Selama ini memang belum ada catatan sejarah atau literatur yang
ada sejak terjadinya transmigrasi penduduk Jawa Timur ke Desa Bero Jaya
Timur pada tahun 1980 yang dibawak oleh Mbah Riman, yang mana tradisi
ayam, dan balangan gantal. Masyarakat di Desa Bero Jaya Hindu. 1 Dulu
dalam segala hal, termasuk salah satunya prihal tata cara perkawinannya.
Masyarakat Desa Bero Jaya Timur belajar pada ajaran kulturalnya dan tata
nilai yang ada dalam masyarakat dan hal itu dijadikan pijakan dalam
Proses perkawinan adat Jawa Timur ini memang sangat panjang dan
memerlukan waktun yang lama serta sangat rumit dalam melaksanakan tahap
pertahapannya. Menurut Ibu Rohaya, perkawinan adat Jawa Timur ini dapat
1
Wawancara dengan Bapak Yudid di kediaman Bapak Yudid, pada tanggal 16 Januari
2020
69
70
perkawinannya, yaitu sesajean ayam ingkung, cok bakal, dan ritual melempar
dua batang pisang ke atas atap rumah. Sedangkan tradisi Midodareni yang
perkawinan adat Jawa ini hanya bagi mereka yang mempunyai keturunan
a. Jonggolan
Menikah menjadi alur baru yang akan ditempuh hampir setiap orang,
atau empat petunjuk yang diwariskan sejak dahulu berguna baik sebagai
kepada calon mempelai laki-laki sesuai tradisi adat Jawa dalam prosesi
Jonggolan.
rapi mengenakan beskap, kain batik wiron, blangkon tanpa keris, calon
2
Wawancara dengan Ibu Rohaya di kediaman Ibu Rohaya, pada tanggal 18 Januari 2020
71
baik dalam membina rumah tangga. Selain secara lisan, calon mempelai
laki-laki pun mendapat petuah, serta arahan yang tertuang dalam selembar
kertas yang berisi butir-butir catur wedha. Catur wedha atau catur sabda,
3
Wawancara dengan Bapak Handoko di kediaman Bapak Handoko, pada tanggal 17
Januari 2020
4
Wawancara dengan Bapak Warsadi di kediaman Bapak Warsadi, pada tanggal 17
Januari 2020
72
dengan istri ananda, maka ayah dan ibu mertua ananda juga menjadi
seperti ayah dan ibu kandung ananda sendiri.
Ketiga, sejak pernikahan ananda besok pagi, maka selanjutnya
ananda sudah lepas dari perlindungan ayah ibu ananda, ananda berdua
sudah berdiri tegak sebagai umat manusia yang bertanggung jawab
selama mengatur hidup, sikap dan tingkah laku,ananda harus mampu
membentuk teman-teman sendiri, masuk “ajur-ajer pasrawungan”
artinya luwes dalam pergaulan sehingga ananda dihargai sebagai warga
masyarakat yang dihormati, disayangi dan direstui oleh segenap teman,
sahabat dan kenalan dari bawah sampai atas.
Keempat, hendaknya ananda berdua sebagai umat mulia di dunia,
makin bertaqwa kepada Allah SWT, mematuhi seluruh perintah Allah
dan mengikuti segala petunjuk yang benar, dan pada sisi lain ananda
senantiasa menjauhi segala larangan Allah Yang Maha Kuasa, agar
hidup ananda senantiasa tenteram lahir dan batin, didekatkan pada
keselamatan dan rezeki serta dijauhkan dari malapetaka dan kesusahan
hidup.
