Anda di halaman 1dari 7

Budaya Nusantara

Aneka ragam suku bangsa dan budaya Nusantara

Pernikahan Adat Betawi

Pernikahan Adat Betawi

(https://budayanusantara2010.files.wordpress.com/2013/04/betawimain.jpg)

Tahapan dalam Rangkaian Upacara Pernikahan Adat Betawi

1. Ngedelengin

Untuk sampai ke jenjang pernikahan, sepasang muda-mudi betawi (sekarang) biasanya melalui
tingkat pacaran yang disebut berukan. Masa ini dapat diketahui oleh orangtua kedua belah pihak,
tetapi tidak asing kalau orangtua kedua belah pihak tidak mengetahui anaknya sedang pacaran.

Sistem pernikahan pada masyarakat Betawi pada dasarnya mengikuti hukum Islam, kepada siapa
mereka boleh atau dilarang mengadakan hubungan perkawinan. Dalam mencari jodoh, baik pemuda
maupun pemudi betawi bebas memilih teman hidup mereka sendiri. Karena kesempatan untuk
bertemu dengan calon kawan hidup itu tidak terbatas dalam desanya, maka banyak perkawinan
pemuda pemudi desa betawi terjadi dengan orang dari lain desa. Namun demikian, persetujuan
orangtua kedua belah pihak sangat penting, karena orangtualah yang akan membantu
terlaksanakannya pernikahan tersebut.

Biasanya prosedur yang ditempuh sebelum terlaksananya pernikahan adat adalah dengan
perkenalan langsung antara pemuda dan pemudi. Bila sudah ada kecocokan, orangtua pemuda lalu
melamar ke orangtua si gadis. Masa perkenalan antara pria dan wanita pada budaya Betawi zaman
dulu tidak berlangsung begitu saja atau terjadi dengan sendirinya. Akan tetapi, diperlukan Mak
Comblang seperti Encing atau Encang (Paman dan bibi) yang akan mengenalkan kedua belah pihak.

Istilah lain yang juga dikenal dalam masa perkenalan sebelum pernikahan dalam adat Betawi adalah
ngedelengin. Dulu, di daerah tertentu ada kebiasaan menggantungkan sepasang ikan bandeng di
depan rumah seorang gadis bila si gadis ada yang naksir. Pekerjaan menggantung ikan bandeng ini
dilakukan oleh Mak Comblang atas permintaan orangtua si pemuda. Hal ini merupakan awal dari
tugas dan pekerjaan ngedelengin.

Ngedelengin bisa dilakukan siapa saja termasuk si jejaka sendiri. Pada sebuah keriaan atau pesta
perkawinan biasanya ada malem mangkat. Keriaan seperti ini melibatkan partisipasi pemuda. Di
sinilah ajang tempat bertemu dan saling kenalan antara pemuda dan pemudi. Ngedelengin juga bisa
dilakukan oleh orangtua walaupun hanya pada tahap awalnya saja.

Setelah menemukan calon yang disukai, kemudian Mak Comblang mengunjungi rumah si gadis.
Setelah melalui obrolan dengan orangtua si gadis, kemudian Mak Comblang memberikan uang
sembe (angpaw) kepada si gadis. Kemudian setelah ada kecocokan, sampailah pada penentuan
ngelamar. Pada saat itu Mak Comblang menjadi juru bicara perihal kapan dan apa saja yang akan
menjadi bawaan ngelamar.

2. Nglamar

Bagi orang Betawi, ngelamar adalah pernyataan dan permintaan resmi dari pihak keluarga laki-laki
(calon tuan mantu) untuk melamar wanita (calon none mantu) kepada pihak keluarga wanita. Ketika
itu juga keluarga pihak laki-laki mendapat jawaban persetujuan atau penolakan atas maksud
tersebut. Pada saat melamar itu, ditentukan pula persyaratan untuk menikah, di antaranya mempelai
wanita harus sudah tamat membaca Al Quran. Yang harus dipersiapkan dalam ngelamar ini adalah:
1. Sirih lamaran
2. Pisang raja
3. Roti tawar
4. Hadiah Pelengkap
5. Para utusan yang tediri atas: Mak Comblang, Dua pasang wakil orang tua dari calon tuan mantu
terdiri dari sepasang wakil keluarga ibu dan bapak.

