di pelaminan
Seusai sah menjadi pasangan suami istri , kedua mempelai kemudian
bersanding di rumah mempelai wanita. Anak daro ( mempelai wanita )
dan marapulai (mempelai pria) akan menanti tamu undangan sambil
musik didendangkan di halaman rumah.
1. Ginisis
Merupakan tahapan pertama ketika seseorang yang ingin menikah.
Tahapan ni merupakan perjodohann dimana seorang pria yang dicarikan
wanita yang nanti akan dijadikan istri. Peran ginisinis sangat
menentukan kecocokan seorang pria dan wanita dan ketika didapatkan
kecocokan maka akan berlanjut pada tahap selanjutnya.
2. Beseruan
Yaitu prosesi lamaran yang dilakukan oleh pihak pria kepada wanita.
Sebelum membicarakan inti dari lamaran terlebih dahulu pihak pria
memberikan cindra mata yang biasanya bentuk perhiasan cincin. Selama
pembicaraan tuan rumah tidak akan memberikan hidangan kepada
keluarga pria kemudian ketika mendapatkan kata sepakat, barulah
hidangan akan diberikan yang menandakan lamaran diterima.
3. Ngatod de pulut
Yang berarti mengantar mas kawin.
4. Kawin suruk
Dalam acara ini merupakan akad nikah atau peresmian pernikahan.
Sebelum mempelai pria masuk kedalam rumah ia akan melakukan tradisi
dimana mempelai pria diberikan dua wadah atau tempat yang berisi
beras berwarna kuning dan wadah yang satu lagi berisi air.
5. Bepupur
Acara ini dilakukan dirumah masing-masing akan tetapi jika salah satu
pihak mempelai berbeda kampong maka akan dilaksanakan bersama-
sama. Acara bepupur yaitu dimana mempelai wanita dan pria diberikan
pupur dingin yang dibuat oleh masing-masing keluarga yang nantinya
akan saling bertukar antar kedua keluarga mempelai yang kemudian
dilanjutkan dengan acara selanggo yaitu acara ini masing mempelai
dipakaikan pewarnah kuku yang berwarna merah yang berasal dari
dedaunan.
8. Bendiuk
Dilakukan di subuh hari. Bendiuk merupakan prosesi memandikan
pengantin perempuan. Sang pengantin perempuan akan dimandikan
oleh beberapa tetua dengan musik Hadrah yang mengiringinya.
9. Betamot
Dilakukan pada pagi hari yang dimana mempelai pria akan menamatkan
bacaan Al-quran.
10.Nyembaloy
Merupakan acara kunjungan pengantin wanita ke rumah mertuanya.
Nyembaloy merupakan istilah untuk ajang silaturahmi pengantin wanita
beserta keluarga nya untuk bertandang ke rumah mempelai pria.
Nyembaloy dapat dilakukan di siang hari setelah akad nikah
berlangsung. Pada saat nyembaloy, kedua mempelai akan melakukan
upacara adat yang dinamai kidau batu dan gabut lading. Dalam kidau
batu, pengantin pria akan menginjak batu dan akan menggigit pisau
ketika gabut lading. Selain itu, mempelai pria akan meminum air putih
yang konon merupakan symbol keteguhan dalam menjalani rumah
tangga nantinya.
2. Lamaran
Prosesi ini menjadi semacam penegasan bahwa calon mempelai pria
sudah resmi meminang calon mempelai wanita. Calon mempelai pria
melamar dengan membawa seserahan. Biasanya yang dijadikan
seserahan adlah minyak wangi, uang dan sapu tangan. Setelah tunangan
diterima, maka disaat yang sama akan dibicarakan juga tentang
penentuan hari pernikahan. Idealnya 40 hari menjelang hari pernikahan,
calon mempelai wanita akan menjalani pingitan. Pada ritual dipingit ini,
idealnya calon mempelai wanita benar-benar tidak diperbolehkan keluar
rumah. Focus merawat tubbuh, seperti meminum jamu Madura dan
melakukan perawatan diri.