(Tempat), (Tanggal)
(Tanda Tangan)
(Nama Ayah Calon Pengantin Wanita)
Demikian isi dari catur sabda yang wajib dijalankan oleh calon
dibingkai rapi, calon mempelai laki-laki pun diberikan segelas air putih
oleh ibu calon mertua, dan selama prosesi berlangsung, calon mempelai
b. Tantingan
5
Wawancara dengan Bapak Warsadi di kediaman Bapak Warsadi, pada tanggal 17
Januari 2020
73
kepada orang tua, tetapi mengajukan permintaan kepada sang ayah untuk
c. Wilujengan Majemukan
pengantin pria dan wanita yang bermakna kerelaan kedua pihak untuk
d. Pasang Tuwuhan
Setelah tarub jadi, pada kanan kiri pintu dipasang tuwuhan. Tuwuh
yang artinya tumbuh. Upacara ini mengandung makna yang cukup dalam,
yakni sebagai perlambang harapan kepada anak yang dinikahkan agar bisa
6
Thomas Bratawdjaja Wiyasa, Upacara Perkawinan Adat Jawa..., hlm. 71
7
Mahligai, Pernikahan Adat Jawa Solo, Jarkata, PT. Dwi Putra Glomedia, 2007, hlm. 41
8
Wawancara dengan Ibu Sumiantik di kediaman Ibu Sumiantik, pada tanggal 18 Januari
2020
74
dan kiri pintu masuk diikat erat dengan rafia pada bambu wulung.
2) Tebu Wulung
Tebu wulung yaitu tebu yang berwarna merah tua. Tebu wulung ini
berjajar dengan pohon pisang disebelah kiri dan kanan. Wulung di sini
Selain itu, simbol ini juga mempunyai arti bahwa pasangan suami istri
akan saling mencintai dan menjaga serta merawat satu sama lain.
dan pangannya. 9
daun maja, daun kara, daun alang-alang dijadikan satu dan diatur
Ayam ingkung adalah salah satu hidangan yang pasti ada di setiap
9
Wawancara dengan Ibu Sumiantik di kediaman Ibu Sumiantik, pada tanggal 18 Januari
2020
76
ayam jago. Ayam ingkung adalah ayam utuh yang dikukus dengan
keadaan kaki dan kepala yang diikat sehingga berbentuk seperti orang
yang sedang bersujud, yang memiliki makna agar kita manusia senantiasa
bersujud dan berzikir sesuai dengan ajaran dari Rasulullah saw. selain dari
maknanya yang berarti mengikuti ajaran dari rasul, ayam ingkung juga
mempunyai tiga sifat buruk, sehingga ayam ingkung diikat tiga agar sifat
ingkung sudah matang lalu letakkan di dalam nampan yang sudah diisikan
pisang setangkep (pisang satu sisir) dan kambel gundel (kelapa utuh).
rumah dan di dalam kamar pengantin sampai acara pernikahan selesai baru
sesajean tersebut boleh dimakan, hal ini bertujuan untuk menghormati atau
10
Wawancara dengan Ibu Diana di kediaman Ibu Diana, pada tanggal 16 Januari 2020.
77
rangkaian janur, debog (batang pohon pisang), buah dan kembang panca
setinggi sekitar satu meter. Biasanya seorang pria dan wanita mengusung
upacara panggih.11
11
Wawancara dengan Bapak Setu di kediaman Bapak Setu, pada tanggal 17 Januari 2020
78
Bunga yang disertakan adalah melati, kantil, dan pudak, serta bunga
mayang.
oleh orang tua dari pihak mempelai wanita dan selanjutnya dibawa oleh
sepasang perawan dan perjaka atau disebut Prawan Sunthi dan Joko
12
Wawancara dengan Bapak Setu di kediaman Bapak Setu, pada tanggal 17 Januari 2020
79
g. Cok Bakal
“Cok, pecok, gecok ialah cikal atau asal” “bakal ialah permulaan”.
simbol hubungan antara Tuhan dengan manusia. 13 Cok Bakal adalah suatu
Tuhan serta terhindar dari malapetaka. Agar terhindar dari musibah maka
1. Tempatnya disebut Takir berasal dari Noto Pikir artinya kita sebagai
Tuhan. Takir tadi terbuat dari godong (daun pisang) rangkap dua,
jelas atau terang jalan kita, sedangkan supaya takir tidak buyar harus
terpusat tujuan kita hanyalah untuk Gusti Kang Akaryo Jagad. Semat
dalam bahsa lain juga Biting Sodo ngemu karep kang wis
13
Rendra, Mempertimbangkan Tradisi..., hlm. 55
14
Wawancara dengan Ibu Sumiantik di kediaman Ibu Sumiantik, pada tanggal 18 Januari
2020
80
dibitingi/ditoto kanti becik (apa yang sudah diatur dengan baik) kudu
iso gawe usodo (Tombo/Obat) bagi jiwa-jiwa yang keruh atau gelap
pikir.