3. Bawa tande putus

Tanda putus bisa berupa apa saja. Tetapi biasanya pelamar dalam adat betawi memberikan bentuk
cincin belah rotan sebagai tanda putus. Tande putus artinya bahwa none calon mantu telah terikat
dan tidak lagi dapat diganggu gugat oleh pihak lain walaupun pelaksanaan tande putus dilakukan
jauh sebelum pelaksanaan acara akad nikah.

Masyarakat Betawi biasanya melaksanakan acara ngelamar pada hari Rabu dan acara bawa tande
putus dilakukan hari yang sama seminggu sesudahnya. Pada acara ini utusan yang datang menemui
keluarga calon none mantu adalah orang-orang dari keluarga yang sudah ditunjuk dan diberi
kepercayaan. Pada acara ini dibicarakan:
1. apa cingkrem (mahar) yang diminta
2. nilai uang yang diperlukan untuk resepsi pernikahan
3. apa kekudang yang diminta
4. pelangke atau pelangkah kalau ada abang atau empok yanng dilangkahi
5. berapa lama pesta dilaksanakan
6. berapa perangkat pakaian upacara perkawinan yang digunakan calon none mantu pada acara
resepsi
7. siapa dan berapa banyak undangan.

4. Akad Nikah

Sebelum diadakan akad nikah secara adat, terlebih dahulu harus dilakukan rangkaian pra-akad
nikah yang terdiri dari:
1. Masa dipiare, yaitu masa calon none mantu dipelihara oleh tukang piara atau tukang rias. Masa
piara ini dimaksudkan untuk mengontrol kegiatan, kesehatan, dan memelihara kecantikan calon
none mantu untuk menghadapi hari akad nikah nanti.
2. Acara mandiin calon pengatin wanita yang dilakukan sehari sebelum akad nikah. Biasanya,
sebelum acara siraman dimulai, mempelai wanita dipingit dulu selama sebulan oleh dukun manten
atau tukang kembang. Pada masa pingitan itu, mempelai wanita akan dilulur dan berpuasa selama
seminggu agar pernikahannya kelak berjalan lancar.
3. Acara tangas atau acara kum. Acara ini identik dengan mandi uap yang tujuanya untuk
membersihkan bekas-bekas atau sisa-sisa lulur yang masih tertinggal. Pada prosesi itu, mempelai
wanita duduk di atas bangku yang di bawahnya terdapat air godokan rempah-rempah atau akar
pohon Betawi. Hal tersebut dilakukan selama 30 menit sampai mempelai wanita mengeluarkan
keringat yang memiliki wangi rempah, dan wajahnya pun menjadi lebih cantik dari biasanya.
4. Acara ngerik atau malem pacar. Dilakukan prosesi potong cantung atau ngerik bulu kalong
dengan menggunakan uang logam yang diapit lalu digunting. Selanjutnya melakukan malam pacar,
di mana mempelai memerahkan kuku kaki dan kuku tangannya dengan pacar.

Setelah rangkaian tersebut dilaksanakan, masuklah pada pelaksanaan akad nikah. Pada saat ini,
calon tuan mantu berangkat menunju rumah calon none mantu dengan membawa rombongannya
yang disebut rudat. Pada prosesi akad nikah, mempelai pria dan keluarganya mendatangi kediaman
mempelai wanita dengan menggunakan andong atau delman hias. Kedatangan mempelai pria dan
keluarganya tersebut ditandai dengan petasan sebagai sambutan atas kedatangan mereka. Barang
yang dibawa pada akad nikah tersebut antara lain:
1. sirih nanas lamaran
2. sirih nanas hiasan
3. mas kawin
4. miniatur masjid yang berisi uang belanja
5. sepasang roti buaya
6. sie atau kotak berornamen Cina untuk tempat sayur dan telor asin
7. jung atau perahu cina yang menggambarkan arungan bahtera rumah tangga
8. hadiah pelengkap
9. kue penganten
10. kekudang artinya suatu barang atau makanan atau apa saja yang sangat disenangi oleh none
calon mantu sejak kecil sampai dewasa