3. Pernikahan
Meski sudah mendapat restu untuk menimang gadis Madura, calon
mempelai pria tetap harus melalui serangkaian ‘ujian’ kesiapan menjadi
kepala keluarga didepan banyak orang. Adapun prosesi yang wajib dilalui
pengantin pria usai akad nikah adalah :
- Buka pintu atau mengghar bhalabar
Dilakukan ketika pengantin pria akan memasuki area pelaminan.
Didepan pintu akan dibentangkan tali dengan untaian melati. Agar
bisa menemui pengantin wanitanya, pengantin pria harus bisa
menjawab pertanyaan-pertanyaan yang diajukan dan membuat
untaian melati bisa dilepaskan. Jika perwakilan pengantin pria
berhasil menjawab semua pertanyaan, maka untaian melati akan
dipotong dan pengantin pria diperkenankan masuk kedalam ruangan.
Tapi bukan berarti pengantin pria bisa langsung bertemu pengantin
wanita.
- Mekalabah
Dilakukan oleh perwakilan kedua mempelai. Misi nya adalah
perwakilan pria harus bisa mengalahkan perwakilan wanita. Ketika
pendekar dari pengantin pria berhasil mengalahkan pendekar
pengantin wanita maka pengantin pria diperbolehkan untuk bertemu
langsung dengan pengantin wanitanya.
- Putar dulang
Dilakukan sendiri oleh pengantin pria. Ia diperkenankan berjalan
menuju pelaminan untuk menemui pengantin wanitanya. Pengantin
wanita sendiri sudah duduk diatas baki besar yang terbuat dari
kuningan. Duduk nya menghadap pelaminan yang berarti
membelakangi arah datang pengantin pria. Ketika menghampiri
prngantin wanita, pengantin pria harus berjalan jongkok. Ketika
mendekati dulang tempat pengantin wanita duduk, pengantin pria
memutar dulang tersebut hingga mereka saling berhadapan. Setelah
itu pengantin pria memegang kepala pengantin wanita. Disaat itulah
pengantin pria akan mengikrarkan kalau dia telah memilihnya
menjadi istrinya. Setelah itu keduanya bersama-sama berjalan
menuju pelaminan.
2. Mangalehen mangan
Orang tua wanita akan menyapi anak perempuannya sebagai momen
melepas anaknya untuk bergabung dengan keluarga calon suaminya. Inu
juga menjadi symbol pengasuhan terakhir orangtua kepada putrinya
3. Mangalap boru
Secara harfiah berarti menjemput calon pengantin perempuan. Prosesi
ini dilakukan sebelum akad nikah atau pesta adat.
5. Mangolat boru
Disini orangtua pihak perempuan akan menyerahkan boru mereka
kepada keluarga laki-laki untuk dibawa kerumah laki-laki. Saat berjalan
nantinya mereka akan dihadang oleh sepupu pengantin perempuan yang
berpura-pura mencegah pengantin perempuan dibawa pergi. Lalu
pengantin lelaki harus memberikan sejumlah uang agar dipersilahkan
membawa calon istrinya pergi. Setelah diizinkan, para sepupu akan
memberikan bekal air kelapa agar pengantin tidak kehausan di
sepanjang perjalanan.
6. Gondang
Setelah sampai di rumah laki-laki, pengantin akan disambut dengan
gondang dan tarian tor-tor. Nantinya didepan pintu akan disediakan
pelepah pisang dan tumbuhan yang bersifat dingin yang harus diinjak
oleh pengantin. Hal ini menjadi symbol agar rumah tangga selalu sejuk
dan adem.
7. Indahan pasairobu
Sesudah masuk ke keluarga lelaki, utusan dari keluarga pengantin wanita
menyerahkan indahan pasairobu yaitu nasi dari orangtua pengantin
wanita. Setelah diterima, para utusan tersebut diberikan uang dan kain
sarung sebagai bekal mereka saat perjalanan pulang.