2. Berisi ndog atau telur menurut masyarakat Desa Bero Jaya Timur
ayam). Dan telur itu ketika menetas akan jadi ayam berbulu hitam,
putih, merah, atau blorok, kita tidak ada yang tahu. Mengandung arti
segala upaya kita adalah manut karsane Tuhan (patuh kepada Tuhan).
berbuah, setelah itu mati. Sehingga simbol kemiri disini agar manusia
4. Simbol bunga yang ada dalam cok bakal memiliki bau yang harum
mengundang leluhur.
5. Dom bolah (jarum dan benang) menurut masyarakat Desa Bero Jaya
Sehingga simbol jarum dan benang ini bermakna bahwa kita harus
ritual melempar dua batang pisang, ini dilakukan oleh kedua orang tua
81
menandai anak gadis mereka sudah menikah semua. Setelah batang pisang
acara ini terbatas hanya untuk kalangan keluarga dekat dan kerabat saja.
terhadap sesuatu yang sakral, yang suci, atau yang ghaib, dalam agama Islam
Islam dan tradisi merupakan dua substansi yang berlainan, tetapi dalam
yang ideal, sedangkan tradisi merupakan suatu hasil budi daya manusia yang
bisa bersumber dari ajaran agama nenek moyang, adat istiadat setempat atau
lingkungannya. 17
istiadat dan budaya masyarakat Indonesia. Adat istiadat dan budaya tersebut
tradisional. Dengan kata lain, adat istiadat dan budaya tersebut bukanlah
monopoli masyarakat masa lalu, tetapi juga tetap relevan bagi masyarakat
pergeseran secara relatif. Adat istiadat telah dijadikan secara efektif menjadi
alasan komunikasi sosial dan sekaligus sebagai perekat antara individu atau
Bid’ah, karena alasan masalah itu tidak ada pada zaman Rosulullah dan
zaman salaf (angkatan pertama), atau karena tradisi itu hasil cangkokan
membangun rumah dan lain-lain. Ada diantara tradisi tersebut sudah diisi
penuh dengan nilai-nilai Islam, meskipun namanya masih tetap atau sebagian
17
Akhmad Taufik, Sejarah Pemikiran dan Tokoh Modernisme Islam, Jakarta, Raja
Grafindo Persada, 2005, hlm. 44
18
Said Agil Husin Al Munawar, Fikih Hubungan Antar Agama, Jakarta, Ciputra Press,
Cet. 3, 2005, hlm. 101-102
83
dilarang, yang dilarang adalah yang bertentangan secara pasti dengan As-
yang masih tetap ada ilalnya (dasar alasannya), malah perbuatan bid’ah itu
dan umatnya, yang tidak mungkin semua itu dilakukan tanpa melalui
seperti fiqih, ushul fiqih, tafsir, ulumul Al-Qur’an dan lain-lain) yang
pada zaman Nabi saw. dan para Khulafa’ar Rasyidin belum ada.
dengan Sunnah yang ada. Atau menghalalkan hal-hal yang jelas ada
19
Muhammad Tholhah Hasan , Ahlussunnah Wal-Jamaah Dalam Persepsi dan Tradisi
NU, Jakarta, Lantabora Press, Cet. 3, 2005, hlm. 221-222
20
Ibid., hlm. 232
84
dan lain-lain.
prinsip syariah atau aqidah Islamiyah yang sudah jelas (bukan yang
masih diperselisihkan).21
21
Ibid., hlm. 233
85
upacara lingkaran kehidupan, baik yang memiliki sumber asasi dalam ajaran
agama disebut dengan islam official atau islam murni, sedangkan yang tidak
memiliki sumber asasi disebut dengan islam popular atau islam rakyat. 22
Ditinjau dari aspek agama, fenomena ini berhadapan dengan dua versi.