Pada prosesi ini mempelai pria betawi tidak boleh sembarangan memasuki kediaman mempelai
wanita. Maka, kedua belah pihak memiliki jagoan-jagoan untuk bertanding, yang dalam upacara
adat dinamakan “Buka Palang Pintu”. Pada prosesi tersebut, terjadi dialog antara jagoan pria dan
jagoan wanita, kemudian ditandai pertandingan silat serta dilantunkan tembang Zike atau lantunan
ayat-ayat Al Quran. Semua itu merupakan syarat di mana akhirnya mempelai pria diperbolehkan
masuk untuk menemui orang tua mempelai wanita.

Pada saat akad nikah, mempelai wanita Betawi memakai baju kurung dengan teratai dan selendang
sarung songket. Kepala mempelai wanita dihias sanggul sawi asing serta kembang goyang sebanyak
5 buah, serta hiasan sepasang burung Hong. Kemudian pada dahi mempelai wanita diberi tanda
merah berupa bulan sabit yang menandakan bahwa ia masih gadis saat menikah.

Sementara itu, mempelai pria memakai jas Rebet, kain sarung plakat, hem, jas, serta kopiah,
ditambah baju gamis berupa jubah Arab yang dipakai saat resepsi dimulai. Jubah, baju gamis, dan
selendang yang memanjang dari kiri ke kanan serta topi model Alpie menjadi tanda haraan agar
rumah tangga selalu rukun dan damai.

Setelah upacara pemberian seserahan dan akad nikah, mempelai pria membuka cadar yang
menutupi wajah pengantin wanita untuk memastikan apakah benar pengantin tersebut adalah
dambaan hatinya atau wanita pilihannya. Kemudian mempelai wanita mencium tangan mempelai
pria. Selanjutnya, keduanya diperbolehkan duduk bersanding di pelaminan (puade). Pada saat inilah
dimulai rangkaian acara yang dkenal dengan acara kebesaran. Adapun upacara tersebut ditandai
dengan tarian kembang Jakarta untuk menghibur kedua mempelai, lalu disusul dengan pembacaan
doa yang berisi wejangan untuk kedua mempelai dan keluarga kedua belah pihak yang tengah
berbahagia.

5. Acare Negor

Sehari setelah akad nikah, Tuan Penganten diperbolehkan nginep di rumah None Penganten.
Meskipun nginep, Tuan Penganten tidak diperbolehkan untuk kumpul sebagaimana layaknya suami-
istri. None penganten harus mampu memperthankan kesuciannya selama mungkin. Bahkan untuk
melayani berbicara pun, None penganten harus menjaga gengsi dan jual mahal. Meski begitu,
kewajibannya sebagai istri harus dijalankan dengan baik seperti melayani suami untuk makan,
minum, dan menyiapkan peralatan mandi.

Untuk menghadapi sikap none penganten tersebut, tuan penganten menggunakan strategi yaitu
dengan mengungkapkan kata-kata yang indah dan juga memberikan uang tegor. Uang tegor ini
diberikan tidak secara langsung tetapi diselipkan atau diletakkan di bawah taplak meja atau di
bawah tatakan gelas.

6. Pulang Tige Ari

Acara ini berlangsung setelah tuan raje muda bermalam beberapa hari di rumah none penganten. Di
antara mereka telah terjalin komunikasi yang harmonis. Sebagai tanda kegembiraan dari orangtua
Tuan Raje Mude bahwa anaknya memperoleh seorang gadis yang terpelihara kesuciannya, maka
keluarga tuan raje mude akan mengirimkan bahan-bahan pembuat lakse penganten kepada keluarga
none mantu.

Adat Menetap setelah Menikah

Dalam masyarakat dan kebudayaan Betawi, adat tidak menentukan di lingkungan mana pengantin
baru itu harus tinggal menetap. Pengantin baru diberi kebebasan memilih di mana mereka akan
menetap. Walaupun pada masyarakat dan kebudayaan Betawi berlaku pola menetap yang ambilokal
atau utrolokal, tetapi ada kecenderungan pada pola menetap yamg matrilokal atau unorilokal
dewasa ini.