Yang pertama, fenomena ini (tradisi ritual) bisa dilestarikan dalam kehidupan
perubahan yang tampak dalam prosesi tradisi ritual ini, karena ada semacam
budaya non Islam yang agak komplein yang hal ini pada akhirnya tradisi
semacam ini akan menggiring kepada faham Dualisme yaitu Monoteisme dan
memuat keseluruhan ajaran yang pernah diturunkan kepada para Nabi dan
kehidupan manusia dimanapun dan kapanpun. Dengan kata lain, ajaran Islam
sesuai dan cocok untuk segala waktu dan tempat. Secara umum, ajaran-ajaran
22
Nur Syam, Islam Pesisir, Yogyakarta, Lkis, 2005, hlm. 17
23
http://idci.dikti.go.id/pdf/JURNAL/KARSA Jurnal Sosial dan Budaya Keislaman.
Diakses pada 10 Februari 2020
86
Islam yang bersumberkan al-Qur’an dan hadits Nabi Muhammad saw. Dapat
dikelompokkan dalam tiga kategori yaitu aqidah, syariah, dan akhlak. Aqidah
perbuatan orang mukallaf atau orang Islam yang sudah dewasa, dan akhlak
menyangkut ajaranajaran tentang budi pekerti yang luhur atau akhlak mulia.
Maka dapat dijelaskan disini bahwa masalah tradisi sangat terkait dengan
bertentangan dari tauhid dan akal sehatnya. Dan mengenai adat, dapat
dianut suatu masyarakat, akan tetapi dalam waktu yang bersamaan Islam
menginginkan agar umat manusia ini jauh dan terhindar dari hal-hal yang
24
http://eprints.uny.ac.id/3768/1/5/-tradisi-dan-Budaya-masyarakat- Jawa-dalam-
perspektif-Islam.pdf di akses pada tanggal 10 Februari 2020
25
Nouruzzaman Shiddiqi, Jeram-jeram Peradaban Muslim, Yogyakarta, Pustaka Pelajar,
1987, hlm. 288
87
yang memperlakukan tradisi dan budaya local dengan hotmat dan meluruskan
berbagai kekeliruannya dengan cara yang arif dan bijaksana. Metode yang
Semua sepakat bahwa dakwah yang dilakukan oleh para wali dengan
syiar dakwahnya mudah diterima dan dipahami. Dan tetap ada hikmah yang
bisa dipetik bahwa Islamisasi di pulau Jawa yang dilakukan oleh para wali
ini sejalan dengan jiwa dari UUD 45 yang dalam penjelasan 32 disebutkan:
“Usaha kebudayaan harus menuju kea rah kemujan adab, budaya dan
26
Purwadi, Dakwah Sunan Kalijaga Penyebaran Agama Islam di Pulau Jawa Berbasis
Kultural, Yogyakarta, Pustaka Pelajar, 2004, hlm. 25
27
Ibid., hlm. 33
88
bahwa menurut para ulama melarang jenis ritual seperti ini, karena tidak ada
Timur ditinjau dari aqidah Islam tradisi Midodareni ini bahwa syarat dengan
selain kepada Allah. Ini dapat dilihat dari ritual-ritual dalam pelaksanaannya,
pertolongan kepada Allah. Hal ini sesuai dengan Firman Allah SWT. Dalam
Ada beberapa bahaya yang disebabkan oleh syirik antara lain sebagai
berikut :29
a. Menyuburkan Khurafat
makhluk yang bisa memberi manfaat dan madlarat. Keyakinan seperti ini
masuk akal.
Masalah ini timbul karena manusia beribadah selain kapada Allah, yaitu
padahal dia tidak bisa memberi manfaat dan mudlarat. Dia hanya sesama
28
Ibid.., hlm. 6
29
Muhammad Abdurrahman, al-Khumayyiz: Syirik dan Sebabnya, Jakarta, Gema Insani
Press, 1999, hlm. 14
30
Ibid., hlm. 15
90
Meski begitu, terdapat pula beberapa ulama yang memandang bahwa tidak
mengerjakan adat istiadat ataupun ritual, sejauh hal itu tidak bertentangan
dengan nilai-nilai atau jiwa tauhid dan moralitas aqidah Islam, yang pada
dasarnya juga berpangkal pada tauhid, sebaliknya adat istiadat atau ritual
bid’ah dan khurafat dilarang dan harus dilenyapkan. Karena hal ini sangat