Tradisi Pernikahan Adat Betawi

(https://budayanusantara2010.files.wordpress.com/2013/04/reflectede.jpg)
(https://budayanusantara2010.files.wordpress.com/2013/04/betawi.jpg)Pernikahan ala betawi bagi
kampung kukusan, kampung sawah, kampung cipedak masih sering ditemukan walau dibeberapa
kegiatan sudah banyak yang diabaikan. Untuk itu mari para abang none yang tergabung dalam
Forkabi, Forkot, Betawi Rembug, Perbekut dan anggota komunitas muda betawi lainnya untuk
bersama menyimak saduran dari swaberita.com agar budaya adat nikah ala betawi kembali ke
hitahnya, semoga sekecil apapun yang kita lakukan menjadi catatan tersendiri bagi penerus nanti.

Masyarakat Betawi memiliki sejarah panjang sebagaimana terbentuknya kota Jakarta sebagai tempat
domisili asalnya. Sebagai sebuah kota dagang yang ramai, Sunda Kelapa, nama Jakarta tempo dulu,
disinggahi oleh berbagai suku bangsa. Penggalan budaya Arab, India, Cina, Sunda, Jawa, Eropa,
Melayu dan sebagainya seakan berbaur menjadi bagian dari karakteristik kebudayaan Betawi yang
kita kenal kini. Singkat kata, tradisi budaya Betawi laksana ‘campursari’ dari beragam budaya dan
elemen etnik masa silam yang secara utuh menjadi budaya Betawi kini.

Suku Betawi sangat mencintai kesenian, salah satu ciri khas kesenian mereka yaitu Tanjidor yang
dilatar belakangi dari budaya belanda, selain itu betawi memiliki kesenian keroncong tugu yang
dilatar belakangi dari budaya Portugis-Arab, kesenian gambang kromong yang dilatar belakangi dari
budaya cina. Selain kesenian yang selalu ditampilkan dengan penuh kemeriahan, tata cara
pernikahan budaya betawi juga sangat meriah.

Untuk adat prosesi pernikahan betawi, ada banyak serangkaian prosesi. Didahului masa perkenalan
melalui “Mak Comblang”. Dilanjutkan lamaran, pingitan, upacara siraman. Prosesi potong cuntung
atau ngerik bulu kalong dengan uang logam yang diapit lalu digunting. Kemudian dilanjutkan
dengan malam pacar, malam dimana mempelai wanita memerahkan kuku kaki dan tangannya
dengan pacar. Puncak adat betawi adalah Akad nikah.
Tradisi Meriah

Meriah dan penuh warna-warni, demikian gambaran dari tradisi pernikahan adat Betawi. Diiringi
suara petasan, rombongan keluarga mempelai pria berjalan memasuki depan rumah kediaman
mempelai wanita sambil diiringi oleh ondel-ondel, tanjidor serta marawis (rombongan pemain
rebana menggunakan bahasa arab). Mempelai pria berjalan sambil menuntun kambing yang
merupakan ciri khas keluarga betawi dari Tanah Abang.

Sesampainya didepan rumah terlebih dulu diadakan prosesi “Buka Palang Pintu”, berupa berbalas
pantun dan Adu Silat antara wakil dari keluarga pria dan wakil dari keluarga wanita. Prosesi
tersebut dimaksudkan sebagai ujian bagi mempelai pria sebelum diterima sebagai calon suami yang
akan menjadi pelindung bagi mempelai wanita sang pujaan hati. Uniknya, dalam setiap petarungan
silat, pihak mempelai wanita pasti dikalahkan oleh jagoan calon pengantin pria.

Prosesi Akad Nikah

Pada saat akad nikah, rombongan mempelai pria memberikan hantaran berupa :
1. Sirih, gambir, pala, kapur dan pinang artinya segala pahit, getir, dan manisnya kehidupan rumah
tangga harus dijalani bersama antara suami dan istri.
2. Maket Mesjid, maksudnya adalah agar mempelai wanita tidak lupa akan kewajibannya kepada
agama dan harus menjalani shalat serta mengaji.
3. Kekudung, berupa barang kesukaan mempelai wanita misalnya salak condet, jamblang, dan
sebagainya.
4. Mahar atau mas kawin dari pihak pria untuk diberikan kepada mempelai wanita.
5. Pesalinan berupa pakaian wanita seperti kebaya encim, kain batik, kosmetik, sepasang roti buaya.
Buaya merupakan pasangan yang abadi dan tidak berpoligami serta selalu mencari makan bersama-
sama.
6. Petise yang berisi sayur mayur atau bahan mentah untuk pesta, misal : wortel, kentang, bihun,
buncis dan sebagainya.

Acara berlanjut dengan pelaksanaan akad nikah. Yang kemudian dilanjutkan dengan penjemputan
pengantin wanita. Selanjutnya, kedua pengantin dinaikkan ke dalam sebuah delman yang sudah
dihias dengan masing-masing seorang pengiring. Delman tersebut ditutupi dengan kain pelekat
hitam sehingga tidak kelihatan dari luar. Akan tetapi, dengan kain pelekat hitam yang ditempelkan
pada delman, maka orang-orang mengetahui bahwa ada pengantin yang akan pergi ke penghulu.
Pernikahan

Pada hari pesta pernikahan, baik pengantin pria maupun pengantin wanita, mengenakan pakaian
kebesaran pengantin dan dihias. Dari gaya pakaian pengantin Betawi, ada dua budaya asing yang
melekat dalam prosesi pernikahan. Pengantin pria dipengaruhi budaya Arab. Sedangkan busana
pengantin wanita dipengaruhi adat Tionghoa. Demikian pula dengan musik yang meramaikan pesta
pernikahan.

Kemeriahan Gaya Betawi

Masyarakat Betawi memiliki sejarah panjang sebagaimana terbentuknya kota Jakarta sebagai tempat
domisili asalnya. Sebagai sebuah kota dagang yang ramai, Sunda Kelapa (nama Jakarta tempo dulu)
disinggahi oleh berbagai suku bangsa. Penggalan budaya Arab, India, Cina, Sunda, Jawa, Eropa, dan
Melayu seakan berbaur menjadi bagian dari karakteristik kebudayaan Betawi masa kini. Tradisi
budaya Betawi laksana campursari dari beragam budaya dan elemen etnik masa silam yang secara
utuh menjadi budaya Betawi kini. Kemeriahan budaya Betawi juga terwakili melalui tata cara
pernikahan Betawi.
Pada tata cara pernikahan Betawi, ada banyak serangkaian prosesi. Berikut kami paparkan rangkaian
upacara pernikahan gaya Betawi yang masih dilakoni oleh sebagian besar masyarakat Betawi.

NGEDELENGIN
Didahului masa perkenalan melalui mak comblang yang disebut Ngedelengin. Ngedelengin bisa
dilakukan beberapa kali dan dalam jangka waktu bervariasi mulai dari satu atau dua bulan sampai
satu tahun. Hal ini sedikit banyak tergantung pada kesigapan si gadis menghadapi jenjang
pernikahan. Namun seiring dengan kemajuan jaman, fungsi mak comblang dan proses ngedelengin
sudah jarang diperlukan. Pasalnya, si pria sudah bisa menemukan tambatan hati sendiri, sekaligus
memiliki kesanggupan untuk menentukan pilihannya untuk menuju mahligai perkawinan.

NGELAMAR
Ngelamar merupakan pernyataan resmi dari pihak keluarga laki-laki untuk menikahkan putranya
kepada pihak calon mempelai perempuan. Ngelamar dilakukan oleh beberapa orang utusan yang
disertai dengan membawa sejumlah barang bawaan wajib seperti uang sembah lamaran, baju atau
bahan pakaian wanita, serta beberapa perlengkapan melamar lainnya. Setelah Ngelamar selesai,
acara yang sangat menentukan pun dilanjutkan yakni membicarakan masalah mas kawin, uang
belanja, plangkah (kalau calon mendahului kakaknya), dan kekudang (makanan kesukaan calon
mempelai wanita). Apabila bawa tande putus telah disepakati, maka dilanjutkan dengan
pembicaraan yang lebih rinci perihal apa dan berapa banyak tande putus serta segala hal yang
berkaitan dengan acara pernikahan.

BAWA TANDE PUTUS


Acara ini hampir mirip dengan acara pertunangan. Tande putus bisa berupa apa saja, namun orang
Betawi biasanya memberikan tande putus berupa cincin belah rotan, uang pesalin sekadarnya, serta
aneka rupa kue. Tande putus ini sendiri artinya si gadis atau calon none mantu telah terikat dan tidak
dapat lagi diganggu oleh pihak lain. Begitu pula dengan calon tuan mantu atau si pemuda. Setelah
tande putus diserahkan, maka berlanjut dengan menentukan tanggal dan hari pernikahan.

PIARE CALON NONE PENGANTEN


Setelah pembicaraan persiapan pernikahan selesai, kemudian calon pengantin wanita akan dipiare
(dipelihara) oleh tukang piare. Tujuannya yaitu untuk mengontrol kegiatan, kesehatan dan
memelihara kecantikan calon none mantu menghadapi pernikahan. Selain perawatan fisik, juga
dilengkapi program diet dengan pantangan makanan tertentu untuk menjaga berat tubuh ideal calon
mempelai wanita.

SIRAMAN, DITANGAS, NGERIK DAN MALEM PACAR


Acara siraman atau memandikan calon mempelai wanita diadakan sehari sebelum akad nikah dan
biasanya diawali dengan pengajian. Setelah acara siraman, calon mempelai wanita menjalani upacara
tangas (semacam mandi uap). Perawatan dimaksudkan untuk menghaluskan dan mengharumkan
kulit tubuh sekaligus mengurangi keringat pada saat hari pernikahan. Berikutnya adalah prosesi
ngerik atau mencukur bulu kalong dan membuatkan centung pada rambut di kedua sisi pipi di
depan telinga. Kemudian dilanjutkan dengan malem pacar, malam dimana mempelai wanita
memerahkan kuku kaki dan tangannya dengan pacar.

AKAD NIKAH
Puncak adat Betawi adalah Akad nikah. Meriah dan penuh warna-warni, demikian gambaran dari
tradisi pernikahan adat Betawi menjelang akad nikah. Diiringi suara petasan, rombongan keluarga
mempelai pria berjalan memasuki depan rumah kediaman mempelai wanita sambil diiringi oleh
ondel-ondel, tanjidor serta marawis (rombongan pemain rebana yang menyanyikan lagu berbahasa
Arab). Bahkan dahulu, rombongan calon mempelai pria berjalan sambil menuntun kambing.
BUKA PALANG PINTU
Sesampainya di depan rumah terlebih dulu diadakan prosesi buka palang pintu, berupa berbalas
pantun dan adu silat antara wakil dari keluarga pria dan wakil dari keluarga wanita. Prosesi tersebut
dimaksudkan sebagai ujian bagi mempelai pria sebelum diterima sebagai calon suami yang akan
menjadi pelindung bagi mempelai wanita sang pujaan hati. Uniknya, dalam setiap petarungan silat,
jago dari pihak mempelai wanita pasti dikalahkan oleh jagoan mempelai pria.

DI PUADE
Selain itu ada pula prosesi di puade. Setelah kedua mempelai duduk di puade (pelaminan), tukang
rias membuka roban tipis yang menutupi kepala mempelai wanita. Selanjutnya mempelai pria
memberikan sirih dare kepada mempelai wanita sebagai lambang cinta kasih. Biasanya di dalam sirih
diselipkan uang sebagai uang sembe (seserahan).

(https://budayanusantara2010.files.wordpress.com/2013/04/betawi-image1.jpg)
(https://budayanusantara2010.files.wordpress.com/2013/04/betawi-image2.jpg)
(https://budayanusantara2010.files.wordpress.com/2013/04/betawi-image3.jpg)
(https://budayanusantara2010.files.wordpress.com/2013/04/betawi-image4.jpg)

Create a free website or blog at WordPress.com.


Entries (RSS) and Comments (RSS).

Anda mungkin juga menyukai